Bab I-3 Skripsi Riska Yani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP SEDINGINAN KECAMATAN TANAH PUTIH



PROPOSAL



RISKA YANI NIM: 19312051



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2020



KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah dilimpahkannya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan STIKes Payung Negeri dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih”. Dalam penyelesaian menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.



Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung Negeri Pekanbaru.



2.



Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.



3.



Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.



4.



Bapak dan ibu dosen serta staf tata usaha STIKes Payung Negeri Pekanbaru.



5.



Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda karena selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti.



6.



Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi rekan selama di STIKes Payung Negeri, khususnya teman-teman kelas serta sahabat- sahabat saya yang selalu menghiasi perjalanan peneliti setiap langkah.



Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti, Amin ya rabbal ‘alamin. Harapan peneliti semoga pembaca dapat memberikan kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.



Pekanbaru, Januari 2021 penulis



Riska Yani



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................vi DAFTAR ISI...........................................................................................................viii BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................4 C. Tujuan Penelitian................................................................................................5 D. Manfaat Penelitian.............................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8 A. TINJAUAN TEORITIS...................................................................................8 1. Konsep Menopause..........................................................................................8 a. Pengertian Menopause.................................................................................8 b. Fase Menopause..........................................................................................8 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause....................................11 d. Tanda dan gejala menopause.......................................................................13 2. Kesiapan Menghadapi Menopause..................................................................17 3. Tingkat Kecemasan .........................................................................................21 B. Penelitian Terkait.............................................................................................23 C. Kerangka Konsep.............................................................................................24 D. Hipotesis............................................................................................................25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26 A. Jenis dan desain penelitian.................................................................................24 B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................24



C. Populasi dan Sampel..........................................................................................25 D. Instrumen penelitian...........................................................................................27 E. Defenisi Operasional..........................................................................................27 F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................28 G. Etika Penelitian..................................................................................................31 H. Analisa Data.......................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... LAMPIRAN



BAB I PENDAHULAUAN A. Latar Belakang Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam seumur



hidup



wanita,



yang



menunjukkan



berakhirnya



kemampuan



bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Wanita dapat dikatakan sudah mencapai menopause jika sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan secara berurutan atau tidak dan disertai dengan tanda gejala. Proses menopause ini dimulai dari fase premenopause (usia 40 - 48), menopause (usia 49 - 51) dan pascamenopause (usia 52 - 55), (Lannywaty,2013). Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) memperkirakan usia harapan hidup orang Indonesia adalah 75 tahun pada tahun 2025. Hal ini berarti wanita memiliki kesempatan untuk hidup rata-rata 25 tahun lagi sejak awal menopause.(3) Data dari WHO (World Health Organization) tahun 2013 jumlah wanita di dunia yang memasuki fase menopause diperkirakan mencapai 1,42 milyar orang. Jumlah wanita menopause di Indonesia tahun 2013 sebanyak 15,5 juta orang bahkan pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita mengalami menopause. Meningkatnya jumlah penduduk wanita tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang memasuki usia menopause Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua. Fase klimakterium pertama yang dialami wanita sebelum menopause yaitu premenopause. Wanita yang mengalami fase premenopause mengalami beberapa perubahan fisik dan psikologis. Menurut Renidayanti (2011), Keluhan fisik yang sering dirasakan dan paling sering dijumpai yaitu ketidakteraturan siklus haid, adanya semburan panas (hot flushes) dari dada keatas yang sering disusul dengan keringat banyak dan berlangsung selama bebrapa detik sampai 1 jam, dada berdebardebar, vertigo, nafsu seks (libido) 1



menurun, susah tidur (insomnia), hipertensi, cepat lelah, nyeri tulang belakang, adanya pengeroposan tulang, gangguan sirkulasi darah, berat badan meningkat karena terjadi adipositas (penimbunan lemak). Keluhan psikis yang dirasakan yaitu merasa cemas, adanya ketakutan, lebih cepat marah, emosi kurang terkontrol, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, gugup, rasa kekurangan, rasa kesunyian, tidak sabar, rasa lelah, merasa tidak berguna, stres, dan bahkan hingga mengalami depresi. Keadaan ini berlangsung dengan kurun waktu 4 - 5 tahun sebelum menopause. Lannywaty (2013), terdapat 3 Dampak perubahan pada fase klimakterium pada wanita yaitu wanita merasakan banyak keluhan, tetapi antara wanita yang satu dengan yang lainya berbeda karena efek biologis dan reaksi individual akibat rendahnya estrogen sehingga menyebabkan gejala yang berbeda. Dampak yang ditimbulkan yaitu wanita menjadi kurang percaya diri karena mengalami atau adanya penerimaan yang kurang atas perubahan fisik dan psikis yang dialami (Lennywaty, 2013). Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Dalam penelitiannya Damayanti (2012) juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause, yaitu semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin meningkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause. Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan ini dapat mempengaruhi tingkat kesiapan sehingga wanita memerlukan pengetahuan dan kesiapan yang baik terkait perubahan fisik maupun psikologi yang akan dihadapi. Menurut Rasyid, dkk (2014), Tingkat kesiapan wanita premenopause dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, budaya lingkungan, riwayat kesehatan, dan usia. 2



Faktor pengetahuan dapat menurunkan angka depresi dan kecemasan yang berlebihan sehingga dapat meningkatkan kesiapan secara fisik, psikis dan spiritual. 6 Kesiapan seorang wanita dalam memasuki usia menopause meliputi kesiapan baik secara fisik seperti menerima proses menopause dengan memperhatikan gaya hidup meliputi berolahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, menghindari rokok dan alkohol dan berkonsultasi dengan dokter, kesiapan psikis meliputi berpikiran positif melalui penerimaan yang baik dan menghindari stress, dan spiritual dengan lebih mendekatkan diri, memperkuat ibadah sehingga menimbulkan penerimaan yang positif. Gejala yang ditimbulkan seperti berkeringat, mudah lelah, susah tidur, mudah marah, perasaan berupa rasa takut, tegang, depresi. Hal ini di pengaruhi oleh faktor usia, aktifitas, serta latar belakang pendidikan dan ekonomi. Penelitian Desti tahun 2014 tentang gambaran tingkat kesiapan yang dilakukan di Nagari Sungai Beringin Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang lebih dari responden (88,1%) mempunyai ketidaksiapan dalam menghadapi datangnya menopause. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2016 di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah Putih terhadap 10 orang ibu usia 40- 50 tahun pre menopause Tingkat kesiapan ibu memasuki usia premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang ibu mengatakan secara fisik jarang berolah raga karena sibuk bekerja maupun dirumah, menurut mereka menopause sudah menjadi kodrat wanita dan harus dijalani, siap tidak siap harus siap karena jika sudah waktunya menopause hanya bisa menjalani dengan ikhlas, 4 orang ibu mengatakan takut karena mengganggap memasuki menopause ibu menjadi semakin tua dan kurang percaya diri.. Melihat pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti ” Hubungan



Tingkat



Kecemasan



Ibu



Dengan



Kesiapan



Dalam



Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih”. 3



B. Rumusan Masalah Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam seumur



hidup



wanita,



yang



menunjukkan



berakhirnya



kemampuan



bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Perubahan fisik dan psikis pada wanita menopause akan berdampak pada kehidupan sehari-hari sehingga mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya keluhan pada perubahan fisik dan psikis yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat kesiapan dan kecemasan ibu pre menopause. Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah Putih terhadap 10 orang ibu usia 40- 50 tahun pre menopause Tingkat kesiapan ibu memasuki usia premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang ibu mengatakan secara fisik jarang berolah raga karena sibuk bekerja maupun dirumah, menurut mereka menopause sudah menjadi kodrat wanita dan harus dijalani, siap tidak siap harus siap karena jika sudah waktunya menopause hanya bisa menjalani dengan ikhlas, 4 orang ibu mengatakan takut karena mengganggap memasuki menopause ibu menjadi semakin tua dan kurang percaya diri. Berdasarkan latar belakang diatas peniliti ingin mengetahui Hubungan Tingkat



Kecemasan



Ibu



Dengan



Kesiapan



Dalam



Menghadapi



Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.



C. Tujuan Penelitian 1.



Tujuan Umum 4



Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. 2.



Tujuan khusus a. Untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih b. Untuk mengetahui



Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause



Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. c. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan



Dalam



Menghadapi



Menopause



Diwilayah



Kerja



Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih D. Manfaat Penelitian 1.



Bagi institusi pendidikan Diharapkan penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan datang serta dapat menambah wawasan dalam bidang ilmu keperawatan.



2.



Bagi Mahasiswa Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.



3.



Bagi Penelitian selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat untuk mengembangkan penelitian lebih lanju dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan teknik yang lebih baik. 5



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Menopause a.Pengertian Menopause Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium dan merupakan suatu fase peralihan yang normal ,berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause dan dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun disebut dengan klimakterium prekok yang dapat disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya pengangkatan kedua ovarium karena alasan tertentu, penyinaran ovarium, akibat kemoterapi, dan penggunaan obat obatan secara tidak benar. Menopause merupakan perdarahan haid yang terakhir dan berhentinya siklus menstruasi. Menurut WHO menopause merupakan penghentian secara permanen akibat hilangnya aktifitas folikular ovarium dan 12 bulan amenorea secara berturut-turut.Sekitar 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40 tahun dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun. Bagian klimakterium menopause dimulai denganfase pramenopause dan sesudah menopause disebut dengan fase pascamenopause (WHO, 2016) b. Fase Menopause 1) Premenopause Premenopause merupakan peristiwa yang di alami oleh setiap wanita rentang usia 40 tahun dan memasuki fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relative banyak.Perubahan 7



endrokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar esterogen dan dan sekitar 3-4 tahun sebelum premenopause kadar FSH mulai meningkat dan produksi esterogen, inhibin dan progesteron ovarium menurun setelah usia 40 tahun (Hefner, 2016). Dampak dari perubahan tersebut dapat menimbulkan meunculnya gejala yang sering dikeluhkan wanita premenopause. Sekitar 80% - 90% wanita pra-menopause merasakan adanya masalah, 10-30 % diantaranya mempunyai keluhan dan masalah yang berat dapat mengganggu aktifitas sehari-hari sehingga membutuhkan pertolongan medis serta perawatan (Baziad, 2013). Pada fase ini seorang wanita akan mengalami perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik berlangsung selama antara 45 tahun, akibat penurunan hormon estrogen, hampir 80% wanita merasakan keluhan kesehatan berupa gejala panas berkeringat, berdebardebar, sakit kepala, insomnia, perubahan bentuk tubuh, perubahan hubungan seksual, dan masalah psikologi yang perlu mendapat perhatian (Baziad, 2013). Selain itu fertilitas juga menurun secara drastis pada wanita saat memasuki usia 35 tahun dan lebih cepat lagi setelah usia 40 tahun. Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat yang berpengaruh terhadap perilaku, suasana hati fungsi kognitif dan sensorik seseorang dengan demikian timbul perubahan psikis yang berat (Brown, 2016). 2) Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid pada wanita > 38 hari dan < 18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid anovulatorik yaitu siklus haid yang terjadi tanpa adanya proses ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur). Masa subur mulai dihitung sejak terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur) yang umumnya terjadi pada hari ke-14 setelah haid hari pertama. Pada siklus haid 8



anovulatorik, ovulasi tidak terjadi, sehingga masa subur akan sangat sulit atau bahkan tidak dapat ditentukan. Meskipun terjadi ovulasi kadar progesterone tetap rendah, kadar FSH, LH dan esterogen yang bervariasi (Baziad, 2013) 3) Menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sehingga tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi esterogen juga berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu menopause dapat disebut haid terakhir yang alami, dan hal ini tidak terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal pada fase perimonopause. Diagnosa menopause merupakan diagnose retrospektif, apabila wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH dalam darah > 40 mIU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita telah mengalami menopause. Untuk menentukan diagnosa ini perlu dilakukan penghentian pil kontrasepsi dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol (Baziad, 2013) 4) Pasca Menopause Pada fase ini ovarium tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml dan kadar gonadotropin yang meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi Inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Akibat rendahnya kadar estradiol endometrium menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi. Namun pada wanita gemuk masih ditemui kadar estron yang tinggi dan akan diubah menjadi estradiol



c.Faktor- faktor yang mempengaruhi usia menopause (Baziad,2013) 1) Usia saat haid pertama kali (menarche) 9



Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause (Senolinggi, 2015). 2) Faktor psikis Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja dapat mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.Wanita akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja (Herawati, 2010). 3) Jumlah anak Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause.Pengaruh jumlah paritas dengan nusia menopause disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron pada saat akhir kehamilan dan dan sesudah melahirkan sehingga akan memperlambat usia menopause (Gorga, 2016). 4) Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause. Wanita yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi, bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh (Herawati, 2010) 5) Pemakaian kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi jenis hormonal memiliki pengaruh dalam usia menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.



10



Wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki usia menopause (Ismiyati, 2010). 6) Merokok Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause. Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa merokok mempengaruhi usia wanita menopause. Wanita yang mengkonsumsi rokok lebih banyak (16 batang perhari) akan mempercepat usia menopause. Hal ini disebabkan merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi dan membuang hormone esterogen. Banyaknya rokok yang dihisap tiap harinya berpengaruh terhadap ovarium yang disebabkan efek toksik asap rokok. Efek nikotin terhadap regulasi dan metabolism hormone seks menimbulkan menopause 2 tahun lebih awal (Herawati, 2010). 7) Social ekonomi Usia menopause seorang wanita juga dipengaruhi faktor social ekonomi. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hal yang mempengaruhi persepsi seorang perempuan antara lain faktor sosial ekonomi. Tingkat ekonomi akan berhubungan dengan pengetahuan, apabila tingkat ekonomi rendah akibatnya pengetahuan yang didapat juga rendah atau tidak tahu sama sekali mengenai premenopause yang sedang dialami. Berdasarkan ketidaktahuan ini banyak wanita banyak mengamai keluhan yang dirasakan sebagai tanda gejala menopause (Sintania, 2014) 8) Beban kerja Berdasarkan penelitian Sintania tahun 2014 tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian menopause dinibeban kerja dengan usia menopause didapatkan bahwa semakin berat beban kerja seorang wanita maka akan lebih cepat mengalami menopause, karena berpengaruh ke perkembangan psikis seorang wanita.(Sintania, 2014)



11



d. Tanda dan Gejala yang Terjadi pada Wanita Menopause Menjelang menopause atau ketika memasuki fase premenopause wanita banyak mengalami tanda-gejala yang menimbulkan perubahan baik perubhan fisik maupun psikologi yang akan dialami ( Baziad, 2013). 1



Gejala fisik a. Ketidak Teraturan Siklus Haid Ketidakteraturan siklus haid merupakan tanda gejala utama dan umum yaitu terjadi fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. b. Rasa Panas (Hot Flushes) Rasa panas terjadi sekitar 75% pada wanita premenopause. Semburan panas ini bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam dan merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Sebagian besar wanita merasakan sensasi tekanan pada kepala yang diikuti rasa panas atau terbakar. Sensasi ini dimulai daerah kepala, leher, dan meluas ke seluruh tubuh disertai dengan keringat banyak. Hot flushes nokturnal sering membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat menyebabkan gangguan tidur berat atau insomnia. Munculnya keluhan ini dapat diperberat dengan adanya strees, alkohol, konsumsi kopi, dan makanan – minuman yang panas. c.Sakit Kepala Sakit kepala terjadi sekitar 70% pada wanita premenopause dapat dipengaruhi oleh gangguan tidur dan gangguan fisik lain yang mengganggu pikiran sehingga menurunkan kenyamanan. d. Berat Badan Bertambah Naiknya berat badan terjadi sekitar 60% pada wanita premenopause Banyak wanita menjadi gemuk dalam menopause. Rasa letih yang 12



dialami pada masa menopause, diperburuk dengan 11 perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan kurang olahraga. e.Gangguan Tidur Gangguan tidur terjadi sekitar 50 % pada wanita premenopause dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi dan menjadi tanda gejala pasti wanita premenopause. Insomnia (sulit tidur terjadi pada waktu menopause, hal ini berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari. f. Nyeri Tulang Dan Otot Keadaan ini terjadi sekitar 50% pada wanita premenopause. Hilangnya masa tulang pada wanita dimulai pada usia 30 tahun dan keadaan ini terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan masa tulang paling cepat terjadi dalam 3-4 tahun menopause dan terjadi lebih cepat pada wanita menopause perokok serta memicu terjadinya osteoporosis. Osteoporosis yang disebabkan oleh defisiensi esterogen berkepanjangan meliputi penurunan kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi kimianya. g. Jantung Berdebar-Debar Keadaan ini terjadi sekitar 40% pada wanita premenopause yang disebabkan oleh perubahan hormon dan diperberat dengan adanya stress, alkohol dan konsumsi kopi yang berlebihan. h. Gangguan Libido Keadaan ini terjadi sekitar 30% pada wanita premenopause, menurunnya gairah seks ini adalah hal yang umum dan sering disebabkan oleh kondisi sementara seperti kelelahan. Menurunnya gairah seks pada wanita premenopause disebabkan oleh menurunnya tingkat esterogen, faktor strees, dan depresi.



13



i. Kekeringan Vagina Keadaan ini terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing. 2



Gejala Psikologi Yang Ditimbulkan Diantaranya : a) Sulit berkonsentrasi dan sering lupa Kurangnya alirah darah ke otak menyebabkan susah berkonsentrasi, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya. b) Sikap mudah tersinggung Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormone esterogen sehingga wanita akan lebih mudah marah dan tertekan. c) Kecemasan yang berlebihan Kecemasan



yang



timbul



sering



dihubungkan



dengan



adanya



kekawatiran pada wanita menjelang menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat semangat atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak berarti dalam kehidupannya. d) Suasana hati Keadaan ini yang menunjukkan ketidak tenangan pikiran seperti mudah marah dan tidak dapat mengontrol emosi. e) Perilaku gelisah Keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak terkendali.



14



f) Stress Ketegangan perasaanyang dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan



sosial,



kehidupan



rumah



tangga



sehingga



dapat



menyebabkan gangguan tidur. g) Depresi Wanita yang mengalami depresi sering mengalamikesedihan, karena beranggapan kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, merasa tua, kehilangan daya tarik, merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita, rasa kesepian, dan harus menghadapi masa tuanya yang menyebabkan ketakutan yang berlebihan. e. Upaya menghadapi menopause Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi menopause yaitu (Baziad, 2013) : 1) Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang. Asupan vitamin dan mineral yang cukup, sangat baik untuk mencegah osteoporosis dan kulit keriput, yang dapat mempengaruhi aktivitas seharihari. 2) Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik. 3) Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengkonsumsi alkohol. 4) Berpikir positif 5) Berkonsultasi dengan dokter apabila menderita penyakit tertentu, supaya mendapat pengobatan yang tepat dan aman. 2 Kesiapan Mengahadapi Menopause a. Definisi Kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu,dapat juga diartikan 15



sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik, psikismaupun spiritual. Sindrom menopuase merupakan gejala normal yang dialami oleh wanita menopause (Chaplin, 2005). Gejala ini timbul akibat terjadinya perubahan fisik dan psikis yang dialami wanita. Namun gejala yang timbul bersifat individual yang berarti tidak semua wanita mengalami gejala yang sama dan mengalami perubahan ketika memasuki usia menopause, dan bergantung pada kondisi kesehatan, daya tahan terhadap stres, asupan makanan dan aktivitas fisik (purwoastusti, 2018). Menopause merupakan hal yang normal, sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di antara para wanita (Desti N, 2014) Resiko timbulnya keluhan bisa menurun jika mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis sejak jauh-jauh hari sebelumnya, apabila keluhan tetap ada dengan persiapan diri yang lebih baik lagi, artinya segala perubahan yang akan dialami dapat lebih diterima dengan baik (Rosyada dkk, 2016) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan 1) Pengetahuan Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik. Diperlukan



persiapan



dan



pengetahuan



yang



memadai



dalam



mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat. Berdasarkan penelitian Ismiyati tahun 2010 tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kesiapan, dalam penelitiannnya menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang, fakta atau



16



kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis didapatkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi menopause, semakin baik dan luas pengetahuan yang di miliki seorang wanita tentang pengertian menopause, patofisiologi, gejala, dampak, dan upaya yang dapat dilakukan, maka akan semakin siap pula wanita tersebut dalam menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semakin kurang pengetahuan yang di miliki seorang wanita tentang menopause, maka akan semakin tidak siap pula wanita tersebut dalam menghadapi masa menopause (Ismiyati,2010). Berdasarkan hasil penelitian Estiani tahun 2015 tentang hubungan pendidikan dan pengetahuan wanita premenopause terhadap sikap menghadapi menopause, responden yang memiliki pengetahuan baik, lebih banyak bersikap positif dalam menghadapi masa menopause, sikap positif wanita pramenopause yang memiliki pengetahuan baik dapat mengantarkan wanita pramenopause untuk lebih siap dan menerima adanya perubahan fisik maupun psikologis dan tidak menganggap bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus dihindari (Estiani, 2015). Menurut penelitian Fitriani tahun 2012 tentang hubungan tingkat pengetahuan dan upaya penanganan ibu dengan kecemasan dalam menghadapi menopause, kurangnya pengetahuan atau informasi tentang menopause dapat menyebabkan suatu kecemasan dalam menghadapi menopause, karena informasi sangat penting bagi ibu untuk mengetahui tentang perubahan saat menopause maupun tanda-tanda menjelang (Fitriani, 2012). 2) Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik. 17



Berdasarkan hasil penelitian Ismiyati tahun 2010 tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan,menunjukkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menyerap



informasi,



kehidupannya.



mengembangkan,



Seiring



dengan



serta



peningkatan



menerapkan pengetahuan



dalam tentang



menopause, maka akan meningkatkan kesiapan ibu menghadapi masa menopause (Ismiyati, 2010). 3) Sosial ekonomi keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami menopause. Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi kesehatan dan pengetahuan tentang menopause (Lannywaty,2013). Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang menopause (Nurvita,2010). Selain itu, kondisi kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kesiapan seorang wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikutip dari sebuah buku, dimana keadaan sosial ekonomi



mempengaruhi



faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan



(Notoadmojo, 2012). 4) Budaya dan lingkungan



18



Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita menanggapi proses berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslim, umumnya dapat menerima menopause dengan baik. Masalah yang dihadapi oleh wanita premenopause adalah dimana tanggapan masyarakat tentang menopause semakin meningkat baik positif maupun negative (Prawiroharjo, 2015). 5) Riwayat kesehatan Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan fisik dan dapat mempengaruhi tingkat kesiapan. 6) Umur Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Menurut penelitian Nurvita tahun 2009 tentang hubungan kesiapan menghadapi menopause dengan tingkat kecemasan, menyatakan bahwa umur seseorang



berkaitan



dengan



bertambahnya



pengalaman,



dimana



pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan. c. Kategori Kesiapan Kesiapan Perempuan menghadapi menopause digolongkan dalam kesiapan siap dan tidak siap. Kesiapan ini meliputi kesiapan fisik, kesiapan psikis dan kesiapan spiritual. 1) Kesiapan fisik Kesiapan fisik meliputi gaya hidup, olahraga teratur, pola konsumsi alcohol pola makan dan minum serta pekerjaan sehari-hari yang dapat berdampak besar bagi kesehatan tubuh. 2) Kesiapan psikologi



19



Kesiapan psikologi ini meliputi keadaan yang membebani pikiran yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan tubuh seperti gelisah, kecemasan, dan ketakutan, dalam hal ini dapat dilakukan upaya relaksasi, menjaga pola makan sehat dan dukungan keluarga maupun orang terdekat. 3) Kesiapan Spiritual Keadaan spiritual ini meliputi peningkatan ibadah sesuai kepercayaaan, rutin mengikuti bimbingan agama, dan mengikuti acara agama yang dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dilakukan untuk mempersiapkan diri 3. Tingkat kecemasan Kecemasan adalah kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat atau akan terjadi (Muis, 2013). Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan (Wartonah, Tarwoto, 2010). Kecemasan adalah perasaan yang tidak mnyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat terhadap sesuatu yang dialami oleh seseoang (Nugroho, 2008). Kecemasan adalah respon emosional terhadap penelitian individu yang subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter dan Lubis, 2010). Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar ,yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak pasti dan tidak berdaya .keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Menurut Ann Isaacs 2011, tingkat kecemasan ada : a. Cemas ringan: Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan seharihari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan perlu berhati-hati dan waspada. individu terdorong untuk belajar, menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas seperti bernafas pendek, nadi dan tekanan darah 20



naik, sakit ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidakdapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan. b. Cemas sedang : Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampuditerima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak. c. Cemas berat : Pada cemas berat lahan presepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntunan. Respon kecemasan berarti seperti sesak nafas pendek,nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas cepat, dan perasaan ancaman meningkat. d. Panik : Panik dicirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak terduga di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.pada lahan panic persepsi terhadap masalah sangat sempit, seseorang akan mengalami ketidakmampuan total untuk berfokus menginteregasi kemampuan koping : gejala fisiologik, dan respon. B. Penelitian Terkait



21



1. Berdasarkan penelitian Wigati dan Kulsum (2016) dengan judul “Kecemasan Wanita Pada Masa Menopause Berdasarkan Tingkat Ekonomi” Hasil penelitian menggunakan uji Kendall’s tau, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2017. 2. Berdasarkan penelitian Damasari (2015) dengan judul “Tingkat Kecemasan Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Menopause Di Dusun Grujugan Kelurahan Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul” Hasil dari hasil penelitian terdapat 33 responden tidak merasakan kecemasan (23,4%), 55 responden mengalami kecemasan ringan (39,0%), 40 responden mengalami kecemasan sedang (28,4%), 12 responden mengalami kecemasan berat (8,5%), dan 1 responden mengalami panik (0,7%). Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kcemasan ringan yaitu sebanyak 55 responden (39,0%). 3. Berdasarkan penelitian Syahmudin, dkk (2018) dengan judul, “Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Mengahadapi Masa Menopause Di Kampung Naha 1 Kecamatan Tabukan Utara” Hasil penelitian di Kampung Naha 1 Kecamatan Tabukan Utara tentang Tingkat Kecemasan Ibu dalam menghadapi Masa Menopause dengan jumlah 25 responden diperoleh Tingkat Kecemasan yang paling banyak ialah tingkat Kecemasan dengan kategori Panik sebanyak 13 responden (44%).Kesimpulan dari peneitian ini adalah Tingkat Kecemasan Ibu dalam menghadapi Masa Menopause memilki Tingkat Kecemasan yang Panik. Oleh sebab itu, bagi pemerintah Kampung Naha 1 agar dapat melakukan menjelasan mengenai Masa Menopause kepada ibu-ibu lainnya di suatu organisasi, agar semua ibu-ibu dapat mengetahui apa itu Menopause. C. Kerangka Konsep



22



Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu perngertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, agar dapat diukur dan diamati, maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variable-variabel. Dari variable itulah konsep dapat diamati (Notoatmodjo,2012) Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksiakan unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan menggambarkan bagaimana hubungan antar konsep-konsep tersebut. Secara operasional kerangka konsep dalam penelitian didefenisikan



sebagai



penjelasan tentang variable-variabel apa saja yang akan diteliti yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana hubungan antara variablevariabel tersebut dan hal yang merupakan indiktor untuk mengukur variablevariabel tersebut (Dharma,2015)



. Skema 2.1 Kerangka konsep Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Variabel independent/bebas



variabel dependent/terikat



Tingkat Kecenasan -



Kesiapan



Ringan Sedang Berat



-



D. Hipotesis 23



Siap Tidak siap



Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variable yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam pernyataan hipotesis terkandung variable yang akan diteliti dan hubungan antara variable-variabel



tersebut.



Pernyataan



hipotesis



mengarahkan



peneliti



untukmenetukan desain penelitian, tekknik pemilihan sampel, pengumpulan dan metode analisa data (Darma K.K, 2015). Ho: Tidak ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Ha: Ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause



BAB III METODELOGI PENELITIAN



A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis deasain penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif



yaitu penelitian yang



diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat dan bertujuan untuk menggambarkan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang variabel independen dan variabel dependen di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan 24



(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini akan dihubungkan hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 sampai April 2021, seperti yang dijabarkan pada tabel di bawah ini Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian



No



1 2 3 4 5 6



Uraian Kegiatan



Des



Tahun 2020/2021 Jan Feb Mar Apr



Persiapan (Pengajuan Judul Skripsi) Pembuatan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan, Pengumpulan dan Pengolahan Data Penyusunan Laporan skripsi Presentasi/Semina r hasil skripsi



C. Populasi dan Sampel 1. Populasi



25



Mei



Jun



Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik kesimpulanny (Nursalam, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah ibu premenopouse di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih berjumla 43 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian dapat menggunakan seluruh objek atau hanya mengambil sebagian dari keseluruhan populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatife/ mewakili populasi (Setiadi, 2013). Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lemeshow 2



n=



z 1 −a ¿ 2 p ( 1− p) N d 2 ( N −1)+ z 2



1−a /2



p( 1− p )



Keterangan : n



= Besar sampel 2¿



z / 2¿ ¿



P



= Nilai Z pada derajad kemaknaan (biasanya 95%=1,96) = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50%(0,5)



d



= derajat penyimpangan terhadapa populasi yang dinginkan adalah 5% (0,05%)



N



= Besar Populasi n= n=



1,96.0,5(0,5).43 0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5) 1,96.0,5(0,5).43 26



0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5) 1,96.0,25.43



n=



0,0025 (42) + 0,98.05 0,49.43



n=



0,105 + 0,49 21,07



n= 0,595 n=



35,4 (35)



NN



3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel, dilakukan dengan teknik Non Random (Non Probability) sampling, yaitu pengambilan sampel tidak berdasarkan acak atau tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi berdasakan segi kepraktisan pengambilan



sampel



yang



secara purposive sampling



digunakan



berdasarkan



atas



yaitu suatu



pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat, populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012). 4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Agar karakteristik sampel



tidak menyimpang dari populasinya,



maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012). a. Kriteria Inklusi 1) Wanita usia lebih dari 40 tahun dan bersedia menjadi responden 2) Mampu menjawab pertanyaan dengan baik. 3) Mampu mengingat dan mengikuti arahan dengan baik 27



b. Kriteria Ekslusi 1) Semua Responden yang mengundurkan diri D. Instrumen Penelitian Menurut (Darma K.K, 2015) instrumen dalam penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Untuk variabel tingkat Kecemasan Ibu dan Kesiapan Ibu pengumpulan data menggunakan kuesioner. E. Definisi Operasional Defenisi operasional menurut (Notoadmodjo, 2012) dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang dapat diukur serta operasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan definisi operasional, maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak terdapat arti dan istilah-istilah ganda apabila tidak dibatasi akan menimbulkan tafsiran yang berbeda. Definisi operasional hendaknya memuat batasan tentang Variabel bebas dan variable terikat. Tabel 3.2 Definisi Operasional NO 1.



Var iabel Variabel independe nt : Tingkat Kecemasa n ibu



Definisi Operasional



Alat Ukur



Kecemasan adalah Kuesioner kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap 28



Skala Ukur Ordinal



Hasil Ukur Jika nilai < mean, > median



2.



bahaya yang sedang mendekat atau akan terjadi Variabel Kesiapan disini dependent diartikan sebagai suatu : Kesiapan keadaan ibu untuk Ibu mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik, psikismaupun spiritual. Sindrom menopuase merupakan gejala normal yang dialami oleh wanita menopause



Menggunak Ordinal an kuesioner model ceklis



Jika nilai < mean, > median



F. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur atau pun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain: 1. Tahap persiapan a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan koordinator skripsi. b. Surat izin penelitian pertama, dari STIKes Payung Negeri diberikan kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih, . c. Setelah penelitian disetujui, peneliti akan mempersiapkan informed consent, dan instrument penelitian. 2. Tahap pelaksanaan



29



a. Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah penulis menyelesaikan urusan administrasi dan melakukan ujian proposal. Dalam pengumpulan data, penulis akan berhadapan secara langsung dengan responden. b. Selanjutnya peneliti mendatangi lokasi penelitian yaitu Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. Setelah sampai dilokasi penelitian kemudian penulis akan melakukan pengecekan kriteria inklusi pada calon responden. c. Penulis kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta dampak yang diperoleh responden. Responden yang bersedia dalam penelitian menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent) sebagai bentuk kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. d. Selanjutnya



peneliti



memberikan



instrumen



penelitian



dan



mendampingi dalam proses pengisian instrument tersebut. 3. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data merupakan suatu proses untuk mengubah data yang diperoleh secara langsung (data mentah), yang belum memberikan informasi dan belum siap untuk disajikan menjadi sebuah ringkasan sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013) a. Editing Editing



kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar



observasi. Jika isian belum lengkap responden diminta untuk melengkapi lembar observasi seperti inisial, data umur, jenis kelamin, dan riwayat jatuh. b. Coding Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan analisis dan mempercepat kegiatan memasukkan data (Hastono, 2007). Peneliti 30



memberikan kode pada lembar observasi tingkat kecemasa Ya (1) dan tidak Tidak (0). pada pertanyaan favourable dan Ya (0) dan Tidak (1) pada pertanyaan unfavourable, sedangkan pada lembar observasi pengbaian pada lansia positif (1) dan negatif (0). c. Memasukkan Data (Data Entry) Setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk selanjutnya diolah kedalam analisis data. d. Pembersihan Data (Cleaning) Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. e. Processing Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianali G. Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan menurut (Hidayat, 2010) adalah sebagai berikut : 1. Lembar Persetujuan menjadi lembar responden (Informed Consent) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.



31



2. Tanpa Nama (Anomity) Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak memberikan atau mencantum nama responden pada lembar alat ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan 3. Tidak membahayakan (Non Maleficence) Non Maleficence adalah prinsip dimana peneliti tidak akan melakukan tindakan yang menyebabkan bahaya pada responden baik yang bersifat resiko maupun aktual 4. Kerahasiaan (Confidentiality) Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.



H. Analisis Data Analisa data berguna untuk menyederhanakan sehingga mudah di tafsirkan (Notoadmodjo, 2012). Untuk analisa data di gunakan. Analisa data univariat dan bivariate adalah sebagai berikut : 1. Analisis Univariat analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran masing masing variabel melalui distribusi frekwensi yaitu gambaran data demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, gambaran status sosial ekonomi keluarga, dan gambaran pengabaian lansia di keluarga 2. Analisis Bivariat



32



Analisa data bivariate untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (tingkat ekonomi caregiver) dengan variabel dependen (pengabaian pada lansia) . Analisa yang di lakukan adalah analisa hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik, maka ujistatistik yang di gunakan adalah uji Chi Square , dengan batas derajat kesalahan ( a=0, 05) , di katakana bermakna jika p value