Teori Georg Simmel [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ratna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI GEORG SIMMEL A. Asumsi dasar teori Georg Simmel Georg Simmel menyatakan bahwa obyek sosiologi merupakan suatu bentuk-bentuk hubungan antar manusia. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat tentu mengalami suatu proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami suatu proses interaksi antara individu dengan kelompok. Masyarakat itu ada ketika individu mengadakan suatu interaksi dengan individu-individu lainnya. Simmel juga memiliki teori realitas sosial yang terbagi dalam tiga level yaitu: a. Asumsi



pertama



tentang



komponen-komponen



psikologi



kehidupan sosial. b. Asumsi kedua, perhatian pada komponen-komponen dalam hubungan antarpribadi. c. Asumsi ketiga, karyanya tentang struktur dan perubahan dalam semangat sosial pada zamannya. Simmel juga memusatkan perhatiannya pada bentuk interaksi sosial. Simmel berpikiran bahwa individu harus memiliki kesadaran kreatif. Baginya suatu basis kehidupan sosial adalah individu dan kelompok yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk berbagai tujuan, motif dan kepentingan. Di dalam analisanya mengenai kelompok-kelompok sosial, ia mulai dengan suatu bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang yang dinamakan monad. Kemudian monad dikembangkan lagi dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua orang, dyad, atau tiga orang, triad dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Minat Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat di dalam bahasannya yaitu tentang perbedaan antara dyad dan triad. Adapun yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang terlibat di dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel yaitu begitu jumlah orang yang terlibat di dalam interaksi berubah, maka bentuk dari interaksi merekapun berubah



juga namun dengan teratur dan dapat diramalkan. Georg Simmel terkenal di dalam jenis pemikiran teori dibidang sosiologi, berikut merupakan asumsi dasar dari teori-teori Georg Simmel:



1. Teori Konflik Lahirnya teori konflik ini dikarenakan reaksi ataupun kritik terhadap teori fungsionalisme struktural dengan asumsi dasar dari teori konflik yang dipopulerkan oleh Georg Simmel adalah sebagai berikut:1 a. Setiap masyarakat tunduk terhadap perubahan sosial yang ada dimana-mana. b. Adanya pertikaian di dalam system sosial. c. Setiap unsur yang merupakan masyarakat memberikan kontribusi disentregasi dan juga perubahan. d. Keteratuan yang ada di dalam masyarakat merupakan suatu paksaan dari penguasa. e. Penguasa selalu berusaha mempertahannya kedudukannya atau kekuasaannya dengan cara mempengaruhi masyarakat yang ada. Interaksi yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok kadang dapat menimbulkan konflik. Konflik merupakan suatu pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh Simmel. Menurut Simmel masalah



yang



mendasar



dari



setiap



masyarakat



adalah



pertentangan antara kekuatan-kekuatan sosial dan juga individu. Mengapa? Karena, pertama, sosial melekat kepada setiap individu dan. Kedua, sosial serta unsur-unsur individu bisa berbenturan di dalam individu, meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana dalam mengintegrasikan individu-individu. Sebab lainnya, karena setiap individu mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dan adanya berbagai benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap



individu



tersebut



di



dalam



usahanya



memenuhi



kebutuhannya.



1



Nur Ahmad Fadhil Lubis, Agama Sebagai Sistem Kultural, (Medan: IAIN Press, 2000), 46.



Dari sikap yang nampak ini Simmel mempunyai sebuah pemikiran yang menghasilkan suatu konsep individualisme ini (dari kepribadian yang berbeda) terwujud di dalam prinsip-prinsip ekonomi, masingmasing, persaingan bebas dan pembagian kerja.Simmel mempunyai perhatian terhadap teori konflik. Hal tersebut membuatnya dikenal sebagai sosiolog



2. Teori Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang pada awalnya berada dibawah payung besar dari teori fenomologi atau teori interpretif atau teori tindakan sosial. Georg Simmel mengatakan bahwa kepribadian dari seseorang itu ditentukan oleh keefektifan antara hubungan sosial dengan sesame manusia. Dan berikut merupakan asumsi dasar dari teori interaksionisme simbolik:2 a. Seorang manusia telah diberikan akan untuk bisa berfikir. b. Kemampuan berfikir dari manusia ditentukan oleh interaksi sosial. c. Di dalam melaksanakan interaksi sosial manusia mempelajari arti serta



symbol



yang



memungkinkan



dari



mereka



untuk



menggunakan kemampuan berfikir secara rasional. d. Makna serta symbol



juga memungkinkan manusia untuk



melanjutkan tindakan khusus dan melakukan interaksi. e. Seorang manusia bisa mengubah arti serta symbol yang mereka gunakan di dalam tindakan dan juga interaksi berdasarkan penafsiran terhadap suatu situasi. f. Seorang manusia juga mampu melakukan modifikasi, menguji, evaluasi dan perubahan berdasarkan interaksi sosial. g. Pola tindakan serta interaksi saling berkaitan akan bisa membentuk kelompok dan juga masyarakat. Asumsi yang paling penting adalah manusia mempunyai kapasitas untuk dapat berfikir membedakan interaksionisme simbolik 2



George Ritzer-Douuglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moder, (Jakarta: Kencana, 2005), 272.



dari akar behaviourismenya. Kemampuan berfikir ini tersimpan di dalam pikiran tetapi teoritisi interaksionis simbolik memiliki konsep yang lumayan luar biasa mengenai pikiran yang menurut nereka berasal dari sosialisasi kesadaran. Teoritisi interaksionis simbolik ini tidakmembayangkan pikiran sebagai suatu benda, sebagai sesuatu yang tidak mempunyai struktur fisik, namun lebih kepada membayangkan sebagai proses yang berkelanjutan sebagai sebuah proses yang dirinya sendiri adalah bagian dari proses yang lebih luar dari stimuli dan respon. Pikiran jika menurut interaksionsime simbolik sebenarnya lebih berhubungan dengan setiap aspek lain yang termasuk sosialisasi, arti, symbol, diri, interaksi, dan juga masyarakat. Dengan adanya asumsi-asumsi ini maka di dalam interaksi sosial para actor ataupun individu terlibat di dalam proses dimana saling



mempengaruhi.



Studi



interaksionisme



simbolik



lebih



menekankan kepada individu sebagai actor di dalam proses interaksi sosial. Oleh sebab itu interaksionisme simbolik ini lebih bersifat kepada studi mikro.



B. Pokok pemikiran teori Georg Simmel Simmel punya empat pokok pemikiran yaitu sebagai berikut: 1. Pertama, analisisnya pada level mikro tentang psikologi individu dalam kehidupan sosial. 2. Kedua, fokusnya pada hubungan interpersonal atau interaksi antar individu. 3. Ketiga, pada level struktur sosial dan budaya, perubahan yang terjadi dalam struktur tersebut. 4. Keempat, metafisika. Dengan bahasan- bahasan sebagai berikut: 1. Bahasan pertama sosiologi murni (pure sociology). Pembicaraan ini menghubungkan faktor psikologi individu dengan bentuk-bentuk



interaksi. Simmel percaya setiap individu memiliki sifat, kemampuan mental dan kreativitas. 2. Bahasan yang kedua adalah sosiologi umum (general sociology). Pembicaraan fokus pada produk-produk sosial dan budaya dalam sejarah manusia. Simmel menunjukkan perhatiannya pada kelompokkelompok besar, struktur dan sejarah masyarakat dan budaya. 3. Bahasan terakhir adalah sosiologi filsafat (philosophical sociology).



Georg Simmel memiliki gagasan pemikiran mikro adalah sebagai berikut: a.



Kesadaran individu.



e.



Pengaruh jumlah bentuk sosial.



b.



Konsep sosiologi.



f.



Kreatifitas individu.



c.



Realitas sosial.



g.



Uang dan nilai.



d.



Interaksi sosial.



Selain hal mikro, Simmel membuat kategori interaksi sebagai berikut : a. Berdasar bentuk, yaitu : 1) Subordinasi (ketaatan) 2) Superordinasi (dominasi)



5) Sosiabilita yang



(interaksi



terjadi



demi



interaksi itu sendiri



3) Hubungan seksual



dan



4) Konflik



tujuan.



bukan



untuk



b. Berdasar tipe, yaitu : 1) interaksi yang terjadi antar individu-individu 2) interaksi yang terjadi antar individu-kelompok 3) interaksi yang terjadi antar kelompok-individu



Proses interaksi timbal balik itu dapat berlangsung sementara dan berlangsung lama. Syarat-syarat munculnya interaksi; a. Emosi identik dengan kemauan yakni yang mendorong seseorang untuk berinteraksi. b. Nomos atau Hukum yang mengikat suatu interaksi.



C. Kritik/kekurangan teori Georg Simmel Semasa hidupnya Simmel sangat jarang untuk membaca karya orang lain



dan



menurutnya



ide-idenya



muncul



secara



tiba-tiba



yang



keseluruhannya merupakan hasil dari pemikirannya sendiri karena menurutnya belajar dari karya orang lain itu mempengaruhi kemurniannya dalam berfikir dan menurutnya perubahan itu harus alami tidak ada invertensi dari pihak lain sehingga karya Simmel dinilai tidak empiris dan tidak ilmiah. Berikut merupakan kritik atas teori-teori yang dikemukakan oleh Georg Simmel:3



1. Teori konflik a. Teori konflik cenderung mengabaikan ketertiban serta ketidak stabilan di masyarakat. b. Teori konflik cukup radikal melihat permasalahan-permasalahan yang timbul di masyarakat. c. Teori



konflik



banyak



memiliki



kesamaan



dengan



teori



fungsionalisme.



2. Teori interaksionisme simbolik a. Teori interaksionisme simbolik cukup mudah menghilangkan suatu metode ilmiah konvensional. b. Konsep mind, self, dan society memiliki sifat ambigiusitas dan kontradiktif antara satu dengan lainnya bahkan teori mead dipandang keliru, tidak tepat, dan oleh karena itu tidak bisa menyediakan basis yang kuat untuk teori prnrlitian. c. Teori interaksionisme simbolik mengabaikan peran struktur berskala yang luas, karena bagaimanapun juga di dalam kajian sosiologi kajian struktur sosial adalah kajian utama. d. Teori interaksionisme simbolik juga mengabaikan masalah psikologi, motif, tujuan serta aspirasi.



3



Sahrul, Teori-Teori Sosiologi, Jurnal An-Nadwah, Vol. XIV, No. 2, 2009, 114.