Terapi Modalitas Pada Pasien Penyakit Terminal - Terapi Seft [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI MODALITAS PADA PASIEN PENYAKIT TERMINAL: TERAPI SEFT TERHADAP TINGKAT STRESS PASIEN KANKER



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah: Teknologi dalam Modalitas Penatalaksanaan Keperawatan I Dosen Pengampu: Ns. Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep J., PhD Disusun Oleh: Kelompok 2 (A 2018 1) Afifah Annisa



1811112112



Rahma Tina Jusar



Anro Sayidi



1811124913



Rissa Rahmawati Harahap 1811110334



Arie Afriady



1811110062



Septi Veronika



1811110422



Geni Ranjani



1811112120



Sintia Adwi Pama Putri



1811110370



Gita Adearni Purba



1811110313



Sustiara Derma



1811112094



Litha Atikah Harahap



1811110393



Tika Rindiani



1811111954



Meidyna Lentari S



1811110246



Umi Nadatul Annisa



1811110262



Nada Zafira Yosfand



1811111939



Windasari



1811110290



Nurul Izzah



1811112068



Yuliana Husada



1811110294



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020



1811110393



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Modalitas Pada Pasien Penyakit Terminal: Terapi SEFT Terhadap Tingkat Stress Pasien Kanker”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik secara materi maupun pikirannya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dalam Modalitas Penatalaksanaan Keperawatan I pada semester ganjil (V) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Riau tahun ajaran 2020/2021. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan pengalaman bagi kami, serta semoga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Pekanbaru, 21 November 2020



Tim Penyusun



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................2 C. Tujuan Pembahasan......................................................................................2 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Penyakit Terminal 1. Definisi Penyakit Terminal......................................................................4 2. Klasifikasi Penyakit Terminal.................................................................4 3. Kriteria Penyakit Terminal......................................................................6 4. Penatalaksaan...........................................................................................6 5. Terapi Yang Diberikan .........................................................................11 B. Konsep Kanker 1. Definisi Kanker......................................................................................12 2. Gejala Kanker........................................................................................13 3. Jenis Kanker..........................................................................................13 4. Faktor Penyebab....................................................................................14 5. Cara Pencegahan....................................................................................17 6. Masalah Yang Dihadapi Pasien Kanker................................................18 C. Konsep Terapi Spitirual Emosional 1. Definisi Terapi Spiritual Emosional......................................................19 2. Ruang Lingkup......................................................................................20 3. Tujuan Terapi Spiritual Emosional........................................................21 4. Manfaat Terapi Spiritual Emosional......................................................21 5. Tingkat Keberhasilan Terapi Spiritual Emosional................................22 6. Teknik SEFT..........................................................................................24 BAB III PEMBAHASAN....................................................................................27



ii



BAB 1V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................34 B. Saran...........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara berkembang seperti d Indonesia telah terjadi pergeseran penyebab kematian utam dari penyakit menular ke panyakit tidak menular. Kecendrungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular yaitu: kanker, stroke, diabetes mellitus, gangguan mental dan lain-lain (Kementrian Kesehatan RI, 2014, hlm 13). Pravelensi tumor di Indonesia adalah 1,4% per 1000 penduduk atau sekitar 330 orang per 1000 penduduk (Riset Kesehatan Dasar 2013). Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher Rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker kolorektal (Subdit Kanker Diktorat Pengendalian Penyakit tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, 2014) Spritual emotional freedom technique (SEFT) merupakan salah satu metode yang membuat diri penderita dapat menerima persoalan yang menggangu stabilitas emosinya, maka penyakit-penyakit fisik akan hilang akan hilang dengan sendirinya dan sebagai solusi tercepat, termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja (Aziz, 2012). Terapi ini merupakan suatu teknik penggabungan dari sitem energy tubuh dan terapi spiritualitas dengan menggunakan meted taping (ketukan) beberapa titik tertentu pada tubuh (Faiz, 2008). Titik pada SEFT merupakan titik meridian yang sama seperti pada akunpuntur namun lebih sederhana. Respon terjadi melalui jaringan saraf yang berkomunisasi satu dengan yang lain melalui transmitter sinapsis. Stimulasi dan jaringan di perifer akan berlanjut ke sentral melalui medulla spinalis batang otak hipotalamus, dan hipofisis dan berefek terhadap neurotransmitter. Penggunaan bahan kimia yang digunakan untuk melawan sel-sel kanker pada kemoterapi, mempunyai efek samping pada pasien, pada umunya efek samping dari kemoterapi



meliputi gangguan dari saluran cerna, mulut,



1



lambung dan usus meyebabkan sariawan, mual, muntah dan diare. Pada kulit dan rambut pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering dan gatal, serta rambut rontok. Pada sum-sum tulang belakang terjadi penekanan yang memberi pengaruh terhadap sel darah merah, sel darah putih dan trombosit pada akhirnya meneybabkan keletihan, anemia, kecenderungan perdarahan, dan resiko infeksi (Corwin, 2007). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit terminal? 2. Apa yang di maksud dengan kanker? 3. Apa saja gejala dari kanker? 4. Apa saja jenis-jenis kanker? 5. Apa saja factor penyebab kanker? 6. Apa saja faktor resiko pada kanker? 7. Bagaimana cara pencegahan kanker? 8. Apa saja masalah yang dihadapi pasien kanker? 9. Apa yang dimaksud dengan SEFT? 10. Sebutkan ruang lingkup SEFT? 11. Apa saja tujuan dari SEFT? 12. Apa saja manfaat SEFT? 13. Bagaimana tingkat keberhasilan dari SEFT? 14. Bagaimana teknik dari SEFT? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit terminal 2. Untuk mengetahui pengertian dari kanker 3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari kanker 4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari kanker 5. Untuk mengetahui factor penyebab kanker 6. Untuk mengetahui factor resiko dari kanker 7. Untuk mengetahui cara pencegahan kanker 8. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh pasie kanker



2



9. Untuk mengetahui pengertian dari SEFT 10. Untuk mengetahui ruang lingkup SEFT 11. Untuk mengetahui tujuan dari SEFT 12. Untuk mnegetahui manfaat dari SEFT 13. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan SEFT 14. Untuk mengetahui teknik SEFT



3



BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Penyakit Terminal 1. Definisi penyakit terminal Penyakit tereminal merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang dan tidak dapat disembuhkan sehingga mengakibatkan kematian (Campbell & L, 2013). Penyakit terminal merupakan keadaan yang dialami individu yang menjalani kondisi medis dan pada akhirnya berakhir dengan kematian dalam waktu yang sangat terbatas (Rosdhal, Caroline, & Kowalski, 2014). Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah). (White, 2002). Penyakit terminal ditujukan kepada seseorang yang mengalami suatu penyakit yang tidak ada obatnya sehingga mengancam kehidupannya atau dengan nama lain terminal illness (Roberts & Albert R, 2009). 2. Klasifikasi penyakit terminal Menurut Kemenkes RI (2007) klasifikasi atau jenis-jenis penyakit terminal yaitu: a. Penyakit kanker. b. Penyakit degeneratif. c. Penyakit paru obstruksi kronis. d. Stroke. e. Parkinson’s disease. f. Gagal jantung. g. Penyakit genetika. h. Penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.



4



Adapun menurut Frank et al. (2000) klasifikasi penyakit terminal yang membutuhkan perawatan paliatif yaitu digambarkan dalam tabel berikut. NO . 1.



Penyakit



Kategori



Kanker



Paru-paru,



trakea,



bronkus,



telinga,



hidung dan tenggorokan, limfatik, genito2.



Penyakit



urinaria, leukimia, haemopoetic. maglinan Sirkulasi:



non



progresif



Kardiovaskular,



cerebrovascular,



respiratori. Sistem saraf: Penyakit



neuron



motorik,



multiple



sclerosis, demensia, HIV/AIDS. 3.



Penyakit Terminal pada Gangguan degeneratif hereditas, distropi Anak



otot, cystic fibrosis.



Sedangkan menurut Kampen et al. (2017) klasifikasi penyakit terminal yang membutuhkan perawatan paliatif yaitu digambarkan dalam tabel berikut. 1.



Kondisi



yang



mengancam



jiwa, Contoh: Kanker, gagal ginjal,



dimana pengobatan kuratif mungkin gagal jantung, penyakit hati. masih dapat dilakukan tetapi bisa saja gagal. 2.



Kondisi dimana kematian dini tidak Contoh: Fibrosis kistik, distropi dapat dihindarkan.



3.



Kondisi



progresif



otot. tanpa



pilihan Contoh: Mucopolysaccharidosis.



pengobatan kuratif. 4.



Kondisi yang tidak dapat diubah Contoh:



5



Cerebral



palsy



tetapi



tidak



meyebabkan



progresif kecacatan



yang parah,cacat



gabungan



seperti



parah, cedera otak sekaligus sumsum



menyebabkan kerentanan terhadap tulang belakang. kesehatan.



3. Kriteria penyakit terminal a. Penyakit tidak dapat disembuhkan b. Mengarah pada kematian c. Diagnosa medis sudah jelas d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit e. Prognosis jelek f. Bersifat progresif 4. Penatalaksanaan (KemenKes RI, 2017) Tatalaksana untuk mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Nyeri Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien kanker stadium lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh pasien dan keluarga. 95% nyeri kanker dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang tersedia, termasuk memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan piritual.Terdapat 2 jenis nyeri pada kanker yaitu nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Tatalaksana Nyeri Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan adalah sbb:



6



1) Medikamentosa: Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant (kortikoste-roid, antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispas modik) 2) Nonmedikamentosa a) Fisik: kompres hangat, TENS b) Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis dan neurosurgery c) Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit dengan alat, gunakan alat bantu untuk jalan atau kursi roda d) Psikologis: penjelasan untuk mengurangi dampak psikologis e) Relaksasi,



cognitive-behavioural



terapy,



psychodynamic terapy b. Mual atau Muntah Mual dan muntah adalah salah satu keluhan yang sangat menganggu pasien. Penyebabnya mual pada pasien paliatif biasanya lebih dari satu macam. Mual dapat terjadi terus menerus atau intermiten. Muntah sering disertai dengan mual, kecuali pada obstruksi gastrointestinal atau peningkatan tekanan intracranial. Tata laksana mual dan muntah harus disesuaikan dengan penyebabnya. 1) Hiperasiditas menyebabkan mual, rasa pahit dan nyeri lambung. Bila sesudah muntah keluhan masih ada, berikan proton pump inhibitor seperti omeprazole 20 mg atau ranitidine 300 mg PO. 2) Mual akibat iritasi mukosa karena pemberian NSAID: omeprazole 20 mg PO



7



3) Mual akibat kemoterapi atau radiasi: 5-HT3 –reseptor antagonis: ondansetron 4 mg 1-2x/hari dan atau eksametason 4 mg pagi hari. c. Gangguan Sistem Pernafasan Gangguan pernafasan merupakan salah satu keluhan yang sangat



mengganggu



pasien



dan



keluarganya.



Prinsip



penanganannya seperti keluhan yang lain, yaitu mengatasi penyebabnya bila mungkin dan simtomatis untuk memberikan kenyamanan pasien dan mengurangi kecemasan keluarga d. Sesak Nafas Sesak nafas merupakan gejala yang menakutkan pasien, karena dihubungkan dengan waktu kematian yang sudah dekat. Sesak nafas dapat merupakan gejala kronis seiring dengan progresifitas penyakit, namun bisa juga merupakan gejala akut.Sesak nafas akut merupakan gejala yang biasanya lebih dapat diatasi dibanding dengan sesak nafas yang terjadi secara kronis. Menentukan faktor yang bersifat reversible sangat bermanfaat dalam penanganan sesak nafas. Tata laksana: Atasi Penyebab: 1) Kanker: radiasi, kemoterapi 2) Efusi pleura: pungsi, pleurodosis 3) Penyempitan bronkus:stent 4) Anemia: transfuse 5) Penyakit penyerta seperti kelainan jantung atau kelainan paru 6) Infeksi: antibiotic e. Non Medikamentosa 1) Dukungan psikososial: bahas tentang kecemasan dan ketakutan dengan mendengarkan secara aktif, pemberian penjelasan dan yakinkan. 2) Atur posisi nyaman 3) Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energi



8



4) Fisioterapi: cara bernafas 5) Relaxasi: terapi musik, aromaterapi 6) Aliran udara segar: buka jendela f. Medikamentosa 1) Opioid: morfin menurunkan sensasi sesak nafas tanpa menyebabkan depresi pernafasan. Untuk pasien yang belum pernah mendapatkan opioid, berikan IR mofin 2.5 –5 mg PO atau morfin 1 – 2.5 mg SK. Jika berlanjut SR 10 mg/24 jam secara teratur.Pada pasien yang telah mendapat morfin sebelumnya, berikan dosis 1/12 -1/6 dosis dasar. Bila berlanjut,naikkan dosis dasar 30 – 50%. 2) Oksigen: bila terjadi hipoksia 3) Cemas dan panik: Alprazolam 0,125 PO 2x sehari atau klonazepam 0,25 PO 2x/hari atau diazepam 2 mg PO, 2x sehari. Bila tidak berhasil: midazolam 2.5 mg SC 4) Nebulizer: gunakan saline 5) Bronkodilator: salbutamol bila terjadi obstruksi 6) Korticosteroid: pada limfangitis karsinomatosa, obstruksi bronkus atau pneumonitis radiasi 7) Diuretik: Gagal Jantung Kongestif dan edema paru 8) Antikolinergik: untuk sekresi yang berlebihan. Untuk penyakit penyerta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Batuk Penyebab batuk yang terbanyak pada pasien paliatif adalah a) Penyakit penyerta: asma Bronkial, infeksi, COPD, CHF b) Kanker paru atau metastase paru, c) Efusi pleura d) Aspirasi, gangguan menelan e) Limfangitis karsinomatosis



9



f) Gangguan saraf laring dan Sindrom Vena Cava Superior Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebai berikut: a) Batuk dengan sputum: nebulizer salin, bronkodilator, fisiotera-pi b) Batuk kering: codein atau morfinOksigen rendah untuk batuk karena emfisema c) Cortikosteroid:



untuk



batuk



karena



tumor



endobronkial, limfan-gitis, pneumonitis akibat radiasi Tata laksana atasi Dasar Penyebab Distensi abdomen: metochlopromide jika tidak ada kontrain-dikasi a) Non Medikamentosa: Stimulasi faring dengan air dingin b) Medikamentosa: i. Haloperidol 0,5 mg – 5 mg/hari ii. Baclofen 3x 5mg, dosis sesuaikan pada gangguan ginjal iii. Kortikosteroid 2) Luka Kanker Luka kanker banyak dijumpai pada kanker payudara, dan kanker pada kepala –leher. Tatalaksana yang dapat dilakukan: a) Antikanker:



radioterapi



radiasi



paliatif



sangat



bermanfaat untuk mengurangi gejala yang ada b) Terapi topikal: Dressing secara teratur dan sering sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan, tetap kering dan bebas infeksi. Rendam dengan air hangat atau waktu mandi. Pada luka bersih gunakan saline. Pada jaringan mati gunakan campuran hidrogen peroksida dan salin atau larutan enzim. Pada luka infeksi gunakan antiseptik. Henti-kan perdarahan dengan



alginte



10



atau



dengan



adrenalin



yang



diencerkan.



Pada



luka



yang



berbau



berikan



metronidazole 400 mg/ 8 jam PO. 5. Terapi yang diberikan a. Kemoterapi Proses yang dilakukan melalui pemberian bahan-bahan kimia dalam bentuk obat dengan dosis tinggi. Fungsi : mencegah sel



kanker



menyebar,



memperlambat



pertumbuhannya,



membunuh sel kanker. b. Radioterapi Terapi menggunakan pancaran radiasi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor yang tumbuh. Ada 2 jenis: 1) Internal: sumber radiasi berupa pil/cairan 2) Eksternal: berasal dari mesin yang mengirim radiasi ke bagian tubuh yang terkena kanker. c. Operasi Prosedur pengangkatan sepenuhnya sel-sel kanker sebelum semakin menyebar. Jenis-jenis oprasi kanker: 1) Oprasi konvesional (menggunakan pisau bedah) 2) Operasi dengan laser 3) Cryosugery (operasi menggunakan nitrogen cair untuk membekukan cairan) d. Imunoterapi Prosedur ini menggunakan sel darah putih serta organ dan jaringan dari sistem limfatik. Pada terapi ini sistem imun tubuh akan diperkuat agar mampu melawan sel kanker yang ada didalam tubuh. e. Terapi hormon Digunakan untuk mengatasi kanker yang pertumbuhannya melibatkan hormon. Misalnya: kanker prostat dan ca mamae.



11



Terapi ini akan membantu menghambat pertumbuhan sel kanker atau mencegah timbul kembali. f. Transplantasi sel punca (stem cell) Dilakukan dengan menggunakan sel darah dan sumsum tulang



yang



belum



terbentuk



dengan



sempurna,



untuk



menggantikan sel-sel disum-sum tulang yang rusak akibat terapi kanker jenis lain, transplantasi dilakukan dengan pemasangan kateterseperti prosedur transfusi darah. g. Pemberian obat-obatan persona/persisi h. Terapi gen i. Terapi tertarget B. Konsep Kanker 1. Definisi Kanker Kanker



adalah



suatu



penyakit



yang



disebabkan



oleh



pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organorgan penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2009). Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang tidak terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang berusia 40 tahun (Uripi, 2002). 12



2. Gejala Kanker Pada stadium dini, kanker biasanya belum menimbulkan keluhan atau rasa sakit. Biasanya penderita menyadari bahwa tubuhnya telah terserang kanker ketika sudah timbul rasa sakit, padahal saat ada keluhan tersebut kanker sudah memasuki stadium lebih lanjut. Pengenalan gejala kanker harus dilakukan sedini mungkin, meskipun tidak ada rasa gangguan atau rasa sakit. Dengan mengetahui serangan kanker yang masih dalam stadium dini angka kesembuhan semakin besar. Pengenalan gejala kanker dapat dilakukan sendiri dengan cara WASPADA yang merupakan kependekan dari istilah-istilah sebagai berikut: a. W = Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau terganggu. b. A = Alat pencernaan terganggu dan susah menelan. c. S = Suara serak dan batuk yang tidak kunjung sembuh. d. P = Payudara atau ditempat lain ada benjolan. e. A = Andeng-andeng atau tahi lalat berubah sifat, menjadi semakin besar dan gatal. f. D = Darah atau lendir yang tidak normal keluar dari lubang-lubang tubuh.(Mangan, 2009). 3. Jenis Kanker Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma. a. Karsinoma



merupakan jenis kanker berasal dari sel yang



melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas (Akmal, dkk., 2010: 188). b. Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia, limfoma merupakan jenis kanker yang tidak membentuk masa



tumor,



tetapi 13



memenuhi



pembuluh



darah



dan



mengganggu fungsi sel darah normal (Akmal, dkk., 2010: 80). c. Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penujang di permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang. d. Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) (Akmal, dkk., 2010: 81). e. Jenis kanker menurut penulis dibedakan berdasarkan sel penyebab awal dan organ yang diserang. Dengan demikian, jenis kanker dapat dibedakan menjadi karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ. 4. Faktor Penyebab a. Umur Kebanyakan kanker menyerang orang yang berumur di atas 60 tahun. Tetapi tidak sedikit orang yang jauh lebih muda, bahkan anak-anak di bawah umur lima tahun, yang juga terkena kanker. b. Tembakau Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker pita suara, kanker mulut, tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau



pun



dapat



menyebabkan



kanker,



dan



mengunyah/menghisapnya (misal dalam bentuk susur –Jw) dapat menyebabkan kanker mulut.



14



c. Sinar Matahari Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang, yang banyak mengandung ultraviolet, dapat menyebabkan kanker kulit. Gunakan payung, topi lebar, dan pakaian yang sebanyak mungkin menutup tubuh untuk melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit yang tidak terlindungi,



sebaiknya



diolesi



dengan



sunscreen



yang



mengandung sun protection factor (SPF) paling sedikit 15.Sinar ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat, bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker. d. Zat-zat Kimia Banyak



zat



kimia



yang



ditambahkan



dalam



makanan/minuman modern yang dapat menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi



pabrik



atau



yang



dijual



di



warung/restoran



mengandung zat-zat tambahan tersebut. Tetapi makanan yang disiapkan di rumah pun belum tentu bebas resiko kanker. Karena kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker. Begitu juga air yang terpolusi deterjen maupun limbah-limbah kimiawi lainnya(walaupun



telah



dijernihkan).Zat-zat



kimia



lain



penyebab kanker dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara, misal bensin, asbes, kadmium, nikel, vinil klorida, dan sebagainya. e. Infeksi Virus dan Bakteri Beberapa jenis virus dan kuman dapat meningkatkan resiko kanker, antara lain:



15



1) Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus hepatitis B  dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus human



T-cell



meningkatkan



leukemia/lymphoma (HTLV-1)



resiko



limfoma



dan



leukemia.



Virus human immunodeficiency (HIV) yang dikenal sebagai penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. 2) Virus Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma.



Virus human



menyebabkan



herpes



Kaposi’s



8 (HHV8)



dapat



sarcoma. Helicobacter



pylori penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker disepanjang saluran pencernaan. f. Diet, Kegemukan, dan Kurang Gerak Terlalu banyak mengkonsumsi daging merah dan garam diduga dapat meningkatkan resiko kanker usus, rektum, dan kanker lain di daerah perut. Sebaliknya banyak mengkonsumsi sayur dan buah dapat mengurangi resiko kanker di sepanjang saluran pencernaan. Kegemukan dan kurang gerak dapat memicu timbulnya kanker payudara, endometrium, ginjal, usus besar, dan kerongkongan. Untuk mencegahnya, setiap hari berolahragalah setidaknya selama 30 menit. g. Alkohol Konsumsi alkohol dapat memicu kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, pita suara, liver, dan payudara. h. Hormon Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan



16



resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi sulih hormon pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker liver. i. Riwayat Keluarga Faktor-faktor pemicu di atas baru akan menimbulkan kanker kalau berhasil membuat sebuah gen dalam inti sel berubah (bermutasi). Jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu memperbaiki atau menghancurkan gen yang mengalami mutasi ini, gen tersebut membuat sel normal berubah menjadi sel ganas,



yang



seterusnya



berkembang



menjadi



kanker.



Adakalanya gen pembawa sifat ini kemudian diturunkan kepada anak, yang membuat anak tersebut memiliki gen yang tidak normal. Sekalipun demikian gen tidak normal ini belum tentu berkembang menjadi kanker, karena masih tergantung pada ada-tidaknya pemicu-pemicu lain dan kuat-tidaknya daya tahan tubuhnya. Lagipula tidak semua jenis kanker diturunkan. Hanya kanker jenis tertentu yang memiliki kecenderungan diturunkan,



yakni



melanoma



(kanker



kulit),



payudara,



kandungan, prostat, dan usus besar (Dalamartha,S. 2004). 5. Cara Pencegahan Kanker dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup kerana dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjahui faktor resiko terserang kanker, berikut ini cara pencegahan kanker secara dini a. Hindari makanan tinggi lemak, makanan instam yang menandung bahan warna dan bahan pengawet, serta makanla makanan dengen gizi seimbang. b. Hindarin hubungan seksual dengan pasangan yang bukan suami atau istri sendiri, atau berganti ganti pasangan. c. Hindari asap rokok atau berhenti merokok. 17



d. Hindari stres dan konflik yang berkepanjangan. e. Hindari terkena sinar matahari yang berlebihan. f. Periksakan kesehatan secara berkala. g. Minumlah air murni yang sudah melalu proses penyaringan misalnya proses penyaringan reverse osmisis (RO). h. Hindari terapi hormon sintesis. i. Hindari penggunaan hormon sintesis saat KB dalam jangka waktu lama. j. Rutin mengkonsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan sumplemen yang bersifat antioksidan, peningkat daya taha tubuh, dan pembuang racun. k. Hindari alkohol l. Berolahraga 6. Masalah yang dihadapi pasien kanker Menurut Taylor dan Shelley (1995) masalah-masalah biologis, psikologis dan sosial yang timbul pada penyakit terminal (kanker) yaitu sebagai berikut: a. Perubahan-perubahan dalam konsep diri pasien Pasien



penyakit



terminal



akan



sulit



untuk



mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya. Pasien kanker sering mengalami kesakitan, mual-muntah, terkejut akan perubahan penampilan yang drastis yang disebabkan oleh kerontokan rambut, penurunan berat badan, stres karena pengobatan hingga ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. b. Masalah-masalah mengenai interaksi sosial Pasien penyakit terminal mengalami kemunduran mental



dan



fisik,



sehingga



banyak



penemuan



yang



membuktikan bahwa beberapa pasien akan menarik diri dari kehidupan sosialnya, karena beberapa sebab seperti:



18



1) Pasien sulit mengekspresikan perasaannya terhadap orang lain sementara ia mempersiapkan diri karena akan meninggalkan mereka. 2) Pasien merasa bersalah terhadap keluarga karena telah menyita waktu, tenaga, dan biaya dalam pengobatannya. 3) Pasien mengalami kemarahan dan kepanikan dalam menghadapi kematian yang akan segera datang, sehingga pasien ingin menyendiri bahkan depresi. c. Masalah-masalah komunikasi Penurunan komunikasi yang dialami pasien penyakit terminal disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktornya yaitu: 1) Kematian masih merupakan tema yang tabu di masyarakat, sehingga pasien dan beberapa fasilitas kesehatan



tidak



memfasilitasi



edukasi



mengenai



perawatan dan komunikasi persiapan menjelang ajal. 2) Alasan pribadi pasien yang tidak ingin mendiskusikan kematian karena pasien takut menghadapi kenyataan bahwa tidak memiliki harapan hidup yang panjang. 3) Keputusan



anggota



keluarga



yang



tidak



ingin



mengkomunikasikan keadaan yang sebenarnya yang dialami pasien penyakit terminal karena takut bahwa hal tersebut akan membuat kondisi pasien semakin memburuk. C. Konsep Terapi Spitirual Emosional 1. Definisi Terapi Spiritual Emosional Anwar dan Triana (2011) mendefinisikan SEFT sebagai sebuah teknik yang mengkombinasikan antara spiritualitas melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan dengan energy psychology. Adanya unsur spiritualitas adalah suatu hal yang membedakan teknik SEFT dengan berbagai teknik terapi yang berbasis energy psychology lainnya.



19



Menurut Hakam dkk. (2009), Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan teknik penggabungan dari terapi sistem energi tubuh dan spiritualitas. Stimulasi titik energi tubuh dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh sambil berdoa yang disertai sikap pasrah kepada Tuhan. Zainuddin (2009) sebagai penemu SEFT mendefinisikan SEFT sebagai sebuah teknik terapi berbasis energy psychology dan spiritual power dimana penggunanya melakukan sejumlah ketukan pada titik-titik meridian tubuh di sepanjang jalur meridian tubuh sambil melakukan doa pada Sang Pencipta. Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan Spritual Emotional Technique atau SEFT adalahsebuah teknik terapi berbasis energy psychology dimana penggunanya melakukan sebuah ketukan ringan pada titik-titik meridian tubuh sepanjang 12 jalur meridian tubuh sambil melakukan doa terhadap Sang Pencipta dengan ikhlas dan pasrah (Zainuddin, 2009; Hakam, Yetti &Hariyati, 2009; Anwar & Triana, 2011). 2. Ruang Lingkup Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah terapi dengan menggunakan gerakan sederhana yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan kebahagiaan hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah the set-up (menetralisir energi negatif yang ada ditubuh), the tune-in (mengarahkan pikiran pada tempat rasa sakit) dan the tapping (mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu ditubuh manusia). Terapi ini menggunakan gabungan dari sistem energi psikologi dan spiritual, sehingga terapi SEFT selain sebagai metode penyembuhan, juga secara otomatis individu akan masuk dalam ruang spiritual (spiritual space) yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Pada terapi SEFT ini, dasar yang digunakan adalah energi psikologi dan kekuatan



20



spiritual.



Energi psikologi,



sebagai sistem yang sering kali



dipraktekkan pada situasi-situasi klinik dan setelah bencana, sebagai perawatan yang mendasar. 3. Tujuan Terapi Spiritual Emosional Menurut Zainuddin dalam Shifatul, Ulyah, bahwa tujuan terapi SEFT adalah untuk membantu orang lain baik individual maupun kelompok dalam mengurangi penderitaan psikis maupun fisik, sehingga acuannya dapat digunakan untuk melihat tujuan tersebut ada pada motto yang berbunyi “LOGOS” (loving God, blessing to the others and self improvement). Adapun tiga hal yang dapat diungkapkan dari motto tersebut adalah: a. Loving God yaitu seseorang harus mencintai Tuhan, dengan cara aktivitasnya untuk hal-hal yang baik dan tidak berlawanan dengan norma yang sudah ditentukan b. Blassing to the other adalah ungkapan yang ditujukkan agar kita peduli pada orang lain untuk bisa menerapi. c. Self improvement adalah memiliki makna perbaiki diri sendiri mengingat adanya kelemahan dan kekurangan pada setiap pribadi, sebab itu melalui refleksi ini seseorang akan mawas diri bertindak hati-hati dan tidak ceroboh dalam kehidupan sehari-hari dan tujuan seutuhnya SEFT adalah tidak lain membawa manusia dalam kehidupan damai dan sejahtera 4. Manfaat Terapi Spiritual Emosional Menurut Ahmad Faiz Zainudin terapi SEFT mempunyai banyak manfaat dalam berbagai bidang, yaitu: a. Individu Memberikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah pribadi yang kita hadapi dan dapat mengembangkan potensi



21



diri agar terlepas dari konflik batin yang belum terselesaikan. Sehingga setelah bebas dari lingkaran beban emosi ini, seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Kelompok Dapat menciptakan hubungan yang kokoh bagi setiap masingmasing anggota keluarga. dengan SEFT sebagai penetralisasi emosi yang negatif yang sering timbul di dalam keluarga seperti kecemburuan, rasa marah dan tersiggung, rasa takut kehilangan dan sebagainya. c. Sekolah Dapat



membantu



guru/dosen,



siswa



ataupun



mahasiswa guna menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seperti, permasalahan sulit konsentrasi pada pelajaran, malas belajar, murid yang bandel dan lain sebagainya. d. Kesehatan Memberikan



manfaat



yang



dapat



membantu



menyembuhkan penyakit fisik tanpa pemberian obat-obatan ataupun dengan operasi, karena dengan cara tapping dititik meridian



yang



tepat



dapat



memperbaiki



dengan



memanfaatkan energi tubuh dan kekuatan psikologi. Jadi, dari uraian manfaat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa SEFT mampu menangani berbagai kasus dan berbagai bidang di dalam kehidupan manusia yang penuh dengan masalah yang semakin hari semakin kompleks. 5. Tingkat Keberhasilan Terapi Spiritual Emosional Menurut Zainuddin(2008) kunci keberhasilan terapi SEFT ini ada 5, yaitu:



22



a. Yakin Dalam hal ini kita tidak diharuskan untuk yakin sama SEFT atau diri kita sendiri, kita hanya perlu yakin pada Maha Kuasa-Nya Tuhan dan Maha Sayang-Nya Tuhan pada kita. Jadi SEFT tetap efektif walaupun kita ragu, tidak percaya diri, malu kalau tidak berhasil, asalkan kita masih yakin sama Allah, SEFT tetap efektif. b. Khusyu’ Selama melakukan terapi, khususnya saat Set-Up, kita harus konsentrasi, atau khusyu’. Fokuskan pikiran kita pada saat



melakukan



Set-Up



(berdoa)



pada



“Sang



Maha



Penyembuh”, berdoalah dengan diiringi kerendah-hatian. Salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita tidak khusyu’, hati dan pikiran kita tidak ikut hadir saat berdoa, alias berdoa hanya di mulut saja, tidak sepenuhnya sampai ke dalam hati. Jadi usahakan menghilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita ucapkan saat melakukan Set-Up. c. Ikhlas Ikhlas artinya ridho atau menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya tidak mengeluh, tidak complain atas musibah yang sedang kita terima. Hal yang membuat kita semakin sakit adalah karena kita tidak mau menerima dengan ikhlas rasa sakit atau masalah yang sedang kita hadapi. Ikhlas ini pula yang membuat sakit apapun yang kita alami menjadi sarana menyucian atau pembersihan diri dari dosa dan segala kesalahan yang pernah kita lakukan. d. Pasrah Pasrah berbeda dengan ikhlas. Ikhlas adalah menerima dengan legowo apapun yang kita alami saat ini, sedangkan pasrah adalah menyerahkan yang terjadi nanti pada Allah. Kita pasrahkan kepada-Nya. Kita pasrahkan pada-Nya apapun yang



23



akan terjadi nanti. Apakah rasa sakit yang kita alami makin parah, makin membaik, atau sembuh total, kita pasrahkan pada Allah. Pasrah bukan berarti fatalisme, pasrah yang sejati disertai dengan usaha optimal untuk mencari solusi agar keluar dari masalah yang kita hadapi. Jadi, kunci keberhasilan terapi SEFT terletak pada masingmasing orang, apabila seseorang tidak memiliki niatan yang kuat untuk sembuh atau terbebas dari masalah yang sedang dihadapinya, maka mustahil bagi orang tersebut untuk sembuh, maka dari itu jika ingin kesembuhan seseorang harus memiliki niat untuk ingin benar-benar sembuh. Kemudian setelah meyakinkan diri dan berniat sungguhsungguh untuk sembuh, selanjutnya dibarengi dengan bersikap khusyu’, mengikhlaskan segala sesuatu atau masalah yang sedang dihadapinya saat ini, kemudian yang terakhir harus memasrahkan segala kesembuhan hanya kepada Allah SWT., karena segala sesuatu yang terjadi pada diri kita semua itu karena kehendak Allah SWT. 6. Teknik SEFT SEFT



efektif mengatasi stres karena didalamnya terdapat



beberapa tekhnik terapi yang terangkup dan dipraktikkan secara sederhana, terapi tersebut meliputi do’a, NLP (Neuro Linguistic Programming), hypnotherapy, visualisasi, meditasi, relaksasi, imagery dan desentisasi (Zainudin, 2008). a. Do’a Menurut



Rabecca



(Zainuddin,



2009)



dengan



mengundang energi ilahi untuk memasuki dan mengubah diri pribadi



atau



menggunakan



EFT



untuk



menstimulasi



pengalaman religius, karena sebenarnya potensi illahi itu sudah ada secara inherint dalam diri kita. Penyakit umum, kondisi pikiran, emosi, sikap, kesadaran dan doa-doa yang dipanjatkan oleh pasien atau untuk pasien sangat berpengaruh bagi kesembuhannya. Ada banyak orang yang telah tersembuhkan 24



dengan menggunakan “do’a bersama” dan “surrogate tapping” (bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk do’a). b. NLP (Neuro Linguistic Programming) Menurut William James (DALAM Andreas &faulkner, 1998) mengatakan bahwa manusia akan dapat mengubah aspek luar kehidupan mereka dengan cara mengubah sikap yang ada dalam pikiran mereka. Salah satu metode yang sangat efektif dan sudah sangat terkenal untuk mengubah pola fikir yang negatif menjadi positif untuk pencapaian fungsi manusia yang optimal adalah Neuro Linguistic Programming (NLP). c. hypnotherapy, Hypnotherapy adalah menggunakan kata-kata (verbal therapy), yaitu memasukkan serangkaian sugesti kepikiran bawa sadar klien yang sedang dalam kondisi yang sangatsangat tenang (trance) yang dimaksudkan untuk menghasilkan efek penyembuhan. Sedangkan prinsip hypnotherapy islam lebih condong menggunakan sugesti pada nilai-nilai keislaman kepada pasien agar pasien selalu ingat pada tuhannya. d. Visualisasi dan meditasi Visualisasi dan meditasi adalah sugesti dan relaksasi, yang keseluruhannya dapat meningkatkan endorphin dan membuat otak ada di gelombang alfa sehingga timbul kondisi rilex dan tenang (Sentanu, 2007) e. Guided imagery Menurut simon (2003) guided imagery, corteks visual otak yang memproses imajinasi mempunyai hubungan yang kuat dengan sistem syaraf otonom yang mengontrol gerakan infolunter diantaranya: nadi, pernafasan dan respon fisik terhadap



setress



dan



membantu



mengeluarkan



hormon



endrophin (subtansi ini dapat menimbulkan efek analgesik yang sebanding dengan yang ditimbulkan morfin dalam dosis 10 sampai 50 mg/kg BB) sehingga terjadi proses relaksasi dan



25



kecemasan menurun. Tekhnik guided imagery merupakan suatu tehnik atau cara yang dapat untuk mengkaji kekuatan fikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada penderita kanker serviks. f. Desentisasif Desentisasif adalah perawatan atau proses yang mengurangi respon emosional terhadap stimulus negatif, permusuhan atau positif setelah berulang kali terpapar.



26



BAB III PEMBAHASAN 1. Review Jurnal Pertama Peneliti Riska Mariani Nasution, Zulian Effendi, Hikayati.



Sampel Sampel berjumlah 12 orang pada kelompok intervensi dan 12 orang pada kelompok control dengan kriteria inklusi antara lain pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap, tingkat kesadaran composmentis, pasien kanker payudara berusia 2656 tahun.



Metode Penelitian quasy eksperimental yang termasuk klasifikasi non-equivalent control group design. Pengambilan data menggunakan kuesioner modifikasi DASS 42 yang telah dilakukan uji validasi dengan hasil 0.4730.868. Analisis data menggunakan uji paired T-test dan independent sample T-test melalui bantuan software computer dengan terlebih dahulu dilakukan pengkodingan.



Hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa p-value 0,000