Tinjauan Penggunaan Shopee Paylater Terhadap Perilaku Konsumen Mahasiswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINJAUAN PENGGUNAAN SHOPEE PAYLATER TERHADAP PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Pengampu: Muhammad Iqbal Baihaqi, SE., MM



Kelompok 4 : Ghallya Hannum



194010020



Dewi Kartika



194010031



Dandi Muhammad Yusuf



194010036



Hasna Luthfiyah H



194010098



Iqbal Lutfiana



194010134



PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2022



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Tinjauan Penggunaan Shopeepay Later Terhadap Perilaku Konsumen Mahasiswa”. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Jurusan Manajemen Universitas Pasundan. Selama pengerjaan dan penulisan tugas ini terdapat hambatan yang kami alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami beranggapan bahwa makalah ini merupakan karya terbaik yang dapat kami persembahkan. Tetapi kami menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.



Bandung, 22 Februari 2022



Kelompok 4



DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL



DAFTAR GAMBAR



BAB I



BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan sekumpulan penjelasan dari berbagai ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai panduan dan informasi dalam melakukan penelitian. Kajian Literatur atau kajian pustaka berisi deskripsi mengenai bidang atau topik tertentu. Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkahlangkah metode penelitian. Menurut Cooper dalam Creswell (2010) mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitianpenelitian sebelumnya (Creswell, 2010). 2.1.1 Manajemen Menurut Afandi (2018:1) Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Manajemen adalah suatu proses khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya. Sedangkan Hasibuan (2018: 26) Menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif untuk menapai suatu tujuan tertentu.



Sehingga berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut. 2.1.2 Pemasaran Kotler dan Keller (2016: 27 ) mengungkapkan bahwa pemasaran adalah proses dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran nilai produk dan jasa. Menurut Dr. Budi Rahayu Tanama Putri (Manajemen Pemasaran, 2017) Pemasaran yaitu suatu proses manajerial dan sosial dengan menciptakan serta saling mempertukarkan produk serta nilai antara seorang individu dengan kelompok dimana individu atau kelompok tersebut dapat memperoleh apa yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Menurut Dayle dalam Sudaryono (2016), pemasaran adalah proses manajemen yang berusaha menciptakan keunggulan yang kompetitif dengan cara memaksimalkan laba bagi pemegang saham. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan dalam memperkenalkan suatu produk/jasa, melalui strategi yang ditentukan oleh perusahaan sehingga dapat mengakibatkan keuntungan bagi perusahaan dan konsumen 2.1.3 Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2016:27) merupakan seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai



pelanggan yang umum, kemudian manajemen pemasaran mengatur semua keinginan pemasaran. Karna hal ini lah manajemen pemasaran sangat penting bagi perusahaan. Manajemen pemasaran merupakan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaaan, dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang (Assauri, 2011:28) Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan penentuan harga, promosi dan distribusi barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaraan sesuatu yang bernilai dengan kelompok sasaran memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi (Tjiptono, 2011:2). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan suatu proses yang menyangkut analisis, perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan program-program yang ditujukan untuk melayani pasar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. 2.1.3.1 Konsep Pemasaran Menurut Assauri (2017:81) bahwa konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Kotler & Amstrong (dalam Priansa, 2017:8) menyatakan bahwa terdapat lima konsep pemasaran yang sering dijadikan rujukan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, yaitu: 1) Produksi Konsep produksi adalah konsep bisnis tertua dimana konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas denga harga yang terjangkau.



2) Produk Konsumen akan menyukai produk yang menawarkan fitur mutu yang terbaik. Konsep ini menunjukkan bahwa konsumen sangat berpengaruh dalam penciptaan produk. 3) Penjualan Para konsumen dan perusahaan bisnis jika tidak teratur melakukan penjualan maka, konsumen umumnya menunjukkan keengganan atau penolakan untuk membeli 4)



Pemasaran Konsep yang menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus lebih efektif dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai konsumen kepada sasaran pasar yang dipilih.



5) Pemasaran Berorientasi Masyarakat Konsep ini masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi dalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasaan yang diingkan secara lebih efektif dan efisien. Konsep pemasaran akan lebih terfokuskan pada perusahaan yang memproduksi barang konsumsi daripada barang industri. Konsep pemasaran yang diterapkan ke masyarakat merupakan suatu tugas perusahaan yang berhubungan dengan penentu kebutuhan, keinginan, dan sasaran pasar yang mampu memberikan kepuasan yang lebih efektif dibandingkan dengan pesaing dalam peningkatan dan perlindungan kepentingan konsumen. 2.1.4 Digital Marketing Menurut Chaffey dan Chadwick (2016:11) “Digital marketing is the application of the internet and related digital technologies in conjunction with traditional communications to to achieves marketing objectives.”. Artinya Digital Marketing merupakan aplikasi dari internet dan berhubungan dengan teknologi digital dimana didalamnya berhubungan dengan komunikasi tradisional untuk mencapai tujuan pemasaran. Hal tersebut dapat dicapai untuk meningkatkan pengetahuan tentang



konsumen seperti profil, perilaku, nilai, dan tingkat loyalitas, kemudian menyatukan komunikasi yang ditargetkan dan pelayanan online sesuai kebutuhan masing-masing individu. Menurut Chaffey dan Chadwick (2016:11), Dedi Purwana (2017:2) Jadi pada dasarnya digital marketing merupakan kegiatan pemasaran yang menggunaan media digital dengan menggunakan internet yang memanfaatkan media berupa web, social media, e-mail, database, mobile/wireless dan digital tv guna meningkatkan target konsumen dan untuk mengetahaui profil, perilaku, nilai produk, serta loyalitas para pelanggan atau target konsumen untuk mencapai tujuan pemasaran. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa digital marketing merupakan pemasaran atas produk maupun jasa menggunakan internet dengan memanfaatkan web, social media, e-mail, database, mobile/wireless dan digital tv guna meningkatkan pemasaran serta target konsumen. Beberapa hal yang mempengaruhi Digital Marketing sebagai berikut: 1) Website Merupakan web yang halaman selalu update, biasanya terdapat halaman backend (halaman administrator) yang digunakan untuk menambah atau mengubah konten. Web dinamis membutuhkan database untuk menyimpan. Website dinamis mempunyai arus informasi dua arah, yakni berasal dari pengguna dan pemilik, sehingga pengupdate-an dapat dilakukan oleh pengguna dan juga pemilik website (Bahar, 2013) 2) Blog Arief (2011: 7) Pengertian blog menurut Arief adalah salah satu aplikasi yang berisikan dokumen-dokumen multimedia (teks, gambar, animasi, video) didalamnya yang menggunakan protokol HTTP (Hypertext Transfer Protocol) dan untuk mengaksesnya menggunakan perangkat lunak yang disebut browser. 3) Email marketing Menurut Dave Chaffey & Smith (2013:15) e-marketing adalah pemasaran secara online baik melalui situs web, iklan online, opt-in



email, kios interaktif, TV interaktif atau mobile. Itu membuat hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan, memahami mereka dan memelihara interaksi dengan mereka. E-marketing lebih luas dari e-commerce karena itu tidak terbatas pada transaksi antara organisasi dan stakeholders, tetapi mencakup semua proses yang berkaitan dengan pemasaran. 2.1.5 Komunikasi Masa Komunikasi massa menurut pandangan para ahli dalam buku Romli (2016:1) yang berjudul Komunikasi Massa diartikan sebagai berikut: 1. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Birtner, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. 2. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. 3. Definisi komunikasi massa menurut Meletzke memperlihatkan massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media, penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebut menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di suatu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. 4. Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada



sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai



anggapan



tersirat



akan



adanya



alat-alat



khusus



untuk



menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat pada saat yang sama. 2.1.5.1 Ciri-ciri Komunikasi massa Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media audio visual maupun media cetak. Komunikasi massa selalu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila pesan itu disampaikan melalui media pertelevisian maka prosesnya komunikator melakukan suatu penyampaian pesan melalui teknologi audio visual secara verbal maupun non-verbal dan nyata (Romli, 2016:4). Adapun beberapa ciri – ciri komunikasi massa sebagai berikut. a) Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukkan untuk semua orang dan tidak ditunjukkan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau kriteria yang menarik. b) Komunikannya anonim dan heterogen Pada komunikasi antarpersonal, komunikator akan mengenal komunikannya dan mengetahui identitasnya, sedangkan dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka secara langsung. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa aadalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, faktor jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.



c) Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas, bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama. Effendi (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan seumlah besar penduduk dari jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. d) Komunikasi lebih mengutamakan isi daripada hubungan Salah satu prinsip komunikasi mempunyai isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. e) Komunikasi massa yang bersifat satu arah Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa, ada juga ciri komunikasi massa yang menunjukkan kelemahannya, karena komunikasinya melalui media massa, yang bersifat satu arah, maka komunikator dan komunikasinya tidak dapat melakukan kontak secara langsung. f) Stimulasi alat indra yang terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stilmulasi alat indra yang terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman auditif audience hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film audience menggunakan indra penglihatan dan pendengar. g) Umpan balik tertunda dan tidak langsung Dalam dunia komunikasi komponen umpan balik atau yang lebih populer disebut dengan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi. Begitu pula dengan komunikasi sering kali dibutuhkan guna mendapatkan feedback yang disampaikan oleh komunikasinya. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak



terbatas artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. 2.1.5.2 Fungsi Komunikasi massa Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas memiliki dua aspek, yaitu: a) Fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan. b) Fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi tidak diinginkan, sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional. Selain fungsi nyata (manifest function) dan fungsi tidak nyata (latent function), setiap aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan (beiring function) fungsi-fungsi sosial lain, bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna. Sehingga setiap fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, walau ia akan mengubah fungsi – fungsi suasana yang ada. 2.1.6



New Media



Media baru atau new media merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi dan terhubung ke jaringan. Media baru selalu dikaitkan dengan segala macam barang yang terkait dengan internet, teknologi, gambar maupun suara yang terhubung dalam media – media artifisial (Mahyuddin, 2019:18). Terry Flew (2007) dalam bukunya New Media Fourth Edition menjelaskan bahwa media baru setidaknya dapat dilihat dari kombinasi dari tiga faktor yang menjadi penciri utama, yaitu: a) Komputer (media digital dan teknologi informasi) b) Komunikasi (relasi sosial, alat teknologi, dan praktik komunikasi), dan c) Konten (media dan informasi).



Media baru identik dengan penggunaan teknologi masyarakat modern. Ia merupakan platform media yang digunakan dalam berkomunikasi untuk segala keperluan yang diinginkan baik untuk pencarian hiburan, pengalaman dan pengetahuan maupun kebutuhan hidup yang bersinggungan dengan fungsi teknologi media. Media baru memiliki ciri tersendiri dalam perkembangan media komunikasi manusia yang mutakhir. Pakar komunikasi Dennis McQuail (dalam Mahyuddin, 2019:18) dalam buku Teori Komunikasi Massa menjelaskan, ciri utama media baru yaitu: a) Ada saling keterhubungan (interkonektivitas) b) Aksesnya terhadap khalayak individu sebagai pengirim maupun penerima pesan c) Interaktivitasnya d) Kegunaan yang beragam sebagai akses yang terbuka e) Sifatnya yang ada di mana – mana. McQuail dalam Kamila (2017:14) memberikan lima konsep pembeda antara media baru dan media lama, antara lain: a) Derajat interaktivitas, di mana interaksi dalam new media lebih fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional. b) Derajat social presence (keberadaan sosial) di mana media massa bersifat lebih personal, mengurangi ambiguitas. Media baru memungkinkan audience untuk bisa berhubungan secara personal dengan media melalui kontak langsung. c) Derajat otonomi, di mana pengguna media memiliki kemampuan untuk mengontrol isi dan pengguna medianya sendiri dan menjadi sumber independen. Pengguna new media bisa memiliki media sendiri dan diolah sendiri. d) Derajat payfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi user.



e) Derajat privasi, yang berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki para pengguna media. Mereka bebas menampilkan apapun di media baru (internet) sehingga menghasilkan media yang unik (berbeda) dan personal. Selain menjelaskan mengenai konsep pembeda antara media baru dan media lama, McQuail juga menunjukkan perbedaan antara media lama dan media baru, yaitu: a) Media lama konsepnya satu objek berbicara pada banyak orang, sementara media baru bersifat decentralized, yang artinya semua memiliki kesempatan berbicara kedapa siapapun. b) Media lama adalah one way communication, sementara media baru two ways communication yang memungkinkan adanya feedback dari audience. c) Media lama di bawah kontrol negara, sementara media baru diluar kontrol negara, bahkan bisa dinikmati oleh siapapun yang ada di dunia tanpa batasan negara. d) Media lama memproduksi lapisan sosial sementara media baru adalah memproduksi konsep demokratisasi. e) Media lama memfragmentasikan audience sementara media baru meletakkan audience pada posisi yang sama. f) Media lama membentuk kebingungan sosial sedangkan media baru berorientasi pada individu. Media baru (new media) adalah bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang bisa langsung kita rasakan. Media baru merupakan perkembangan dari teknologi media yang sudah ada sebelumnya. Salah satu bentuk new media yang sekarang ini dapat dengan mudah kita temui dan tidak lepas dari kehidupan kita adalah internet. Menurut Internet Society (ISOC), internet didefinisikan sebagai kemampuan menyampaikan informasi global yang cepat, mekanisme penyebaran informasi dan media kolaborasi dan



interaksi antara individu dan komputer mereka tanpa melihat lokasi secara geografis (Purwanto dalam Kamila, 2017:13). Menurut Kurnia, internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk – bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk – bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan



komunikasi,



harga



komunikasi,



persepsi



pihak







pihak



yang



berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus – arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer (Ready, 2016:10). Jadi menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya sebagai medium. Untuk mengakses internet, seseorang membutuhkan koneksi internet dan piranti keras seperti komputer, PDA, Blackberry dan lain sebagainya. Internet yang dianggap sebagai gabungan dari beberapa bentuk media dan fasilitas email, website, newsgroup, e-commerce dan sebagainya. 2.1.7 Teori Uses and Gratifications Uses and Gratifications adalah salah satu teori dalam komunikasi massa yang menjelaskan bahwa sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap aktif dan selektif menggunakan media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Studi di dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian besar perilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu (Al-Imam, 2019:355). Katz, Blumler & Gurevitch (1974) (dalam Nurhadi, 2017:57) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and Gratifications, yaitu:



1) Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan 2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari satu yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. 5) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Nurhadi, 2017:57).



Gambar 2.1 Logika Teori Users and Grafitications Teori Uses and Gratifications menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audiensi sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan media itu. Dalam perspektif teori Uses and gratifications, audiensi dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama. Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan oleh audiensi sendiri (Morissan, 2013:509).



2.1.7.1 Penggunaan dan Kepuasan Dalam Menggunakan Media Menurut Rakhmat (1996) penggunaan media adalah jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (dalam Faradilla, 2019:19). Penggunaan media berdasarkan dari frekuensi, intensitas, durasi dan sebagainya: 1) Frekuensi Frekuensi adalah tingkat keseringan dalam menggunakan suatu media. 2) Intesitas Intensitas adalah tingkat pemahaman dalam menggunakan suatu media yang terjadi; sebelum terkena terpaan media, saat terkena terpaan media, dan sesudah terpaan media. 3) Durasi Durasi adalah curahan waktu yang dibutuhkan dalam mengkonsumsi suatu media (Fioni, 2019:19). Rosengreen (dalam Faradilla, 2019:19) menjelaskan penggunaan media dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Jumlah waktu yang digunakan dalam mengkonsumsi media. 2) Jenis isi media yang dikonsumsi. 3) Berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Menurut McQuail (dalam Faradilla, 2019:19) di dalam menggunakan media, kepuasan terhadap penggunaan media dapat diukur berdasarkan empat motif kebutuhan yaitu: 1) Information Seeking (pencarian Informasi)



Adalah media yang menyediakan informasi untuk membuat pengguna mengetahui ataupun mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. 2) Personal Identity (Identitas pribadi) Adalah dorongan untuk memperkuat nilai-niai pribadi, memperkuat kredibilitas, stabilitas, dan status. Bisa dikatakan menggunakan isi media untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi. 3) Social integration and Interaction (Integrasi dan intekasi sosial) Adalah media pemberi ruang untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial 4) Entertainment (Hiburan) Pengguna menggunakan isi dari media untuk mencari ataupun mendapatkan hiburan. Katz, Gurevitch dan Haas (dalam Faradilla, 2019:19) mengemukakan kepuasan terhadap suatu media bisa dilihat dari; isi media, sifat media massa, dan ciri terpaan media. 2.1.8 E-commerce E-commerce atau perdagangan elektronik adalah suatu kegiatan jual dan beli barang atau jasa serta transmisi dana atau data dengan menggunakan jaringan elektronik yaitu internet. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, transaksi yang biasanya dilakukan secara konvensional pun dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Website yang saat ini telah menjadi pengganti toko offline. Website e-commerce memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi utamanya adalah sebagai sarana dalam melakukan pembelian dan penjualan secara online. Menurut Santosa, Dkk (2017), Istilah E-Commerce muncul sekitar tahun 1990-an dengan adanya perubahan proses transaksi jual beli yang dulunya secara konvensional lalu kemudian berubah menjadi digital elektronik yang berbasiskan jaringan internet dan komputer. Di jaman yang modern ini teknologi berkembang sangat pesat, terutama di bidang perdagangan. Untuk dapat menghadapi persaingan



dalam dunia bisnis maka dapat memanfaatkan teknologi informasi berupa internet yang memang sudah menjamur serta berpengaruh dikalangan masyarakat. Internet menjadi faktor utama berkembangnya E-Commerce karena dapat digunakan sebagai media transaksi yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun tidak terbatas oleh waktu dan jarak. Pengertian E-commerce menurut E. Turban, et al. dalam Rizki, Dkk (2019), Ecommerce atau electronic commerce ialah perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian dan penjualan barang atau jasa, pertukaran produk, transfer dana, pelayanan serta informasi yang menggunakan jaringan komputer atau internet. Ecommerce juga bisa diartikan sebagai konsep penerapan E-business dengan strategi jual beli barang atau jasa menggunakan jaringan elektronik yang mana melakukan transaksi data secara elektronik, sistem manajemen inventory yang dilakukan secara otomatis dan juga sistem pengumpulan data yang dapat dilakukan secara otomatis. Salah satu hal yang sedang berkembang dikalangan masyarakat saat ini adalah e-commerce (perdagangan elektronik). Menurut Guay dalam Nursani, et al. (2019), ecommerce diartikan sebagai suatu transaksi ekononi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli secara bersama-sama menggunakan media elektronik yang berasal dari internet dengan membuat kontrak perjanjian tentang pengiriman dan harga suatu barang serta menyelesaikan transaksi melalui pembayaran dan pengiriman suatu barang yang sesuai dengan kontrak yang sudah ditetapkan. Menurut Laudon dan Laudon dalam Nursani, et al. (2019), e-commerce merupakan suatu keadaan dimana proses jual beli produk dilakukan secara elektronik oleh konsumen serta dari perusahaan ke perusahaan dengan menggunakan computer sebagai perantara dalam transaksi bisnis. E-commerce dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : 1) Business to Consumer (B2C), merupakan penjualan suatu produk serta layanan dan eceran kepada pembeli secara individu.



2) Business to Business (B2B), merupakan penjualan suatu produk dan layanan yang dilakukan antar perusahaan. 3) Consumer to Consumer (C2C), merpakan penjualan yang dilakukan secara langsung antara konsumen dengan konsumen. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa E-Commerce atau perdagangan elektronik merupakan suatu media yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi jual beli suatu produk atau jasa secara online atau daring diamanapun dan kapanpun dengan menggunakan jaringan komputer atau internet sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya dalam bertransaksi. 2.1.8.1 Market Place Consumer to Consumer (C2C) Salah satu kategori e-commerce adalah consumer to consumer (C2C) (Suyanto dalam Peranginangin, 2019:18). Dalam kategori ini, seorang konsumen menjual secara langsung ke konsumen lainnya. marketplace consumer to consumer adalah tempat jual beli online di mana satu pihak bisa berperan sebagai penjual sekaligus bisa menjadi pembeli. Pihak penjual maupun pihak pembeli akan mengandalkan pasar online ini untuk menjadi tempat transaksi utama mulai dari pemasaran sampai proses pembayaran. Menurut Laudon dan Traver (2016) Consumer to consumer (C2C) e-commerce menyediakan jalan bagi consumer untuk berjualan kepada satu sama lainnya, dengan bantuan dari pembuat pasar online seperti situs pelelangan eBay atau situs yang terklasifikasi seperti Craiglist. Consumer-to-consumer e-commerce atau C2C didefinisikan sebagai perdagangan antara individu (sektor swasta) dengan konsumen. Consumer to Consumer (C2C) merupakan transaksi di mana konsumen menjal produk secara langsung kepada konsumen lainnya. Dalam C2C seseorang menjual produk atau jasa ke orang lain, atau disebut juga sebagai penjualan ke konsumen. Menurut Rosusana (2017), dalam penerapan e-commerce konsumen biasanya



melakukan pelelangan komoditinya melalui situs-situs lelang seperti eBay.com (Peranginangin, 2019:18). 2.1.9 Fin Tech (Financial Technology) Teknologi finansial menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 adalah penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan / atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, efesiensi, kelancaran, keamanan dan keandalan sistem pembayaran. Penyelenggara teknologi finansial yakni meliputi sistem pembayaran, pendukung pasar, manajemen investasi dan manajemen risiko, pinjaman, pembiayaan dan penyedia modal, dan jasa finansial lainnya (Rahma, 2018:647). Fungsi penyelenggara teknologi finansial dikategorikan ke dalam bagian sebagai berikut: 1) Sistem Pembayaran Sistem pembayaran mencakup otorisasi, kliring, penyelesaian akhir dan pelaksanaan pembayaran. Contoh penyelenggaraan teknologi finansial pada kategori sistem pembayaran antara lain penggunaan teknologi blockchain atau distributed ledger untuk penyelenggaraan transfer dana, uang elektronik, dan mobile payments. 2) Pendukung Pasar Bahwa teknologi finansial yang menggunakan teknologi informasi dan/ atau teknologi elektronik untuk memfasilitasi pemberian informasi yang lebih cepat atau lebih murah terkait dengan produk atau layanan jasa keuangan kepada masyarakat. 3) Kategori manajeman investasi atau manajemen risiko antara lain penyediaan produk investasi online atau asuransi online. 4) Pinjaman (lending), Pembiayaan (financing atau funding), dan penyediaan modal (capital raising) Kategori tersebut antara lain layanan pinjam



meminjam uang berbasis teknologi informasi (peer to peer lending) serta pembiayaan atau penggalangan dana berbasis teknologi informasi (crowdfunding). 5) Jasa finansial lainnya berupa selain sistem pembayaran, pendukung pasar, manajemen investasi dan manajemen risiko, serta pinjaman, pembiayaan dan penyediaan modal. Teknologi finansial memiliki beberapa kriteria yang ada pada perusahaan penyelenggara, antara lain sebagai berikut: 1) Bersifat inovatif 2) Dapat berdampak pada produk, layanan, teknologi, dan model bisnis finansial yang telah eksis 3) Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat 4) Dan dapat digunakan secara luas (Rahma, 2018:648). Kewajiban yang harus dipatuhi oleh penyelenggara teknologi finansial yang terdaftar di Bank Indonesia yaitu sebagai berikut: 1) Menerapkan prinsip perlindungan konsumen sesuai dengan produk, layanan, teknologi, dan model bisnis yang dijalankan. 2) Menjaga kerahasiaan data dan informasi konsumen termasuk data dan informasi



transaksi



antara



lain



dilakukan



dengan



mengelola



dan



menatausahakan dokumen transaksi dan konsumen secara baik dan tertib serta tidak memberikan data dan informasi transaksi dan konsumen kepada pihak lain kecuali atas persetujuan tertulis dari konsumen atau diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang – undangan. 3) Menerapkan prinsip manajemen risiko dan kehati – hatian, yakni telah melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian atas risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usahanya.



4) Menggunakan rupiah dalam setiap transaksi yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang mengatur mengenai mata uang. 5) Menerapkan prinsip anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai dengan perundang – undangan. 6) Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya antara lain peraturan mengenai pendirian badan hukum serta penyelenggaran sistem dan transaksi elektronik 7) Dilarang melakukan kegiatan sistem pembayaran dengan menggunakan virtual currency. Virtual currency ialah uang digital yang diterbitkan oleh pihak selain otoritas moneter yang diperoleh dengan cara mining, pembelian atau transfer pemberian (reward). Virtual currency bukan merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia (Rahma, 2018:649). 2.1.9.1 Peer to peer lending (P2P) Jorgensen (2018) menggambarkan peer to peer lending sebagai “sumber pembiayaan online baru, yang berbeda dari pembiayaan di bank tradisional”. Platform peer to peer lending pertama kali muncul pada 2005; platform ZOPA pertama kali diluncurkan di Inggris dan dikenal sebagai pemberi pinjaman P2P dunia (Syamil dkk., 2020:6) Di bawah ini adalah penyederhanaan cara kerja pinjaman P2P menurut LendenClub (2019) dalam Syamil dkk. (2020).



Gambar 2.2 Alur Kinerja Pinjaman P2P Dapat dipahami bahwa platform P2P terhubung dengan peminjam dan pemberi pinjaman. Platform P2P menyediakan pasar di mana peminjam dapat meminta pinjaman dan pemberi pinjaman dapat meminjamkan uangnya, ketika sepakat di bawah perjanjian pinjaman. Untuk mengajukan pinjaman P2P, platform P2P akan menilai peminjam dengan memeriksa informasinya. Pemberi pinjaman memiliki preferensi yang berbeda misalnya, untuk pinjaman pribadi, mereka akan memerlukan informasi dasar peminjam untuk catatan keuangan, dan untuk pinjaman bisnis, pemberi pinjaman biasanya akan memerlukan informasi perusahaan dan laporan keuangan masa lalu untuk ditinjau. Peminjam akan melakukan proses pendaftaran yang membutuhkan waktu untuk meninjau platform dan memverifikasi informasi, platform kemudian memutuskan berdasarkan informasi sebelumnya mengenai level atau peringkat peminjam. Banyak pemberi pinjaman



memiliki



kriteria



ketat



untuk



memastikan



bahwa



peminjam



akan



dapat



mengembalikan pinjaman. Jika memenuhi syarat untuk melanjutkan, penilai akan membantu pemberi pinjaman atau investor menghitung risiko pengembalian dengan meminjamkan kepada peminjam ini. peminjam kemudian dapat membuat uraian tentang pinjaman mereka, termasuk tingkat bunga yang ingin mereka kembalikan (sebagian besar platform akan memberikan setiap kelas persentase skala bunga yang dapat dipilih peminjam). Pemberi pinjaman juga dapat memilih kriteria lain seperti Tenor, yaitu untuk melihat sampai berapa lama peminjam membayar kembali. Ketika pemberi pinjaman telah memilih peminjam sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan dipandu oleh platform ke proses pembayaran, di mana pemberi pinjaman telah menempatkan modal mereka ke e-wallet platform terlebih dahulu. Pemberi pinjaman dilengkapi dengan fitur – fitur di platform yang akan memberi mereka pemberitahuan dan pembaruan tentang proses pinjaman. 2.1.10 Shopee paylater (Fahmi, 2016:25). menyatakan bahwa fitur adalah atribut dari suatu produk untuk memenuhi tingkat kepuasan kebutuhan konsumen dan keinginan, melalui memiliki produk, penggunaan, dan pemanfaatan produk Adapun indikator untuk fitur produk adalah: 1) Kemudahan pengoperasian 2) Kepuasan dengan produk, dan 3) Desain. Shopee PayLater merupakan fitur pembayaran baru dari aplikasi Shopee. Melalui Shopee PayLater, para pengguna aktif Shopee akan mendapatkan kemudahan berbelanja dalam bentuk pinjaman instan dengan bunga yang sangat minim. Berbeda dengan Shopee PayLater yang dapat diaktifkan secara langsung, untuk saat ini



metode pembayaran melalui ShopeePayLater hanya dapat dinikmati oleh para pengguna aktif aplikasi Shopee yang dianggap memenuhi syarat untuk menggunakan Shopee PayLater. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, seperti: 1) Akun Shopee harus terdaftar dan terverifikasi 2) Akun Shopee sudah berusia 3 bulan 3) Akun Shopee sering digunakan untuk bertransaksi 4) Harus update aplikasi Shopee terbaru Setelah melakukan transaksi pembelian menggunakan Shopee PayLater nantinya pengguna diwajibkan untuk membayar tagihan sesuai dengan periode cicilan yang dipilih saat melakukan transaksi pembayaran di aplikasi Shopee. Melalui fitur Shopee PayLater, Shopee menawarkan keuntungan dalam bentuk pinjman dana instan dengan bunga yang sangat minim kepada para pengguna aktif di aplikasi Shopee. Nantinya, setiap pengguna aktif yang terpilih akan mendapatkan limit kredit yang nilainya disesuaikan dengan seberapa tinggi tingkat transaksi pembelian yang dilakukan. Untuk saat ini, limit kredit yang tersedia mulai dari Rp 750.000 – Rp 1.800.000. Untuk skema cicilan shopee paylater Konsumen yang melakukan pinjaman harus mengembalikan dana yang dipinjam sesuai cicilan dan jangka waktu yang dipilih. Pilihan cicilan Shopee PayLater yang tersedia yakni tiga bulan, enam bulan, hingga 12 bulan. Tagihan Shopee PayLater adalah wajib dibayar sebelum tanggal jatuh tempo agar pembeli yang meminjam dana tidak dikenai denda keterlambatan. Tagihan harus lunas dalam beberapa kali angsuran sesuai dengan masa pinjaman yang dipilih sebelumnya. Batas pembayaran atau jatuh tempo tagihan Shopee PayLater adalah setiap tanggal 5 di bulan berikutnya setelah tagihan muncul. Shopee PayLater awalnya memberikan kredit sebesar Rp 750 ribu untuk pengguna baru. Kredit tersebut bisa digunakan untuk membeli barang dengan cara



bayar nanti atau dicicil. Kredit Shopee PayLater yang diberikan oleh Shopee akan terus bertambah sesuai dengan jumlah transaksi yang dilakukan oleh pengguna Sebaliknya, saat pengguna mengalami keterlambatan pembayaran, maka sistem di Shopee Indonesia akan secara otomatis mengurangi jumlah limit pinjaman.  Untuk diketahui, penggunaan Shopee PayLater adalah tidak bisa melakukan pembelian pada produk dari kategori voucher, pulsa, tagihan, juga tiket moda transportasi. Untuk sistem dendan dan bunga pada shopee pay later Dikutip dari laman resmi Shopee Indonesia, transaksi menggunakan Shopee PayLater dikenakan biaya cicilan (suku bunga dan biaya-biaya) minimal 2,95 persen.  Selain bunga Shopee PayLater berjalan, pembeli di marketplace yang menggunaan fitur itu juga dikenakan biaya penanganan sebesar 1 persen per transaksi. Sementara pabila terjadi keterlambatan pembayaran, maka pengguna akan dikenakan denda sebesar 5 persen. Jumlah denda ini akan terus bertambah apabila pengguna tidak melunasi cicilannya.  Tak hanya itu, hal itu juga akan berdampak pada peringkat kredit di SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK (dulu dikenal dengan BI Checking) yang dapat mencegah seseorang untuk mendapat pembiayaan dari Bank atau perusahaan lain. Sebagaimana pinjaman online lainnya, pengguna yang diketahui terlambat melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu juga dapat mengalami penagihan secara langsung oleh penagih utang alias debt collector. Meskipun berbelanja di marketplace semakin mudah, termasuk saat dana tidak mencukupi, ada baiknya pembeli tetap dituntut bijak dalam menggunakan Shopee Paylater.  Pastikan pengguna Shopee PayLater punya kapasitas untuk membayar sebelum memutuskan berutang di pinjaman online ini, seperti memiliki jaminan pendapatan tetap setiap bulannya.  2.1.11 Perilaku Konsumen Kotler dan Keller (2016:179), perilaku konsumen yaitu sebagai studi tentang bagaimana tindakan individu, organisasi, dan kelompok dalam membeli, memilih dan



menggunakan ide, produk maupun jasa dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Konsep pendekatan perilaku konsumen mengajarkan agar pemasar cenderung memiliki orientasi lebih kepada pelanggan dan bukan hanya sekedar menjual apa yang diproduksi perusahaan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Ketika memutuskan akan membeli suatu barang atau produk, konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu barang yang akan dibeli. Mulai dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan barang tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan, dan mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk ke dalam perilaku konsumen. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2016:181) Perilaku konsumen menggambarkan suatu proses yang berkesinambungan, dimulai dari ketika konsumen belum melakukan pembelian, saat melakukan pembelian, dan setelah pembelian terjadi sehingga hubungan antara satu tahap dengan tahapan lainnya menggambarkan pendekatan proses pembuatan keputusan oleh konsumen. Assael (2016:31) mengungkapkan bahwa ketika konsumen membuat suatu keputusan, maka mereka juga akan melakukan evaluasi pasca pembelian berupa feedback yang dapat dimanfaatkan para pemasar sebagai dasar penyusunan strategi pemasaran. Seluruh aktivitas tersebut dipelajari oleh para pemasar untuk mengetahui alasan pelanggan memilih salah satu merek diantara sejumlah alternatif merek serupa yang ada di pasaran. Dengan demikian, informasi yang dikumpulkan tersebut akan membantu manajemen dalam memformulasikan kembali strategi pemasaran yang lebih mendekati kebutuhan pelanggannya (Schiffman dan Kanuk, 2016:6).



2.1.11.1 Model Perilaku Konsumen Kotler dan Keller (2016:161) Perilaku konsumen merujuk pada bagaimana konsumen secara individu membuat keputusan pembelian dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dan kemudian ditukar dengan barang atau jasa untuk dirasakan manfaatnya. menggambarkan bagaimana model perilaku konsumen dapat dipelajari seperti pada gambar berikut.



Gambar 2.3 Model Perilaku Kosumen Sumber kotler dan keller (2016:161) Model perilaku konsumen menjelaskan bahwa stimuli atau rangsangan datang dari informasi mengenai produk, harga, lokasi, dan promosi. Dalam pemasaran jasa ditambah lagi dengan physical evidence, people, dan process. Para pembeli dipengaruhi oleh rangsangan tersebut, kemudian dengan mempertimbangkan faktor lain seperti ekonomi, budaya, teknologi maka masuklah segala informasi tersebut, setelah itu konsumen akan mengolah segala informasi tersebut berdasarkan psikologi dan karakteristik konsumen lalu memproses keputusan pembelian dan diambil



kesimpulan berupa respon yang muncul produk apa yang dibeli, merek, toko, dan waktu atau kapan membeli. 2.1.11.2 Faktor yang mempengaruhi Perilaku konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (2016:175) Memahami konsumen sasaran dan tipe dari proses keputusan yang akan mereka lalui merupakan tugas penting bagi seorang pemasar. Disamping itu, pemasar juga perlu mengenal pelaku-pelaku lain yang mempengaruhi keputusan membeli, memahami tingkah pembeli pada setiap tahap pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku mereka. Jika pemasar tidak mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, maka akan kesulitan bagi pemasar untuk mengetahui tingkah laku perilaku konsumen. mengatakan bahwa: “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. Berikut faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen: 1) Faktor budaya Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembagalembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Faktor Kebudayaan, terdiri dari : Budaya, Sub budaya, Kelas sosial a) Budaya Seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya. b) Sub-budaya terdiri dari kebangsaan agama, kelompok, ras dan daerah geografis. Sub-budaya ini terbagi dari beberapa jenis yang dibagi untuk



mempengaruhi



perilaku



konsumen



untuk



memudahkan



perusahaan dalam melihat perilaku konsumen. c) Kelas sosial Stratifikasi kadang-kadang terbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka



2) Faktor sosial Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Faktor Sosial, terdiri dari : Kelompok, Keluarga, Peran dan status a) Kelompok referensi adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok merupakan pengaruh yang paling besar bagi setiap konsumen. b) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dan masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang luas. c) Peran dan status Seseorang berpartisipasi kedalam banyak kelompok sepanjang hidup keluarga, klub dan organisasi. 3) Faktor Pribadi Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda



dengan



orang



lain



yang



menyebabkan



tanggapan



yang



relatifkonsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan Faktor Pribadi, terdiri dari : Usia dan tahap siklus hidup, Pekerjaan dan lingkungan, Gaya hidup, Kepribadian dan Konsep Diri. a) Usia dan tahap siklus hidup Setiap orang membeli barang-barang yang berbeda pada tingkat usia terntentu dan tingkat manusia terhadap pakaian, peralatan, yang juga berhubungan dengan manusia. Tentunya untuk setiap kebutuhan setiap orang berbeda-beda baik itu anak kecil, remaja, dan orang dewasa. b) Pekerjaan dan lingkungan Ekonomi Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Seseorang direkrut perusahaaan akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan seorang yang berprofesi debagai dokter dan lain sebagainya.



c) Gaya hidup Merupakan pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas minat dan opini. Gaya hidup merupakan kebiasaan seseorang atau keluarga yang sering dilakukan rutin. d) Kepribadian



dan



Konsep



diri



Kepribadian



diartikan



sebagai



karakteristik psikologi seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4) Faktor Psikologis Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor Psikologis, terdiri dari : Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, Keyakinan dan sikap. a) Motivasi Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertindak. Motivasi bisa muncul dari dalam maupun dari luar. b) Persepsi Persepsi merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukanmasukan guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c) Pembelajaran Pembelajaran Meliputi perubahan seseorang yang timbul berdasarkan pengalaman dipenengaruhi oleh lingkungan tertentu. d) Keyakinan dan sikap Keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan dapat berdasarkan pengetahuan dan kepercayaan. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap objek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga



berbeda. Beberapa segmen konsumen sangat mempengaruhi proses keputusan pembelian. Keputusan seorang konsumen dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian. 2.1.12 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis kaji. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu JUDUL No



PENELITIAN



HASIL



DAN



PERBEDAA



PERSAMAAN



N



PENULIS 1



“Pengaruh



Hasil



Studi yang



Fitur shopee



Penggunaan



Penelitian



dilakukan di



Paylater belum



Fitur Shopee



menunjukan



Universitas



lama digunakan



PayLater



bahwa



Pasundan



terhadap



penggunaan



Bandung



Perilaku



fitur shopee



Konsumtif



PayLater



Mahasiswa



masih belum



FISIP USU”.



lama < 3



Nadya



bulan,



Anastasya



responden



(2020)



bertransaksi melalui fitur Shopee PayLater untuk mendapatkan promo khusus. Namun terdapat juga 11,5% responden yang menggunaka n ShopeePayLa ter bertujuan untuk menunjang penampilan yang tidak tercukupi oleh uang saku bulanan, kebanyakan fitur shopee



paylater ini digunakan oleh mayoritas perempuan untuk pembelian akecantikan. 2



“Faktor-faktor



Hasil



Studi yang



Kesamaan faktor-



yang



penelitian



dilakukan di



faktor yang



dipertimbangka menunjukan



Universitas



menjadi alasan



n konsumen



bahwa



Pasundan



keputusan



untuk



diantara



Bandung



pembelian online



melakukan



faktor harga,



pemberlian



faktor



secara online



kenyamanan,



(studi pada



faktor



mahasiswa



website,



fakultas



faktor



ekonomi



pelayanan



Universitas



pelanggan,



Negeri



faktor



Malang)”.



berbelanja,



Novy Indarsih



faktor resiko,



(2011)



maka faktor kenyamanan paling dominan



dalam pertimbangan konsumen melakukan pembelian online. 3



“pengaruh



Hasil



Studi yang



E-commerce



perilaku



penelitian



dilakukan di



memiliki



konsumen



menunjukan



Universitas



pengaruh



terhadap



bahwa



Pasundan



terhadap perilaku



transaksi



pengaruh



Bandung



konsumen



bebasis E-



yang



commerce



signifikan



(studi Pada



terhadap



Mahasiswa



transaksi E-



Fakultas



commerce.



mahasiswa.



Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)”. Furi Ratna Sari (2013) 4



“Analisis



Uji t,



Studi yang



Jumlah uang yang



Pengaruh



diperoleh t



dilakukan di



dimiliki/Pendapat



Pendapatan



hitung > t



Universitas



an memiliki



Terhadap



tabel atau



Pasundan



pengaruh



Perilaku



diperoleh



Bandung



terhadap perilaku



Konsumsi



91,166 >



konsumsi dan



Mahasiswa



1,66071



alasan



Universitas



dengan



penggunaan fitur



Samudra di



demikian Ho



shope Paylater



Kota Langsa”.



ditolak dan



Nurlaila



Ha diterima



Hanum, (2017)



sehingga dapat dinyatakan bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi mahasiswa UNSAM di Kota Langsa.



2.2 Kerangka Pemikiran Seorang peneliti harus menguasai teori teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan .



Kerangka berfikir merupakan model koseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor faktor yang telah di identifikasikan sebagai hal yang penting jadi dengan demikian bahwa Kerangka penelitian adalah sebuah pemahanan atau konsep yang peneliti kuasai sebagi pedoman dan alur yang menyimpulkan hipotesis secara konseptual. 2.2.1 Motif yang mempengaruhi penggunaan shopee PayLater Minat menggunakan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis, et. al (1989) masuk kedalam Behavioral Pengenalan Masalah



Pencarian



Evaluasi



Keputusan



Keputusan



Perilaku



Pasca



Pembelian/penggunaan Intention to Use. Sampai saat ini, model TAM merupakan model yang paling banyak digunakan dalam memprediksi perilaku penerimaan konsumen terhadap suatu teknologi informasi dan telah terbukti sebagai model teori yang bermanfaat dalam memahami serta menjelaskan perilaku konsumen (pemakai) dalam mengimplementasikan suatu sistem informasi.



Gambar 2.4 Technology Acceptance Model (TAM) Model TAM diatas menjelaskan bahwa Behavioral Intention to Use atau dalam penelitian ini dimaknai sebagai minat menggunakan, pada asumsi dasarnya perilaku seseorang dalam penggunaan atau penerimaan suatu teknologi, dipengaruhi oleh dua



variabel utama yakni perceived usefulness dan perceived ease of use. Indikator minat menurut Walgito (2016:165) terdiri dari tiga indikator. Indikator inilah yang peneliti pakai dalam penelitian minat menggunakan, dari ketiga indikator tersebut yaitu: a) Ketertarikan pada obyek minat, yaitu calon konsumen atau konsumen memiliki perhatian yang selalu tertuju dan terpusat pada e-money. b) Perasaan senang, yaitu calon konsumen atau konsumen yang berminat untuk menggunakan



e-money



terlihat



memiliki



perasaan



senang



dalam



menggunakan e-money dalam bertransaki. c) Kecenderungan untuk menggunakan, yaitu sering tidaknya calon konsumen atau konsumen berkeinginan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi sehari-hari. Konsumen yang minat menggunakannya tinggi akan terlihat dari frekuensinya dalam menggunakan e-money yang tinggi Untuk kecenderungannya dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi yakni sebagai berikut. 1) Motif Fisiologis dan Psikogenik Motif fisiologis lebih kepada arah pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, seks dan rasa sakit. Sedangkan motif psikogenik lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikologis seperti prestasi, penerimaan sosial, status, kekuasaan dan lain-lain. 2) Motif Disadari dan Tidak Disadari Motif disadari adalah motif yang sepenuhnya disadari oleh konsumen sebaliknya motif tidak disadari adalah motif yanhg sepenuhnya tidak disadari oleh konsumen. 3) Motif Positif dan Motif Negatif Motif positif adalah motif yang menarik individu untuk lebih terfokus pada tujuan yang diharapkan sedangkan motif negatif adalah motif yang



memberikan dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi yang tidak diinginkan. 2.2.2



Pengalaman Dalam Penggunaan Shopree Paylater



Perilaku pasca pembelian maupun penggunaan menurut kotler (2016:185): 1) Kepuasan pasca pembelian Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa. Sebaliknya, jika memenuhi harapan, konsumen akan puas dan jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah konsumen akan membeli kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain. 2) Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, maka ia mungkin tidak akan membeli kembali produk tersebut. 3) Penggunaan dan penyingkiran pascapembelian Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat konsumen kembali ke pasar untuk membelinya lagi. 2.2.3



Dampak yang Dirasakan Setelah Penggunaan Shopee PayLater



Engel (2019: 26) memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi di mana suatu alternatif yang di pilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara



negatif. Penilaian untuk kepuasan dan ketidakpuasan Engel membaginya ke dalam 3 (tiga) bentuk yang berbeda yaitu: 1) Diskonfirmasi positif: yaitu di mana kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari apa yang diharapkan 2) Diskonfirmasi sederhana: yaitu di mana kinerjanya sama dengan yang diharapkan 3) Diskonfirmasi negatif: yaitu kinerja yang didapatkan lebih buruk dari apa yang diharapkan.



Gambar 2.5 Tingkat Kepuasan Pasca Pembelian/Penggunaan Jika konsumen merasa puas maka ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk menggunakan produk itu lagi. Konsumen yang merasa puas cenderung akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai suatu profuk terhadap orang lain.



Sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas, maka akan memungkinkan ia melakukan salah satu dari dua tindakan ini yaitu: meng-uninstal produk atau mengurangi kapasitas penggunaan. 2.2.4



Pengaruh



Shopee



PayLater



Terhadap



Perilaku



Konsumen



Mahasiswa Dampak yang diberikan kepada perilaku konsumen mahasiswa dengan keberadaannya shopee Paylater adalah: 1) Meningkatnya jumlah konsumsi Dengan adanya e-commerce dan kelengkapan fasilitas fitur di dalamnya cenderung mengakinatkan konsumsi semakin meningkat karena berbelanja selama 24 jam tanpa ada batas ruang tanpa disadari membeli barang yang di inginkan tetapi kurang dibutuhkan. 2) Mempermudah konsumsi Di dunia maya, pembeli bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online. Keuntungannya adalah pembeli bisa membandingkan harga dari berbagai toko berbeda dalam waktu singkat.Di tempat belanja konvensional, pembeli kadang merasa canggung ketika terlalu lama memilih-milih barang dan ditunggui oleh si penjaga toko. 3) Mempercepat konsumsi misalnya pengiriman sangat cepat, artinya barang akan dikirim oleh pihak toko online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas daerah pengiriman barangnya. Dan juga bisa mempercepat kebutuhan yang di inginkan pada suatu situs e-commerce, pelanggan dapat melakukan pencarian produk melalui kolom pencarian yang pada umumnya terletak pada bagian atas situs 4) Menurunkan biaya operasional



Hal ini pastinya menguntungkan para pembeli karena bisa menghemat biaya dan konsumen bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online. Dengan fitur pembayaran dengan cicilan juga memudahkan kosnumen untuk melakukan transaksi. 2.2.5



Paradigma Penelitian



Gambar 2.6 Paradigma Penelitian



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Tohirin (2015:2) penelitian kualitatif merupakan “penelitian yang berupaya membangun pandangan orang yang diteliti secara rinci serta dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik (menyeluruh dan mendalam) dan rumit.”. Menurut Afifuddin (2014:57) “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah , (lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti merupakan instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”. Memahami jenis penelitian kualitatif adalah didasarkan pada filsafat postpositivisme, yang mana digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah. Di sini posisi peneliti sebagai instrument kunci, kemudian teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisa data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian menekankan pada makna dibandingkan generalisasi (Sugiono, 2012: 9). Melalui penjelasan menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa , metode penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian berorientasi pada fenomena gejala yang bersifal alami untuk memahami masalah kemanusiaan dan sosial dimana peneliti merupakan instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.



Dalam penelitian ini melibatkan pendekatan penelitian Studi Kasus. Pendekatan ini merupakan cara dalam menganalisis sebuah objek kajian dimana jenis pendekatan ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan



berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang di ungkap dapat terselesaikan. Pendekatan Studi kasus digunakan karena pendekatan ini lebih menitik beratkan pada unsur prilaku pengguna Shopee Paylater dalam penelitiannya pendekatan ini lebih terpaku pada wawancara . Hal ini berkaitan denga Shopee Paylatter sebagai objek kajian. Shopee Paylatter dianalisis struktur teksnya, sehingga pendekatan ini dirasa sesuai. 3.2 Definisi Variabel Penelitian dan Operasional variable Berdasarkan judul penelitian yang diambil yaitu “Tinjauan Penggunaan Shopee Paylater Terhadap Perilaku Konsumen” masing masing variabel didefinisikan dan dibuat operasionaliasi variabelnya. Operasional variabel dalam penelitian ini berguna sebagai bahan pembuatan quisioner penelitian kepada masyarakat. 3.2.1



Definisi Variabel



Variabel menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2015, h. 38) adalah atribut atau obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya. Identifikasi variabel dalam penelitian ini digunakan untuk membantu dalam menentukan alat pengumpulan data dan teknis. Arti variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Identifikasi variabel dalam penelitian ini digunakan untuk membantu dalam menentukan alat pengumpulan data dan teknis. analisis data yang digunakan. Penelitian ini melibatkan variabel bebas karena mencari seberapa besarkah pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku konsumen. Variabel Dependen/Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah Pengaruh penggunaan Shopee Paylatter



1.



Motif Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas Motif pembelian primer dan selektif, Motif rasional dan emosional (Basu Swasta dan Handoko, 2016). Motif merupakan segala sesuatu yang melatar belakangi dan



mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan dan membeli barang, serta menjelaskan alasan-alasan dilakukannya pembelian, sehingga berpengaruh terhadap pola dan cara hidup yang ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang, minat dan ketertarikan serta apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri. Sehingga motif akan berpengaruh terhadap apa yang dia beli lewat Shopee Paylater yang berdasarkan keinginan ataupun kebutuhan dia. 2. Pengalaman Pembelajaran Belajar menggambarkan perubahan perilaku individu yang timbul oleh adanya pengalaman (Ginting, 2017). Pembelian yang dilakukan individu merupakan proses belajar, di mana kepuasan membeli suatu produk akan menentukan keputusan pembelian produk maupun penggunaan Shopee Paylater tersebut di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman-pengalaman pembelian, transaksi, penggunaan yang telah dilakukan. 3. Dampak Dampak dapat memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi asca konsumsi di mana suatu alternatif yang di pilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan (Engel, 2019:26) Dampak ini mampu mempengaruhi perilaku konsumen di mana individu yang tidak mampu mengontrol dirinya akan cenderung berperilaku konsumtif. Dengan dampak yang terjadi diharapkan bisa mengontrol diri, kontrol diri ini sangat penting dilakukan agar pembelian yang di lakukan sesuai dengan kebutuhan, tidak hanya membeli sesuatu yang tidak



dibutuhkan. Serta dengan mengontrol diri dalam pembelian barang dengan menggunakan Shopee Paylater tidak akan terjerumus kepada hal yang boros. 3.2.2



Operasionalisasi Variabel



Operasional variabel merupakan pedoman bagi pembuatan kuisioner guna memperoleh data yang akuat dari responden .Penelitian ini terdiri dari 5 variable pokok yaitu Motif (X1), pengalaman (X2), dampak (X3), Shopee Paylater (Y) dan perilaku konsumen Mahasiswa sebagai variable terikat. Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian . Tabel 3.1 OperasionalisasiVariabel Variabel



Dimensi



Motif Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas Motif pembelian primer dan selektif, Motif



Kondisi



Indikator



Ukuran



Penggunaan Shopeepay Later



Alasan menggunakan Shopepay Later



Kondisi konsumen dalam menggunakan ShopeePay Later



Kondisi yang menentukan penggunaan ShopeePay Later



No Angk et 1



2



rasional dan emosional (Basu Swasta dan Handoko, 2016)



Lamanya konsumen



Pengalaman



dalam



3



menggunaka



dapat diartikan



n ShopeePay



sebagai sesuatu yang pernah



Awal menggunakan ShopeePay Later



Waktu



dialami, dijalani



Later Sering atau



maupun



tidaknya



dirasakan, baik



konsumen



sudah lama



Seberapa sering menggunakan ShopeePay Later



4



menggunaka



maupun yang



n ShopeePay



baru saja terjadi (Saparwati,2017)



Penggunaa n



Later Pengetahuan konsumen dalam menggunakan Shopee Pay Later Nominal pembayaran yang dilakukan



Menggunakan Shopee Pay Later



kisaran nominal pembelian barang dengan menggunakan ShopeePay



Angsuran yang



5



Later Tingkat



6



dilakukan



angsuran pada saat



7



membeli suatu barang menggunaka n ShopeePay Later



Dampak Memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi asca konsumsi di mana suatu alternatif yang Sikap Diri di pilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan (Engel, 2019: 26)



Yang dihasilkan dari penggunaan Shopeepay Later



Apakah menggunakan ShopeePay Later memudahkan anda



Konsumen dalam mengatasi dorongan pembeliaan



Barang yang



Dampak yang dirasakan



dibeli sesuai



8



9



dengan kebutuhan atau keinginan Kelebihan dan kekurangan ketika menggunakan Shopee pay Latter



10



3.3 Objek dan Subjek Penelitian 3.3.1



Objek Penelitian



Objek penelitian ini adalah perilaku konsumen mahasiswa terhadap penggunaan Shopee Paylater,dimana merupakan variable yang menjadi perhatian pokok terhadap penelitian ini 3.3.2 Dalam



Subjek Penelitian penelitian



kualitatif



objek



penelitian



adalah



mewawancarai



narasumber. Sumber data utama dalam penelitian ini berdasarkan wawancara, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain Dalam penelitian kualitatif ini objek penelitian berupa teks Studi Kasus, yang diperoleh dari 8 narasumber. Dimana pertanyaan itu di buat untuk mengetahui perilaku konsumen mahasiswa dari tiap narasumber mahasiswa-mahasiswi setelah menggunakan Shopee Paylatter Perbedaan tersebut meliputi penggunaan diksi, jumlah larik, pengalaman dan proses penuturannya. 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4.1



Lokasi Penelitian



Penelitian yang berjudul ”Pengaruh Shopeepay Later terhadap perilaku konsumtif Mahasiswa” ini mengambil lokasi penelitian di Kampus UNPAS Tamansari, Kosan Mahasiswa, serta wawancara melalui video virtual Google Meet. Hal ini dikarenakan mengingat lebih mudahnya penulis untuk memperoleh informasi atau data-data dari para informan yang konsisten dalam menangani permasalahan perilaku konsumtif mahasiswa terhadap penggunaan Shopee Paylater. 3.4.2



Waktu penelitian



Penelitian ini dilakukan pada bulan 5 Februari 2022



3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang dipakai untuk mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini. Prosedur penelitian yang dilakukan, meliputi beberapa tahapan yang berkaitan dengan analisis Shopee Paylater. Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan, yaitu proses pencarian dan perekaman data di lapangan. Pada tahapan ini peneliti mewawancarai 8 narasumber yang terdapat di kampus Unpas Tamansari, di kosan narasumber, dan melalui virtual zoom. Dalam pencarian data Shopee Pay Latter, peneliti menggunakan alat bantu perekaman suara melalui handphone dan catatan. Kedua alat ini digunakan sebagai alat pendokumentasian data Shopee Pay Latter. Pada proses pencarian data peneliti mendatangi narasumber langsung dan melalui video meet yaitu google meet untuk mencari informasi Shopee Pay Latter. Langkah kedua adalah transkripsi data. Sumber data yang berupa tuturan ditranskripsi menjadi bentuk teks dan rekaman. Pada langkah ini peneliti memanfaatkan catatan lapangan sebagai bahan rujukan transkripsi data. Hal ini merupakan cara untuk menghindari kesalahan pada saat transkripsi data, sehingga data yang ditranskripsi lebih akurat. Penentuan larik pada saat proses stranskripsi mengikuti intonasi dan jeda penutur Shopeepay Latter, sehingga setiap kali ditemukan jeda panjang dinggap sebagai pertanda larik. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan salah satu metode yang ada di dalam pengumpulan data dengan menggunakan  teknik atau cara yang digunakan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data (Ridwan 2015:51) Teknik pengumpulan data dalam penelitian Shopee Pay Latter ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bertukar informasi



mupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Teknik wawancara adalah salah satu teknik yang digunakan pada saat seorang peneliti melakukan observasi ke lapangan maupun secara virtual. Wawancara



dalam



suatu penelitian



bertujuan



untuk mengumpulkan



keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 2010, hlm. 162). Wawancara dilakukan sebagai cara peneliti menghimpun sumber data. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara sederhana dengan pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan Shopee Paylatter. Teknik wawancara ini dilakukan oleh peneliti ketika bertemu dengan informan. Menurut Koentjaraningrat (1981, hlm. 163) dalam proses pencarian data melibatkan dua macam wawancara, 1. wawancara untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu tertentu untuk keperluan informasi 2. wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang pendirian atau pandangan dari individu yang diwawancara untuk keperluan komparatif (perbandingan). Individu pada wawancara bagian pertama disebut informan dan individu pada bagian wawancara kedua disebut responden. Informan adalah orang yang mempunyai keahlian tentang pokok wawancara, sedangkan responden adalah orang yang dianggap representatif dengan pokok wawancara. Teknik wawancara digunakan sebagai cara peneliti dalam mengarahkan informan pada pokok masalah, sehingga semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian terhimpun dengan lengkap.



3.7



Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.7.1 Sampel Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang



dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang ada pada populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti dana yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu. Selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan mendapatkan kesimpulan yang nantinya di berlakukan untuk Populasi (Sugyono, 2008:118) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yaitu Mahasiwa. Dalam penelitian kualitatif sampel bukan mewakili populasi, sehingga tidak ditentukan berdasarkan ketentuan yang mutlak, tetapi sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi yang penting yang dibutuhkan peneliti dilapangan. 3.7.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative (Margono, 2004). Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah sampling non probabilitas purposive sampling dimana peneliti mempunyai peranan yang paling besar dalam menentukan siapa dan berapa sampling 3.8 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif manusia yang bertindak sebagai peneliti ikut dilibatkan sebagai alat dalam penelitian. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif sumber data yang digunakan berupa teks dan tuturan dari hasil wawancara. Menurut Moleong (2012, hlm. 168) kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data,



analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian Intrumen lain yang digunakan dalam penelitian, yaitu instrumen-instrumen yang mempermudah peneliti dalam menghimpun data. Instrumen tersebut difungsikan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi mengenai Shopee Paylatter. Berikut ini adalah intrumen yang digunakan dalam penelitian pengaruh Shopeepay latter terhadap perilaku konsumtif mahasiswa diantaranya:. 1. Lembar pertanyaan, berupa lembaran yang disiapkan peneliti sebelum terjun kelapangan. Lembar pertanyaan ini berfungsi sebagai acuan peneliti saat mewawancara informan. Lembar pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan Shopee Paylatter. 2. Kamera digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan data dalam bentuk gambar atau foto. Menurut Moleong (2012, hlm. 160) foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segisegi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Penggunaan kamera dalam penelitian kualitatif berperan penting karena gambar yang didokumentasikan oleh kamera 3.9 Validitas Data Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, perlu menggunakan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Dalam trianggulasi sumber digunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh kemudian diuji keabsahannya dengan cara membandingkan hasil wawancara antara informan yang satu dengan yang lain. Kemudian membandingkan hasil wawancara dengan data hasil penelitian. Dengan



demikian diharapkan mutu dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi valid. 3.10



Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian Shopee Paylatter ini



adalah analisis interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya masing-masing tahap dijabarkan sebagai berikut 1. Reduksi Data . Artinya reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan khusus, menyusun pertanyaan penelitian dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti memusatkan tema, menentukan batasanbatasan permasalahan. Proses ini berlangsung secara terus-menerus. Sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Ringkasnya reduksi data tersebut adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting 2. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logika dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi



yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian



ini



merupakan



narasi



yang



disusun



dengan



pertimbangan



permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya. 3. Penarikan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.Kesimpulan perlu diverifikasi agar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada.



BAB IV PEMBAHASAN



Shopee merupakan salah satu marketplace terbesar dan terpopuler di Indonesia. Menurut data iprice apabila dilihat dari jumlah pengunjung bulanannya, pada kuartal I 2020 Shopee menepati urutan pertama dengan jumlah pengunjung sebanyak 71,5 juta (databoks, 2020a), pada kuartal II 2020 mendapatkan 93,4 juta kunjungan dan tetap menempati posisi pertama dibanding dengan tokopedia dan bukalapak (databoks, 2020b). Dengan melihat frekuensi seringnya kalangan mahasiswa dan mahasiswi menggunakan smartphone, maka mereka akan melihat barang-barang di online shop yang ada di smartphone. Penelitian ini berfokus pada generasi muda di lingkungan mahasiswa yang merupakan pemakai aktif aplikasi Shopee dan pengguna Shopee Paylater. Jumlah subjek penelitian ditentukan sebanyak 5 orang dan wawancara dilakukan tanggal 5 Februari 2022 baik itu wawancara secara langsung ataupun melakukan wawancara melalui google meet. 4.1. Motif yang mempengaruhi mahasiswa dalam menggunakan Shopee Paylater Dalam menggunakan atau melakukan sesuatu pasti terdapat motif yang membuat seseorang menggunakan ataupun melakukan sesuatu, pada kasus ini setiap mahasiswa pasti memiliki motif dalam menggunakan Shopee Paylater. Berikut adalah laporan hasil wawancara dari kelima narasumber mengenai motif setiap mahasiswa dalam menggunakan Shopee Paylater: 1. Kenapa anda menggunakan ShopeePay Later? Tabel 4.1. Alasan menggunakan Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



Keterangan/jawaban



1



Yosef Suherlan



Apabila tidak mempunyai uang untuk pembelian barang masih bisa menggunakan shopee pay latter dengan di cicil per bulan untuk pembayarannya



2



Yunia Berliana



Karena menggunakannya praktis dan bisa membantu dalam keadaan terdesak. Terutama ketika sedang membutuhkan barang yang sangat di butuhkan tetapi dalam keadaan tidak punya uang



3



Rhea Almira



Karena ketika lagi butuh barang terus minim uang, ataupun pembayarannya malas ke Alfamart, serta m banking tidak ada saldonya, cara tercepat menggunakan Shopee Paylatter



4



Diva Apresya



Untuk membeli barang-barang dengan harga yang mahal si pembayarannya bisa dalam jangka 6 bulan atau 3 bulan sesuai kemampuan kita.



5



Windi Widia Wati



Untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan



2. Dalam kondisi seperti apa yang membuat anda menggunakan Shopee Paylater? Tabel. 4.2 Kondisi menggunakan Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



1



Yosef Suherlan



Keterangan/jawaban Dalam kondisi sedang menginginkan barang ataupun pakaian yang dibutuhkan



2



Yunia Berliana



Ketika dalam kondisi mendesak dan ada keperluan yang ingin dibeli seperti baju



3



Rhea Almira



Dalam kondisi mendesak dan sesuai dengan



kebutuhan 4



Diva Apresya



Dalam keadaan kepepet membutuhkan barang yang dibutuhkan tetapi tidak mempunyai uang



5



Windi Widia Wati



Ketika kondisi mendesak saat tidak mempunyai uang dan ingin membeli sesuatu hal yang di inginkan



Kesimpulan dari jawaban kedua pertanyaan tersebut yang diperoleh bahwa mereka menggunakan Shopee Paylater karena tidak memiliki dana yang cukup namun sedang membutuhkan suatu barang, sehingga motif mereka dalam menggunakan Shopee Paylater yaitu sedang membutuhkan suatu barang namun tidak memiliki cukup dana. Hal ini selaras dengan penyataan yang diungkapkan oleh Walgito (2016:165) bahwa Indikator minat terdiri dari tiga indikator yang dimana Indikator inilah yang peneliti pakai dalam penelitian minat menggunakan, dari ketiga indikator tersebut yaitu: a) Ketertarikan pada obyek minat, yaitu calon konsumen atau konsumen memiliki perhatian yang selalu tertuju dan terpusat pada e-money. b) Perasaan senang, yaitu calon konsumen atau konsumen yang berminat untuk menggunakan



e-money



terlihat



memiliki



perasaan



senang



dalam



menggunakan e-money dalam bertransaki. c) Kecenderungan untuk menggunakan, yaitu sering tidaknya calon konsumen atau konsumen berkeinginan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi sehari-hari. Konsumen yang minat menggunakannya tinggi akan terlihat dari frekuensinya dalam menggunakan e-money yang tinggi.



Untuk kecenderungannya dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi yakni sebagai berikut. 1) Motif Fisiologis dan Psikogenik Motif fisiologis lebih kepada arah pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, seks dan rasa sakit. Sedangkan motif psikogenik lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikologis seperti prestasi, penerimaan sosial, status, kekuasaan dan lain-lain. 2) Motif Disadari dan Tidak Disadari Motif disadari adalah motif yang sepenuhnya disadari oleh konsumen sebaliknya motif tidak disadari adalah motif yang sepenuhnya tidak disadari oleh konsumen. 3) Motif Positif dan Motif Negatif Motif positif adalah motif yang menarik individu untuk lebih terfokus pada tujuan yang diharapkan sedangkan motif negatif adalah motif yang memberikan dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi yang tidak diinginkan. Sehingga keterkaitan jawaban narasumber terhadap penyataan yang diungkapkan oleh Walgito (2016:165) adanya kecenderungan untuk sering menggunakan Shopee Paylater ketika ingin membeli suatu barang yang dibutuhkan namun sedang tidak memiliki cukup dana. Selain itu adanya kecenderungan dalam menggunakan Shopee Paylater ini didukung dengan adanya salah satu klasisfikasi kecenderungan yaitu motif disadar dan tidak disadari, klasifikasi kecenderungan ini sering dialami oleh para konsumen atau mahasiswa yang secara sadar dan tidak sadar memiliki motif dalam menggunakan Shopee Paylater. 4.2 Pengalaman mahasiswa menggunakan Shopee Paylater Setiap orang pasti memiliki pengalaman ketika telah menggunakan sesuatu dengan cukup lama dan pengalaman tentu merupakan hal yang penting karena dengan



adanya pengalaman kita dapat menceritakan pengalaman kita dalam menggunakan sesuatu. Dalam mencari narasumber tentu kita mencari narasumber yang telah cukup lama dalam menggunakan Shopee Paylater. Berikut adalah laporan hasil wawancara dari kelima narasumber mengenai pengalaman mereka dalam menggunakan Shopee Paylater: 1. Apakah anda menggunakan Shopee Paylater? Tabel 4.3 Penggunaan Shopee Paylater NO



Nama/Narasumber



Keterangan YA



1



Yosef Suherlan







2



Yunia Berliana







3



Rhea Almira







4



Diva Apresya







5



Windi Widia Wati







TIDAK



2. Sejak dari kapan menggunakan Shopee Paylater? Tabel 4.4 Waktu penggunaan Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



Keterangan/jawaban



1



Yosef Suherlan



Dari tahun 2020



2



Yunia Berliana



Dari tahun 2020



3



Rhea Almira



Akhir Desember 2021



4



Diva Apresya



Dari tahun 2018



5



Windi Widia Wati



Dari 6 bulan yang lalu (Agustus 2021)



3. Seberapa sering anda menggunakan Shopee Paylater? Tabel 4.5 Daftar Seberapa sering menggunakan Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



1



Yosef Suherlan



Keterangan/jawaban Terbilang sering, sampai sekarang sering menggunakan Shopee Paylater



2



Yunia Berliana



Sejauh ini jarang menggunakan Shopee Paylater



3



Rhea Almira



Jarang menggunakan Shopee Paylater karena lebih sering ke alfamart, ataupun lewat m banking



4



Diva Apresya



Jarang menggunakan Shopee Paylater, hanya digunakan ketika sedang memerlukannya



5



Windi Widia Wati



Lumayan sering



4. Berapa nominal yang digunakan anda melalui Shopee Paylater? 



100.000 – 300.000







500.000 - 1.000.000







1.000.000 - 1.300.000 Tabel 4.6 Nominal yang digunakan



No



Nama/Narasumber



1



Yosef Suherlan



Keterangan/jawaban Nominal yang digunakan untuk membeli barang dari 100.000 sampai 1.000,000 rupiah



2



Yunia Berliana



Nominal yang digunakan di Shopee Paylater dari 100.000 sampai 500.000



3



Rhea Almira



Nominal yang dibutuhin dari kisaran 100.000 sampai 300.000, karena berat untuk



cicilannya 4



Diva Apresya



Transaksi yang dilakukan berada di kisaran 100.000 sampai 300.000



5



Windi Widia Wati



Kisaran nominal yang digunakan untuk membeli barang yaitu 100.000 sampai 1.000.000



5. Selama anda menggunakan Shopee Paylater untuk angsurannya itu sendiri jangka panjang atau jangka pendek? Tabel 4.7 Penjelasan angsuran Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



1



Yosef Suherlan



Keterangan/jawaban Selama ini angsuran yang di pilih adalah jangka pendek sekitar sebulanan, karena barang-barang yang dibeli pun bukan barang yang mempunyai harga sangat mahal, maka dari itu memilih angsurannya yang jangka pendek



2



Yunia Berliana



Sekitar sebulan, di sana ada 6 kali cicilan dan bisa dibayar satu kali



3



Rhea Almira



Kadang memilih angsuran jangka panjang dan jangka pendek pula, hal itu di sesuaikan barang kebutuhan yang di perlukan berdasarkan nominalnya



4



Diva Apresya



Tergantung dari barang yang dibeli, pernah paling lama mencoba yang 6 bulan dengan angsuran perbulan dengan nominal diatas 100.000 rupiah



5



Windi Widia Wati



Jangka pendek karena sesuai dengan kemampuan mahasiswa



Kesimpulan dari jawaban kelima pertanyaan tersebut, kelima narasumber ini merupakan pengguna Shopee Paylater dan mereka cukup lama telah menggunakan Shopee Paylater. Dalam penggunaan ShopeePay Later 3 dari 5 narasumber tidak sering menggunakan Shopee Paylater, dan 2 dari 5 narasumber dapat dibilang sering menggunakan Shopee Paylater. Untuk penggunaan Shopee Paylater mereka yang menggunakan Shopee Paylater dalam membeli sebuah barang atau keperluan pada kisaran harga barang Rp. 100.000 - Rp. 300.000 dan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000. Oleh karena itu, adanya Shopee Paylater ini konsumen dapat membeli kebutuhan mereka ketika sedang kekurangan dana, dan dalam memilih angsuran sesuai dengan harga barang yang mereka beli, jika barang yang mereka beli bukan merupakan barang mahal maka mereka akan memilih angsuran jangka pendek, sedangkan apabila barang yang mereka beli merupakan barang yang harganya mahal maka mereka akan memilih angsuran jangka panjang. Pengalaman Para narasumber didapat dari sebuah perilaku pasca pembelian yang diungkapkan oleh Kotler (2016:185) yang diantaranya yaitu: 1) Kepuasan pasca pembelian Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa. Sebaliknya, jika memenuhi harapan, konsumen akan puas dan jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah konsumen akan membeli kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain. Penjelasan kepuasan pembelian 2) Tindakan pasca pembelian



Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, maka ia mungkin tidak akan membeli kembali produk tersebut. 3) Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat konsumen kembali ke pasar untuk membelinya lagi. Ketiga hal ini yang membuat konsumen memiliki sebuah pengalaman dalam menggunakan Shopee Paylater sehingga pengalaman para konsumen dalam menggunakan Shopee Paylater dapat diceritakan kepada orang lain, baik itu kepuasan konsumen dalam menggunakan Shopee Paylater atau ketidakpuasan konsumen dalam menggunakan Shopee Paylater. Ketika konsumen merasa puas dalam menggunakan Shopee Paylater konsumen tersebut akan menceritakan pengalamannya menggunakan Shopee Paylater dan akan merekomendasikan fitur Shopee Paylater kepada orang lain. 4.3 Dampak Penggunaan Shopee Paylater terhadap mahasiswa Tentu adanya Shopee Paylater memiliki dampak, dampak tidak selalu mengarah ke arah negatif. Berikut adalah laporan hasil wawancara dari kelima narasumber yang memberikan penjelasan mengenai dampak penggunaan Shopee Paylater terhadap mahasiswa: 1. Apakah menggunakan Shopee Paylater memudahkan anda? Tabel 4.8 Daftar kemudahan penggunaan Shopee Paylater NO



Nama/Narasumber



Keterangan



YA 1



Yosef Suherlan







2



Yunia Berliana







3



Rhea Almira







4



Diva Apresya







5



Windi Widia Wati







TIDAK



2. Saat membeli barang menggunakan Shopee Paylater, apakah barang yang dibeli itu sesuai dengan kebutuhan anda atau hanya sekedar memenuhi keinginan? Tabel 4.9 Kesesuaian penggunaan Shopee Paylater No



Nama/Narasumber



1



Yosef Suherlan



Keterangan/jawaban Pada awalnya menggunakan Shopee Paylater karena ada kebutuhan tapi makin sini jadi ketagihan untuk membeli barang yang di inginkan.



2



Yunia Berliana



Sejauh ini menggunakan Shopee Paylater untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan



3



Rhea Almira



Tentu untuk menggunakan Shopee Paylater sesuai kebutuhan, kalau misalnya tidak ada kebutuhan yang di perlukan hanya ingin memenuhi keinginan akan kebilang rugi juga



4



Diva Apresya



Untuk saaat ini saya menggunakan Shopee Paylater ketika ada kebutuhan saja, karena apabila membeli semua yang di inginkan



takutnya malahan boros 5



Windi Widia Wati



Sejauh ini menggunakan Shopee Paylater untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan



3. Kelebihan dan kekurangan ketika menggunakan Shopee Paylater? Tabel 4.10 Kelebihan dan kekurangan Shopee Paylater NO



Nama/Narasumber



Keterangan Kelebihan



1



Yosef Suherlan



Bisa mempermudah untuk



Kekurangan Terbatasnya limit



membeli apapun dengan bayar cicilan 2



3



Yunia Berliana



Rhea Almira



Proses peminjamannya



Shopee Paylater



cepat, dan bisa dipakai



apabila sehari saja



ketika waktu yang lagi



tidak bayar akan



mendesak, dan tanggal



mendapatkan bunga



jatuh temponya bisa milih



yang terbilang besar



Lebih simpel karena



Ada bunganya dan



tinggal bayar dengan



cicilan yang harus



Shopee Paylater dan disana kita bayar ketika



4



Diva Apresya



sudah ada limitnya



telat bayar



Membantu kita apabila



ketika melihat



ingin membeli barang



teman-teman yang



ketika males untuk mengisi menggunakan Shopee Pay dan tidak ada



Shopee Paylater



uang cash. Untuk



pada boros, karena



pembayarannya tidak harus bisa membeli barang



sesuai dengan tanggalnya



apapun yang



tetapi masih bisa bayar



diinginkan, tetapi



pada minggu depannya



pas muncul tagihannya pada numpuk. Apabila pembayarannya melewati tanggal yang sudah di tentukan, maka dia kena biaya tambahan



5



Windi Widia Wati



Bisa mendapatkan barang



Menyebabkan lebih



dan bayarnya bisa nanti



boros, karena



karena bisa dicicil



mempermudah untuk membeli semua barang yang di inginkan tanpa melihat kemampuan keuangan



Dari ketiga pertanyaan tersebut dapat disimpulkan dampak positif dari penggunaan Shopee Paylater bagi mahasiswa yaitu dapat memudahkan mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan ketika sedang tidak memiliki cukup dana hanya dengan menggunakan Shopee Paylater, sedangkan dampak negatif dari penggunaan Shopee Paylater yaitu munculnya sifat konsumtif atau boros karena terlalu sering menggunakan Shopee Paylater akan muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin



membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan. Adanya dampak yang dirasakan konsumen mahasiswa setelah menggunakan Shopee Paylater tidak luput dari adanya kepuasan, Engel (2019: 26) memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi di mana suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif. Penilaian untuk kepuasan dan ketidakpuasan Engel membaginya ke dalam 3 (tiga) bentuk yang berbeda yaitu: 1) Diskonfirmasi positif: yaitu di mana kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari apa yang diharapkan 2) Diskonfirmasi sederhana: yaitu di mana kinerjanya sama dengan yang diharapkan 3) Diskonfirmasi negatif: yaitu kinerja yang didapatkan lebih buruk dari apa yang diharapkan. Dalam hal ini terdapat 2 bentuk yang sering dirasakan konsumen mahasiswa yaitu Diskonfirmasi Positif dan Diskonfirmasi Negatif, ketika konsumen mahasiswa merasakan Diskonfirmasi Positif maka kemungkinan munculnya dampak buruk lebih besar, karena hasil yang diperoleh dalam penggunaan Shopee Paylater lebih baik dari apa yang diharapkan. Contohnya seperti munculnya perilaku konsumtif dan muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan, namun tetap ada dampak positif yang dirasakan konsumen mahasiswa seperti dapat membantu konsumen mahasiswa ketika sedang membutuhkan suatu barang namun sedang tidak memiliki cukup dana, sedangkan ketika konsumen mahasiswa merasakan diskonfirmasi negatif maka mereka menghindar dari dampak negatif seperti munculnya perilaku konsumtif dan muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang



yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan, Sehingga terhindar dari keinginan pembelian yang besar. 4.4 Pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku Konsumen mahasiswa Dari data-data yang diperoleh berdasarkan tentang pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku konsumen mahasiswa. Kesimpulan disajikan berdasarkan jawaban asli dari setiap narasumber menurut bahasa, pandangan dan ungkapan mereka bahwa tindakan membeli mereka terhadap suatu barang didasari oleh kebutuhan mereka, namun biasanya hal itu akan berubah menjadi sebuah keinginan. Terlebih ketika mereka melihat suatu barang yang ingin dimiliki tetapi mereka tidak memiliki uang yang cukup saat itu juga, maka Shopee Paylater ini dapat menjadi jalan pintas dalam mendapatkan barang tersebut. Kemudian banyak mahasiswa yang menggunakan Shopee Paylater karena kemudahan dalam penggunaanya dan dapat dilakukan kapan saja. Dengan adanya Shopee Paylater dapat memicu tumbuhnya perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa, karena kemudahan dalam pembayaran dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, walaupun mereka tidak memiliki uang. Terlebih jika mereka melihat harga dari suatu barang yang mereka inginkan turun harga atau diskon, maka tanpa pikir panjang mereka akan langsung membeli agar tidak kehabisan stok dengan pembayaran melaui fitur Shopee Paylater. Penggunaan Shopee Paylater ini dapat menjadi bumerang bagi mereka apabila terus menerus dilakukan tanpa pertimbangan yang jelas. Karena seperti yang kita ketahui, banyak remaja yang belum mempunyai penghasilan atau pendapatan yang tetap. Jika para mahasiswa mempunyai pola hidup konsumtif, mereka akan mempunyai pikiran untuk menganggap sepele mengenai tagihan Shopee Paylater ini. Padahal tagihan tersebut bukanlah hal sepele dan akan memiliki dampak jika tidak dilunasi secara tepat waktu. Apabila mereka telat dalam membayar tagihan Shopee Paylater ini, maka mereka akan terlilit utang dan terjebak dalam kesulitan pembayaran tagihan karena



tidak memiliki penghasilan yang tetap. Hal ini juga akan berdampak kepada pencatatan nama di Lembaga Otoritas Keuangan Jasa (OJK) karena fitur Shopee Paylater ini langsung diawasi oleh OJK. Selain itu, akun Shopee pemilik akan ditangguhkan. Bahkan, jika sudah menunggak lama, pihak Shopee akan mendatangkan pihak yang terkait secara langsung. Munculnya perilaku konsumtif ini didukung dengan adanya peningkatan jumlah konsumsi sehingga dapat menimbulkan perilaku konsumtif terutama di lingkup mahasiswa yang secara tidak disadari para konsumen mahasiswa membeli suatu barang yang diinginkan namun kurang dibutuhkan. Selain meningkatnya jumlah konsumsi, terdapat beberapa dampak yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen mahasiswa, yaitu: 1) Mempermudah konsumsi Di dunia maya, pembeli bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online. Keuntungannya adalah pembeli bisa membandingkan harga dari berbagai toko berbeda dalam waktu singkat. Di tempat belanja konvensional, pembeli kadang merasa canggung ketika terlalu lama memilih-milih barang dan ditunggui oleh si penjaga toko. 2) Mempercepat konsumsi Misalnya pengiriman sangat cepat, artinya barang akan dikirim oleh pihak toko online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas daerah pengiriman barangnya. Dan juga bisa mempercepat kebutuhan yang di inginkan pada suatu situs e-commerce, pelanggan dapat melakukan pencarian produk melalui kolom pencarian yang pada umumnya terletak pada bagian atas situs. 3) Menurunkan biaya operasional



Hal ini pastinya menguntungkan para pembeli karena bisa menghemat biaya dan konsumen bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online. Dengan fitur pembayaran dengan cicilan juga memudahkan kosnumen untuk melakukan transaksi.



BAB V KESIMPULAN 5.1



Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab



sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Motif yang mempengaruhi mahasiswa menggunakan Shopee Paylater yaitu dapat memudahkan kegiatan bertranskasi dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam ruang lingkup pencapaian kebutuhan mahasiswa. Dalam penggunaan Shopee Paylater, mahasiswa memenuhi kebutuhannya secara mudah baik dalam transaksi serta pembayaran angsurannya. Sehingga ketika mahasiswa tidak memiliki dana yang cukup namun sedang membutuhkan suatu barang, menguatkan motif mahasiswa dalam penggunaan Shopee Paylater. 2) Pengalaman mahasiswa menggunakan Shopee Paylater yaitu mahasiswa jadi mengenal adanya situs perbelanjaan online dengan sistem pembayaran yang bisa ditunda sehingga memudahkan mahasiswa memenuhi keinginan dan kebutuhannya ketika tidak memiliki dana yang cukup. Namun dalam penggunaan Shopee Paylater, mahasiswa perlu memikirkan jangka panjang dalam kapasitas pembayaran. Sehingga meminimalisir risisko pengalaman tidak baik dalam penggunaan Shopee Paylater 3) Dampak penggunaan Shopee Paylater terhadap mahasiswa yaitu terdapat 2 dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari penggunaan Shopee Paylater terutama bagi mahasiswa yaitu dapat memudahkan mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan ketika sedang tidak memiliki cukup dana, Shopee Paylater menjadi alternative pemenuh kebutuhan. Sedangkan dampak



negatif dari penggunaan Shopee Paylater yaitu munculnya sifat konsumtif atau boros karena ketika terlalu sering menggunakan ShopeePay Later akan muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang walaupun barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan, sehingga dibutuhkan kebijaksaan dalam penggunaan Shopee Paylater. 4) Pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku konsumtif mahasiswa yaitu dapat memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhannya namun menimbulkan dampak lain yaitu ketergantungan dan kecanduan berbelanja karena Shopee telah memberikan metode pembayaran yang dapat memudahkan mahasiswa dalam memenuhi suatu kebutuhan mereka walaupun sedang kekurangan dana, dimana daya beli mahasiswa akan semakin tinggi karena melihat mudahnya bertransaksi saat pembayaran. Sehingga ketika sudah muncul perilaku konsumtif dalam berbelanja akan memunculkan rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan. 5.2



Saran Sehingga harapan kami setelah membuat penelitian ini yaitu para konsumen



khususnya mahasiswa lebih bijak dalam bertransaksi sehingga tidak menjadi candu dalam berbelanja. Selain itu akan muncul perilaku konsumtif pada mahasiswa, mereka akan menganggap remeh mengenai tagihan Shopee Paylater ini dan akan memiliki dampak negatif jika tagihan tersebut tidak dilunasi secara tepat waktu maka menimbulkam bunga yang lebih besar. Namun penelitian ini masih secara sampling yang tidak mewakilkan keseruluhan pengguna Shopee Paylater sehingga dibutuhkan penelitian lebih.



Dan harapan kami untuk Shopee yaitu diberlakukan limit transaksi kepada para mahasiswa dengan sesuai pendapatan yang mereka miliki, sehingga para mahasiswa dapat membatasi diri dalam bertransaksi.



LAMPIRAN