TUGAS 1 Tinjauan Sosial Budaya Perawatan Paliatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF “TINJAUAN BUDAYA DALAM PERAWATAN PALIATIF”



Kelas 5B Kelompok 3 Disusun oleh :



Della Mutiara Z



(201702059)



Lulut Oktavia



(201702079)



Diyah Ayu Retno



(201702061)



Muhammad Romadhon



(201702082)



Dwi Wahyuningrum



(201702062)



Nur Rochma Mulia Irsyadi



(201702087)



Iffah Wardah F



(201702070)



Reka Riesta Ardiyanti



(201702089)



Imey Priscillia A



(201702071)



Vidiana Putri Erviani



(201702098)



Julian Widyantoro



(201702073)



Wahyu Pratita Mirzadevi



(201702099)



Lina Malia P



(201702078)



Yerlina Putri Idayati



(201702101)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Pengertian Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008). Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.



BAB II PEMBAHASAN



Culture Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan menilai budaya dalam proses pengambilan keputusan dengan memperhariakn preferensi pasien atau keluarga, memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut pasien dan keluarga (De Roo et al., 2013). Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat. Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu : 1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya 2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya 3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Contoh lain, budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.



Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia. 1. Kajian Budaya Tentang Perawatan Paliatif Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan. 2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi. Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air. Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak



terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal. Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turuntemurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan



melalui



dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.



Menurut serat Centhini 3 Pupuh Kinanthi 190 pada 17 menyatakan (Kamajaya, 1986): Teka boya-a kapanduk, rasa kemba ewa geli, myang lalawanan kalawan, dyah kang (ng)ganda lengur ledis, uga nora kapandukan, ing rasa gegigu elik. Yang artinya seorang wanita yang memiliki bau badan yang tidak sedap maka lawan jenisnya akan menjahuinya. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang wanita dalam pergaulan dengan pria harus memelihara kesehatan termasuk bau badan, sehingga pasien dengan kanker serviks akan lebih sensitif, lebih cemas dan sebagai perawat harus tahu perasaan pasien. Pelayanan perawatan mendukung pasien dan keluarga melewati rentang krisis fisik, emosional, sosial, budaya dan spiritual, dengan tatalaksana didasarkan pada tujuan yang realistik dan dapat dicapai meliputi penyembuhan, memperpanjang hidup, menghambat pertumbuhan sel kanker atau menghilangkan gejala yang berhubungan pada proses penyakit kanker, dengan perawatan paliatif (Smeltzer, 2002).



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spirittual. Perilaku manusia terpola dalam kehidupan nilai budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan



atau



pemenuhan



pengetahuan,



kepercayaan,



bersangkutan.



Kebudayaan



kebutuhan



nilai,



dan



kesehatan



tertentu



norma



berdasarkan



kelompok



masyarakat



yang



membentuk,



mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku



kesehatan



harus



dilihat



dalam



hubungannya



dengan



kebudayaan, dan kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care. B. Saran Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien paliatif dalam tinjauan budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA



Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015) Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015) Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung. Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari 2015) Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas Jember (UNEJ), Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015) Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKMUI, Jakarta. https://www.scribd.com/document/389574345/TUGAS-1-Tinjauan-SosialBudaya-Perawatan-Paliatif-docx, diakses pada tanggal 30 September 2019