Tugas 11 Agung Ramadhan Latif (A062211033) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN “Psychology Theory in Management Accounting Research”



OLEH: AGUNG RAMADHAN LATIF



MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2021



I.



Introduction Psikologi adalah ilmu dari pikiran manusia (misalnya, sikap, kognisi, motivasi) dan



perilaku (tindakan, komunikasi). Meskipun teori ilmu sosial lainnya sering digunakan dalam penelitian akuntansi manajemen juga bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku, psikologi berbeda dari mereka dalam memfokuskan pada individu daripada organisasi dan sosial perilaku dan fenomena subjektif seperti representasi jiwa daripada fenomena obyektif seperti harga pasar dan kuantitas atau ukuran organisasi dan teknologi. Teori psikologi telah digunakan untuk mempelajari praktik akuntansi manajemen selama lebih dari 50 tahun, dimulai dengan Argyris (1952, 1953) yang mengandalkan konsep-konsep dari hubungan manusia dan dinamika kelompok untuk menyelidiki bagaimana konteks sosial dari anggaran (misalnya, hubungan atasan-bawahan, dinamika kelompok di antara bawahan) mempengaruhi pikiran dan perilaku karyawan, khususnya, motivasi dan hubungan interpersonal mereka. Pada 1970-an, penelitian akuntansi manajemen mulai menggunakan teori psikologi kognitif untuk mempelajari bagaimana dan seberapa baik individu secara subyektif memproses informasi akuntansi untuk membuat perencanaan dan pengendalian penilaian dan keputusan. Penelitian ini dimulai dengan Barefield (1972) pemeriksaan tentang bagaimana agregasi dan redundansi biaya varians mempengaruhi penilaian biaya-varians dan Mock et al. (1972) investigasi bagaimana tanggapan akuntansi berinteraksi dengan individu bergaya kognitif untuk mempengaruhi keputusan operasi. Sejak saat itu, banyak penelitian yang telah menggunakan teori psikologi untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi manajemen seperti penganggaran dan evaluasi kinerja dan konteks organisasi mereka mempengaruhi pikiran dan perilaku individu, khususnya, keputusan, penilaian, kepuasan, dan stres.



Ketika psikologi mencakup banyak bidang, penelitian akuntansi manajemen sangat bergantung pada teori dari tiga subbidang-kognitif, motivasi, dan psikologi sosial. psikologi kognitif adalah studi tentang proses psikologis yang mempengaruhi cara berpikir manusia, termasuk perhatian, pengetahuan, penilaian, keputusan, dan pembelajaran. Psikologi motivasi meneliti empat proses psikologis yang mempengaruhi perilaku-gairah, arah, intensitas, dan ketekunan usaha. Psikologi sosial membahas bagaimana orang lain mempengaruhi pikiran dan perilaku individu, dan termasuk memahami orang (Kognisi sosial, atribusi, kesan seseorang), sikap dan pengaruh sosial, dan interaksi sosial dan hubungan. Apa yang telah dipelajari dari penggunaan kognitif, motivasi, dan teori psikologi sosial tentang efek dari praktik akuntansi manajemen dapat diringkas di bawah judul motivasi dan efek informasi: 



Efek motivasi dari praktik akuntansi manajemen tidak hanya tergantung pada bagaimana praktik-praktik ini mempengaruhi hasil yang diukur secara objektif dan manfaatnya tetapi juga bagaimana mereka mempengaruhi representasi mental individu dari hasil dan manfaat melalui proses psikologis dan kondisi seperti penetapan tujuan, tingkat aspirasi, stres, dan keyakinan keadilan.







Efek informasi dari praktik akuntansi manajemen tidak hanya tergantung pada informasi yang diberikan oleh praktik ini tetapi juga bagaimana individu yang rasional menggunakan heuristik untuk mencari dan memproses informasi ini, bagaimana praktik akuntansi manajemen mempengaruhi pilihan dan penggunaan heuristik ini, dan bagaimana praktik akuntansi manajemen mempengaruhi cara individu membentuk dan menggunakan representasi mental dari organisasi dan lingkungan mereka.



II.



Overview



A.



Effects of Management Accounting Terdapat tiga strategi yang digunakan dalam penelitian berbasis psikologi untuk



menggolongkan pengaruh praktek akuntansi manajemen pada pikiran dan perilaku manusia, di antaranya:



1.



Different effcets research strategy, yaitu menggunakan teori psikologi untuk menjelaskan dan memprediksi perbedaan dalam proses dan kondisi mental serta perilaku karena perbedaan dalam praktek akuntansi manajerial.



2.



Better effects research strategy, yaitu menggunakan teori psikologi (dan mungkin teori non-psikologi) untuk menjelaskan dan memprediksi yang mana dari dua atau lebih praktek akuntansi manajerial menghasilkan proses dan kondisi mental yang lebih baik, dan/atau perilaku menurut kriteria yang dipilih.



3.



Optimal effects research strategy, yaitu menjelaskan dan memprediksi sejauh mana praktek akuntansi manajerial mendukung proses dan kondisi mental yang optimal dan perilaku. Optimal effects research biasanya mengacu pada teori non-psikologi, biasanya dari ekonomi, riset operasi, atau statistik, untuk mengidentifikasi apa yang optimal dan untuk memperkirakan kerugian dari penyimpangan dari strategi atau jumlah optimal.



B.



Causal-Model Form Hubungan yang diharapkan antara konstruk dalam teori, yang sering direpresentasikan



sebagai bentuk model kausal dengan konstruk, dioperasionalkan sebagai variabel. Sebagian besar model kausal yang digunakan dalam penelitian akuntansi manajerial adalah searah, yaitu jika mereka merepresentasikan sulitnya mencapai anggaran sebagaimana sulitnya mempengaruhi kinerja, mereka mengasumsikan bahwa kinerja tidak mempengaruhi sulitnya mecapai anggaran. Untuk ketiga jenis efek yang diidentifikasi di atas (different, better, dan optimal effects), peneliti dapat merepresentasikan hubungan kausal searah yang menghasilkan efek tersebut dalam tiga cara, yang menyiratkan tiga bentuk model kausal yang berbeda, di antaranya:



C.



1.



Model adiktif



2.



Model interaksi



3.



Model variabel intervensi



Cognitive, Motivation, and Social Psychology Theories Teori cognitive, motivation, and social psychology merupakan tiga subfield yang tidak



bersifat eksklusif satu sama lainnya. Teori yang secara konvensional dikategorikan dalam subfield yang berbeda sering memberikan asumsi yang sama, dan teori yang diberikan terkadang bisa digunakan pada lebih dari satu subfield. Tiga bagian berikutnya memperkenalkan teori-teori



psikologi dalam tiga subfield yang telah men-generate penelitian akuntansi manajemen yang penting. III.



Motivation Theory Bagian ini memberikan review dari tujuh teori-teori motivasi yang telah digunakan untuk



mendukung hampir semua penelitian berbasis teori psikologi tentang praktik akuntansi manajemen. Untuk sebagian besar, teori ini menangani aspek-aspek yang berbeda dari motivasi sehingga bertentangan secara tidak langsung atau bersaing satu sama lain. Ulasan ini dan teoriteori motivasi lainnya berada di Donovan (2001), Kanfer (1990), Latham dan Pinder (2005), Mitchell & Daniels (2003), Pinder (1998), dan Weiner (1989). Motivasi, terutama motivasi terkait dengan pekerjaan, biasanya dikonseptualisasikan dari beberapa proses psikologis yang mempengaruhi perilaku (Kanfer, 1990; Mitchell & Daniels, 2003; Pinder, 1998). Proses ini meliputi: 



Arousal - stimulasi atau inisiasi energi (Upaya) untuk bertindak, yang disebabkan oleh (tergantung pada teori) kebutuhan yang tidak terpenuhi dan dorongan (motivasi bawaan), imbalan dan reinforcement (motivasi eksternal), atau kognisi dan niat (misalnya, motivasi dari tujuan yang ditetapkan).



A.







Direction – dimana energy atau usaha itu diarahkan.







Intensity – jumlah usaha-usaha yang telah dilakukan per unit waktu.







Persistence – lamanya waktu yang dihabiskan selama usaha dilakukan.



Level of Aspiration Theory Teori ini mengasumsikan, pertama, bahwa seseorang termotivasi oleh keinginan untuk



mengalami perasaan sukses dan menghindari persaan gagal. Asumsi kedua adalah bahwa persepsi sukses dan gagal melibatkan tingkat pencapaian yang bersifat subjektif daripada objektif (Weiner, 1989: 169). Perasaan sukses dan gagal kemudian sangat dipengaruhi oleh apakah kinerja seseorang mencapai level of aspiration¬-nya. Level of aspiration¬ sendiri, dalam penelitian psikologi tahun 1940 dan 1950-an, dipengaruhi oleh (1) valence or attractiveness dan (2) kemungkinan untuk sukses atau gagal (disebut sebagai potensi dalam literatur terdahulu). Karena seseorang berjuang untuk mencapai



level of aspiration¬-nya, tujuan kinerja perusahaan mungkin akan tercapai jika mereka konsisten dengan level of aspiration¬ para pegawainya. B.



Goal-Setting Theory Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja



(kinerja). Konsep dasar teori ini adalah seseorang yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi kepadanya) akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat meningkatkan prestasi kerja (kinerja), yang diikuti dengan memiliki kemampuan dan keterampilan kerja. Dengan menggunakan pendekatan goal setting theory, kinerja pegawai yang baik dalam diidentikkan sebagai tujuannya. Sedangkan variabel partisipasi anggaran, psychological capital dan komitmen organisasi sebagai faktor penentunya. Semakin tinggi faktor penentu tersebut maka akan semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian tujuannya. C.



Cognitive Dissonance Theory Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas



mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1957. Teori ini meberikan penjelasan mengenai bagaimana keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. Dalam penelitian akuntansi manajemen, teori ini digunakan oleh Tiller (1983) untuk memprediksi dan menemukan bahwa di bawah participative budget, komitmen untuk mencapai budget goal dan kinerja lebih tinggi ketika seseorang memilih budget goal yang lebih sulit dibandingkan dengan ketika seseorang memilih budget goal yang lebih mudah. Dengan memilih



budget goal yang tinggi secara sukarela maka seseorang akan mengurangi cognitive dissonancenya dengan meningkatkan komitmennya untuk mencapai tujuan tersebut. D.



Organizational Justice Theory Organizational justice menunjukkan persepsi yang dimiliki para pekerja terhadap



perlakuan adil yang mereka terima dalam organisasi yang dibedakan ke dalam dua jenis keadilan, yaitu (1) distributif dan (2) prosedural. Distributive justice berhubungan dengan persepsi pada keadilan yang berasal dari hasil-hasil yang diterima oleh seseorang. Sedangkan procedural justice didefiniskan sebagai keadilan dalam prosedur pembuatan keputusan atau keadilan yang berhubungan dengan proses pencapaian hasil keputusan. Libby (1999) menggunakan teori ini dan membuktikan bahwa ketika bawahan memiliki keterlibatan (suara) dalam penetapan anggarannya sendiri tetapi penetapan anggaran akhir ditentukan oleh atasannya (dan ternyata tidak sesuai dengan apa yang bawahan minta), kinerja mereka akan menjadi tinggi ketika mereka menerima penjelasan mengapa permintaan mereka tidak dipenuhi. Lebih lanjut, Libby (2001) juga menemukan bukti bahwa kinerja menjadi lebih rendah ketika baik proses penganggaran maupun anggarannya itu sendiri diyakini tidak adil. E.



Expectancy Theory Teori ini menyatakan bahwa individu memilih tindakan yang diharapkan, effort level,



dan occupations yang memaksimalkan kesenangan yang mereka harapkan dan meinimalisir penderitaan yang mereka harapkan, konsisten dengan hedonisme. Brownell & McInnes (1986) menggunakan teori ini untuk membuktikan apakah motivasi memediasi antara participative budgenting dan performance. Mereke berpendapat bahwa participative budgeting meningkatkan dua komponen dari motivasi, yaitu expectancy (kemungkinan subjektif yang usaha akan hasilkan dalam mencapai anggaran) dan instrumentality (kemungkinan subjektif yang pencapaian anggaran akan hasilkan dalam penerimaan reward). F.



Attribution Theory Menurut Heider (1958), setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu



(pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan



masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan cara-cara tertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat demikian. Teori ini digunakan oleh Shileds et al. (1981) yang menghasilkan temuan bahwa ketika seseorang mengasumsikan peran atasan atau bawahan dan diminta untuk menjelaskan manufacturing performance yang dilaporkan, mereka menggunakan atribusi yang diidentifikasi oleh penelitian psikologi.



G.



Person-Environment Theory Person-environment theory secara khusus menyelidiki mengenai stress yang muncul pada



pekerjaan. Preposisi utama dari teori ini adalah bahwa tuntutan dari lingkungan pekerjaan kadang tidak sesuai dengan keinginan, tujuan, dan kemampuan karyawan. Teori ini dipakai oleh Shields et al. (2000) yang menemukan bahwa participative budgeting mempengaruhi kinerja dengan tiga cari. Pertama, participative budgeting meningkatkan perasaan terkendali (yang mereduksi stres dan kemudian meningkatkan kinerja). Kedua, participative budgeting mengurangi kerumitan dari budget goals (membuatnya tidak melebihi kemampuan kinerja seseorang sehingga bisa mengurangi stres dan meningkatkan kinerja). Ketiga, participative budgeting meningkatkan insentif berbasis anggaran (yang akan meningkatkan kapabilitas kinerja sehingga mengurangi stres dan meningkatkan kinerja).



IV.



Social Psychology Theories Psikologi sosial berkaitan dengan bagaimana pikiran dan perilaku individu dipengaruhi



oleh orang lain, termasuk pemahaman mereka tentang orang (kognisi sosial, atribusi, kesan orang), sikap dan pengaruh sosial, dan interaksi sosial dan hubungan (Taylor et al., 2003). Ulasan teori psikologi sosial meliputi Deutsch & Krauss (1965), Shaw & Costanzo (1982), dan Taylor et al. (2003). Peran teori adalah teori psikologi sosial yang pertama kali digunakan di penelitian akuntansi manajemen, dan sejak saat itu digunakan dalam penelitian akuntansi manajemen. Penelitian terbaru tentang akuntansi manajemen telah menggunakan tiga teori psikologi sosial lainnya, perbandingan teori teori-sosial, teori identitas sosial, dan teori



identifikasi kelompok. asumsi yang mendukung tiga teori ini diidentifikasi ketika masing-masing teori disajikan. A.



Role Theory Role theory mengasumsikan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh ekspektasi peran



dan norma yang diselenggarakan oleh yang lainnya mengenai bagaimana individu dalam peran tertentu diharapkan untuk berperilaku. Dua konsep utama dala teori peran yang berhubungan dengan penelitian akuntansi manajemen adalah role conflict (terjadi ketika individu dikonfrontasikan dengan inter atau intra role expectations dan tidak mungkin bagi mereka untuk memenuhi semua ekspektasi tersebut) dan role ambiguity (terjadi ketika individu mengalami ketidakpastian tentang perilaku apa yang diharapkan dari mereka). DeCoster & Fertakis (1968) menggunakan teori ini untuk menguji bagaimana budgetng dan interkasi supervisor dengan superior¬-nya mempengaruhi tekanan supervisor yang disebabkan oleh anggaran. Lebih lanjut, Hopwood juga memakai teori ini dan meghasilkan temuan bahwa stres manajer bawahan yang disebabkan oleh pekerjaan mencapai titik tertinggi ketika superior manager menggunakan informasi anggaran akuntansi dengan jenis rigid short-run cost-minimization untuk mengevaluasi kinerja dan mencapai titik terendah ketika informasi akuntansi digunakan pada jenis flexible long-run profit-maximizing. B.



Social Comparison Theory Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memiliki kebutuhan untuk self-evaluation,



self-enhancement, dan self-improvements yang akurat atas kemampuan, opini, kinerja, emosi, dan pencapaian. Untuk melakukan itu semua seseorang seringnya memilih untuk membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain yang memiliki situasi atau pekerjaan yang sama. Fredrick (1992) menggunakan teori ini dan membuktika bahwa seseorang memiliki effort levels lebih tinggi dengan evaluasi kinerja relatif dibandingkan dengan profit sharing. C.



Social Identity Theory Social identity theory yang diperkenalkan oleh Tajfel (1982) mengasumsikan bahwa



seseorang akan mengkategorikan dunia sosialnya ke dalam in-groups (misalnya sebuah individual work team) dan out-groups (misalnya work dalam organissi lainnya). Teori ini juga menyebutkan bahwa seseorang selalu berusaha untuk sama dengan kelompoknya dan selalu



berusaha untuk berbeda dengan kelompok yang lain. Teori ini digunakan oleh Towry (2003) untuk menguji keefektifan dari dua sistem mutual monitoring dan incentives dalam lingkungan teamwork. Menurutnya, identitas tim yang kuat pada sistem vertikal akan menyebabkan efforts yang lebih rendah. Sebaliknya, identitas tim yang kuat pada sistem horizontal menciptakan efforts yang kuat karena sebagai anggota tim akan kooperatif dalam meningkatkan output tim yang menyediakan dasar atas reward mereka.



V.



COGNITIVE PSYCHOLOGY THEORIES Cognition terdiri atas dua proses, yaitu proses mental dan kondisi mental. Proses mental



meliputi (1) attention, (2) memory, (3) thinking, dan (4) learning. Sedangkan kondisi mental meliputi (1) attitudes, (2) beliefs, (3) knowledge, dan (4) preferences. Sebagian besar teori cognitive psychology mengasumsikan cogniton sebagai boundedly rational daripada perfectly rational dan optimizing. Lebih lanjut, kebanyakan penelitian cognitive psychology menguji bagaimana dan seberapa baik seseorang membuat judgements dan keputusan. Dalam bagian ini, kita membagi dua perspektif teori dalam penelitian manajemen akuntansi atas judgement dan pengambilan keputusan yang akan dibahas lebih lanjut berikut ini. A.



Behavioral Decision Theory 1.



Probabilistic Judgement Probabilistic judgement memberikan perhatian pada bagaimana dan seberap baik



seseorang secara subjektif men-judge kemungkinan dan menggabungkannya dengan utilities atau value untuk membentuk judgements. Fokus penting pada penelitian probabilistic judgement adalah apakah revisi individu atas kemungkinan subjektif konsisten dengan revisi yang tersirat oleh model statistik resmi, probability axioms, atau logis. 2.



Heurostic and Biases



Kahneman dan Tversky (1973) meyatakan bahwa dalam membuat prediksi dan keputusan dalam situasi ketidak pastian orang cenderung tidak mengikuti perubahan secara kalkulus atau teori prediksi dari statistik. Mereka bergantung pada sejumlah informasi yang terbatas dan keputusan dilakukan secara cepat atau disebut heuristic, sehingga seringkali memicu kesalahan secara sistematis. Penyimpangan cara berpikir dan pengambilan keputusan dari probilitas ilmu statistik diberi nama dengan “heuristic dan bias” atau dianggap sebagai cara yang tidak rasional. Pengertian tidak rasional diberikan karena berangkat dari penolakan terhadap pemilihan rasional, sehingga heuristic dan bias seringkali disebut sebagai cara yang “tidak rasional”.



3.



Propspect Theory and Framing Teori prospek sebenarnya sangat sederhana. Dimulai dengan penelitian



Kahneman dan Tversky terhadap prilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan pilihan yang sama namun diformulasikan secara berbeda, dan mereka menunjukkan dua prilaku yang berbeda. Ini oleh Kahneman dan Tversky disebut sebagai risk-aversion dan risk-seeking behavior. Contoh yang mereka kemukakan adalah seperti ini : orang akan mau menelusuri hampir seluruh toko yang ada pada sebuah kota agar memperoleh $5 lebih murah untuk sebuah kalkulator seharga $15, tetapi mereka tidak akan melakukannya agar memperoleh $5 lebih murah untuk jaket seharga $125. Di dalam teori prospek, disebutkan bahwa frame yang diadopsi seseorang dapat mempengaruhi keputusannya, dan dalam kondisi ketidakpastian orang akan memilih pilihan yang menghasilkan expected utility terbesar. Frame yang diadopsi sangat ditentukan oleh (1) formulasi masalah yang dihadapi, (2) norma dan kebiasaan, serta (3) karakteristik para pengambil keputusan. 4.



Search Heuristic Heuristic search adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti



menemukan/menyingkap. Heuristic merupakan suatu perbuatan yang membantu kita menemukan jalan dalam pohon pelacakan yang menuntut kita kepada suatu solusi



masalah. Heuristic dapat diartikan juga sebagai suatu kaidah yang merupakan metoda/prosedur yang didasarkan kepada pengalaman dan praktek, syarat, trik atau bantuan lainnya yang membantu mempersempit dan memfokuskan proses pelacakan kepada suatu tujuan tertentu. 5.



Probabilistic Functionalism Pada praktiknya pemahaman tentang fungsionalisme struktural memiliki



pengaruh



yang signifikan pada perkembangan



psikologi



sosial. Dalam



perkembanganya, teori fungsionalisme struktural miliknya Marx Weber diadopsi dan direkontruksi oleh Talcolt Parson. Parson menggunakan teori ini untuk menjelaskan fenomena sosial. Teori ini beranggapan bahwa, peradaban manusia tak ubahnya seperti organisme manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lainya. Masyarakat menurut Talcolt Parson juga memiliki kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lainya. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan perubahan. B.



Judgement and Decision Performance 1.



Mental Models Setiap orang memiliki asumsi yang berakar, strategi, dan jalan tersendiri dalam



melihat dan mengarahkan ide menjadi sesuatu yang ingin dilakukan. Hal ini dikenal dengan sebutan mental models dalam system thinking. Kenapa dinamakan mental models? Dinamakan ‘Mental’ karena hal tersebut berada dalam pemikiran dan mengarahkan aksi kita, sedangkan ‘models’ adalah karena kita membangun mereka berdasar pengalaman kita. Mental models merupakan ide besar kita yang menajamkan pemikiran dan tindakan kita serta mengarahkan kita pada hasil yang diharapkan. Mental models merupakan teori yang kita gunakan, berdasar pada observasi dan pengalaman dengan taburan kebijaksanaan dan sejumput harapan. Mental models merupakan peta yang kita gunakan dalam mengeksplorasi masa depan, ditarik dari pengalaman keberhasilan pada masa lalu. 2.



Outcome Effects



Baik penelitian psikologi dan textbooks akuntansi manajemen telah mengingatkan tendensi seseorang untuk melbihkan outcome keputusan dalam mengevakuasi pengambil keputusan dan mengabaikan kemungkinan bawa outcomes yang buruk dapat dihasilkan dari keputusan yang baik. Dengan menggunakan pendekatan ini Frederickson (1999) membuktikan bahwa evaluasi evaluator dipengaruhi oleh interaksi antara dasar yang evaluator sendiri telah dinilai di masa lalu dan frekuensi yang dengannya mereka telah dievaluasi. VI.



Conclusion Pada bagian akhir ini kami merangkum apa yang telah dipelajari tentang praktik



akuntansi manajemen dari penelitian berdasarkan kognitif, motivasi, dan teori psikologi sosial. Meskipun teori psikologi tertentu yang digunakan dalam penelitian akuntansi manajemen telah banyak dan beragam, sejumlah tema umum muncul. ini bisa dikelompokkan di bawah judul motivasi dan efek informasi praktik akuntansi manajemen. A.



Motivational Effects Praktik akuntansi manajemen (misalnya, anggaran berbasis evaluasi) dapat menghasilkan



tingkat motivasi yang lebih rendah dengan mendukung pertentangan atau representasi ambigu dari tanggung jawab individu yang menginduksi stres, ketidakpuasan, atau kehilangan harga diri, rasa kontrol, dan kepercayaan interpersonal (Hopwood, 1972; Shields et al., 2000). B.



Informational Effects 



Praktik akuntansi manajemen dapat mempengaruhi alokasi perhatian dengan membuat beberapa item informasi lebih menonjol daripada yang lain dan dengan demikian lebih mungkin untuk diperoleh dan diproses sepenuhnya.







Praktik akuntansi manajemen dapat mempengaruhi bagaimana informasi secara mental diwakili dan terkait dengan informasi lain dalam memori; dan representasi mental individu dan hubungan pada saatnya mempengaruhi akuisisi dan penggunaan informasi tambahan mereka.







Praktik akuntansi manajemen dapat mempengaruhi pencarian informasi heuristik individu dan penggunaan bahwa pemilihan dan penataan manajemen- informasi



akuntansi konsisten dengan efektifitas penggunaan heuristik untuk pencarian informasi dan kegunaannya.



C.



Future Research



Penelitian akuntansi manajemen bisa mendapatkan keuntungan dari pertimbangan yang lebih hati-hati dari pertanyaan seperti berikut: 



Kapan praktik akuntansi manajemen dan penyebab dan / atau efek akan dijelaskan lebih baik oleh teori psikologi saja atau oleh teori psikologi dengan teori dari perspektif teori lain seperti ekonomi atau sosiologi (Covaleski et al, 2006;. Luft dan Shields, 2006)?







Kapan praktik akuntansi manajemen dan penyebab dan / atau efek dijelaskan lebih baik oleh teori kognitif, motivasi, atau psikologi sosial atau beberapa kombinasi dari mereka?







Dimana diantara banyak sumber motivasi (Misalnya, tujuan, ekuitas, pengurangan disonansi, tingkat aspirasi) atau pemrosesan informasi karakteristik (Mis, anchoring dan penyesuaian, atribusi bias, pemanfaatan isyarat, keterwakilan) adalah yang paling relevan dengan praktik akuntansi manajemen tertentu?