Terapi Aktivitas Kelompok JIWA II [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 2 MENSIMULASIKAN TERAPI MODALITAS : TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK) Dosen Pembimbing : Ns.Puji Lestari, M.Kes.



Disusun oleh : 1. Alfiatur Rohmah 2. Ana Fitriyati 3. Eka Sakti Y



(010114a008) (010114a009) (010114a029)



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Mensimulasikan Terapi Modalitas : Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.



Ungaran, 12 Maret 2017



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Yusuf, 2015). Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Yosep,2014). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok



terdiri



dari



individu



yang



saling



berinteraksi,



interelasi,



interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998 dalam Yosep, 2014). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) ?



2. 3. 4. 5. 6.



Apa tujuan dari TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? Apa jenis-jenis TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? Siapa sasaran dan keanggotaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? Bagaimana mekanisme dan pelaksanaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? Apa tugas dan peran therapis secara umum dalam TAK (Terapi Aktivitas



Kelompok)? 7. Bagaimana tahap-tahap TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? 8. Apa peran perawat TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? 9. Apa keuntungan dan kerugian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? 10. Apa saja metode dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? 11. Apa saja faktor kuratif dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? 12. Bagaimana evaluasi dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)? C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan tentang pengertian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 2. Menjelaskan tentang tujuan dari TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 3. Menjelaskan tentang jenis-jenis TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 4. Menjelaskan tentang sasaran dan keanggotaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 5. Menjelaskan tentang mekanisme dan pelaksanaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 6. Menjelaskan tentang tugas dan peran therapis secara umum dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 7. Menjelaskan tentang tahap-tahap TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 8. Menjelaskan tentang peran perawat TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 9. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 10. Menjelaskan tentang saja metode dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 11. Menjelaskan tentang faktor kuratif dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 12. Menjelaskan tentang evaluasi dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok Terapi kelompok merupakan suatu



psikoterapi



yang dilakukan



sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa Di Indonesia). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok



untuk



memberikan



interpersonal (Yosep, 2014).



stimulasi



bagi



klien



dengan



gangguan



Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling bergantungan, serta mempunyai norma yang sama (Stuart dan Sundeen, 1991 dalam Yusuf, 2015). Manusia adalah makhluk sosial, hidup berkelompok, dan saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial dimaksud antara lain rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain, dan kebutuhan pernyataan diri. Penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan



kesehatan



jiwa.



Selain itu,



dinamika



kelompok



tersebut



membantu pasien meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif (Yusuf, 2015). B. Tujuan Terapi Kelompok Terapi kelompok mempunyai tujuan therapeutic dan rehabilitasi (Yosep, 2014). 1. Tujuan Umum. a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (Reality Testing). b. Membentuk sosialisasi. c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif (bertahan terhadap stress) dan adaptasi. d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. 2. Tujuan Khusus. a. Melatih pemahaman identitas diri. b. Penyaluran emosi. c. Meningkatkan ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan seharihari. d. Bersifat rehabilitatif. Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapkan mandiri dan sosial ditengah masyarakat. Dari segi rehabilitasi terapi kelompok bertujuan meningkatkan kemampuan empati dan meningkatkan pengetahuan tentang masalahmasalah kehidupan dan pemecahannya.



Indikasi dan Kontraindikasi Semua pasien rehabilitasi perlu mendapatkan terapi kelompok kecuali mereka yang mengalami : 1) 2) 3) 4) 5)



Psikopat dan Sosiopat. Selalu diam dan/atau autistik. Delusi yang tidak terkontrol. Klien yang mudah bosan. Pasien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis berat, tidak menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat



dan orang-orang dengan kepribadian sciozoid serta neurotic. 6) Pasien dengan ego psiko patologi berat yang menyebabkan psikotik kronik sehingga menyebabkan tolerasi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi yang kurang.



C. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Ada beberapa jenis terapi pada terapi aktivitas kelompok (Yusuf, 2015) : 1. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori pasien. Kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa ekspresi emosi/perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, dan ucapan. Biasanya pasien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal akan terangsang sensoris emosi dan perasaannya melalui aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut berupa: a. TAK stimulasi sensori suara, misalnya mendengar musik, b. stimulasi sensori menggambar, c. TAK stimulasi sensori menonton TV/video. 2. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realitas Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar pasien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekeliling pasien atau orang yang dekat dengan pasien, serta lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan pasien pada saat ini dan masa yang lalu. Aktivitasnya adalah sebagai berikut : a. Sesi I : pengenalan orang b. Sesi II : pengenalan tempat c. Sesi III : pengenalan waktu 3. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi



Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktivitas yang diberikan antara lain sebagai berikut : a. Sesi I : menyebutkan jati diri. b. Sesi II : mengenali jati diri anggota kelompok. c. Sesi III : bercakap-cakap dengan anggota kelompok. d. Sesi IV : menyampaikan dan membicarakan topik percakapan. e. Sesi V : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. f. Sesi VI : bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok. g. Sesi VII : menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK sosialisasi yang telah dilakukan. 4. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Pasien dilatih untuk mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini diharapkan respons pasien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas yang diberikan antara lain sebagai berikut. a. Sesi I : menonton TV b. Sesi II : membaca majalah/koran/artikel c. Sesi III : gambar d. Sesi IV : 4.1 Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. e. Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik. f. Mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif. g. Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat. h. Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. 5. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Peningkatan Harga Diri Pasien dilatih untuk mengidentifikasi hal-hal positif pada diri sehingga mampu menghargai diri sendiri. Kemampuan pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini, pasien diharapkan mampu merumuskan suatu tujuan hidup yang realistis. Aktivitas yang diberikan adalah sebagai berikut. a. Sesi I : identifikasi hal positif diri. b. Sesi II : menghargai hal positif orang lain. c. Sesi III : menetapkan tujuan hidup yang realistis. 6. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi Pasien dilatih untuk dapat mengenal halusinasi yang dialaminya dan dilatih cara mengontrol halusinasi. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini, respons pasien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan diharapkan menjadi adaptif. Aktivitas yang diberikan yaitu sebagai berikut :



a. b. c. d. e.



Sesi I : mengenal halusinasi Sesi II : mengontrol halusinasi dengan menghardik Sesi III : mengontrol halusinasi dengan menyusun jadwal kegiatan Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan minum obat yang benar Sesi V : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap



D. Sasaran dan Keanggotaan. Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang intesif kelompok yang heterogen lebih menguntungkan dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok umur, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan kelompok psikoterapi yang lain adalah kelompok homogen yang anggotanya mempunyai kebiasaan yang sama misalnya alcoholism, homosexual, ada kecenderungan setiap anggota mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota lainnya.



Keanggotaan



sebuah



terapi



kelompok



mempunyai



beberapa



persyaratan: 1) Sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi yang jelas. 2) Sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoherent, dan waham yang tidak terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi kelompok. Persyaratan bagi pasien rehabillitasi : perlu ditentukan target kelompok untuk setiap anggota disamping adanya target terapi yang bersifat kelompok. Target kelompok untuk setiap bulannya adalah : 1) Selama rehabilitasi anggota didorong, mereka yang bersifat pasif perlu dibangkitkan. 2) Selama rehabilitasi anggota didorong didorong untuk mengikuti aktivitas yang lebih baik atau lebih terampil. 3) Sesudah rehabilitasi targetnya adalah bagaimana agar anggota bisa menghadapi hidup sosial dengan keluarga dan teman sekerja serta masyarakat umum. 4) Perlu adanya rating scale bagi setiap pasien untuk mencapai target. Untuk terapi kelompok dirumah sakit jiwa dianjurkan untuk : 1) Tidak terlalu ketat dalam teknik terapi. 2) Diagnosa pasien dapat bersifat heterogen. 3) Tingkat kemampuan berfikir dan pengalaman hendaklah setaraf. Jumlah Anggota dan Komposisi dalam Terapi Kelompok (Yosep,2014) :



1) Menurut Dr. Wartono (1976). Kelompok dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 anggota merupakan jumlah yang ideal. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. 2) Menurut Caplan (1971). Besarnya anggota kelompok terdiri dari 7-9 anggota (pria dan wanita) memungkinkan anggota berada dalam ras atau suku, latar belakang sosial dan pendidikan sehingga mirip dengan kehidupan nyata. 3) Menurut Johnson (1963). Terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaan lebih dari 10, maka komunikasi sulit untuk difokuskan, sedangkan jika anggota kurang dari 4, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional. E. Mekanisme dalam Terapi Kelompok Setelah pasien berkumpul, mereka duduk berkeliling kemudian therapist memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dan co-therapist. Setelah itu anggota kelompok dipersilahkan memperkenalkan dirinya secara bergiliran dan apabila klien tidak mampu maka therapist membantu memperkenalkannya. Therapist kemudian menerangkan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok juga masalah yang akan dibicarakan. Topik atau masalah bisa ditentukan oleh therapist atau atas usulan pasien. Selain itu juga diterapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebaskan juga untuk mengkritik termasuk mengkritik therapist, therapist sendiri sebaiknya bersikap moderat dan menghindari kata yang dianggap sebagai perintah. Jika terjadi bloking atau kemacetan di tengah-tengah proses terapi, maka therapist dapat membiarkan sementara tetapi jangan terlalu lama karena dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi, sehingga therapist perlu mencairkan bloking tersebut dengan kondisi kelompok pada saat itu.



Agar protes kelompok dapat berjalan dengan lancar maka : 1) Individu harus diterima sebaik-baiknya sebagaimana adanya. 2) Pembatasan yang tidak perlu hendaknya dihindarkan. 3) Penyataan (ekspresi) verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar. 4) Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai. 5) Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggota secara perorangan. Tugas Therapist 1) Membentuk dan mempertahankan kelompok. 2) Membentuk budaya dalam kelompok. 3) Membentuk norma kelompok atas dasar



keahlian



dan



keteladanan. Norma kelompok itu antara lain pemantapan diri, pembukaan diri, norma prosedur, pentingnya kelompok, dan anggota sebagai agen penolong. Agar Perilaku Therapist Efektif, maka : Secara Umum : Seorang therapist harus penuh perhatian, penerimaan, empati dan ketulusan. Secara Khusus : mendengarkan, mengamati, memberi umpan balik,



menghubungkan,



konfrontasi,



menanyakan, memiliki untuk melihat proses, meringkas, dan bertanggung jawab. Sedangkan gaya Therapist diharapkan dapat efektif dalam proses terapi kelompok : 1) Therapist hendaknya bersikap tegas dan cepat di dalam mengambil



keputusan



dan



dalam



waktu



yang



sama



mengemukakan alasan tentang tindakan tersebut. 2) Pada waktu ada kekacauan, therapist harus dapat bertindak cepat, tegas, dan bila perlu meminta agar pasien yang mengacau dipersilahkan keluar tetapi kelompok berjalan terus. 3) Setalah terjadi insiden hendaknya therapist mendiskusikan hal tersebut dengan anggota yang tinggal.



4) Self disolomsm mengenal perasaan yang kontradiktif dapat dipakai sebagai model. 5) Tujuan terapi kelompok akan bermanfaat apabila semua perasaan yang timbil dalam kelompok dikemukakan (Yosep,2014).



F. Pelaksanaan Terapi Kelompok Tahap-tahap Terapi Kelompok (Yosep,2014) : 1) Peran serta anggota kelompok terutama diwujudkan dalam bentuk :  Perkenalan. Masing-masing anggota kelompok memperkenalkan diri.  Pembentukan Agenda. Masing-masing anggota mengemukakan problem yang 



dihadapi sebagai agenda. Konfidensilitas. Therapist memberikan informasi bahwa masing-masing anggota



secara



bebas



mengajukan



masalahnya,



dan



keberhasilannya terjmin untuk tidak diketahui orang lain di  



luar kelompok. Menggali ide-ide dan perasan yang muncul dalam kelompok. Tahap Transisi. Dalam hal ini dibutuhkan ketrampilan therapist dalam kepekaan waktu, melihat pola perilaku anggota dan mengenal



suasana emosi di dalam kelompok.  Tahap kerja kelompok yang sesungguhnya.  Tahap Terminasi. 2) Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok. a. Repentasi (kehadiran pasien) kehadiran secara fisik dan psikologis. b. Interview Awal (sebelum therapy kelompok, anamese yang konkrit dan jelas). c. Penampilan anggota kelompok (sebaiknya yang memenuhi syarat untuk mengikuti therapy kelompok pasien tidak dalam krisis, tidak sangat takut bicara, tidak efektif dalam hubungan antarpribadi, dan tidak terlalu banyak minta perhatian). 3) Tugas-tugas therapist kelompok. a. Membentuk dan mempertahankan kelompok. b. Membentuk budaya dalam kelompok. c. Membentuk norma kelompok, atas dasar keahlian dan keteladanan, norma kelompok antar lain ; pemantauan diri,



oembukaan diri, norma prosedur, pentingnya kelompok dan anggota kelompok sebagai agen penolong. 4) Contoh penerapan terapi kelompok untuk pasien rawat inap. a. Untuk pasien rawat inap umumnya dengan sesi tunggal. Dalam hal ini therapist harus berfikir bahwa kelompok hidup dalam satu sesi, karena itu therapist harus lebih aktif dibandingkan dengan kelompok untuk pasien rawat jalan dengan sesi bersambung (enam atau delapan kali pertemuan). b. Untuk pasien tipe ini bentuk therapy harus terstruktur dengan jelas, therapist harus menerangkan dengan jelas apa saja yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh pasien dalam kelompok. c. Bentuk struktur.  Tempat pertemuan adalah ruangan yang mempunyai   



pintu yang dapat ditutup. Kelompok disusun dalam bentuk lingkaran. Waktu harus tepat. Sebelum terapi selesai anggota tidak diperkenankan



keluar.  Kelompok diawali dan diakhiri dengan tepat. 5) Orientasi dan Persiapan. a. Pada menit-menit pertama dipakai untuk pengertian dan persiapan bagi anggota baru. b. Penyampaian secara singkat. c. Secara bergiliran pasien/anggota



diminta



untuk



mengemukakan masalah yang ingin diselesaikan. d. Mempersiapkan anggota lama dapat berperan serta di dalam



mempersiapkan



terapi



kelompok



dengan



persiapkan ini penting sekali untuk mengatasi adanya jarak antara therapist dengan pasien. e. Prosedur yang ajeg dan koheren dalam terapi kelompok harus diperhatikan, dengan rincian; menit pertama untuk persiapkan, definisi tugas, mengisi tugas, mengakhiri pertemuan. G. Tugas Therapist Untuk mencapai tujuan dari terapi kelompok baik yang terapeutik maupun rehabilitatif terapi ataupun pemimpin kelompok hendaknya mampu (Yosep,2014) : 1. Mengembangkan kejujuran di antara anggota kelompoknya.



2. Menimbulkan rasa saling menghormati dan saling menerima di antara anggota kelompok. 3. Mampu mengontrol tingkah laku yang tidak dapat diterima anggota kelompoknya. 4. Mengarahkan anggota kelompok untuk beradaptasi dengan semua anggota. 5. Membawa anggota kelompok untuk mampu mengemukaka masalah mendengarkan keluhan-keluhan dan memberikan saran terhadap keluhan tersebut. 6. Tidak membeda-bedakan anggota kelompok. 7. Menjalin hubungan dengan anggota dan antaranggota. 8. Melibatkan diri dalam kelompok dan memberikan perhatian penuh. H. Peran Therapist Secara Umum. Sebagai Katalisator mempermudah komunikasi dan interaksi Regulator mengarahkan proses ke arah yang bermanfaat. Auxilarry ego; sebagai penopang bagi anggota yang egonya terlalu lemah. Therapist sebaiknya mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien diharapkan mampu membuka diri dalam kelompok dan tidak mempertahankan mekanisme kopingnya. Hal tersebut terjadi karena awal therapy kelompok klien dihadapkan dengan orang lain (Yosep,2014). I. Fokus Terapi Kelompok 1. Orientasi Realitas. Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan karakteristik klien dengan gangguan orientasi realita yang dapat berinteraksi, klien yang kooperatif dapat berkomunikasi verbal dengan baik dan kondisi fisik dalam keadaan sehat. 2. Sosialisasi. Untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal dengan karakteristik klien yang kurang minat mengikuti kegiatan/tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang kegiatan social, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas, dan sudah dapat membina terus mau berinteraksi dengan sehat fisik. 3. Stimulasi Persepsi. Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik klien dengan gangguan persepsi, menarik diri dengan realitas, inisiatif dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik dan dapat berkomunikasi verbal. 4. Stimulasi Sensoris.



Membantu klien yang mengalami kemunduran sensoris. Karakteristik : kooperatif, mengalami kemunduran sensoris, sehat fisik, bicara jelas, waham/halusinasi terkontrol, mau ikut kegiatan. 5. Penyaluran Energi. Untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Karakteristik : klien dengan perilaku agresif, potensial amuk, hiperaktif, sehat fisik dan kooperatif (Yosep,2014). J. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam praktik. 1. Mendorong perilaku pasien agar perilakunya diterima oleh anggota lain dan mengendalikan tingkah laku sebaliknya. 2. Terimalah pasien secara serius. 3. Jangan memberikan perilaku self defeating. 4. Therapist memberikan kerangka kerja untuk menerima tingkah laku yang tidak disukai. 5. Perlakuan pasien dengan penghargaan. 6. Mencari resolusi jika tidak terjadi kemarahan. 7. Keteladanan therapist penting (Yosep,2014). K. Tahap-tahap dalam Therapy Kelompok. Tahap-tahap dalam Therapy Kelompok (Yosep,2014) : Tahap 1 : Tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan para anggota kelompok. Tujuannya ialah agar para anggota saling mengenal, mengetahui tujuan serta membiasakan diri untuk melakukan diskusi kelompok. Tahap 2 : Terutama tercapainya transference dan perkembangan identitas kelompok. Transference ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien (misalnya si A) yang seharusnya ditujukan kepada seseorang lain (misalnya si B) tetapi dialihkan kepada orang lain lagi (si C, misalnya Therapist). Contoh perilaku seorang pasien yang seharusnya ditujukan kepada orang tuanya tapi didalam kenyataannya dialihkan kepada therapist. Tahap 3 : Disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap orang akan mendapat informasi atau reaksi atas apa yang sudah dikemukakan. Dengan mendapat reaksi yang bermacam-macam, maka kelompok juga dapat mengambil kesimpulan reaksi mana yang benar. Dengan demikian setiap orang akan mendapatkan koreksi atau kesan kelompok secara umum atas tingkah lakunya. Tahap Perkembangan Kelompok Berdasarkan Perasaan Peserta.



Menurut Judith Haber perkembangan kelompok dibagi menjadi 4 tahap : 1. Tahap ketidakpastian. Pada fase ini terdapat banyak keluhan yang dirasakan oleh anggota kelompok di antaranya keraguan-raguan, perasaan tidak cocok di antara anggota, rasa permusuhan terhadap pemimpin. Pada fase ini anggota sering merasa bahwa setiap komentar atau interpresentasi pemimpin adalah kritikan terhadap mereka, sehingga pemimpin harus sering mengingatkan pada kelompok bahwa yang dikatakannya hanyalah merupakan suatu komentar bukan suatu kritikan. 2. Tahap Overagresif. Pada fase ini persilihan sering diabaikan oleh kelompok dan pemimpin. Rasa tertarik mulai muncul pada anggota kelompok yang sekaligus merupakan membawa rasa takut bagi mereka. Rasa tertarik ini mungkin merupakan awal terbentuknya suatu hubungan intim, dan hal ini merupakan suatu yang dibenci oleh sebagian besar klien dengan terapi kelompok. 3. Tahap Regresi. Regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk memanipulasi orang lain secara spontan. Pertama anggota merasa cemas dan ada keinginan untuk meninggalkan anggota yang regres. Sehingga saat ini penting bagi pemimpin untuk bertindak dan menanyakan pada anggota yang mengalami regres tentang apa yang dialaminya sehingga memudahkan pemimpin untuk mengarahkan perilakunya kepada kenyataan. 4. Tahap Adaptasi. Pada tahap ini anggota kelompok mulai menerima anggota lain terhadap kelemahan dan kecacatan, sementara tingkah laku kepada yang lainnya dapat diterima. Hal ini tidak berarti anggota-anggota dalam fase ini tidak merespon kepada yang lain secara irasional. Jika hal ini terjadi, keefektifan terapi kelompok akan menurun secara drastis, dengan demikian pemimpin harus mengontrol kelompok tersebut secara terus menerus sehingga konflik akan terhindari. L. Peran Perawat dalam Terapi Kelompok. 1. Bertindak sebagai moderat atau pengawas diskusi kelompok.



2. Mengevaluasi diskusi kelompok untuk menambah pengalaman therapy 3. 4. 5. 6.



kelompok. Mengadakan pendekatan pada kelompok secara efektif. Memotivasi penderita agar aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Menciptakan suasana therapeutik. Memberikan kesempatan pada penderita untuk bekerja sama antara penderita



dengan penderita dengan perawat. 7. Memberikan bimbingan dan pengarahan pada penderita yang pasif dan hiperaktif (Yosep,2014). M. Keuntungan dan Kekurangan Terapi Kelompok. 1. Keuntungan a. Dapat mengobati klien dalam jumlah banyak. b. Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka, sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan, dan meningkatkan klien untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran, masalah dengan orang lain. c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menggali gaya-gaya berkomunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu menerima umpan balik dari orang lain. d. Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain. e. Anggota kelompok dapat belajar peranannya dalam kelompok berbagai anggota, pembantu therapist. f. Kelompok dapat menimbulkan pemahaman/pengertian, konfrontasi, identifikasi, kelompok rujukan (Yosep,2014).. 2. Kerugian a. Kehidupan pribadi klien tidak terlindungi. b. Klien mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya karena berbeda keyakinan/sulit dalam berkomunikasi, tidak mau berubah. c. Jika Therapist menyelenggarakan secara individual (Yosep,2014). N. Metode Terapi Kelompok. Menurut Robinson (Yosep,2014), metode terapi kelompok terbagi : 1. Kelompok Deduktif. Metode ini mempunyai tujuan memberikan pemahaman intelektual mengenal suatu masalah kepada anggota yang mengikuti terapi kelompok dengan teknik pemberian materi. 2. Kelompok Socil Theurapeutic.



Metode ini bermanfaat untuk menghasilkan identifikasi, dorongan, penerimaan, pemahaman, dan penentraman untuk orang-orang yang menderita penyakit fisik dan emosional, misalnya terapi untuk alkoholik. 3. Kelompok Inspirasi Refrensif. Metode ini meliputi berbagai bidang, terapi pada pokonya bergantung pada seorang pemimpin yang kuat dan otoriter, yang memberikan situasi yang tersusun tetap, membangkitkan perasaan berkelompok dan respon kelompok. 4. Psiko Drama. Suatu metode dimana berbagai macam bentuk kepribadian, hubungan interpersonal, konflik-konflik dan problema emosional, diekspresikan atau digali melalui dramatisasi. 5. Kelompok Interaksi Bebas. Meliputi berbagai macam bentuk seperti terapi kelompok analitik, analisa kelompok, dan terapi psikoanalitik. O. Faktor-faktor yang Bersifat Kuratif dalam Terapi Kelompok (Yalom). 1. Imparting of Information. Penggunaan informasi yang telah direncanakan terstruktur, disertai alat bantu pengajaran dengan membahas topik-topik tertentu. 2. Instillation of Hope. Membantu klien untuk mempertahankan kejujuran dalam situasi terapeutik ditumbuhkan harapan-harapan ke arah optimistik sehingga klien yakin bahwa dirinya akan sembuh. 3. University. Klien dijaga dari perasaan yang berbeda dari orang lain dalam kelompok klien mulai merasa kurang isolasi dan lebih menyukai orang lain. Perasaan ini memberikan kekuatan pada klien untuk belajar bahwa orang lain dalam kelompok memiliki masalah-masalah yang sama dalam dirinya. 4. Altruism. Proses dimana klien dibantu atau membantu orang lain. Tindakan membantu orang lain ini menjadi sifat terapeutik yaitu meningkatkan rasa harga diri klien. 5. Development of Socializing Techniques. Kemampuan bersosialisasi ada kaitannya dengan keberhasilan hubungan interpersonal di masyarakat. Teknik-teknik yang dipergunakan dalam terapi kelompok untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi klien diharapkan setelah berakhirnya terapi kelompok dapat memiliki kemampuan yang lebih dalam sosialisasi dibandingkan dengan sebelumnya. Teknik ini adalah roleplaying dan umpan balik. 6. The Correcting Recapitulation of Primary Family Group.



Klien didalam terapi mempersepsikan anggota kelompok sebagai saudarasaudaranya di dalam suatu keluarga dan perilaku dari therapist sebagai orangtuanya. 7. Imitative Behavior. Yaitu mencontoh perilaku-perilaku yang sehat dari anggota keluarga dari anggota lain atau therapist dan terus dikembangkan. 8. Interpersonal Learning. Hasil dari therapy kelompok dapat ditransfer pada kelompok-kelompok lain. 9. Group Cohesive. Membentuk solidaritas atau keterkaitan, merasa memiliki dengan ungkapan kita dan bukan saja hal ini tergambar dari kehadiran dalam kelompok dan kemampuan untuk mengekspresikan secara positif dan negatif kepada orang lain tanpa integritas kelompok. 10. Catharis. Yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan melibatkan emosi-emosi yang dalam (Yosep,2014). P. Evaluasi dalam Terapi Kelompok. 1. Input : Persiapan, penyelesaian klien, tempat dan setting ruangan. 2. Proses : Peran therapist disesuaikan dengan perencanaan. Pelaksanaan kegiatan aktivitas kelompok. Cara mengatasi masalah yang timbul. 3. Hasil : Dapat dinilai melalui format evaluasi. Evaluasi tersebut dapat kita ambil sebagai berikut : 1. Evaluasi Subjektif. Anggota kelompok merasa telah menemukan tujuan hidupnya dalam lingkup kelompok tersebut. 2. Evaluasi Objektif. Dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku yang dialami merupakan



hasil



pengalaman



mereka



dalam



berkelompok



sumbangan peran dari anggota kelompok itu (Yosep,2014).



dan



Sistematika Proposal Terapi Aktivitas Kelompok. Lampiran Anggota Kelompok Lembar Pengesahan Daftar Isi 1. Latar Belakang 2. Pengertian 3. Metode TAK 4. Tujuan 5. Kriteria Klien 6. Waktu Pelaksanaan 7. Nama Peserta dan Ruangan 8. Media dan Alat 9. Susunan Pelaksana 10. Uraian Tugas Pelaksana 11. Mekanisme Kegiatan 12. Setting Tempat 13. Tata Tertib dan Program Antisipasi 14. Evaluasi Lampiran Lembar Evaluasi Perkembangan Klien dalam TAK Daftar Pustaka (Referensi)



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terapi kelompok merupakan suatu



psikoterapi



yang dilakukan



sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok



untuk



memberikan



stimulasi



bagi



klien



dengan



gangguan



interpersonal. Terdapat beberapa jenis terapi pada terapi aktivitas kelompok seperti : terapi aktivitas kelompok (tak) stimulasi sensori, orientasi realitas, sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi persepsi peningkatan harga diri, dan stimulasi persepsi mengontrol halusinasi. Peran serta anggota kelompok dalam terapi kelompok terutama diwujudkan dalam bentuk : perkenalan, pembentukan agenda, konfidensilitas, menggali ide-ide dan perasan yang muncul dalam kelompok serta pada tahap transisi. Peran perawat dalam terapi kelompok yaitu bertindak sebagai moderat atau pengawas diskusi kelompok, mengevaluasi diskusi kelompok untuk menambah pengalaman therapy kelompok, mengadakan pendekatan pada kelompok secara efektif, memotivasi penderita agar aktif dalam kegiatan yang dilakukan, menciptakan suasana therapeutik, memberikan kesempatan pada penderita untuk bekerja sama antara penderita dengan penderita dengan perawat serta memberikan bimbingan dan pengarahan pada penderita yang pasif dan hiperaktif.



DAFTAR PUSTAKA



Yosep, Iyus & Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama. Yusuf, Ahmad,dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.