Teori Cheryl Tetano Back [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI CHERYL TATANO BECK Fasilitator: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes.



Disusunoleh : KELOMPOK 3 Wa Ode Nurlina



131914153019



DevisYuliaRohmana



131914153025



Husna Andiana



131914153020



Windarti Rumaolat



131914153021



Idham Soamole



131914153022



Fathmy Fitriany



131914153023



Anis Fauziah



131914153024



Ni Ketut Putri



131914153026



Daviq Ayatullah



131914153027



Rifky Octavia



131914153056



PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsiko sosio kultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan di implementasikan didalam praktek keperawatan. Penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan. Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. Level keempat dari teori tersebut (metatheory) adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan prefix “meta”, yang berarti “perubahan pada posisi”, “diluar”, pada level tertinggi, atau “melebihi” dan merujuk pada body of knowledge atau tentang suatu bidang pembelajaran seperti metamatematika (Walker, 1995). Level kekedua dari teori keperawatan adalah middle range theory yang berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008). Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Salah satu konsep model keperawatan yang termasuk dalam middle range theory yang menunjang pengembangan keperawatan baik dalam pengembanga nilmumaupun



dalam praktek adalah model teori keperawatan yang dikembangkan oleh Cheryl Tatano Beck. Oleh karena itu, penulis akan melakukan analisis konsep teori keperawatan Cheryl Tatano Beck dalam keperawatan. 1.2 Masalah Bagaimanakahkonsepteory Cheryl Tatano Beck dalampelayanankeperawatan? 1.3 Tujuan a. MengidentifikasiLatarBelakangTeori Cheryl Tatano Beck b. Mengidentifikasi Sejarah Teori Cheryl Tatano Beck c. MengidentifikasiFilosofiTeori Cheryl Tatano Beck d. MengidentifikasiVisi dan MisiTeori Cheryl Tatano Beck e. Mengidentifikasi Nilai Teori Cheryl Tatano Beck f. MengidentifikasiKeyakinanTeori Cheryl Tatano Beck g. MengidentifikasiTujuanTeori Cheryl Tatano Beck h. MengidentifikasiKonsepTeori Cheryl Tatano Beck 1.4 Manfaat a. Teoritis Mampu menjelaskan konsep dasar middle range theory khususnya teori Cheryl Tatano Beck b. Praktis Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan menjadi bahan untuk melakukan asuhan keperawatan



II. TEORI 2.1 Latar Belakang Teori Menurut beck sekitar 13% sampai dengan 25 % wanita yang melahirkan mengalami depresi setelah melahirkan. Mengingat tingginya angka wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan sehingga beck tertarik untuk mempelajarinya, walaupun sebenarnya beck tidak pernah mengalapi depresi setelah melahirkan anak – anaknya. Beck menggunakan kualitatif dan kuantitatif dalam tulisan – tulisannya karena dia menyadari bahwa methodology kuantitatif itu tidak cukup untuk merefleksikan perawatan transpersonal yg ideal sebagaimanadikatakan oleh watson. Cheryl Tatano Beck adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of Nursing. Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan dari Western Connecticut State University. Cheryl Tatano Beck menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu dan bayi yang baru lahir dari Yale University. Cheryl Tatano Beck memiliki sertifikat Nursing Maternity dari Yale University. Cheryl Tatano Beck menerima gelar doktor of Science Keperawatan dari Boston University. Beck adalah anggota dalam American Academy of Nursing. Cheryl Tatano Beck telah menerima berbagai penghargaan seperti Keperawatan



Timur



Research



Society,



Distinguished



Penghargaan



Peneliti,



Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Walaupun beck sudah melakukan 7 penelitian mayor mengenai pendidikan dan isu – isu keperawatan bersama para siswa keperawatan, akan tetapi selama 3 dekade beck berkonstribusi terhadap perkembangan pengetahuan dalam keperawatan maternitas. Ide Jean Watson sangatberperanpentingdalampenelitian – penelitian beck, yang mana dikatakanbahwaperawatanituberpusat pada perawat. Selama 20 tahun terakhir Beck telah memfokuskan penelitiannya pada upaya pengembangan program penelitian pada mood postpartum dan gangguan kecemasan. Beliau telah meneliti secara ekstensif menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian kualitatifnya, CherylTatano Beck



telah



mengembangkan



Skala



Skrining



Depresi



Postpartum/Postpartum



Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Western Psychological Services. Beliau juga salah seorang penulis produktif yang telah menerbitkan lebih dari 100 artikel jurnal tentang beberapa topik seperti depresi postpartum, trauma lahir, PTSD/ posttraumatic stress disorder karena melahirkan, fenomenologi, grounded theory, metaanalisis, pengembangan instrumen, meta-sintesis, dan analisis naratif. Saat ini upaya penelitian Beck difokuskan pada (1)dampak trauma lahir pada menyusui, (2) efek DHA pada depresi postpartum, dan (3)penilaian psikometri dari Postpartum Depression Screening Scale melalui administrasi telepon. Beliau telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Beliau telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional. 2.2 Sejarah Sejarah muncul teori ini berawal dari penelitian Beck pada keadaan ibu postpartum yang mengalami gangguan mood yang sering diabaikan dalam perawatan kesehatan, mengabaikan ibu dengan postpartum menderita dalam ketakutan, kebingungan dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak. Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum lainnya dan aspekaspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Year 1972



Focus research Women’s cognitive and emotional responses to fetal monitoring (master’s thesis) Replication of master thesis



Year 1999



Focus research Maternal depression and child behavioral problems



2000



1982



Parturients’ temporal experiences during labor (doctoral dissertation)



2001



1985



Mothers’ temporeal experiences in postpartum period after vaginal and cesarean deliveries Postpartum temporal experiences of primiparas Incidence of maternitity blues in primiparas and length of hospital stay Teetering on the edge: A grounded theory study of PPD



2001



PPDS : development and psychometric testing Comparative analysis between PPDS and two other depression instruments Item response theory in affective instrument development



1977



1988 1989 1990



2001



Ensuring content validity



2002



PPD-metasynthesis



2002



Revision of PDPI



1992 1994 1995 1995 1995 1996 1996 1996 1996 1997 1998 1998



The lived experience of PPD Nurses’ caring with postpartum depressed mothers Screening methodes for PPD PPD and maternal – infant interaction Mothes’ with PPD perceptions of nurses’ caring Relationship between PPD and infant temperament Predictors of PPD metaanalysis Mothers with PPD and their experiences interacting with children Concept analysis of panic Developing research programs using qualitatve and quantitative approaches Effects of PPD on child development



2002 2003



2004



Mothering multiples PPD in mothers of babies in the NICU PPDS – spanish version Birth trauma Posttraumatic stress disorder after childbirth Benefits of internet interviews



2005 2005



DHA in pregnancy Birth trauma and breastfeeding



2005 2007



Mapping birth trauma narratives PPDS – internet



2009



Mothers caring for a child with a brachial plexus injury Subsequent childbirth after previous birth trauma



Checklist to identify women at risk of PPD



2012



2003 2004 2004



2.3 Filosofi Teori Teori ini mengungkapkan bahwa caring (Teori Jean Watson) sebagai pusat dalam pelayanan keperawatan. Sehingga Beck, mengaplikasikan teori caring dalam bentuk membantu klien yang mengalami depresi pada postpartum. Beck menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan muncul beberapa gejala. 2.4 Visi dan Misi Teori Beck memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan depresi postpartum, yaitu: 1.



Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)



2.



Understanding (pemahaman)



3.



Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)



4.



Spirituality (spiritualitas)



5.



Exercise (latihan) Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu



yang mengalami depresi postpartum. Wanita dengan depresi postpartum sering kali hanya bisa berfokus pada satu dua aspek dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhanya.



2.5 Nilai Teori Hasil dari meta synthesis teori depresi postpartum memberikan implikasi bagi pelayanan keperawatan dimana konsep kehilangan (Kubler-Ross, 1969) yang dimunculkan sebagai komponen kunci dari postpartum depresi dapat digunakan perawat membantu membedakan bentuk kehilangan dari pengalaman wanita dengan postpartum. 2.6 Keyakinan teori Beck tidak mengarah kepada caring sebagai teori atau filosofi yang membangun secara khusus penelitian – penelitiannya. Akan tetapi dia melakukan penelitian yang membuktikan keyakinannya tentang pentingnya caring /kepedulian dalam perawatan wanita dengan depresi postpartum. Karena apabila depresi tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak 2.7 TujuanTeori Tujuan Beck Tatano Beck mengembangkanteoridepresi postpartum yaitu: a. Memahami postpartum sebagai suatu cara yang member jalan kepada para professional untuk mengembangkan strategi pencegahan yang adekuat; b. Mengembangkan program screening agar bisa memberkan intervensi sedini mungkin, dan; c. Mengembangkan strategi treatment yang adekuat untuk mencegah hal – hal yang berbahaya terhadap parawanita, anak - anak mereka serta keluarga mereka. 2.8 KonsepTeori Beck Tatano Beck menggunakan ide – ide dari Jean Watson yaitu perawat sebagai pusat perawatan. Beck juga menggunakan studi phenomenology dalam penelitiannya



terhadap



bagaimana



wanita



mengalami



depresi



postpartum



( pendekatan Colaizzi’s 1978 ). Selanjutnya Beck menggunakan teori grounded sebagai pengaruh dari ide – ide teori dan filosofiglasser (1978), Gkasser dan Strauss (1967), dan Hutchinson (1986). Sumberteori yang tidak seperti biasanya juga diambil oleh Beck dariSichel dan Driscoll (1999). 1.



Definisi postpartum Periode nifas atau yang biasa disebut postpartum adalah suatu peristiwa atau keadaan kembalinya organ-organ reproduksi perempuan pada kondisi tidak hamil setelah menjalani masa kelahiran, dengan membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Farrer, 2001).Sedangkan dalam Bobak, (2005) mengatakan bahwa postpartum atau



pascapartum adalah kembalinya organ reproduksi perempuan selama enam minggu pada kondisi sebelum hamil. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa postpartum adalah suatu proses kembalinya organ reproduksi perempuan 2.



pada fase setelah melahirkan hingga minggu ke-6. Adaptasi Fisiologis Postpartum Pada ibu postpartum dapat terjadi beberapa adaptasi psikologis, di antaranya terjadi perubahan tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem perkemihan, sistem pencernaan, hematologi dan pada organ reproduksi (Bobak, 2005) meliputi : a. Tanda-tanda vital; biasanya penurunan denyut nadi hingga 50-70 kali/menit. Peningkatan suhu 0,50 C akibat dari banyaknya pengeluaran cairan saat persalinan dan adanya fase deuresis. Sedangkan penurunan tekanan darah hingga 15-20 mmHg saat perubahan posisi atau disebut hipotensi orthostatik. b. Sistem perkemihan; selama proses persalinan trauma pada kandung kemih dapat terjadi di akibatkan oleh bayi sewaktu melewati jalan lahir. Kombinasi trauma akibat persalinan dapat meningkatkan kapasitas kandung kemih dan efek konduksi anestesi dapat menyebabkan keinginan berkemih menurun. Penurunan



kandung



kemih



seiring



deuresis



pascapartum



dapat



mengakibatkan distensi 8 kandung kemih. Sehingga pada keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan karena bisa menghambat keadaan kontraksi uterus. Deuresis pascapartum salah satu penyebabnya yaitu akibat penurunan kadar hormone esterogen yang merupakan mekanisme lain untuk mengatasi kelehihan cairan. c. Sistem pencernaan; perubahan buang air besar terjadi, keadaan ini disebabkan menurunnya tonus otot usus pada waktu awal setelah persalinan. d. Sistem kardiovaskuler; terjadinya perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir. Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.Bila pemeriksaan pada perempuan setelah melahirkan dilakukan dalam waktu 8 sampai 10 minggu, nilai curah jantung dapat kembali kekeadaan normal. e. Hematologi; volume plasma darah yang hilang selama 72 jam pertama pasca melahirkan lebih besar dari pada sel darah yang hilang. Normal leukosit saat kehamilan 12.000/mm3 . Namun, kenaikan leukosit selama 10 sampai 12



hari setelah melahirkan dapat terjadi sekitar 20.000 dan 25.000 /mm3 , keadaan ini merupakan hal yang wajar. f. Sistem endokrin; perubahan hormon terjadi selama periode postpartum. Setelah pengeluaran plasenta, kadaresterogen dan progesterone mengalami penurunan, hal ini terjadi hingga satu minggu postpartum. Sedangkan pada kadarprolaktin terjadi peningkatan selama masa hamil hingga menyusui sampai pada minggu keenam postpartum. g. Organ reproduksi Uterus, caliber pembuluh ekstrauterus dapat berkurang hingga hampir mencapai keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. 9 Lubang serviks berkontraksi secara perlahan, hingga beberapa hari lubang ini masih bisa dimasuki oleh dua jari. Setelah itu uterus mulai menciut hingga dalam waktu dua minggu uterus turun kedalam rongga panggul sejati. Dan kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil dalam kurun waktu sekitar 4 minggu (Leveno, 2009). Vagina dan perineum; penurunan esterogen pascapartum dapat mempengaruhi dalam penipisan mukosa vagina. Kembalinya vagina secara bertahap dari keadaan sebelum hamil dapat terjadi 6 sampai 8 minggu pasca melahirkan. 3. Proses Adaptasi Psikologis Penyesuaian ibu terhadap peran sebagai orang tua ada 3 fase.Dimana dalam fase-fase ini ditandai oleh prilaku dependen, prilaku dependen mandiri sampai prilaku interdependen (Bobak, 2005). a. Fase dependen Merupakan fase periode ketergantungan yang terjadi selama satu sampai dua hari pasca melahirkan. Pada fase ini ibu berharap bahwa segala kebutuhannya bisa dipenuhi oleh orang lain, sehingga ibu dapat memindahkan energy psikologisnya terhadap bayinya. Rubin mengatakan periode ini sebagai fase menerima (taking-in phase).Selain itu Rubin juga menjelasakan bahwa fase ini terjadi selama 2 sampai 3 hari. Selain itu ibu suka menginformasikannya kepada orang lain tentang persalinannya. Namun, ke asikkan dan kecemasan terhadap peran barunya ini dapat mengakibatkan ibu mudah sensitif.Sehingga membutuhkan pemahaman yang baik dalam menyampaikan informasi atau berkomunikasi. b. Fase dependen-mandiri Pada fase ini muncul kebutuhan ibu dalam mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain, serta berkeinginan untuk bisa



melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Ibu juga mulai belajar dalam merawat 10 bayinya.Rubin menjelaskan bahwa keadaan seperti ini disebut sebagai fase taking-hold yang terjadi kira-kira hingga 10 hari.Keseriusan dalam mengurus bayi dan tanggung jawab baru dapat membuat ibu mudah jenuh akibat dari kurangnya dukungan yang tidak diterimanya.Sehingga mudah bagi ibu untuk timbul perasaan seperti depresi.Oleh sebab itu, ibu dengan fase ini membutuhkan dukungan yang baik untuk merawat diri dan bayinya. Selama kehamilannya sampai enam bulan pasca melahirkan, ibu akan mengalami terjadinya perubahan peran. Tidak adanya pengalaman pada masa lalu biasanya akan menyebabkan ketegangan, peran konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh ibu. Sehingga dibutuhkan peranan keluarga dalam memberikan dukungan terkait dengan pemahaman terhadap informasi mengenai peran baru yang di alaminya (Cahyo, 2008). c. Fase interdependen atau yang biasa disebut dengan fase letting-go merupakan fase dimana muncul antara ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu system dengan anggota saling berinteraksi. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak dalam beberapa hal. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam fase ini.Serta ibu dan ayah mulai melakukan aktifitas sebagai peran baru yang di alaminya, seperti mengatur rumah dan membina karier. 4.



Pengertian postpartum blues Postpartum blues merupakan keadaan yang terjadi setiap waktu setelah perempuan melahirkan, tetapi sering terjadi pada hari ketiga atau ke-4 yang memuncak pada hari kelima dan ke-14 postpartum (Bobak, 2005).Gale& Harlow, (2003) menjelaskan post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi sementara dengan durasi 3-7 11 hari pasca melahirkan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa postpartum blues merupakan gejala seperti depresi ringan yang terjadi sementara atau salama beberapa jam setelah melahirkan dengan durasi 3- 7 hari dan dapat memuncak pada hari yang ke-14 postpartum.



5.



Faktor penyebab postpartum blues Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :



a). Depresi prenatal Depresi prenatal (selamakehamilan) merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya depresi postpartum yang paling kuat. Depresi prenatal bisa terjadi pada beberapa atau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001). b). Stress merawat anak Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001). c). Stress dalam kehidupan Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stress selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisisekonomi, dan penyakitkronis) (Beck, 2001). d). Dukungan sosial Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. e). Ansietas pranatal Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001). f). Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya (Beck, 2001). g). Riwayat depresi sebelumnya



Sarafinodalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009). h). Temperamen bayi Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinyadepresi postpartum. i). Maternity blues Maternity blues adalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih. Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001). j). Harga diri Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri. Rendahnya harga diri menggambarkan negativenya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck, 2001). k). Status sosio ekonomi Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010), mengungkapkan bahwa status social ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakintinggi pula resikoterjadinyadepresi postpartum. l). Status perkawinan Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001). m). Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan



Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009). 6.



Tanda dan gejala postpartum blues Gejala postpartum blues biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat pascapartum dan memuncak pada hari kelima atau ketujuh sampai keempat belas pasca partum. Hal ini dapat ditandai dengan perasaan mudah marah, sedih, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa, cenderung mudah menangis, jengkel, perasaan putus asa bahkan sampai ibu merasa enggan untuk mengurus bayinya sendiri (Fatimah S., 2009; Bobak, 2005; Cury, 2008). Sebenarnya, untuk menetapkan kategori blues cukup sulit karena ketiadaannya alat dalam pengkajian standar yang digunakan untuk mendiagnosis terjadinya blues. Sehingga dalam penjelasannya Kennerley dan Gath, seseorang mengalami postpartum blues apabila ditemukan tujuh tanda dan gejala seperti; perubahan mood, merasa rendah, cemas, merasa terlalu emosional, mudah menangis, letih, bingung dan pikiran yang mudah kacau (Bobak, 2005).



7.



Pencegahan Depresi Postpartum Pencegahan terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan memberikan psikoedukasi maupun konseling yang dilakukan oleh perawat dan profesi kesehatan lain. Hal ini disebabkan karena bantuan yang diberikan pertama kali adalah dari tenaga kesehatan. Ibu biasanya gagal keluar dari kondisi yang sulit karena perasaan yang kurang nyaman, sehingga sangat penting memberkan pelatihan konselor pada tenaga kesehatan professional agar mampu menolong ibu secara professional. Kegiatan konseling yang dilakukan dapat meliputi:



a. Konseling perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun sudah menikah. Konseling perkawinan bertujuan untuk membangun dan membina keluarga yang harmonis. Seorang konselor menjelaskan tentang tujuan perkawinan, mempersiapkan perkawinan, membina perkawinan, membina hubungan seksual dalam perkawinan, dan mengasuh serta membimbing anak dalam keluarga. Konselor juga membantu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002); b. Konseling antenatal Tujuan dari menyelenggarakan konseling antenatal bagi ibu hamil dan keluarga adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dan perawatan bayi, pengetahuan dan perhatian pada aspek emosional serta bagaimana penyelesaian masalah emosional. Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang depresi postpartum dapat mengurangi kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).



8.



Penatalaksanaan Depresi Postpartum Perempuan pada umumnya, mereka tidak mau bercerita bahwa mereka mengalami postpartum blues atau gangguan depresi ringan, karena merasa malu dan takut mendapatkan anggapan bahwa mereka tidak mampu untuk menjadi seorang ibu (Latifah & Hartati, 2006). Sehingga peran perawat komunitas disini sangat diperlukan untuk melakukan deteksi dan pencegahan terhadap kejadian postpartum blues agar tidak berkembang kedalam depresi postpartum dan postpartum psykosis (Soep, 2009). Ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ibu yang mengalami gangguan Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010) setelah melahirkan dalam (Bobak, 2005; Soep, 2009); a. Bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua gejala-gejalanya, riwayat kesehatan yang lalu untuk mengidentifikasi gangguan suasana hati postpartum dengan cara waspada terhadap tanda-tanda dan gejala gangguan suasana hati, b. Bantulah ibu untuk bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain, seperti menceritakan tentang apa yang di alaminya terutama terhadap



orang yang berpengalaman contohnya dengan bergabunglah dengan sebuah kelompok, dimana bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; c. Libatkan ayah atau pasangan untuk membantu dalam merawat bayi d. Upayakan untuk banyak istirahat dan tidur selama bayi tidur, makan secara seimbang dan teratur; e. Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendirian, kerjakan apa yang dapat dilakukan saja dan berhenti ketika merasa lelah f. Jangan sendirian dalam waktu yang lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana hati g. Mintalah bantuan untuk mengerjakan rumah tangga dan mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui pada malam hari h. Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarganya dengan cara melibatkan keluarga dalam rencana perawatan dan bantu untuk membuat jadwal rencana rujukan i. Mendukung upaya ikatan orang tua dan bayi dengan cara beri dukungan untuk perawatan lanjutan ibu kepada bayinya. 9. Kelebihan dan Kelemahan Teory Beck a. Kelebihan 1. Teory beck memberikan pemahaman yang holistic terkait postpartum depresi; 2. Teori ini memungkinkan pada pelayanan kesehatan tidak hanya melihat mengapa postpasrtum itu bisa terjadi tetapi perawat bisa memahami pola pikir klien dengan depresi postpartum; 3. Teory ini lebih sederhana dan mudah dibaca; 4. Teory ini telah mengeksplorasi tentang kesadaran dan pentingnya penanganan pada ibu dengan postpartum depresi. b. Kelemahan : 1. Terbentuknya stigma yang lemah dalam teori ini, karena sedikitnya literature; 2. Penelitian teori ini merupakan penelitian kualitatif sehingga tidak semua individu berbagi pengalaman yang dialami pada saat mengalami depressi postpartum



DAFTAR PUSTAKA Alligood. M. R. (2017) Pakarteorikeperawatandankaryamerekaelseiver. PPNI. RI Beck, C.T. 2001.Predictors Of Postpartum Depression : An Update.Nursing Research Beck, C.T. 2002. Postpartum depression a meta-syntesis.quality health research Beck, C.T. 2007. Exemplar:Teetering on the edge: A continually emerging Theory of postpartum depression in p munhal (Ed). Boston. Lowdermilk, D.R.,Perry, S.E., danBobak, I.M (2000).,Maternity Womens health care. 7thed.st.Louis.Mosby. INC Maeve, M.K.2014. Nursing Theory and Their Work, Eigth Edition Marsh, J.R. 2013. A Middle Range Theory of Postpartum Depression :Analisis And Application Walker, L.O.1995. Strategis for Theory Contruction In Nursing. Appleton & Lange: USA Alligood. M. R. (2017) Pakarteorikeperawatandankaryamerekaelseiver. PPNI. RI