Tingkahlaku Reproduksi Ternak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINGKAH LAKU REPRODUKSI TERNAK



Oleh: Agustaf Umbu Hina Mbaradita Trisela Orance Taneo Iwanti Eno Adriana Mea Lau Pinky Adelina Nina Bria Seran Yohanes Ady Setiawan Theresia Priska Woka Maria Christine tasya



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.    Latar Belakang Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal yang penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan oleh para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk menjinakkan hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku hewan baik secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Banyak penelitian yang pada mulanya telah dilakukan memuat deskripsi mengenai aspekaspek tingkah laku yang telah didefinisikan dengan baik. Para ilmuwan yang mempelajari hewan dalam lingkungan asalnya disebut ethologist.Beberapa sumbangan pemikiran dibuat oleh para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan laboratorium yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor lingkungannya satu demi satu dan mencatat pengaruh tersebut pada tingkah laku hewan. Sapi merupakan jenis ternak yang tergolong dalam famili Bovidae atau ruminansia, yang memiliki sistem pencernaan dan siklus reproduksi kompleks dan terintegras. Pemahaman perilaku sapi dan respon perilaku terhadap perubahan apapun yang terjadi sangat penting untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan akibat perubahan tersebut, baik dari segi kesehatan maupun tingkat produksinya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perilaku dan perubahan perilaku pada hewan ruminansia tersebut. 2. rumusan masalah Apa yang dimaksud dengan tingkah laku reproduksi dan cakupannya? 3. tujuan Agar pembaca memahami Apa yang dimaksud dengan tingkah laku reproduksi dan cakupannya



BAB II PEMBAHASAN



REPRODUKSI SAPI Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologi tidak vital bagi kehidupan tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan (Toelihere, 1994).Proses reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dimana proses ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkannya (Cole dan Cupps, 1980). Saluruh aktivitas reproduksi baik hewan jantan maupun betina dipengaruhi oleh kerja hormon. Kerja hormon ini secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh pada proses reproduksi. Pada hewan betina makanisme hormon reproduksi sangat penting untuk siklus reproduksi.Siklus reproduksi adalah rangkain seluruh kejadian biologi kelamin mulai dari terjadinya perkawinan hingga lahirnya generasi baru suatu makhluk hidup. Proses biologi ini berlangsung secara berkesenambungan termasuk aktivitas reproduksi baik pada hewan jantan maupun hewan betina (Partodiharjo, 1992). Reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam usaha memajukan peternakan.Kedudukan reproduksi makin dilalaikan karena secara fisik tidak menunjukkan gejala yang merugikan.Mengetahui mekanisme reproduksi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi reproduksi. Pada dasarnya tanpa reproduksi tidak akan ada produksi serta tingkat dan efisensi reproduksi akan menentukan tingkat efisiensi reproduksi (Feradis, 2010).



1. Pubertas Pubertas atau dewasa kelamin adalah umur atau waktu dimana organ- organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1994). Pada hewan jantan pubertas ditandai dengan kemampuan hewan untuk berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain, sedangkan pada hewan betina ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Umur sapi dara saat pubertas dapat beragam dari 8 sampai 18 bulan atau 9-13 bulan dengan bobot badan sekitar 260 kg (Dziuk 1973 dalam Hunter, 1980). Hewan betina muda tidak boleh dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkin untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal.Hal ini karena dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai.Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan menurut ukuran dan berat badannya bukan menurut umur (Toelihere, 1994).Terjadinya fubertas yang lebih awal dapat menguntungkan karena dapat menguragi masa tidak produktif dan tidak menguntungkan selama masa hidup ternak.



2. Siklus Berahi Berahi atau disebut juga estrus adalah dimana hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi, sedangkan siklus berahi merupakan jarak atau interval antara berahi yang satu sampai berahi berikutnya (Hafez, 2000).Salisbury and VanDemark (1985) membagi siklus berahi ini menjadi empat periode menurut perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak tampak yang terjadi selama siklus berahi tersebut, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.Fase 1.yaitu :Proestrus merupakan periode persiapan yang berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar



dengan terjadi perubahan-perubahan tingkahlaku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara yang tidak terdengar (Partodihadjo, 1992). Fese 2.yaitu :Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada fase ini betina siap menerima pejantan untuk berkopulasi dan juga memperlihatkan tanda-tanda khusus yaitu hewan gelisa, nafsu makan berkurang, menghampiri pejantan, dan tidak lari bila dinaiki pejantan.Fase 3.yaitu : Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir. Pada periode ini terjadi pertumbuhan corpus luteum, sehingga fase ini sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan corpus luteum (Guyton, 1994).Fase 4.adalahDiestrus dalah periode terakhir dan terlama dari siklus berahi dimana corpus luteum telah menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata (Toelihere, 1994).



3. Lama Berahi Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan sebagai saat dimana sapi betina siap sedia dinaiki oleh pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18 jam untuk sapi induk dan sedikit lebih pendek pada sapi dara dengan kisaran normal 12-24 jam (Frandson, 1992). Lama waktu berahi sangat bervariasi diantara spesies. Lama berahi pada sapi potong rataannya 20 jam dengan selang waktu 12-30 jam, sedangkan pada sapi perah rataannya 15 jam dengan selang waktu 13-17 jam. Menurut Trimberger dalam Salisbury dan VanDemark (1985), sapi dewasa maupun sapi dara memulai berahi pada waktu siang hari atau malam haridengan waktu yang hampir sama. Kebanyakan periode estrus terjadi cukup lama, sehingga betina yang mulai berahi malam hari masih tetap berahi pada hari berikutnya di siang hari.



4. Ovulasi Ovulasi adalah saat pecahan folikel de Graaf dan keluarnya ovum bersama-sama isi folikel (Partodihadjo, 1992).Ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel dan rongga folikel segera mengecil secara berangsur-angsur diikuti dengan berhentinya pengeluaran lendir. Menurut Salisbury dan VanDemark (1985), ovulasi pada sapi dewasa dapat terjadi dari 2 jam sebelum akhir berahi sampai 26 jam sesudah akhir berahi, dengan rata-rata waktu 12,5 jam. Menurut Salisbury dan VanDemark (1985), salah satu cara untuk menentukan waktu ovulasi pada sapi yaitu dengan palpasi ovarium sehinga dapat dirasakan adanya penampilan corpus luteum(CL). Ovulai pada sapi lebih sering terjadi pada ovarium kanan dapi pada ovarium kiri.Penyebabnya mungkin karena secara otonomi remen berada disebelah kiri dan penekanannya membatasi aktivitas ovarium kiri tetapi penyebaba pasti belum diketahui.



Deteksi kebuntingan Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran (Frandson, 1992).Kebuntingan merupakan keadaan dimana anak sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina (Illawati, 2009).Deteksi kebuntingan dini pada ternak ruminansia menjadi penting bagi keberhasilan sebuah manajemen reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi (Lestari, 2006). Menurut Jainudeen dan Hafez (2000), diagnosa kebuntingan dini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang kerena infetilitas dapat ditekan dengan penanganan yang cepat, pertimbangan apabila ternak harus dijual, menekan biaya



breeding program yang menggunakan teknik hormonal yang mahal dan mambantu manajemen ternak yang ekonomis.



Metode Diagnosis Kebuntingan Kegagalan reproduksi akibat manajemen yang kurang baik dapat berupa kegagalan deteksi berahi, berahi tenang dan kawin berulang. Menurut Lestari (2006), ada beberapa metode diagnosa kebuntingan pada sapi: a. Non Return Rate (NR) yaitu: pada sapi dan kerbau, ketidakhadiran estrus setelah dikawinkan digunakan secara luas oleh peternak dan sentra-sentra IB sebagai indikator terjadinya kebuntingan, tetapi ketepatan metode ini tergantung dari ketepatan deteksi estrusnya. Pada kerbau, penggunaan metode NR ini tidak dapat dipercaya karena sulitnya mendeteksi estrus (Lestari, 2006).b. Eksplarasi Rektal yaitu : Eksplarasi rektal adalah metode diagnosis kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus.Teknik yang dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan ini adalah akurat, dan hasilnya dapat langsung diketahui.Sempitnya rongga pelvic pada kambing dan babi maka eksplarasi rektal untuk mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan (Arthur et al., 1996). c. Ultrasonografiyaitu :Ultrasonografi merupakan alat yang cukup mederen, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran curnua uteri.Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator yang terlatih untuk dapat menginterprestasikan gambar yang muncul pada monitor.Ada resiko kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe.Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada usia kebuntingan 20-22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas 30 hari (Youngquist, 2003 dalam Lestari, 2006).d. Diagnosa Imunoligik yaitu : Menurut Lestari (2006) teknik imunologik untuk diagnosis kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan air susu. Beberapa Protein-like telah diidentifikasi dari dalam peredaran darah maternal selama terjadi kebuntingan.Subtansi ini merupakan produk yang berasal dari konseptus yang dapat digunakan sebagai indikator adanya kebuntingan (Jainudeen dan Hafez, 2000). e. Diagnosa kebuntingan berdasarkan konsetrasi hormonyaitu : Pengukuran hormon-hormon kebuntingan dalan cairan tubuh dapat dilakukan dengan metode radio immuno assay (RIA) dan enzyme-linked immuno assay (ELISA). Metode yang menggunakan plasenta dan cairan air susu ini dapat mendiagnosa kebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metode rektal (Jainideen dan Hefez, 2000). Metode ini hampir semua hormon dapat diukur kadarnya, akan tetapi secara komersial metode radio immuno assay (RIA) terlalu mahal untuk digunakan sebagai diagnosa kebuntingan (Partodihardjo, 1992). Diangnosis Kebuntingan Secara Kimiawi Diagnosa kebuntingan secara kimiawi pertama kali dikembangkan oleh Partodihardjo, (1992) dengan mengamati reaksi yang ditimbulkan antara hormon estrogen yang terdapat dalan urin babi yang diduga bunting dengan asam sulfat pekat.Pemeriksaan kebuntingan dengan cara kimiawi dilakukan dengan memeriksa kadar hormonal sapi setelah dikawinkan. Menurut Fitrian (2004), diagnosa kebuntingan pada sapi menggunakan asam sulfat dengan beberapa pengencer yang terbaik adalah 15%. Metode lain yan digunakan untuk diagnosa kebuntingan



dini pada ternak adalah dengan memanfaatkan identifikasi ikatan fenol dalam estradiol yang terkandung dalam urin sapi. Ammonium molybdat tetrahydrat berbentuk kristal dengan warna putih kekuning-kuningan, tidak berbau, larut dalam air, mudah menguap pada suhu 20oC (Samsudewa et al, 2002). Urin Sapi Menurut During dan McNaught (1961), urin merupakan sumber nitrogen, kalium dan magnesium.Urin merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang baik. Urin ternak mengandung 90-95% air dan beberapa unsur hara lainnya, seperti urea (2,5%) dan campuran mineral, garam, enzim dan hormon (Abishek 2010).



REPRODUKSI KAMBING DAN DOMBA Ternak betina mempunyai alat reproduksi yang terdiri dari alat kelamin utama (ovarium), Saluran reproduksi (tuba Fallopi, Uterus, serviks dan vagina) dan alat kelamin luar (vulva dan klitoris). Ovarium terdapat dua buah sebelah kiri dan sebelah kanan. Ovarium memiliki dua komponen penting yaitu folikel (primer, sekunder, tersier, de graaf) dan korpus luteum. Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu reproduksi (sel telur) dan produksi hormonal (estrogen, progesteron, inhibin dan relaxin). Posisi ovarium berada dalam rongga pelvis, sedangkan bentuk dan ukuran ovarium berbeda tergantung spesis dan fase. Ovarium sapi berbentuk oval, ovarium domba berbentuk lonjong dan ovarium kuda seperti ginjal  (Samik, A. 2017). Uterus salah satu bagian dari saluran reprodiksi yang sangat penting, memilki banyak fungsi yaitu, menghasilkan cairan uterus saat birahi, kapasitasi spermatozoa, kontraksi, transportasi spermatozoa. Sedangkan serviks berfungsi menutup lumen uterus, menghasilkan cairan serviks yang berfungsi memberi jalan spermatozoa, dan menyeleksi sparmatozoa saat garavid cairan mukus (Samik. A. 2017) Estrus atau birahi adalah kondisi dimana ternak betina ingin dikawin. Birahi pada ternak terjadi setelah ternak dewasa. Usia dewasa pada ternak ruminansia bervariasi tergantung kondisi tubuh dan pakan. Dewasa kelamin pada sapi 1,5-2 tahun sedangkan dewasa tubuh 22,5 tahun, dewasa kelamin pada kerbau pada usia 2,5-3 tahun sedangakan dewasa tubuh 3-4 tahun, kambing/domba dewasa kelamin 6-8 bulan sedangkan dewasa tubuh usia 12-15 bulan. Ternak dikawinkan setelah ternak dewasa tubuh.  Deteksi birahi salah satu faktor yang penting menjadi perhatian dalam budidaya ternak ruminansia. Ketepatan mendeteksi birahi akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu perkawinan. Perkawinan pada waktu birahi yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan. Karena mengawinkan ternak ruminansia diluar waktu birahi tidak akan terjadi kebuntingan. Oleh karena itu peternak harus mengetahui tanda-tanda birahi agar tepat pada saat mengawinkan ternak. Selain ketepatan waktu kawin juga akan memperpendek calving interval. Siklus estrus dibagi menjadi empat fase :



1. Pro estrus (Persiapan)



Fase ini terjadi perubahan tingkah laku, perubahan alat kelamin luar, pada ovarium terdapat folikel de graaf, kelenjar endometrium tumbuh memanjang, serviks terjadi relaksasi, Terjadi pertumbuhan folikel yang cepat. 2. Estrus Pada fase ini folikel de graaf sudah matang, sekresi lendir serviks maksimal, dinding folikel tipis sehingga ternak responsif terhadap pejantan dan ingin dikawini. 3. Metestrus Fase Metestrus terjadi setelah estrus selesai, ternak menolak untuk kopulasi, ada korpus haemoragicum pada ovarium, serviks sudah menutup, fase ini terjadi penurunan kadar estrogen. 4. Diestrus Fase diestrus tidak ada aktivitas kelamin, ovarium terdapat corpus luteum dan ternak dalam keadaan tidak bunting, berakhir pada saat regresi corpus luteum. Tanda-tanda birahi pada ternak ruminansia sebagai berikut : 1. Standing heat (diam saat dinaiki oleh ternak yang lain, yang menaiki juga perlu diamati) 2. Gelisah 3. Nafsu makan menurun 4. Vulva bengkak dan berwarna merah 5. basah (keluar cairan lendir bening dari vagina) 6. Sering mengeluarkan suara Deteksi birahi pada peternakan rakyat lebih mudah dilakukan karena pada peternakan rakyat setiap hari ternak berada dalam pengawasan peternak, sedangkan pada perusahaan peternakan sekala besar atau jumlah ternak betina yang banyak, pengamatan birahi dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari, tanda yang lebih mudah diamati adalah pada saat ternak terjadi standing heat. Tentunya seluruh ternak yang diamati sudah ada eartagnya. Setiap ada kejadian standing heat dilakukan rekording untuk berikutnya dilakukan perkawinan. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Estrus pada Ternak Ruminansia a. Kadar hormon dalam tubuh ternak     – Jika hormon-hormon reproduksi bekerja dengan baik maka akan terjadi estus b. Kecukupan Nutrisi. Defisiensi nutrisi atau kekurangan kandungan nutrisi yang dikonsumsi     oleh ternak dapat mempengaruhi status reproduksi ternak. c. Kondisi alat reproduksi : kondisi dimana alat reproduksi normal atau tidak. Kondisi ini berpengaruh terhadap timbulnya estrus. C. Siklus Birahi



Siklus birahi adalah jarak dari birahi yang satu ke birahi berikutnya. Siklus birahi diatur oleh mekanisme endokrin dan neuroendokrin yaitu hormon-hormon dari hipotalamus, hipofisis dan gonad. Siklus birahi pada ternak berbeda-beda tergantung jenis ternaknya. Berikut ini tabel siklus birah, lama birahi dan ovulasi. Siklus Birahi, Lama Birahi dan Ovulasi Hewan



Siklus



Lama



Ovulasi



Domba



16-17 hari



24-36 jam



24-30 jam*



Kambing



21 hari/lebih



32-36 jam



30-36 Jam*



Babi



19-21 hari



48-72 jam



35-45 Jam*



Sapi



21-22 hari



18-19 jam



10-11 Jam**



Kuda



19-25 hari



4-8 hari



1-2 Hari***



Kerbau



19-25 hari



2-96 jam



 



Sumber : Presentasi Dr. Abdul Samik Ket :  * Dari dimulainya birahi           ** Setelah birahi berakhir          *** Sebelum Akhir birahi



D. Ovulasi Salah satu yang sangat penting pada saat birahi adalah terjadinya ovulasi. Karena birahi tanpa ovulasi tidak akan terjadi fertilisasi.   Ovulasi adalah, pecahnya folikel yang telah matang disertai keluarnya ovum dari folikel tersebut.  Lapisan sel telur (ovum) terdiri dari memberan vitelin, zona pelusida dan comulus oophorus. Ovulasi merupakan rangkaian mekanisme fisiologis, biokemikal dan biofisikal (samik A, 2017)



REPRODUKSI BABI Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Pada reproduksi tersebut melibatkan organ kelamin jantan dan betina serta ditandai dengan peristiwa pembuahan (fertilisasi). Pembuahan bisa terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Peran dari reproduksi adalah untuk memberi kelanjutan keberadaan suatu spesies. Karena hewan bersaing dengan individu lain di lingkungan untuk mempertahankan diri. Definisi Reproduksi Merupakan suatu proses untuk menghasilkan individu baru dari dirinya sendiri, hal inilah



yang membedakan makhluk hidup dengan yang lainnya. Reproduksi Pada Babi Reproduksi pada babi dilakukan untuk mempetahankan keturunannya. Jumlah kelahiran (litter size) lebih dari satu (polytocous) dan jarak perkelahiran pendek. Seekor induk dalam satu tahun dapat menghasilkan dua kali melahirkan dan 20 ekor anak.



A. Sistem Reproduksi Babi Jantan Organ Reproduksi Babi Jantan          



Testis Tubulus Semiferus Rete Testes Saluran Efferens Epidydimis Vasdeferens Kelenjar Prostat Kelenjar Cowper’s Uretra Penis penjelasan Organ Reproduksi Babi Jantan



1. Testis Babi memiliki dua buah testis (satu pasang) yang berada di luar tubuh dan terbungkus oleh scortum  2. Tubulus Seminiferus Bagian yang berbentuk seperti tabung yang dapat dijumpai pada testis, sebagai tempat yang digunakan untuk memproduksi sperma 3. Rete testis Merupakan kesatuan dari beberapa tubulus seminiferus 4. Saluran Efferens Saluran diantara rete testis dan epididymis 5. Epididymis Bagian dari organ reproduksi yang yang ada di dalam testis dan berbentuk tabung bergulung- gulung 6. Vasdeferens Saluran berbentuk bulat dan panjangyang menghubungkan antara epididymis dengan uretra 7. Kelenjar Prostat Terletak pada leher kandung kencing (blader). Kelenjar ini menghasilkan cairan kental dan banyak mengandung proteinserta garam yang berbau khas 8. Kelenjar Cowper’s Terletak di Uretra dan menghasilkan cairan yang dapat membersihkan uretra pada saat semen terlepas 9. Uretra Bagian alat reproduksi yang menghubungkan kandung air kencing dengan glan penis 10. Penis Alat reproduksi bagian luar yang berfungsi sebagai alat kopulasi Memasukkan sperma pada alat reproduksi betina pada saat yang bertepatan Memproduksi sel jantan, yaitu yang disebut spermatozoa atau biasa disingkat sperma Fungsi Organ Reproduksi Babi Jantan Secara Umum Fungsi umum alat reproduksi jantan adalah sebagai berikut :   Menimbulkan sifat atau ciri kelamin



 Menumbuhkan nafsu sexual  Memelihara organ reproduksi  Memelihara kedewasaan  Menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi untuk :  



Memproduksi sperma Fungsi Organ Reproduksi Babi Jantan



Perilaku Reproduksi Babi Pada babi jantan tidak memiliki kekhususan berperperilaku reproduksi, akan tetapi babi betina yang lebih agresif yaitu dengan suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina lainnya dan nafsumakan menurun serta mengeluarkan suara yang khas, kalau ditekan atau diduduki punggungnya diam saja, vulva yang membengkak dan memerah serta lendir keruh dan mengental muncul. B. Reproduksi babi betina Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada babi betina yang dapat menghasilkan sel telur dan hormon. Sel telur akan berkembang di dalam ovarium sejalan dengan pertumbuhan folikel yang membungkusnya. Induk bukan hanya menyumbangkan sel kelamin betina untuk membentuk individu baru, tetapi ia juga menyediakan lingkungan bagi individu baru untuk di kandung dan diberi makan sejak hari-hari awal hidupnya. Fungsi ini diemban oleh ovarium dan bagian saluran yang terdiri dari tuba fallopii, uterus, servix, vagina dan vulva. ovarium adalah organ reproduksi yang utama pada betina. Fungsinya analog dengan testis pejantan, yakni menghasilkan ovum dan hormon-hormon betina. Sebelum mencapai dewasa seksual, ribuan ova yang potensial terdapat dalam ovarium, tetapi telur-telur ini tidak dilepas sebelum betina mencapai pubertas. REPRODUKSI AYAM Reproduksi Jantan Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes,Epididimis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testestidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat bagian anterior.



1.      Testis. Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan denganaorta dan vena cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o sampai 43o C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut. Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen,



dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.Hasil praktikum pada alat reprodiksi ayam jantan diperoleh testis berwarna putih kekuningan dan berbentuk seperti biji kacang kedelai. 2.   Epididimis. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. 3.       Ductus deferens. Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens. 4.    Papila. Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.



Mekanisme Spermatogenesis Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 – 14 hari. Pembentukan Sperma (Spermatogenesis) Hampir semua spesies hewan tingkat tinggi terutama mamalia mempunyai proses spermatogenesis yang hampir sama, dalam pembahasan ini akan di jelaskan mengenai proses spermatogenesis pada manusia.Berikut adalah proses pembentukan dari sperma itu sendiri. 1. Tempat spermatogenesis Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.



2. Proses Spermatogenesis Pada masa pubertas, spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan  lebih banyak spermatogonia. Pada manusia,spermatogonia mengandung 23 pasang kromosom atau 46 kromosom (diploid). Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung kromosom sebanyak 46 kromosom. Sel



– sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis nebjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya (23kromosom haploid). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Jadi, spermatid.jadi, spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiosis II, kedua spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan empat spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa(masak) yang disebut spermatozoa atau sperma. Ini juga memiliki 23 kromosom (haploid). Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari. Siklus spermatogenesis berlangsung rata – rata 74 hari. Artinya , perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu rata – rata 74 hari. Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu dua hari.proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis dan terjadi didalam epidemis.. 3. Bagian – Bagian Sperma. Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan – lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak.



REPRODUKSI KUDA Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin,alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksinya dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus,tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk. Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum,vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium,ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi:ovarium,oviduct,uterus,cervix,vagina dan vulva.



2.2 Reproduksi Pada Kuda Jantan  



Alat kelamin primer :Testis Alat kelamin sekunder: Saluran Epididimis: o Vas Defferens / Duktus Ejakulatoris o Urethra Kelenjar: o Vesicula Seminalis



o Prostata o Bulbo Urethralis o Littre Alat kelamin luar (Organa Genetalia Externa): o Penis : alat kopulasi o Scrotum : kantong testis o Preputium : penutup glanspenis Preputium adalah kulit penutup ujung penis,yang suatu saat diotong pada peristiwa sunat (Sirkumsisi). Pada balita sering melekat,sehingga kesulitan saat kencing disebut Phymosis. Menanggulangi dengan cara sirkumsisi.



1) Scrotum Merupakan kantongan di daerah Inguinal (Selangkangan) Fungsi:  Membungkus dan melindungi testis  Mengatur temperatur yang ideal bagi testis untuk spermatogenesis Sifat:  Elastis  Peka terhadap temperatur lingkungan Terdapat:  Tunica Dartos  Banyak kelenjar Keringat Permukaan tidak rata/berkerut-kerut Testis berada di kantong scrotum,untuk memperoleh temperatur yang lebih rendah dari temperatur tubuh (-5ºC) untuk optimalisasi spermatogenesis. Terletak dalam kantong scrotum Jumlah sepasang/tunggal Mengalami desensus testiculorum Fungsi: 1. Gametogenesis/spermatogenesis. Dikendalikan oleh FSH/SSH 2. Steroidogenesis:sintesis hormon steroid/kelamin Androgen. Dikendalikan oleh LH/ICSH FSH dan LH: merupakan hormon Gonadotrofin dari Hipophisis pars Anterior Mikrogonadisma:testis kecil genetis/bawaan Mis;penderita kinefelter syndrome (XXY) 2) Penis Merupakan organa genetalia externa pada jantan Fungsi : sebagai alat kopulasi yaitu menempatkan sperma pada tractus Genetalia Feminina saat perkawinan untuk pembuahan. Sifat:  Mempunyai kemmapuan ereksi  Terdiri dari jaringan spon dan pembuluh darah  Peka terhadap rangsangan



Ada 2 tipe: 1. Fibroelastin:kaku dan kenyal. Mis:sapi,anjing,domba 2. Vasculer:lunak. Mis:kuda,gajah,primata Kelenjar-kelenjar Aksesoris Fungsi: menghasilkan medium sperma (cairan/plasma sperma) Terdiri dari: 1. Gol.Vesicula seminalis/vesiculosa Volume secresi:80% mengandung o Prostaglandin ritmik otot polos o Fruktosa sumber nutrisi spermatozoa o PH basa 2. Gol. Prostata :Volume secresi:15% o Sedikit Prostaglandin o Enzim seminin-mengencerkan sperma o PH basa 3. Gol. Bulbo Urethralis / Cowper’s Volume secresi:5% 4. Gol. Littre Cairan pembilas urethra (emisi) 2.3 Reproduksi Pada Kuda Betina Alat iran kuda betina dimulai dari vulva di bawah rektum. Pada sisi bibir vulva disebut klitoris yang tampak pada saat kuda kencing atau erahi. Setelah vulva disebut vagina yang seterusnya sedang ke panggul dan pangkal serviks,yaitu pintu menuju rahim. Bagian serviks terbuka pada saat kuda berahi atau saat ini akan terjadi. Ada dua tanduk rahim yang ujungnya disebut ovarium,sebelum disebut tuba falopi. Mengawinkan kuda induk perdananya dalam suasana hati yang senang dan organ generatif dalam kondisi ideal. Dengan demikian,induk akan ada pejantan untuk dekatnya. Pada saat ini,folikel dalam ke atas matang dengan diameter kira-kira 3-4 cm,biasanya ada dua folikel dalam satu ovari. 1. Alat Kelamin utama: ovarium 2. Saluran reproduksi betina: - Oviduct - Cervis - Uterus - vagina 3. Alat kelamin luar: - Vulva - Mons Pubis - Labia Mayora - Labia Minora - Klistoris - Vestibulum



Urutan Organ Reproduksi Betina Dari Dalam Ke Luar 1. Ovarium 2. Oviduct 3. Uterus (Cornua uterus,corpus uterus_ 4. Cervix 5. Vagina 6. Vulva Fungsi: organ eksokrin (penghasil ovum) dan endokrin (hormon) Penggantung:mesovarium Bentuk-bentuk ovarium: - Sapi,domba:oval - Kuda: seperti ginjal - Babi: seperti anggur Macam-macam folikel pada cortex ovarium: 1. 2. 3. 4. 5.



Folikel Muda Folikel Primer Folikel Sekunder Folikel Tertier Folikel De Graf



BAB III PENUTUP



1.1 Kesimpulan Tingkah laku ternak merupakan tingkah laku untuk mencapai kenyamanannya dan menambah perkembanganya. Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies. Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Tingkah laku seksual pada ternak terlihat apabila dalam masa berahi maka ternak tersebut akan tampak gelisah, sering berteriak, suka menaiki dan dinaiki sesamanya, vulva bengkak, berwarna merah, dari vulva keluar lendir, nafsu makan berkurang. Apabila hewan ternak tersebut pada saat berahi harus diperhatikan secara khusus karena pada saat berahi ternak mengalami tingkah laku yang berbeda dari biasanya dan harus segera dikawinkan. Pengaturan siklus birahi dipengarui oleh hormon reproduksi di dalam tubuh.



DAFTAR PUSTAKA



Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya. Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.Soegiarsih, P. 1990. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press. Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)



https://www.pertanianku.com/mengenal-tingkah-laku-kuda/



https://disnak.lebakkab.go.id/mengenal-estrus-birahi-pada-ternak-ruminansia/