Teori Perbandingan Politik Riska Nanda BAB I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah Nama NIM Kelas Tugas



: Teori Perbandingan Politik : Riska Nanda : E1051181036 :B : Ke-1 BAB I TELAAH KOMPARATIF



Telaah komparatif sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telaah berarti penyeledikan atau kajian, serta penelitiaan mendalam. Sementara itu, komparatif dapat diartikan berkenaan atau berdasarkan perbandingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa telaah komparatif berarti mengkaji sesuatu berdasarkan berbagai macam perbandingan. Telah dijelaskan bahwa Ilmu Perbandingan Politik dapat ditelaah dengan berbagai macam isu atau teori secara komparatif. Dimana perkembangan itu dibagi menjadi empat cabang ilmu teoritis yakni ; isu-isu dan telaah komparatif, kepustakaan di masa lalu dan sekarang, garis besar studi, serta teori dan telaah. Disamping itu, dalam pembahasan pada BAB ini juga menggunakan dua elemen. Pertama adalah upaya untuk memperjelas berbagai istilah yang diperuntukkan pada aliran utama (mainstream) perbandingan politik, hal itu dilakukan karena penggunaan terminology dalam karangan seringkali kurang tepat atau tidak konsisten. Kedua, adalah paparan berbagai macam survei tentang karangan atau kepustakaan perbandingan politik secara luas dan diakhiri dengan daftar pustaka terpilih. ISU-ISU TEORI DAN TELAAH KOMPARATIF Perbandingan Politik menurut istilah secara umum seringkali berpatokan pada studi tentang berbagai negara Eropa. Pada kali ini, tujuan utama studi ini membahas tentang Lembaga-lembaga sekaligus seluruh fungsi lembaga itu didalam negara. Ada tiga Lembaga negara, yakni eksekutif, legislative, dan yudikatif. Dilengkapi dengan bermacam-macam organisasi lain. Diantaranya partai politik, serta para kelompok penekan. Namun pada umumnya teori perbandingan politik lebih mempelajari berbagai macam hal mengenai politik dalam jangkauan yang lebih mendetail. Teori dan metode tentunya tidak lepas dari ilmu dasar pada studi ini. Sebagaiamana dijelaskan bahwa teori merupakan serangkaian gagasan yang tersusun secara sistematik. Sementara itu, metode merupakan suatu cara yang menggunakan beberapa perangkat dalam membahas suatu isu secara mendalam. Studi perbandingan politik kerap kali menjadi multitafsir diberbagai macam kalangan. Bukan hanya menjadi diskusi di kalangan mahasiswa, para akademisi juga sering menjadikan perbandingan politik menjadi topik perbincangan hangat mereka. Sebab dalam studi ini, banyak sekali teori yang telah digunakan secara gamblang tanpa penjelasan mendalam. Padahal, seharusnya kita dapat mengkaitkan teori perbandingan politik dengan berbagai macam teori-teori lain dalam hubungan ilmu politik. Hal itupun telah dibahas Panjang pada BAB III. Dimana studi ini, banyak bersumber dari teori maupun metode bersumber dari berbagai pemikiran para fisafat politik. Diantaranya, Aristoteles, Plato, Machiavelli, Monstesque, Hegel, Marx serta Mill. Filsuf politik pada abad 20 juga sudah menjadikan studi formal tentang pemerintahan negara sebagai arah diskusi mereka. Adapun filsuf itu yakni Woodrow Wilson, Vilfredo Pareto, James Bryce serta Carl Friedrich. Sementara itu, masih banyak para filsuf yang



menjadikan pembahan tentang studi ini bagian dari kajian mereka. Bahkan ada beberapa perkembangan yang mengarah kepada studi ekonomi politik. Perkembangan berbagai macam disiplin ilmu telah menjadikan berbagai macam dinamika politik menjadi alasan dari luasnya berbagai macam teori serta metode yang dapat menjadi dasar dalam berpikir secara luas orientasi studi perbandingan politik. Contohnya perang dunia kedua, hal itu telah mengguncang dunia serta membuat para ahli politik mengalihkan perhatian merea daru system politik mapan ke negara-negara baru. Perkembangan dan dinamika diatas dapat menjadi bukti bahwa pendalaman tentang studi perbandingan politik khususnya dalam bidang sosial tidak lepas dari metode yang tersusun secara sistematik. Tidak hanya itu, pembahasan tentang ilmu politik sangat meluas. Bahkan kajian mengenai itu, dapat dilakukan secara menyeluruh. Namun tidak menampik juga dapat dibahas secara individualis. KEPUSTAKAAN DI MASA LALU DAN SEKARANG Perbandingan Politik dapat dipastikan temuan hukum-hukum universal dibidang politik melalui investigasi global (Edward, A Freeman : 1873). Tetapi pada kenyataannya, cita-cita itu tidak dapat terwujud. Hal itu dapat dipatahkan dengan temuan dari berbagai ilmuan yang menyatakan tidak ada hukum-hukum universal dalam ilmu politik. Berbagai dinamika teoritis dan metodologis itu sesungguhnya juga telah diperhatikan oleh para ilmuan politik. Max Weber dalam bukunya berjudul The Methodology of the Social Science (1949) serta Emile Durkheim dalam bukunya berjudul The Rules of Sociological Method (1938) telah menjawab bahwa para ilmuan telah menjadikan studi ini menjadi bagian dari perbincangan hangat mereka. Sementara itu, Karl Marx malah memilih untuk tidak menyiapkan berbagai pengertian tentang teori dan metode, kendati begitu Marx tetap mementingkan hal ini dalam setiap tulisannya. Marx lebih memilih untuk menelaah tentang pendalaman ilmu social kontemporer kepada khalayak luas dalam suatu kerangka yang sepadan dan seimbang sebagai kosekuensi dari langkah-langkah yang diambil oleh aktor politik. Dalam telaah inilah norma dan berbagai macam aturan dibahas sebagai sumber legitimasi berbagai hubungan produksi yang terbentuk dari adanya alat dan kekuatan produksi tertentu. Sebetulnya masih banyak lagi pembahasan mendalam dari berbagai filsuf politik mengeni kepustakaan di masa lalu dan sekarang pada studi perbandingan politik. Seperti Gabriel Almond yang menghubungkan konsepsi tentang perbandingan politik miliknya dengan system politik didunia, hal tersebut ia jabarkan melalui buku miliknya berjudul Politics of the Developing Areas. Tidak lupa konsep itu juga dikaitkan dengan system budaya dan pembangunan. GARIS BESAR STUDI INI Sejak tahun 1953, pada umumnya teori-teori umum dibidang studi komparatif dapat dibagi dalam empat teori mendasar. Diantaranya, teori-teori system, budaya, pembangunan politik, serta teori-teori kelas. Empat teori mendasar itu akan dibahas secara lugas sebagai berikut : a. Teori-teori Sistem (System Theories)



Pada awal tahun 1950 perbincangan mengenai teori-teori system mulai menghangat dipermukaan bumi. Tiga penulis yang cukup kuat menjabarkan pernyataan tentang teori-teori system secara mendalam. Para pengembang teori ini memilih system makro dalam analisis komparatif. David Eston berpendapat bahwa konsep system politik lahir ditandai dengan konsep input dan output, demand, support serta feedback hal itu ia tuangkan dalam buku berjudul The Political System. Sementara itu, Gabriel Almond lebih tertarik dengan mendalami pembahasan tentang klasifikasi sederhana mengenai system politik. Hal itupun ia tuangkan dalam buku berjudul Journal of Politics 1956. Karl Deutsch Bersama dengan sebuah karya yang diberi nama Nerves of Government dirinya mengembangkan teori tentang politik sistematik. Hal itu ia rumuskan Bersama Nobert Wiener. b. Teori-teori Budaya Pada tahun 1960 pendekatan secara kebudayaan menjadi sesuatu yang booming dibahas dalam studi perbandingan politik. Kendati demikian, pembahasan itu masih mengenai studi perbandingan politik yang dianggap tidak sejalan dengan karya-karya tradisional tentang budaya dalam ilmu antropologi. Bahkan merambah tentang sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi. Belum lagi dianggap tidak sejalan dengan studi tentang kepribadian psikologi. Menurut beberapa filsuf politik, jenis budaya politik dapat diartikan sebagai ciri dari system politik yang saling berkaitan. Gabriel Almond lagi-lagi menjadi filsuf yang turut menelaah secara detail tentang teori-teori kebudayaan. Namun kali ini ia tidak sendirian, Bersama Sydney dirinya mengembangkan beberapa teori serta pemikiran mengenai teori kebudayaan dalam studi perbandingan politik. Hal itu mereka tumpahkan dalam buku berjudl Political Culturue and Political Development. c. Teori-teori Pembangunan Teori ini tentu menjadi bagian penting dalam pendalaman tentang studi perbandingan politik. Setelah kemunculan dunia ketiga. Masih dengan Gabriel Almond, ia kembali mencurahkan pemikirannya mengenai teori pembangunan dalam sebuah buku berjudul Politics of the Developing Areas. Buku ini menceritakan tentang Kawasan terbelakang yang dianggap memiliki potensi untuk maju. Almond kali ini ditemani oleh beberapa penulis lain, memandang akan pentingnya gagasan-gagasan tentang hakikat system politik dan budaya politik pembangunan. Selain Almond, beberapa naskah resmi yang membhasan tentang keterbelakangan negara-negara miskin juga keluar, satu diantaranya jurnal berjudul Captilasm and Underdevelopmental karya Andre Gunder Frank dan How Europe Underdeveloped karya Walter Rodney. Karya semacam ini masih ada hingga sekarang. d. Teori-teori Kelas



Komite Perbandingan Politik (Committee on Comparative Politics) pada 1960 akhirnya mengambil keputusan untuk mencoba menelaah tentang studi-studi terhadap kelompok terpandang. Padahal pada 1950-an, beberapa ilmuan telah memfokuskan perhatian mereka berbagai jenis pernyataan yang meliputi kekusaan serta siapa yang berkuasa. Hal tersebut dikemuka oleh Floyd Hunter dan C. Wright Mills. Namun tulisan-tulisan itu tentu tidak dengan mudah mendapat dukungan dari pihak lain. Bahkan Robert A. Dahl Bersama beberapa teman-teman yang sependapat menentang dengan jelas isi tulisan itu. Mereka bersikeras mengenai konsepsi politik pluralistic. Bahkan masih banyak lagi beberapa hal yang dianggap sebagai kelemahan dalam studi komunitas yang dilakukan para sosiolog politik. Meski demikian, mereka yang berpegang keras dalam studi perbandingan politik tetap berusaha untuk tidak terpengaruh dakam perdebatan pluralis-elisys di awal 1960. TEORI DAN TELAAH Kali ini, giliran peran Samuel Beer dan Adam Ulam mereka merumuskan teori tentang tahapan-tahapan telaah komparatif. Tidak lupa dibumbui dengan tahapan-tahapan deksripsi, klasifikasi, penjelasan disertai fakta. Ternyata ada tokoh lain, tentu saja bukan Gabriel Almond, melainkan Roy Macridis yang ikut merumuskan hal senada. Pertama penjelasan tentang sebuah fakta yang dilakukan. Kedua, mengenali persamaan yang ada. Ketiga, memaparkan berbagai hipotesa sementara antar keterkaitan satu sama lain dalam proses realisasi dinamika perpolitikan. Keempat, proses verifikasi hipotesa. Kelima, penetapan temuan yang telah diambil. Penjelasan mengenai teori dan telaah tentu tidak akan terlepas dari deksirpsi, analisis, serta explication atau penjelasan secara rinci. Sementara itu juga diperlukan sintesis, yakni penggabungan beberapa bagian menjadi satu keseluruhan sehingga menjadi sebuah kajian yang koheran. Pemaparan ini merupakan contoh berbagai aspek-aspek teori mengenai studi perbandingan politik. Sepertinya peran Almond memang belum diperlukan dalam penjelasan mengenai teori dan telaah ini atau penulis mulai bosan dengan menulis nama filsuf yang menggunakan nama pasangan coklat ini. Nama Max Weber muncul sebagai ahli provokasi yang menonjolkan berbagai macam situasi yang ideal. Satu diantaranya memaparkan segala hal yang dianggap oalik baik dan diharapkan dapat dicapai dalam bebera waktu belakangan. Sebaliknya, kaum Marxis sepertinya lebih tertarik dengan mengaitkan berbagai macam teori dibanding berbicara tentang cita-cita. Kaum Marxis lebih tertarik membahas tentang perubahan dalam masyarakat sebagai kosekuensi dari berbagai macam pergulatan kekuatan social berdasarkan dialektik dan historis mengenai hubungan mereka dengan produksi. PERTANYAAN : 1. Mengapa Pemikiran Gabriel Almond menjadi yang paling menonjol dalam pembahasan yang diangkat oleh penulis ? 2. Apa alasan mendasar perlunya ilmu perbandingan politik untuk dibahas. Bukankah semua orang sebetulnya tahu bahwa seluruh ilmu pasti memiliki tolak ukur sebuah perbandingan?



3. Pada garis besar studi, dari empat teori yang dipaparkan. Mengapa penjelasan mengenai teori-teori budaya yang paling banyak menuai perdebatan pro dan kontra ? 4. Sementara itu, pada teori kelas-kelas apakah bisa dijelaskan apa maksud dari kata teori kelas-kelas dengan pemaparan yang dituliskan oleh penulis ini? 5. Apa alasan mendasar kaum Marxis lebih tertarik membahas tentang perubahan dalam masyarakat ketimbang membahas hal serupa dengan yang dipaparkan oleh Max Weber maupun Samuel Beer dan Adam Ulam serta Roy Marcridis ?