Teori Psikoanalitik, Behavioristik, Dan Kognitif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TEORI PERKEMBANGAN PSIKOANALITIK, BEHAVIORISTIK, DAN KOGNITIF



DISUSUN OLEH: Kelompok II Offering B dan C 2019 1. Baiq Tsania Avi Salwa Issabella (Off. B) 2. Susmitha Nurzaini



(Off. B)



3. Anita Dwi Fitriawati



(Off. C)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PENDIDIKAN BAHASA JERMAN 2019 1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Perkembangan Psikoanalitik, Behavioristik, dan Kognitif ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita keluar dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Melalui halaman ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Muhammad Ramli selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Tanpa bimbingan Bapak, tentu saja makalah ini tidak terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik beserta saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah sederhana ini mampu memberi manfaat bagi penulis serta pembacanya. Terima kasih.



Malang, 3 September 2019 Ketua Kelompok II



Baiq Tsania Avi Salwa Issabella N I M 190241610806



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1 1.2 1.3 1.4



Latar Belakang ................................................................................................ 1 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2 Manfaat ............................................................................................................ 2



BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9



Pengertian Teori Psikoanalitik ........................................................................ 3 Jenis-Jenis Struktur Kepribadian Menurut Pandangan Psikoanalitik ............. 4 Contoh Kasus Berdasarkan Teori Perkembangan Psikoanalitik .............. 5 Pengertian Teori Behavioristik ............................................................. 6 Jenis-Jenis Tingkah Laku Berdasarkan Teori Perkembangan Behavioristik ....................................................................................... 6 Contoh Kasus Berdasarkan Teori Perkembangan Behavioristik .............. 7 Pengertian Teori Perkembangan Kognitif .............................................. 8 Jenis-Jenis Tingkatan dalam Teori Perkembangan Kognitif .................... 8 Contoh Kasus dalam Teori Perkembangan Kognitif ............................... 9



BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10 3.1 Simpulan .......................................................................................................... 10 3.2 Saran ................................................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman semakin cepat dan pesat, setiap orang berlomba-lomba memperoleh pekerjaan, dan guru bisa disebut sebagai sebuah pekerjaan yang sudah sangat mendominasi di Indonesia. Sekarang ini, jumlah guru di Indonesia sudah mencapai angka 3,2 juta orang. Namun, tidak banyak yang benar-benar bisa disebut sebagai seorang guru. Bisa kita bayangkan jika guru hanya bekerja sebagai penyampai materi pembelajaran tanpa perlu mengontrol, mendidik moral dan etika, serta mengetahui perkembangan tiap-tiap peserta didik yang diajarnya. Tentu peserta didik akan cerdas hanya dalam hal akademik. Tetapi moral, etika, serta tingkah lakunya seperti tidak pernah dididik. Percuma bukan? Karena pada dasarnya, guru bukan hanya bekerja sebagai pengajar semata yang hanya menyampaikan materi pembelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tetapi, guru juga berkewajiban mengontrol dan mengenali kondisi fisik, psikis, dan karakter dari setiap peserta didiknya. Hal ini sangat penting dilakukan oleh seorang guru untuk dijadikan bekal serta acuan pada saat peserta didik mulai menerima pelajaran. Dalam proses perkembangannya, peserta didik tidak hanya membutuhkan ilmu akademik, tetapi juga didikan untuk berperilaku sopan dan santun, melestarikan budaya, menghargai perbedaan pendapat, serta pengendalian emosi. Hal demikianlah yang nantinya akan banyak sekali membantu mereka dalam melewati dunia persaingan yang semakin luas. Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang unggul dan mampu berperilaku baik. Sebagai contoh, seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan pengarahan tentang pergaulan yang sehat kepada peserta didiknya agar nantinya mereka tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Keinginan tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan cara menerapkan teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif. Oleh karena itu, mengingat pentingnya seorang guru dalam mengetahui proses perkembangan peserta didik, maka diperlukan pembahasan yang lebih mendalam mengenai teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif.



4



1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang makalah teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif tersebut, dapat diambil masalah-masalah sebagai berikut: 1.



Apa pengertian teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif?



2.



Apa jenis-jenis struktur kepribadian menurut pandangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif?



3.



Apa contoh kasus yang berkaitan dengan perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif?



1.3. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah makalah teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif tersebut, dapat dibuat tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis struktur kepribadian menurut pandangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif peserta didik. 3. Untuk



mengetahui



contoh



kasus



yang berkaitan



perkembangan



psikoanalitik,



behavioristik, dan kognitif.



1.4. Manfaat Dari tujuan-tujuan makalah teori perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif tersebut, dapat diambil manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif. 2. Mengetahui



jenis-jenis



struktur



kepribadian



menurut



pandangan



psikoanalitik,



behavioristik, dan kognitif peserta didik. 3. Mengetahui contoh kasus yang berkaitan perkembangan psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif.



5



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian Teori Psikoanalitik Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik. Teori



psikoanalitik adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dini. Para teoritisi psikoanalitik, salah satunya Sigmund Freud, percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan individual yang dibawa sejak lahir serta pengalamanpengalaman sosial dan emosional mereka. Sigmund Freud juga mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran inilah yang dipakai untuk mendiskripsikan unsur cermati dalam setiap kegiatan mental seperti berfikir dan berfantasi. a. Sadar (Conscious) Conscious adalah tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang dapat kita cermati pada saat-saat
 tertentu. Menurut Freud, tingkat kesadaran ini hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental manusia, yaitu pikiran, persepsi, perasaan, serta ingatan. Isi daerah sadar tersebut merupakan hasil daripada proses penyaringan yang diatur oleh stimulus manusia. Isi-isi kesadaran tersebut hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious dan akan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious begitu orang memindahkan perhatiannya ke hal yang lain, hal tersebut dikenal dengan istilah “lupa”. Namun ini merupakan teori yang tak pasti karena ingatan seseorang bersifat relatif. b. Prasadar (Preconscious) Disebut juga ingatan siap (available memory), yaitu tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tidak sadarnya seorang manusia. Isi preconscious berasal dari sebuah pengalaman yang semula disadari namun kemudian tidak lagi dicermati, akan tetapi dipindahkan ke suatu daerah yang disebut prasadar. Materi yang sudah berada di daerah 6



prasadar tersebut dapat memunculkan kesadaran
 dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri. c. Tak Sadar (Unconscious) Menurut Freud, tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran manusia juga merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus, Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik melainkan empirik. Ketidaksadaran yang dimaksud adalah berupa insting, impuls dan drives yang merupakan bawaan setiap individu sejak lahir. 2.2



Jenis-Jenis Struktur Kepribadian Menurut Pandangan Psikoanalitik Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan unsur



conscious, preconscious, dan unconscious saja. Baru pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model struktural lainnya, yakni id (Das Es), ego (Das Ich), dan superego (Das über Ich). Struktur baru ini dibuat tanpa menghilangkan struktur lama guna melengkapi dan menyempurnakan gambaran mental terutama dalam hal fungsi serta tujuannya. a. Id (Das Es) Id merupakan struktur kepribadian yang asli yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id menunaikan prinsip kehidupan murni yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle). Tujuan dari prinsip kesenangan ini adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan serta mengurangi jumlah ketegangan itu sendiri. Id merupakan gudang energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya. b. Ego (Das Ich) Berbeda dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan dari prinsip kenyataan adalah untuk menangguhkan peredaran energi sampai ke benda nyata yang nantinya akan memuaskan hasrat manusia. Selain itu, ego disebut juga sebagai “executive branch” atau badan pelaksana kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan yang bersifat rasional. Ego bertugas untuk mengontrol dan memerintahkan id dan super ego untuk memelihara hubungan baik dengan dunia luar. Jika ego tersebut melaksanakan tugasnya dengan bijaksana, maka terciptalah harmoni dan



keselarasan dalam diri. Namun, jika ego mengalah atau



7



meyerahkan kekuasaannya terlalu banyak kepada id, super ego, dan dunia luar, maka akan terjadi kejanggalan dan keadaan yang tidak teratur. c. Super Ego (Das über Ich) Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingg ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat. Tujuan apa yang diladeni oleh superego tersebut? Superego meladeni tujuan untuk mengontrol dan mengatur gerak hati yang jika dinyatakan secara sewenang-wenang dan tidak terkendali akan membahayakan kemantapan masyarakat. Contoh gerak hati itu adalah seks dan agresif. Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealistik yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip kenyataan dari ego. Superego juga mencerminkan yang ideal bukan yang real dan memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan. Pembaca harus ingat bahwa tidak ada batas yang tegas antara ketiga sistem tersebut. Bahwa mereka mempunyai nama dan fungsi yang berbeda bukan berarti mereka merupakan kumpulan yang terpisah. Nama-nama id, ego, dan super ego sebenarnya tidak mengatakan apa-apa. Nama-nama tersebut hanya menyimbolkan suatu cara yang singkat untuk menentukan proses, fungsi, mekanisme, dan dinamika yang berada dalam suatu kepribadian yang lengkap. 2.3



Contoh Kasus Berdasarkan Teori Perkembangan Psikoanalitik Bunga adalah anak yang lucu dan ceria. Dia tinggal dengan ayah, ibu, dan satu saudara



perempuannya. Suatu ketika, dia melihat ayahnya memukuli dan menyiksa kakak dan ibunya. Ayahnya menyiksa kakak dan ibunya setiap hari. Kejadian tersebut membuat Bunga mengalami trauma yang cukup mendalam. Sampai saat ia beranjak remaja, ia tidak mau didekati oleh laki-laki manapun. Jika ada yang mendekatinya, dia cuek dan cenderung abai kepada laki-laki tersebut. Bahkan Bunga lebih memilih untuk menyukai teman sesama perempuannya. Pembahasan : Berdasarkan kasus ini, jika kita lihat dari sudut pandang psikoanalitik, yang menyebabkan Bunga menjadi lesbian adalah traumanya di masa lalu yang sangat mendalam dan trauma itu sangat sulit dihilangkan jika bukan melalui psikiater profesional. Hal tersebut



8



akhirnya berkembang dan berpengaruh pada kepribadiannya hingga dewasa, khususnya pada struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan super ego. Perspektif psikoanalitik memberikan kita cara pandang baru terhadap segala tindakan yang sumbernya berasal dari alam bawah sadar kita. Contohnya jika seseorang masuk ke tempat yang gelap, dingin, sepi dan terkesan menyeramkan maka secara tidak langsung alam bawah sadar kita terbentuk dengan timbulnya rasa takut atau merinding.



2.4



Pengertian Teori Behavioristik Teori behaviorisme merupakan aliran baru yang berkembang pada tahun 1950. Dasar



awal teori ini bermula pada penelitian tentang binatang. Behaviorisme menganggap bahwa permasalahan-permasalahan psikologis terjadi karena kesalahan pembelajaran, dan kebanyakan masalah-masalah psikologis dapat ditangani dengan cara mengajari individu untuk mengubah atau memodifikasi perilakunya untuk mencapai hasil akhir yang lebih baik. Sedangkan menurut Edward Lee Thorndike, seorang ahli psikologi asal Amerika, behaviorisistik adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah rangsangan, contohnya seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respons adalah reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus. Menurut Skinner, generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak terintegritas dan mampu menyebabkan individu tersebut harus selalu mengulang-ulang pembelajarannya. 2.5



Jenis-Jenis Tingkah Laku Berdasarkan Teori Perkembangan Behavioristik Dalam memformulasi sistem tingkah laku, Skinner membedakan dua tipe respons



tingkah laku, yakni responden dan operan: 1. Tingkah laku responden (respondent behavior); respons yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respons itu sendiri. Respons refleks termasuk dalam komponen ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu keika dipuji. 2. Tingkah laku operan (operant behavior); berbeda dengan tingkah laku responden, tingkah laku operan adalah tingkah laku yang dipancarkan secara spontan dan bebas. Contoh perilaku operan adalah anak kecil yang tersenyum setelah mendapat permen 9



dari pamannya, maka bisa dipastikan anak kecil tersebut akan mengulangi senyumannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya. 2.6



Contoh Kasus Berdasarkan Teori Perkembangan Behavioristik Ketika seorang guru ingin mengajarkan tangga nada kepada muridnya, ia akan mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan fisik, terutama jari murid-muridnya dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh tiap murid dengan sikap berjarak. Pada tahap ini, materi-materi pembelajaran akan diberikan sebagai bentuk stimulus dari guru terhadap muridnya. Guru akan menjelaskan dan mencotohkan tentang bagaimana musik sebagai hasil dari rangkaian sebab akibat dalam pengajaran. Rangkaian sebab akibat ini akan menghasilkan sebuah respons dari murid dimana respons ini akan membentuk sebuah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pembelajaran. Teori-teori tersebut akan dipraktekkan secara instrumental dan universal di kelas-kelas selanjutnya. Pembahasan: Kasus singkat di atas adalah contoh dari sebuah pengajaran di kelas dengan penerapan teori behaviorisme. Guru memberikan sebuah stimulus berupa materi-materi pelajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respons yang berupa perubahan tingkah laku dari murid-muridnya. Perubahan tingkah laku dari bentuk ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat bagaimana proses murid-murid tersebut mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang diperoleh. Reinforcement positive atau negative yang akan diberikan tergantung dari bagaimana perubahan tingkah laku yang dihasillkan.



2.7



Pengertian Teori Perkembangan Kognitif Kognitif merupakan salah satu kawasan tujuan pembelajaran dari ilmu taksonomi.



Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Teori belajar kognitif lebih fokus kepada bagaimana cara atau strategi seorang guru dalam mengembangkan fungsi kognitif pada setiap peserta didiknya agar mereka bisa belajar dengan lebih maksimal. Faktor kognitif juga berperan sebagai faktor utama 10



yang harus dikembangkan oleh para guru dalam proses pembelajaran, karena kemampuan belajar sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif masing-masing peserta didik dalam perkembangannya.



2.8



Jenis-Jenis Tingkatan dalam Teori Perkembangan Kognitif Kawasan kognitif mempunyai enam jenis tingkatan yang berurutan mulai dari



tingkatan terendah yakni tingkat pengetahuan, hingga ke tingkatan tertingi yakni tingkat evaluasi. Tingkatannya pun bersifat hierarki, dimana tingkatan terendah harus dimiliki dulu sebelum mempelajari tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi. Berikut penjelasan dari enam tingkatan tersebut: a.



Tingkat Pengetahuan (Knowledge) Knowledge merupakan kemampuan seseorang dalam mengingat dan menghafal



tentang hal yang sudah dipelajari sebelumnya dan mampu mengulang kembali pelajaran (pengetahuan) yang sudah diterima tersebut. b. Tingkat Pemahaman (Comprehension) Comprehension merupakan kemampuan seseorang dalam menangkap arti dan makna serta kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, dan menyampaikan suatu pengetahuan yang sudah ia terima dengan caranya sendiri. c.



Tingkat Penerapan (Application) Application merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan titik temu dari



berbagai masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-harinya dan memecahkan masalah tersebut menggunakan pengetahuan yang sudah pernah ia terima sebelumnya. d. Tingkat Analisis (Analysis) Analysis merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu masalah kompleks menjadi bagian-bagian kecil sehingga menjadi lebih mudah untuk dipahami. e.



Tingkat Sintesis (Synthesis) Synthesis merupakan kemampuan seseorang untuk membentuk suatu pola baru



dengan cara menyatukan dan mengaitkan berbagai elemen dan pengetahuan yang ada. f.



Tingkat Evaluasi (Evaluation)



11



Sythesis merupakan kemampuan seseorang dalam membuat keputusan tentang beberapa hal yang tepat berdasarkan kriteria ataupun pengetahuan yang dimilikinya. 2.9



Contoh Kasus dalam Teori Perkembangan Kognitif Contoh nyata yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari ataupun di



lingkungan sekitar adalah apabila kita menjadi seorang ibu, pastinya kita dapat melihat perkembangan anak kita semenjak ia masih berusia nol tahun hingga dewasa. Dalam perkembangan seorang anak, tentunya akan selalu diikuti adanya proses pembelajaran. Tanpa disadari tindakan-tindakan yang dilakukan seorang anak akan menjadikan hal itu sebagai sebuah pengalaman dan akan terus berkembang seiring dengan kemampuan kognitif seorang anak pada usianya. Selain itu, berdasarkan empat tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget, menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa dihasilkan sesuai dengan kemampuan kognitif anak dan terus berkembang sesuai dengan pengalaman yang diterimanya. Oleh karena itu, teori belajar kognitif lebih menekankan proses pembelajaran sebagai suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.



12



BAB III PENUTUP 1.1



Simpulan Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa teori perkembangan



psikoanalitik, behavioristik, dan kognitif semata-mata diterapkan untuk meneliti serta membantu seorang pengajar atau pendidik untuk mengenal kepribadian atau karakteristik setiap peserta didiknya dengan jenis-jenis teori yang bersifat ilmiah. Teori psikoanalitik mengedepankan model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi dengan tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sedangkan teori behavioristik fokus kepada proses interaksi antara stimulus dan respons tiap individu dengan membedakan dua tipe respons tingkah laku, yaitu tingkah laku responden (respondent behavior) dan tingkah laku operan (operant behavior). Terakhir adalah teori kognitif, hal yang dikedepankan oleh teori kognitif adalah mengenai cara atau strategi seorang guru dalam mengembangkan fungsi kognitif pada setiap peserta didiknya agar mereka bisa belajar dengan lebih maksimal.



1.2



Saran Berdasarkan uraian materi di atas, penulis dapat membuat saran sederhana sebagai



berikut: 1. Pendidik sebaiknya memahami dan menguasai ketiga teori perkembangan beserta jenis-jenisnya sebagai bekal untuk kegiatan belajar mengajar. 2. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya para pendidik mencari tahu serta mempertimbangkan keadaan fisik dan psikis para peserta didiknya. Hal tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam mengajar para peserta didik kedepannya.



13



DAFTAR PUSTAKA



Referensi Buku M.Si, dra. Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Crain, William. 2007. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hall, Calvin S. 2017. Naluri Kekuasaan Sigmund Freud.Yogyakarta: Narasi Wilding, Christine, Aileen Milne. 2013. Cognitive Behavioural Therapy. Jakarta: Indeks Uno, Hamzah B., Koni, Satria. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Malang: Penerbit Elang Mas



Referensi Internet https://helmymunandar.wordpress.com/2015/06/25/contoh-kasus-dan-pembahasandalam-psikolanalisa/ https://www.bastamanography.id/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-freud/ https://www.kompasiana.com/arum.tri.subarkah/55003145a33311bb7450ff52/teoribehaviorisme-dan-implikasinya https://safnowandi.wordpress.com/2012/11/03/teori-behaviorisme/ https://hisham.id/2018/11/pengertian-perkembangan-kognitif-teori-tahapan-dan-contohperkembangan-kognitif.html http://utamitamii.blogspot.com/2012/04/teori-perkembangan-kognitif-vygotsky.html



14