Teori Komunikasi Rida [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Constructivism (Jesse Delia), Social Judgment Theory (Muzafer Sherif), Elaboration Likelihood Model (Richard Petty and John Cacciopo), Kognitive Dissonance Theory (Leon Festinger) Oleh



: Rida Anjani 16816334



Constructivism (Teori Konstruktivisme) Of Jesse Delia



1. Latar Belakang Jesse Delia adalah bekas kepala departemen bagian pidato komunikasi di University of Illinois, sekarang menjadi dekan Pengetahuan Budaya dan Ilmu Pengetahuan di universitas yang sama. Teori Constructivism dikembangkan oleh Delia pada tahun 1982. Delia menggambarkan constructivism sebagai tukang kayu yang mencoba untuk mendirikan atau memperbaiki hubungan di dunia dimana kita hidup. Inti dari constructivism adalah seseorang akan menggambarkan dunia melalui sistem dari gagasan-gagasan atau apa yang mereka pikirkan sendiri. Gagasan-gagasan atau pikiranpikiran berupa komponen-komponen kognitif yang dilengkapi atas realita-realita yang ada dalam lingkunganya. Jadi teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menuirut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukan dirinya dalam bentuk yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui cara seseorang melihat sesuatu. Kita biasanya tidak tahu bahwa penafsiran skema yang kita gunakan untuk membuat pengertian tentang dunia sosial kita. Delia dan Jaringan Peneliti menciptakan Role Category Questionnare (RCQ). RCQ membantu kita masuk kedalam kepala kita, menjelaskan suatu makna. RCQ merupakan sebuah metode penelitian yang menekankan pada kepribadian dan tindakan seseorang dalam mendefinisikan karakter seseorang, bukan secara fisik.



1



2. Asumsi Teori Konstruktivisme Asumsi dasar dari constructivism adalah bahwa orang-orang akan memahami dunia melalui sistem yang dibentuknya sendiri. Individu yang telah memiliki kedewasaan, dia melihat dunia dari gambaran kehidupan yang ada, dan mampu mengambarkan orang dengan lebih kompleks, bahwa tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang saja. Teori ini menjelaskan bahwa orang orang memiliki tingkat pemikiran yng berbeda-beda. Untuk mengukurnya ada yang dinamakan RCQ. RCQ merupakan sebuah metode penelitian yang menekankan pada kepribadian dan tindakan seseorang dalam mendefinisikan karakter seseorang. 3. Konsep-Konsep Teori Konstruktivisme 



Role Category Questionnaire Instructions Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa orang orang memiliki tingkat pemikiran



yang berbeda-beda. Untuk mengukurnya ada yang dinamakan RCQ. RCQ merupakan sebuah metode penelitian yang menekankan pada kepribadian dan tindakan seseorang dalam mendefinisikan karakter seseorang. Delia melakukan pengujian terhadap RCQ dengan mengembangkan kompleksitas kognitif itu berdasar kronologi usia anak yang kemudian secara berurutan pada nilai yang lebih tinggi antara dewasa menuju usia tua. Pada akhirnya menyimpulkan bahwa perbedaan individu antara orang dewasa relatif stabil dari waktu ke waktu. Dia menuliskan bahwa test kepribadian tidak harus digambarkan oleh karakter lain atau faktor yang tidak berhubungan. Peneliti harus memahami bahwa nilai RCQ itu bebas dari IQ, empati, ataupun kemampuan menulis. 



Konsep Interpersonal Sebagai Bukti Tentang Kompleksitas Kognitif Asumsi inti dari konstruktivisme adalah bahwa “orang-orang membuat gagasan



tentang dunia melalui system konsep pribadi. Konsep adalah template (contoh) kognitif atau stensil yang kita sesuaikan dengan realita untuk membawa perintah kedalam persepsi kita. Konsep interpersonal adalah template atau stensil kognitif yan kita sesuaikan dengan realita sosial untuk menyusun kesan kita tentang orang. Angket Kategori Peran dirancang untuk menjadikan sampel konsep interpersonal dalam kotak peralatan mental kita yang kita bawa ke tempat pembentukan makna – fungsi pengolahan pusat pikiran kita.. Angkat kategori peran (RCQ) adalah sebuah survey



2



respon bebas yang dirancang untuk mengukur kerumitan kognitif dari persepsi interpersonal seseorang. Tiga Bagian dari Kompleksitas Kognitif 1. diferensiasi, yaitu ada banyaknya gagasan mengenai kepribadian yang terpisah-pisah digunakan untuk mendeskripsikan seseorang 2. abstraksi, yaitu derajat yang melihat pada tingkah laku yang tampak dalam kaitannya dengan sifat internal, motivasi, dan disposisi (kecenderungan / kecondongan) 3. integrasi, yaitu berkenaan dengan pengakuan dan perdamaian pada kesan-kesan Indeks Keahlian Persepsi Sosial Para peneliti yang mengandalkan RCQ sedang mencoba untuk menentukan derajat kompleksitas (kerumitan) kognitif kita ketika kita membentuk kesan tentang orang lain dan menganalisa situasi sosial. Kompleksitas kognitif adalah kemampuan mental untuk membedakan kepribadian yang halus dengan perbedaan perilaku diantara manusia. Mereka yakin bahwa orang yang memiliki rangkaian konsep interpersonal yang besar memilikiketerampilan persepsi yang lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam teori pengolahan informasi sosial Walther, pembentukan kesan merupakan tahap penting yang pertama dalam perkembangan hubungan. Teoretikus kognitif seperti Delia dan Burleson membedakan antara struktur mental dengan proses mental. Apa yang anda ketahui tentang pengolahan kata di komputer anda dapat membantu anda memahami peran yang berbeda dari struktur dan proses didalam pikiran. Perangkat keras komputer adalah struktur. Apa yang dilakukan oleh perangkat lunak ketika kita memencet tombol fungsi adalah proses. 



Menilai RCQ Untuk Diferensiasi Konsep Walaupun RCQ dapat dinilai dengan cara yang berbeda, namun kebanyakan



peneliti konstruktivis memisahkan penjelasan tentang pasangan-pasangan yang disukai dan tidak disukai untuk jumlah diferensiasi konsep. Diferensiasi diartikan sebagai



3



jumlah konsep kepribadian yang berbeda yang digunakan untuk menggambarkan orang yang dipertanyakan. Kata sifat dan kata keterangan yang hanya memodifikasi tingkatan sebuah karakteristik tidak mencerminkan konsep-konsep lain. Para konstruktivist menganggap jumlah konsep gabungan untuk kedua penjelasan tersebut sebagai indeks kompleksitas kgnitif. Delia membuat sebuah kasus yang baik untuk validitas mereka. Pernyataannya bahwa kompleksitas kognitif berkembang dengan usia kronologis anak tercermin dalam nilai yang lebih tinggi ketika anak kecil tumbuh besar. Ia juga percaya bahwa perbedaan individu antara orang dewasa seharusnya relatif stabil dari waktu ke waktu. Yang terakhir, Delia mencatat bahwa sebuah tes kepribadian murni seharusnya tidak diganggu oleh sifat karakter lain atau faktor-faktor luar. Penelitian telah menetapkan bahwa skor RCQ terlepas dari IQ, empati, keahlian menulis, dan ekstroversi. 



Pesan-Pesan Yang Terpusat Kepada Orang – Sisi Interpersonal Pesan yang terpusat kepada orang adalah sebuah pesan yang dibuat disesuaikan



untuk individu dan konteks tertentu; mencerminkan kemampuan komunikator untuk mengantisipasi respon dan juga menyesuaikan diri. Ketika Delia menggunakan frase ini, pesan yang terpusat kepada orang mengacu kepada pesan-pesan yang mencerminkan kesadaran tentang dan adaptasi terhadap aspek subyektif, afektif dan huungan dari konteks komunikasi. Dengan kata lain, pembicara mampu mengantisipasi bagaimana individu yang berbeda dapat menanggapi sebuah pesan dan menyesuaikan komunikasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ruth Ann Clark dan Delia tentang anak-anak kelas dua sampai sembilan adalah sebuah prototype penelitian konstruktivist yang menghubungkan pesan yang terpusat kepada orang dengan kompleksitas kognitif. Hal ini terfokus kepada kemampuan anak-anak untuk mengadaptasikan daya tarik persuasive dengan target pendengar yang berbeda. Konstruktivisme berasumsi bahwa adaptasi strategi merupakan keterampilan yang dipelihara dalam segi perkembangan.



4



Sesuai dengan keyakinan mereka, Clark dan Delia menemukan bahwa kualitas pesan semakin baik seiring dengan bertambahnya usia anak. Akan tetapi perbedaan dalam diferensiasi konsep yang bukan disebabkan oleh usia kronologi juga memiliki dampak yang signifikan. Para ahli yang mengkaji komunikasi menggunakan istilah-istilah yang berbeda untuk menjelaskan kapasitas guna menciptakan pesan-pesan yang terpusat kepada orang: sensitivitas retorika, mengambil peran orang lain, identifikasi, pemantauan diri, kesadaran khalayak, adaptasi pendengar. Apapun kita menyebutnya, penciptaan pesanpesan yang terpusat kepada orang merupakan sebuah keterampilan komunikasi yang mutakhir. Komunikasi yang mutakhir adalah sebuah pesan yang terpusat kepada orang yang mencapai berbagai tujuan. Desain pesan logis: 1.



Expresive Desain Logic



Bahasa merupakan media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Mereka hanya berkata apa yang mereka pikirkan dan sakan yang lainya akan mengetahui apa yang mereka pikirkan dan rasakan. 2.



Conventional Design Logic



Komunikasi merupakan sebuah permainan yang dimainkan dengan cara kerja sama, sesuai dengan aturan dan prosedur sosial yang lazim. 3.



Rhetorical Design Logic



Komunikasi merupakan kreasi dan negosiasi dari pribadi sosial dan situasi. Artinya ketika seseorang menyampaikan gagasannya, mereka mengungkapkan kenyataankenyataan sosial yang ada. Teori ini menggabungkan expresiv design logic dan conventional design logis. Menggunakan bahasa yang expresiv namun juga mengikuti aturan yang ada. 



Produksi Pesan: Menyusun Rencana Untuk Tindakan Berbasis Tujuan Versi-versi awal dari konstruktivisme tidak dapat menetapkan alasan mengapa



diferensiasi konsep yang tinggi biasanya mengarah kepada komunikasi yang lebih efektif. Produksi pesan adalah sebuah proses tiga tahap yang terdiri atas penilaian sasaran, pemilihan rencana, dan pemberlakuan taktik (tindakkan). Pada akhir tahun 1980an, para teoretikus kognitif lain telah mulai mengembangkan model produksi 5



pesan yang dapat digunakan oleh para konstruktivisme untuk menjelaskan proses pemikiran yang menghubungkan struktur kognitif dengan tindakn ujaran. Delia dan teman-temnanya sekarang menganggap urutan (rangaian) mental dasar yang diuraikan oleh para ilmuwan kognitif sebagai garis yang hilang yang menghubungkan kompleksitas mental dengan pesan-pesan yang terpusat kepada orang. Untuk memahami proses pemikiran, kita akan bekerja melalui model produksi pesan sasaranrencana-tindakan yang diuraikan oleh professor komunikasi Universitas Pennsylvania, James Dillard. Sasaran Sasaran-sasaran disebut dasar (primer) karena mereka menggeakkan sekumpulan proses kognitif yan lebih rendah yang terjadi secara parallel dan sejajar dengan seluruh tujuan yang dinyatakan oleh tujuan primer. Pengadopsian berbagai sasaran primer mendesak timbulnya sasaran sekunder. Tujuan tambahan yang tidak kalah pentingnya ini seringkali bertentangan dengan sasaran primer. Burleyson mengatakan bahwa “orang-orang yang memiliki tingkat kompleksitas kognitif interpersonal yang tinggi … cenderung mengembangkan sebuah sasaran yang lebih rumit dan canggih untuk banyak situasi sosial, terutama mereka yang tampak menantang atau menuntut. Jumlah dan keragaman konsep interpersonal juga membekalinya untuk mengembangkan sebuah rencana yang memiliki berbagai segi yang dapat menariknya. Rencana Jika kita tahu apa yang kita ingin dicapai oleh respon kita, maka kita merencanakan sebuah rencana pesan dengan mengunakan catatan prosedural yang disimpan dalam ingatan jangka panjang kita. Catatan prosedural adalah pengumpul kembali sebuah situasi tertentu yang dipasangkan dengan konsekuensinya; sebuah ingatan jika-ketika-maka. Tindakan Pesan-pesan yang terpusat kepada orang merupakan bentuk komunikasi yang ingin dijelaskan, diprediksikan, dan dipromosikan oleh Delia. Karena orang yang



6



kompleks secara kognitif memiliki persepsi sosial untuk melihat persepsi sosial untuk melihat kebuthan mengejar berbagai sasaran dan keahlian untuk mengembangkan rencana-rencana pesan untuk mencapai mereka, mereka adalah orang-orang beruntung yang dapat berkomunikasi dengan terampil ketika situasi menuntutnya. Kebanyakan orang menganggap konteks komunikasi sebagai sebuah faktor yang membatasi pilihan seorang pembicara. 



Efek Manfaat Dari Pesan-Pesan Yang Terpusat Kepada Orang Pesan-pesan dukungan sosial mencoba meredakan gangguan emosional yang



dialami oleh orang lain. Burleson telah mengembangkan skala hirarkis sembilan tahap untuk melambangkan tingkat kenyamanan yang ditawarkan oleh sebuah pesan dukungan. Seperti yang mungkin anda duga, pesan-pesan yang mutakhir biasanya dialami sebagai lebih nyaman daripada upaya-upaya yang janggal pada dukungan sosial. Pemeliharaan hubungan adalah sebuah proses yang berbeda dari perkembangan hubungan. Hubungan sukarela biasanya dimulai melalui abtraksi bersama, penyingkapan diri, dan pengurangan ketidakpastian. Burleson dan Wendi Samter dari Bryant college mengemukakan bahwa orang-orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang mutakhir akan baik dalam mempertahankan persahabatan yang erat. Untuk menguji hipotesis mereka, Burleson dan Samter meninjau penelitianpenelitian mereka terdahulu tentang persahabatan serta penelitian peneliti lain. Mereka menemukan sebuah pola yang konsisten, yang mereka sebut sebagai model keterampilan yang serupa. Model keterampilan serupa adalah sebuah hipotesis bahwa hubungan berjalan lebih baik ketika pihak-pihak yang terlibat memiliki tingkat kemutakhiran verbal yang sama. Yang mengejutkan, kemampuan individu untuk memberikan dukungan ego, menyelesaikan konflik, dan memberikan kenyamanan pada waktu stress kurang menjamin bahwa hubungan personal mereka yang erat akan bertahan dan tumbuh pesat.



7



4. Kritik Teori Konstruktivisme Delia meluncurkan apa yang ia sebut sebagai teori perbedaan kognitif interpretatif pada konstruktivist tentang pesan-pesan yang terpusat kepada orang jelas memenuhi sasarannya. Ketika para peneliti bidang kedokteran menemukan pengaruh yang mematikan otak dari racun timah, mereka dengan cepat merencanakan kampanye umum untuk menghentikan cat berbahan dasar timah. Demikian halnya, para guru melobi untuk “Project Head Start” ketika mereka menyadari bahwa makanan untuk perut merupakan sebuah prasyarat makanan untuk pikiran, jelasnya kemiskinan, cat yang mengelupas, dan gizi yang buruk saling berhubungan, dan peneliti konstruktivist menunjukkan bahwa seorang anak yang sama sekali tidak memiliki komunikasi yang merangsang refleksi merupakan bagian dari lingkaran keji yang sama. Konstruktivisme terbuka bagi tuntutan kaum elitisme jika para teoretikus merencanakan sebuah rencana untuk upaya perbaikan yang akan membantu mempersempit kesenjangan antara “yang kaya” dengan “yang miskin”. Role Category Questionaire (RCQ) tidak sepenuhnya dapat menilai kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, Role Category Questionaire (RCQ) tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk menilai hal tersebut karena di luar sana masih banyak terdapat unsur-unsur lain yang dapat dijadikan untuk memperimbangkan atau menilai kemampuan berkomunikasi seseorang.



8



SOCIAL JUDGMENT THEORY (Teori Pertimbangan Sosial) Of Muzafer Sherif 1. Latar Belakang Teori pertimbangan sosial adalah hasil penelitian seorang psikolog yang bernama Muzafer Sherif dari Oklahoma University.



Teori pertimbangan



sosial



didasarkan pada penelitian filsafat zaman dulu, dimana orang-orang diuji kemampuannya untuk menilai rangsangan-rangsangan fisik seperti beban suatu objek atau terangnya sebuah cahaya. Bentuk penelitian ini dijadikan perumpamaan oleh sheriff untuk meneliti cara-cara individu menilai berbagai macam pesan, ternyata sherif menemukan prinsip psikofisika yang juga berpegang pada penilaian sosial. Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi. Proses ”mempertimba/ngkan” isu atau objek sosial tersebut. Sherif berpatokan pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang. Menurut Sherif ada tiga rujukan yang digunakan seseorang untuk merespons suatu stimulus yang dihadapi. Ketiganya merupakan bagian yang saling terkait. Yang pertama disebut latitude of acceptance (rentang atau wilayah penerimaan) yang terdiri dari pendapat-pendapat yang masih dapat diterima dan ditoleransi. Bagian kedua disebut latitude of rejection (rentang penolakan) yang mencakup pendapat atau gagasan-gagasan yang kita tolak karena bertentangan dengan kerangka rujukan kita (sikap dan keyakinan), dan yang terakhir disebut latitude of noncommitment (rentang ketidakterlibatan) yang terdiri dari pendapat atau pesan-pesan persuasif yang tidak kita tolak dan tidak kita terima. Dalam rentang ketidakterlibatan ini kita tidak memiliki opini apa-apa sehingga bersifat netral terhadap pokok permasalahan yang ada. Disamping ketiga konsep pokok diatas, masih ada satu konsep penting lainnya dari teori yang disebut ego-involevement yakni derajat yang menunjukkan arti penting suatu isu bagi seseorang. Meskipun tiga konsep ”latitude” yang dikemukan teori pertimbangan sosial sudah cukup memadai dalam menjelasakan bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap pesan-pesan persuasif namun derajat penting tidaknya suatu stimulus (ego-involvement) akan turut menentukan sejauhmana seseorang dapat dipengaruhi. Dengan kata lain makin berarti suatu isu bagi seseorang maka semakin



9



kecil kemungkinan orang tersebut dapat dipengaruhi. Dalam teori ini juga dijelaskan adanya dua macam efek yang timbul akibat proses menilai atau mempertimbangkan pesan yakni efek asimilasi (assimilation effect) dan efek kontras (contrast effect). Efek asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif dalam rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan patokan (kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan patokan, maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan patokan yang ada dan dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet, dimana setiap pernyataan baru dapat ”ditarik” mendekati pernyatan patokan sehingga tampak menjadi lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan dengan patokannya. Teori ini berparadigma positivistik. Pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda (kontras) dan bertentangan dengan pernyataan patokan meskipun sebenarnya perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Karena kita memperbesar perbedaan maka sebuah pesan yang seolah-olah bertentangan sepenuhnya dengan patokan yang ada. Akhirnya pesan tersebut kita tolak. 2. Asumsi Teori Pertimbangan Sosial Teori ini mempelajari tentang proses psikologis yang mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Asumsi dasarnya bahwa dalam menilai sesuatu, manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatif yang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang datang dari luar. Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mengetahui apa sikapnya dan mampu menentukan perubahan sikap apa yang akan diterimanya serta perubahan apa yang akan ditolaknya. Teori ini menjelaskan kepada kita tentang suatu pesan atau pernyataan diterima atau ditolak itu didasarkan atas peta kognitif kita sendiri terhadap pesan tersebut. Seseorang menerima atau menolak suatu pernyataan atau pesan-pesan tertentu, bergantung kepada keterlibatan egonya sendiri. Ketika orang menerima pesan, baik verbal ataupun nonverbal, mereka dengan segera men-judge (memperkirakan, menilai) di



mana



pesan



harus



ditempatkan



dalam



bagian



otaknya



dengan



cara



membandingkannya dengan pesan-pesan yang diterimanya selama ini. Teori ini juga menjelaskan tentang bagaimana individu menilai pesan-pesan yang mereka terima. Ia 10



juga mampu memprediksi bahwa seseorang menerima atau menolak terhadap pesanpesan yang masuk. Selain itu teori ini juga melahirkan hipotesis-hipotesis baru dan memperluas rentangan pengetahuan seseorang, termasuk kita ketika sedang menerima pesan-pesan, dan juga memiliki kekuatan terorganisir melalui pengorganisasian pengetahuan yang ada di dalam otak kita mengenai sesuatu.



3. Konsep-Konsep Penting Dalam Teori Pertimbangan Sosial Konsep-konsep pokok dalam social judgement theory (Teori pertimbangan sosial) adalah: 1. Latitude of acceptance (rentang atau wilayah Penerimaan) Proses pertimbangan di atas menurut Sherif & Hovland (1961) berlaku baik untuk pertimbangan fisik (misalnya; berat) maupun pengukuran sikap. Walaupun demikian ada dua perbedaan antara pertimbangan terhadap situasi fisik yang bersifat obyektif dengan sikap. Dalam sikap, individu sudah membawa klasifikasinya sendiri dalam menilai suatu obyek dan ini mempengaruhi penerimaan atau penolakan individu terhadap obyek tersebut. Kedua, pertimbangan sosial (sikap) berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lain, padahal dalam pertimbangan fisik tidak terdapat variasi yang terlalu besar. 2. Latitute of rejection (rentang Penolakan) Jika seseorang individu melibatkan dirinya sendiri dalam situasi yang dinilainya sendiri, maka ia akan menjadikan dirinya sendiri sebagai patokan. Hanya hal-hal yang dekat dengan posisinya mau diterimanya. Rentang penolakan yang mencakup pendapat atau gagasan-gagasan yang kita tolak karena bertentangan dengan kerangka rujukan kita (sikap dan keyakinan). 3. Latitute of noncommitment (rentang keterlibatan) Rentang ketidakterlibatan yang terdiri dari pendapat atau pesan-pesan persuasif yang tidak kita tolak dan tidak kita terima.



11







Keterlibatan Ego (Ego Involvement)



Jika Anda pengguna kartu kredit, seberapa penting bunga cicilan 0% bagi Anda? Pertanyaan seperti inilah yang disebut Sherif sebagai konsep ego-involvement. Ego-involvement mengacu pada tingkatan seberapa penting sebuah “tawaran” terhadap kehidupan seseorang. Ego-involvement merupakan kunci utama munculnya latitude of acceptance atau bahkan rejection. Konsep ini dilatarbelakangi dengan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: “Apakah ini hal utama bagi kita?”, “Apa kita sangat memikirkannya?”, “Apakah sudah sesuai dengan pola hidup kita?” Ego-involvement menggambarkan kemampuan kognitif seseorang akan suatu isu tertentu. Penulis coba ungkapkan contoh lain misalkan efek rumah kaca karena lapisan ozon yang berlubang. Hal ini mungkin tidak begitu penting bagi kita karena tidak banyak menyinggung sisi kognitif dalam diri kita (low ego involvement). Lain halnya ketika yang diungkap adalah; berlubangnya lapisan ozon menyebabkan sinar UV dapat dengan mudah masuk ke bumi tanpa filter sehingga kemungkinan penyakit kanker kulit dapat dengan mudah menyerang. Isu yang kedua ini akan memunculkan tingkatan ego involvement yang lebih tinggi karena lebih menyentuh pada aspek kognitif kita tentang kepedulian terhadap diri sendiri. 



Penilaian Pesan : Kontras dan Kesalahan Asimilasi Di dalam teori ini juga menjelaskan dua macam efek yang timbul akibat proses



mempertimbangkan pesan yaitu efek asimilasi dan efek kontras. Efek asimilasi cenderung dapat bisa diterima ketimbang keadaan yang sebenarnya. Masyarakat yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan dengan patokannya. Sedangkan pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda karena sebenarnya secara teori kita memperbesar perbedaan dan pada akhirnya pesan dapat ditolak dengan mudah oleh masyarakat. 



Ketidaksesuaian dan Perubahan Sikap



Dalam Teori penilaian social ini membantu pemahaman kita tentang komunikasi sebagai perubahan sikap. Teori penilaian social juga membantu membuat prediksi perubahan sikap berdasarkan rentang yang ada, yaitu : 1). Pesan-pesan yang jatuh pada rentang penerimaan cenderung akan mempermudah perubahan sikap. 12



2). Jika suatu pesan oleh seseorang dinilai terletak dalam rentang penolakan, maka perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada. 3). Dalam rentang penerimaan dan rentang non komitmen semakin tidak sesuai suatu pesan dengan pendirian/prinsip seseorang, maka akan semakin besar kemungkinan sikap akan berubah.



4. Kritik Teori Pertimbangan Sosial 1. Konsep keterlibatan ego tidak didefinisikan dengan baik. Apakah tingginya ego involvement indikasi dari topik yang penting?,atau itu menunjukkan seberapa sering topik ditemui oleh pendengar? 2. Kritikus telah mengangkat kemungkinan bahwa lintang tidak benar-benar khusus untuk topik tertentu, tetapi mencerminkan kemampuan umum seseorang mudah dan tidaknya dipengaruhi. Dengan kata lain, orang yang mudah untuk dibujuk akan memiliki garis lintang penerimaan yang lebih luas dari orang yang sulit untuk dibujuk.



13



ELABORATION LIKELIHOOD MODEL (Model Elaborasi Kemungkinan) Of Richard Petty & John Cacioppo







Latar Belakang Elaborasi Kemungkinan Model adalah teori umum perubahan sikap . Menurut pengembang teori Richard E. Petty dan John T. Cacioppo, mereka dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja untuk mengatur, mengkategorikan, dan memahami proses dasar yang mendasari efektivitas komunikasi persuasif umum. Studi tentang sikap dan persuasi dimulai sebagai fokus utama psikologi sosial, ditampilkan dalam karya psikolog Gordon Allport (1935) dan Edward Alsworth Ross (1908). Allport digambarkan sebagai sikap "konsep yang paling khas dan sangat diperlukan dalam psikologi sosial kontemporer". jumlah yang cukup dari penelitian yang dikhususkan untuk mempelajari sikap dan persuasi dari tahun 1930-an melalui tahun 1970-an. Teori ini berparadigma postivistik







Asumsi Model Elaborasi Kemungkinan Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa orang dapat memproses pesan persuasive dengan cara yang berbeda. Pada suatu situasi ini kita menilai sebuah pesan secara mendalam, hati-hati dan dengan pemikiran yang kritis, namun pada situasi lain kita menilai pesan sambil lalu saja tanpa mempertimbangkan argument yang mendasari isi pesan tersebut (Griffin, 2012). Kemungkinan untuk memahami pesan persuasive secara mendalam bergantung pada cara seseorang memroses pesan. ELM adalah sebuah teori persuasi karena teori ini mencoba untuk memprediksi kapan serta bagaimana individu akan dan tidak akan terbujuk oleh pesan (Littlejohn & Foss, 2008:72). Kemungkinan elaborasi (elaboration likelihood ) adalah suatu kemungkinan bahwa individu akan mengevaluasi informasi secara kritis. Kemungkinan elaborasi bergantung pada cara seseorang mengolah pesan. Pesan ini diterima dan disalurkan melalui dua jalur yang berbeda yakni central route dan peripheral route. Ketika kita memroses informasi melalui central route, kita



14



secara aktif dan kritis memikirkan dan menimbang-nimbang isi pesan tersebut dengan menganalisis dan membandingkannya dengan pengetahuan atau informasi yang telah kita miliki. Pada umumnya orang berpendidikan tinggi atau berstatus sebagai pemuka pendapat (opinion



leader) berkecenderungan



menggunakan central



route dalam



mengolah pesan-pesan persuasif. Sementara orang berpendidikan rendah cenderung menggunakan jalur peripheral dimana faktor-faktor di luar isi pesan atau nonargumentasi lebih berpengaruh bagi yang bersangkutan dalam menentukan tindakan. .Jika seseorang secara sungguh-sungguh mengolah pesan-pesan persuasif yang diterimanya dengan tidak semata-mata berfokus pada isi pesan yang diterimanya melainkan lebih memperhatikan daya tarik penyampai pesan, kemasan pruduk atau aspek peripheral lainnya maka ia dipandang menggunakan jalur pinggiran (peripheral route). Ketika individu mengolah informasi melalui rute sentral, ia memikirkan argumen secara aktif dan menanggapinya dengan hati-hati. Jika individu tersebut berubah, maka hal tersebut mengarahkannya pada perubahan yang relatif kekal, yang mungkin mempengaruhi bagaimana ia berperilaku sebenarnya. Jumlah pikiran kritis yang diterapkan pada sebuah argumen bergantung pada dua faktor motivasi dan kemampuan individu. Ketika seseorang sangat termotivasi, mungkin ia akan menggunakan pengolahan rute sentral dan ketika motivasinya rendah, pengolahan yang diambil lebih cenderung pada rute periferal. Motivasi sedikitnya terdiri atas tiga hal yaitu keterlibatan atau relevansi personaldengan topik, perbedaan pendapat, dan kecenderungan pribadi individu terhadap cara berpikir kritis (Littlejohn & Foss, 2008:72-73). Rute sentral melibatkan elaborasi dari pesan. Elaborasi adalah “sejauh mana seseorang dengan hati-hati berfikir tentang issue-relevant argument yang terkandung didalam suatu komunikasi persuasi”. Dalam suatu usaha untuk memproses informasi baru secara rasional, orang – orang menggunakan Rute Sentral untuk mengamati dengan teliti tentang suatu ide/pemikiran, mencoba menemukan manfaat serta implikasinya. Sama seperti Characterization of Strategic Message Plans milik Berger, Elaborasi membutuhkan tingkatan kognitif yang tinggi.



15







Konsep-Konsep Model Elaborasi Kemungkinan 



Rute Sentral dan Periferal Rute Central dan perifer: keduanya adalah gaya efektif teknik persuasi, namun masing-masing memiliki strategi dan prinsip-prinsip panduan untuk membuatnya lebih efektif. Memahami dua rute persuasi yang dibahas dalam Model Elaborasi Kemungkinan sangat penting untuk proses persuasi. 1. Rute Sentral Pesan yang dikirim melalui rute pusat persuasi harus lurus ke depan dan lengkap. Rute pusat terdiri dari "pertimbangan bijaksana dari argumen (ide, konten) dalam pesan "(Benoit dkk., 2001). Penerima hati-hati dalam mendalami isi pesan dan mengevaluasi subyek ide. Pesan yang dikirim melalui rute ini harus memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi, yaitu, penerima harus benar-benar peduli tentang dan berhubungan dengan subjek. Karena itu penting bagi mereka, maka pesan akan dievaluasi secara menyeluruh. Pesan rute Tengah harus kuat. Pesan akan dibedah dan dianalisis dari setiap sudut, jadi sebaiknya memiliki beberapa substansi untuk itu. Misalnya, pengawas lapangan golf sangat prihatin dengan kondisi rumput di lapangan golf tempat dia bekerja, maka ketika sebuah iklan produk baru keluar untuk menyemprot gulma, ia akan membayar perhatian, ia akan menganalisis isi pesan dan apa artinya untuk dia supaya rumput menjadi lebih hijau. Di sisi lain, seorang wanita bisnis yang tinggal di lantai apartemen tidak memiliki perhatian dengan rumput itu, karena dia tidak memiliki halaman rumput. Oleh karena itu iklan semprotan gulma tidak penting baginya. Kelemahan untuk mengirim pesan melalui rute central adalah bahwa penerima harus memiliki motivasi untuk menganalisis pesan. Jika penerima tidak langsung dipengaruhi oleh pesan, dia tidak akan menempatkan pesan tersebut untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu, pesan persuasif hilang pada banyak orang. Namun, bagi mereka yang terlibat langsung dengan masalah ini, ada dua keuntungan penting terkait dengan persuasi melalui rute pusat yaitu "Perubahan sikap cenderung bertahan lebih lama daripada perubahan yang disebabkan melalui jalur peripheral"(Scott, 1996). Di lain kata, jika sikap dari penerima telah berubah sebagai hasilnya, kemungkinan yang terjadi pesan itu akan lama menetap dan



16



perasaan dicapai dengan persuasi rute sentral lebih permanen dibandingkan dengan rute peripheral. 2. Rute Peripheral Rute persuasi peripheral berhasil untuk pesan dengan penerima yang rendah keterlibatannya, motivasi penerima rendah, dan pesan lemah. Tidak seperti rute pusat, pesan yang dikirim melalui rute peripheral tidak diproses secara kognitif. Sebaliknya, rute perifer menyatakan bahwa "jika seseorang tidak mampu untuk menguraikan pesan ekstensif, maka dia masih dapat dibujuk oleh faktor-faktor yang tidak ada hubungannya dengan isi sebenarnya dari pesan itu sendiri "(Moore, 2001). Ini adalah tempat pemasaran, periklanan, dan hubungan masyarakat masuk Menurut Profesor Dekan Kruckeberg dan Ken Starck, "Pandangan publik dominan PR, pada kenyataannya, merupakan salah satu persuasif dan komunikasi tindakan ... "(Wilcox et al., 2003, p.214). Jadi bagaimana Anda pergi membujuk seseorang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan produk Anda atau layanan untuk membeli itu? Lagu catchy, warna-warna cerah, dan dukungan selebriti semua adalah cara persuasi peripheral. "Pesan tersebut akan berusaha untuk menarik perhatian dengan membuat penerima berpikir tentang sesuatu yang dia sudah akrab dengan dan memiliki pikiran positif tentang " Tipe pesan-pesan Peripheral : Sama seperti argumen pada rute sentral, pesan peripheral dapat dievaluasi sebagai positif, negatif dan netral Pesan Positif : Pesan yang dirasakan / diterima oleh khalayak dan menciptakan perubahan perilaku positif. Misalnya kita sebagai warga jakarta sangat tertarik diberikan pesan tentang “Jakarta Baru”, dengan kehadiran Jokowi yang membawa pesanpesan jakarta baru dan melihat ketertarikan kita pada sosok dan kiprahnya, maka akan membuat kita memilih Jokowi sebagai Gubernur.



17



Pesan Netral : Memberikan perasaan emosional pada penerima pesan yang ambivalen, mereka tidak



terlalu tau atau peduli tentang pesan yang disampaikan. Apabila



warga jakarta tadi tidak tahu dan tidak peduli akan perubahan jakarta, Maka dengan munculnya calon gubernur Jokowi, mereka bisa berperilaku netral, mungkin bisa memilih dan mungkin tidak atau bahkan golput. ·



Pesan Negatif : Pesan yang menimbulkan respon emosional yang negatif atau mengecewakan dari penerima pesan. Apabila kemunculan Jokowi-Ahok diusung oleh megawati dan Prabowo, sementara mungkin sebagian orang tidak simpatik pada kedua tokoh tersebut karena sepak terjangnya di masa lalu dan melihat ada kepentingan dibelakang, maka mungkin orang tidak akan memilih Joko-ahok. 



Tipe Elaborasi Argumen Menurut Petty & Cacioppo, 1986 dalam buku Dainton (2013:127) Penting untuk memahami khalayak yang akan menjadi target sebelum memilih rute penyampaian pesan, namun selain itu memahami target khalayak tersebut juga penting dalam menyusun / membentuk elaborasi argumen yang akan disampaikan. Terdapat 3 tipe argumen dalam ELM : 



Strong Arguments Argumen yang menciptakan respon kognisi positif di dalam pikiran penerima pesan juga secara positif mempengaruhi keyakinan mereka dengan pandangan-pandangan dari pemberi argumen atau orang yang mengajak. Argumen yang kuat dapat menanamkan kepada khalayak dalam melawan penolakan dan kebanyakan mengubah perilaku jangka panjang menuju perilaku yang dapat diprediksi. Pengulangan pesan juga







Neutral Arguments Argumen yang menghasilkan respon kognisi yang tidak berkomitmen/ berpihak/memilih dari penerima pesan tau orang yang diajak. Dengan kata lain, tidak ada 18



perubahan perilaku yang terjadi dan akibatnya penerima pesan mungkin menjadi beralih ke jalur pinggiran atau jalan pintas. 



Weak Arguments Argumen yang menghasilkan respon kognisi negatif terhadap pesan persuasif. Respon negatif ini akan tidak hanya mencegah perubahan perilaku tapi mungkin menimbulkan efek bumerang / membalikkan, kemudian memperkuat perlawanan pandangan







Kritik Model Elaborasi Kemungkinan Kritik pertama terlihat di dua rute elaborasi. Rute pusat diakui hanya berlaku untuk sebagian kecil dari populasi. Anda hanya dapat membuat argumen dengan pusat jika audiens Anda memiliki pengetahuan tentang topik dan mereka memiliki motivasi untuk mendengar pesan Anda karena berlaku secara langsung kepada mereka. Perifer rute seharusnya mampu membujuk individu tersisa yang tahu sedikit apa-apa tentang topik yang mudah dijangkau. Orang-orang ini diyakini dibujuk oleh lagu yang menarik, warna-warna cerah, dukungan selebriti dan isyarat perifer seperti kelangkaan dan dirasakan kredibilitasnya. Namun, ada beberapa orang yang tak satu pun dari rute-rute ini akan mempengaruhi. Sulit untuk berhasil membujuk individu yang tidak memiliki kebutuhan dasar fisik mereka bertemu. Jika Anda tidak memiliki atap di atas kepala Anda atau Anda sedang kelaparan, Anda tidak benar-benar peduli dengan orang yang sedang mencoba untuk membujuk Anda untuk melakukan sesuatu kecuali mereka menyuap Anda dengan makanan atau tempat tinggal dan dalam kasus ini adalah penyuapan,yang artinya tidak persuasi. Serta ada budaya tertentu yang sistem nilai nya tidak akan termotivasi oleh isyarat perifer dangkal seperti dukungan selebriti. Mereka tidak akan tertarik. Topik atau produk juga mungkin tidak relevan dengan budaya mereka.



19



COGNITIVE DISSONANCE THEORY (Teori Disoansi Kognitif) Of Leon Festinger



1. Latar Belakang Teori Disonansi Kognitif diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 (Shaw & Contanzo, 1985) dan berkembang pesat sebagai sebuah pendekatan dalam memahami area umum dalam komunikasi dan pengaruh social (Festinger, 1957). Teori disonansi kognitif menjadi salah satu penjelasan yang paling luas yang diterima terhadap perubahan tingkah laku dan banyak perilaku sosial lainnya. Teori ini telah digeneralisir pada lebih dari seribu penelitian dan memiliki kemungkinan menjadi bagian yang terintegrasi dari teori psikologis sosial untuk bertahun-tahun (Cooper & Croyle, 1984, dalam Vaughan & Hogg, 2005). Sebenarnya kata disonansi kognitif merupakan perasaan yang tidak seimbang, ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang (1957:4). Konsep ini membentuk inti dari Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory-CDT) Festinger, teori ini berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu. Menurut Roger Brown (1965), dasar dari teori ini mengikuti sebuah prinsip yang cukup sederhana “Keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Disonansi adalah sebuah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Menurut Browns dua elemen memiliki untuk memiliki tiga hubungan yang



berbeda



satu



sama



lain



diantaranya,



Hubungan



Konsonan



(Consonant



Relationship), Hubungan Disonan (Dissonant Relationship), dan Tidak Relevan (Irrelevant). Hubungan Konsonan (consonant relationship) ada dua elemen ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan disonan (dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya. Maksudnya tidak ada sinergis antara pemikiran dan perbuatan. Hubungan relevan (tidak irrelevant) ada ketika elemen-elemen tidak mengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. 20



Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernytaan Festinger bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan. Paradigm ini berparadigma positivistik/objektif. 2. Asumsi Teori Disonansi Kognitif Teori kognitif disonansi adalah menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. Ada empat asumsi dasar dari teori ini : 1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya. Penjelasan : menekankan sebuah model mengenai sifat dasar manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka akan mencari konsistensi. 2.



Disonansi diciptakan oleh inskonsistensi psikologis. Penjelasan : berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis).



3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Penjelasan : menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi tercipta menimbulkan perasaan tidak suka jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman. 4. Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Penjelasan : untuk menghindari situasi yang menciptakan inskonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencara konsistensi psikologis sebagai hasil rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.



21



3. Konsep-Konsep Teori Disonansi Kognitif Ketika teoretikus disonansi berusaha untuk melakukan prediksi seberapa banyak ketidaknyaman atau disonansi yang dialami seseorang, mereka mengakui adanya konsep tingkap disonansi. Tingkat disonansi (magnitude of dissonance) merujuk kepada jumlah kuantitatif disonansi yang dialami oleh seseorang. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi. Teori CDT membedakan antara situasi yang menghasilkan lebih banyak disonansi dan situasi yang menghasilkan lebih sedikit disonansi. 



Tingkat Disonansi Tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang: 1) Tingkat kepentingan (importance), faktor dalam menentukan tingkat disonansi merujuk pada seberapa signifikan masalah itu. 2) Rasio disonansi (dissonance ratio), faktor dalam menentukan tingkat disonansi merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan. 3) Rasionalitas (rationale) yang digunakan individu untuk menjustifikasi inkonsistensi. Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka semakin sedikit disonansi yang seseorang rasakan.







Mengatasi Disonansi Meskipun teori disonansi kognitif menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi baik melalui perubahan perilaku maupun sikap, kebanyakan penelitian difokuskan kepada sikap. Banyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan pada kognisi. Meskipun CDT menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi baik melalui perubahan perilaku maupun sikap, kebanyakan penelitian difokuskan pada sikap, yaitu : 1) mengurangi pentingnya keyakinan disonansi kita 2) menambahkan keyakinan yang konsonan, 3) menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.



22







Disonansi Kognitif dan Persepsi Secara spesifik, Teori Disonansi Kognitif berkaitan dengan proses pemilihan terpaaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention), pemilihan interpretasi (selective interpretation), dan pemilihan retensi (selective retention) karena teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari penghindaran ini. Terpaan selektif (selective exposure), metode untuk mengurangi disonansi dengan mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini. Perhatian selektif (selective attention), metode untuk mengurangi disonansi dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini. Interpretasi selektif (selective interpretation), metode untuk mengurangi disonansi dengan menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi menjadi konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini. Retensi selektif (selective retention), metode untuk mengurangi disonansi dengan mengingat informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.







Justifikasi Minimal Menawarkan jumlah insentif paling kecil yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan. Festinger (1975) berpendapat bahwa “jika seseorang berkeinginan untuk memperoleh perubahan pribadi selain persetujuan publik, cara terbaik untuk melakukannya adalah menawarkan cukup penghargaan atau hukuman untuk memperoleh persetujuan.”







Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi Banyak penelitian berkonsentrasi pada disonansi kognitif sebagai fenomena pasca pengambilan keputusan. Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembeli (a buyer’s remorse), yaitu disonansi yang sering dialami seseorang setelah memutuskan suatu pembelian yang besar. Kajian yang menarik mengenai penyesalan pembeli berhubungan dengan pembelian kendaraan bermotor (Donnely & Ivancevich, 1970).



23



4. Kritik Teori Disonansi Kognitif Meskipun para peneliti telah menggunakan dan merevisi teori Festinger sejak 1957, dan beberapa ilmuwan menekankan bahwa teori ini merupakan prestasi utama dari bidang psikologi social . teori ini juga memiliki kelemahan dan kritikan. Satu kelemahan berhubungan dengan komplen para kritikus bahwa disonansi mungkin bukan merupakan konsep yang paling penting untuk menjelaskan perubahan sikap. Contohnya, bebrapa peneliti percaya bahwa kerangka teoritis lain dapat menjelaskan peribahan sikap yang dotemukan oleh Festinger dan Carlmith (1959) dalam eksperimen satu dolar/dua puluh dolar. Irving Janis dan Robert Gilmore (1965) berpendapat ketika orang berpartisipasi dalam inkonsistensi ,seperti berdebat mengenai sebuah posisi yang tidak mereka yakini, mereka menjadi termotivasi untuk memikirkan kembali semua argument yang mendukung posisi tersebut sementara menekan setiap argumen yang tidak mendukungnya. Janis dan Gilmore menyebut proses ini penyeleksian bias. Proses penyeleksian bias ini ini meningkatkan kemungkinan akan penerimaan posisi baru contohnya, mengubah posisi evaluasi seseorang bahwa menyortir gelondongan merupakan pekerjaan yang membosankan menjadi posisi yang baru yaitu bahwa pekerjaan itu benar-benar pekerjaan yang menarik.



DAFTAR PUSTAKA Griffin, EM. 2006. A first look at Communication Theory. San Diego: Mc GrawHill. 24



Litlejohn, Stephen W & Karen A.Foss. 2014. Theories of Human Communication 9th ed. Diterjemahkan oleh Mohammad Yusuf Hamdan, dengan judul “Teori Komunikasi Edisi 9”. Jakarta: Salemba Humanika. West, Richard & Lynn H.Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis dan Aplikasi Buku 2 terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.



25