Tugas 3 JOBSHEET PEMIJAHAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM/JOB SHEET “PEMIJAHAN IKAN SECARA BUATAN”



AGRIBISNIS PERIKANAN SMK NEGERI 9 MAKASSAR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN 2020



MODUL PRAKTIKUM/JOB SHEET Sekolah : SMK Negeri 9 Makassar Program Keahlian : Kemaritiman Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Mata Pelajaran : Teknik Pengembangbiakan Komoditas Perikanan Kelas/Semester : X/ Semester 2 Alokasi Waktu : 7 JP (@40 menit) Kelompok : 4 Kelompok Kelompok



: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



A. Kompetensi Dasar 1. Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional. 2. Keterampilan Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah



abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. B. Kompetensi Dasar KD pada KI keterampilan 4.5 Melakukan pemijahan (alami, semi buatan, buatan) komoditas perikanan 4.6 Melakukan penetasan telur komoditas perikanan C. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator KD pada KI keterampilan 1. Melakukan pemijahan buatan dengan penyuntikan hormon ovaprim komoditas perikanan 2. Melakukan perhitungan fekunditas telur 3. Melakukan perhitungan Hatching rate (HR) D. Topik Praktikum Melakukan Pemijahan Buatan E. Tujuan Praktikum 1. Melalui lembar kerja siswa, siswa mampu melakukan pemijahan buatan dengan penyuntikan hormon ovaprim komoditas perikanan secara mandiri 2. Melalui lembar kerja siswa, siswa mampu melakukan perhitungan fekunditas telur komoditas perikanan secara mandiri 3. Melalui lembar kerja siswa, siswa mampu melakukan perhitungan Hatching rate (HR) komoditas perikanan secara mandiri



F. Deskripsi Teori Pemijahan induk ikan secara buatan merupakan pemijahan ikan dimana proses pemijahan dan pembuahan mendapat bantuan dari manusia. Proses pemijahan dilakukan dengan menyuntik induk ikan menggunakan hormon. Sedangkan proses pembuahan dilakukan dengan mengaduk sperma dan telur dalam wadah. Pemijahan ikan secara buatan lebih terkontrol khususnya pada saat ovulasi dan pembuahan telur oleh sperma. Pemijahan dan pembenihan ikan secara buatan dapat dilakukan dengan penyuntikan hormon sintetis seperti ovaprim, provestin, HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Manantung et al. (2013) menyatakan penyuntikan hormon ovaprim terhadap ikan memberikan pengaruh nyata dalam mempercepat waktu latensi pemijahan. Penyuntikan hormon sintetis memang mampu mempercepat pemijahan pada ikan namun terkendala pada harganya yang mahal sehingga tidak ekonomis di kalangan peternak ikan (Andalusia et al., 2008). Untuk itu perlu dilakukan usaha lain dalam memijahkan ikan secara buatan. Alternatif lain yang bias dilakukan yaitu dengan teknik hipofisasi. . Terdapat tiga cara atau tiga tempat penyuntikan ikan yaitu pada otot kepala, otot perut dan otot punggung. Jika disuntik pada Otot kepala dimana otot kepala dekat dengan otak, otak akan cepat memberikan sinyal dan perintah kepada organ target, jika pada otot perut, otot perut dekat dengan gonad. Pada otot kepala dan otot perut reaksi hormon sangat cepat tetapi resikonya sangat tinggi. Penyuntikan pada otot punggung lebih sering dilakukan hal ini karena di tempat tersebut aman dari organ lain dan reaksi hormon relatif lebih lamban.



G. Alat dan Bahan Lengkapilah fungsi alat dan bahan pada praktikum pemijahan buatan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Pemijahan Buatan No.



Alat



1.



Akuarium



2.



Bak fiber



3.



Aerator



4.



Timbangan



5.



Baskom



6.



Telenan



7.



Lab kasar



8.



Lab halus/tissue



9.



Pisau



10.



Gunting/ Tang kecil



11.



Pinset/ Katenbath



12.



Cawan petri



13.



Alat penggerus



14.



Spoit/ suntik



15.



Tabung reaksi



16.



Sentrifugase



17.



Mangkok



18.



Bulu ayam



No. 1.



Bahan Ikan donor



3.



Ikan resipien - Induk ikan jantan - Induk ikan betina Larutan NaCl 0,9%



4.



Aquades



5.



Air tawar



2.



Fungsi



Fungsi



H. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Siswa diharapkan tenang dalam melakukan pengamatan dengan rasa tanggung jawab dan kemandirian. 2. Gunakan pakaian praktek saat melakukan kegiatan di lapangan atau pakaian lab jika kegiatan dilakukan dalam laboratorium. 3. Bacalah prosedur kerja dengan teliti pada setiap perlakuan. 4. Berhati-hatilah selama menggunakan peralatan kerja. I. Gambar Kerja Pemijahan Ikan Lele (Clarias gariepinus) secara buatan dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: Persiapan Alat dan Bahan Persiapan Wadah dan Media Pemaliharaan



Seleksi Induk Pemberokan Penentuan Dosis Hormon Penyuntikan Hormon Inkubasi



Stripping



Pengambilan kantong sperma dan pengenceran sperma Fertilisasi Penebaran Telur



J. Langkah Kerja 1. Persiapan Alat dan Bahan Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan fungsi masingmasing perlakuan. 2. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan Kolam pemeliharaan induk ikan lele adalah kolam semen atau bak fiber. Kolam tersebut berukuran 6m x 2m x 1,5 m dan berjumlah 2 buah. Sebelum digunakan wadah pemeliharaan sebaikknya dibersihkan terlebih dahulu agar terhindar dari sumber penyakit. Pembersihan dilakukan dengan menyikat dasar dan dinding-dinding kolam hingga lumut terkelupasdan dasar dinding bersih, lalu kolam dibilas dan dikeringkan selama 1-2 hari. Setelah itu kolam diisi dengan air bersih setinggi 1,2 meter. Setelah persiapan wadah selesai, selanjutnya adalah menyiapkan media pemeliharaan. Media pemeliharaan induk harus memenuhi kriteria parameter kualitas air, yaitu suhu 25-30 oC; DO 5-7 ppm; pH 6-7; kecerahan 15-30 cm. Pada pemijahan ini menggunakan bak fiber sebagai wadah penebaran telur dan dapat pula menggunakan akuarium yang berukuran 150 cm x 50 cm. 3. Seleksi Induk Benih lele yang berkualitas baik memerlukan kualitas induk yang baik pula. Calon induk yang digunakan memiliki ukuran panjang tubuh total berkisar antara 46-69 cm. Ciri-ciri induk lele betina yang matang gonad adalah pergerakan induk lambat, secara visual dapat dilihat bagian perut membesar, apabila perut tersebut diraba terasa lembek, lubang kelamin berwarna kemerahan, genital papila berbentuk bundar (oval), warna tubuh kusam atau gelap, dan jika bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar. Ciri-ciri induk ikan lele jantan yang telah siap untuk dipijahkan adalah alat kelamin tampak jelas dan lebih runcing, warna tubuh agak kemerah-merahan, tubuh ramping dan gerakannya lincah (Ariayati, dkk., 2015). 4. Pemberokan Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran-kotoran yang ada dalam perut ikan. Selain itu pemberokan juga bertujuan untuk mengurangi kandungan lemak dalam gonad karena kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat proses stripping. Pemberokan dilakukan selama 8-12 jam sebelum induk disuntik hormon. Induk yang gemuk akibat pakan perutnya akan kempes setelah proses pemberokan. Sedangkan induk



yang matang gonad, perutnya akan tetap gemuk dan lembek. Wadah pemberokan adalah bak fiber berbentuk bulat dengan diameter 1,5 m dengan tinggi 80 cm yang telah dilengkapi aerasi agar ikan tidak kekurangan oksigen. 5. Penentuan Dosis Hormon Hormon yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan secara buatan dikenal dengan nama ovaprim. Ovaprim sebenarnya adalah merek dagang dari hormon analog yang mengandung 20 µ g analog gonadotropin releasing hormon (GnRH) LHRH dan 10 µg domperidone permililiter. Ovaprim biasanya dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa dan hormon mamalia. Kegunaan ovaprim adalah mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal, merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan, memaksimalkan potensi reproduksi dan mempersingkat periode pemijahan. a. Penentuan Dosis Ovaprim Dosis penyuntikan pada ikan lele adalah 0,2 ml/kg berat induk ikan. Ovaprim tersebut harus diencerkan menggunakan campuran cairan NaCl 0,9 % dengan dosis campuran 0,5 ml/ekor.  Dosis ovaprim



: dosis ovaprim (0,2 ml) x berat total induk



 Dosis campuran : dosis campuran (0,5 ml) x jumlah total induk  Dosis NaCl



: dosis campuran – dosis ovaprim



Contoh:  Misalnya berat induk betina 2,3 kg, maka 2,3 x 0,2 ml/kg = 0,46 ml  Dosis campuran yang dibutuhkan adalah 0,5 ml x 1 induk = 0,5 ml Maka dosis NaCl yang dibutuhkan 0,5 ml – 0,46 ml = 0,04 ml



6. Penyuntikan Penyuntikan adalah kegiatan memasukkan hormon ke dalam tubuh induk. Penyuntikan dilakukan melalui beberapa cara yaitu intra muscular, intra peritonial, dan intra cranial. Cara yang paling aman dilakukan adalah intra muscular, karena hampir tidak ada organ tubuh yang dilukai. Penyuntikan secara intra muscular biasanya dilakukan di bagian punggung dekat sirip dorsal bagian kanan atau kiri. Sudut penyuntikan kira-kira 3-45 derajat, dan jarum masuk setengah atau dua pertiga ke tubuh atau tulang. Penyuntikan dilakukan secara perlahan sambil mengurut-urut bagian yang disuntik agar hormon dapat masuk ke aliran darah. 







Alat - spoit/suntik



- Timbangan



- Kain kasar



- Seser



Bahan: - Ovaprim



-



- Induk Betina 



Langkah-langkah dalam kegiatan stripping, yaitu: a. Induk betina yang sudah matang gonad kemudian diambil pada wadah dengan menggunakan seser b. Induk ditimbang guna mengetahui berat induk Kepala induk ditutupi dengan menggunakan lap kasar yang bertujuan agar induk tidak stres c. Kemudian larutan ovaprim yang telah diencerkan (larutan campuran) diambil dengan menggunakan jarum suntik sebanyak 0,5 ml dan untuk hipofisa yang telah dihomogenkan sebanyak 2-4 ml. d. Selanjutnya larutan campuran disuntikkan. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung atau intra muscular yaitu 2 cm dari tengkorak kepala dan 0,5 cm dari sirip punggung dengan kedalaman jarum suntik dua pertiga dari jarum suntik pada kemiringan 45 derajat dengan arah depan. e. Penyuntikan dilakukan secara berhati-hati agar larutan ovaprim tidak keluar.



Gambar 3. Penyuntikan Ovaprim pada Induk Ikan Lele 7. Inkubasi Inkubasi adalah proses perawatan induk dalam kolam untuk mereaksikan hormon dalam tubuh ikan lele, dengan masa inkubasi dapat berlangsung selama 10-12 jam. Sebaiknya selama masa inkubasi induk jantan dan betina dipisahkan. Dalam proses inkubasi akan lebih baik jika suhu dapat diatur dengan menggunakan heater. Suhu sangat mempengaruhi kecepatan proses inkubasi, suhu 28-31 oC dapat mempercepat kerja perangsangan pematangan gonad. 8. Pengambilan Kantong Sperma Umumnya induk jantang tidak dapat distripping karena kantung sperma berbentuk spiral, sehingga pengambilan sperma perlu dilakukan pembelahan. Untuk mempermudah pekerjaan, induk lele sebaikknya dimatikan terlebih dahulu. 







Alat: - Seser



- Gunting



- Pisau



- Kain basah/ Sarung tangan



- Mangkuk



Bahan: - Tissue



- Larutan NaCl 0,9%



- Induk Jantan 



Langkah-langkah dalam kegiatan pengambilan kantong sperma induk ikan jantan, yaitu: a. Sediakan alat dan bahan yang digunakan b. Induk jantan diambil dengan menggunakan seser c. Potong secara vertikal tepat dibelakang tutup insang



d. Keluarkan darahnya dan gunting perutnya mulai dari anus hingga belakang insang. e. Buang organ lain di dalam perut f.



Ambil kantung sperma



g. Bersihkan kantung sperma dengan menggunakan tissue hingga kering h. Hancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang paling banyak i.



Peras spermanya agar keluar dan ditampung pada mangkuk kemudian campurkan dengan NaCl 0,9%



9. Stripping Stripping adalah proses dikeluarkannya telur atau sperma ikan dengan bantuan manusia bukan secara alamiah. Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu: 



Alat: - Mangkuk - Kain kasar/ Sarung tangan







Bahan: Induk betina







Langkah-langkah dalam kegiatan stripping, yaitu: a. Induk betina yang telah disuntik selama kurang lebih 10-12 jam, diambil dari wadah b. Ditimbang induk betina c. Kepala induk ditutup dengan menggunakan lap kasar agar induk tidak stres d. Posisi kepala induk betina dihimpit dengan lengan dan perut, tangan kanan memegang ekor, sedangkan tangan kiri mengurut perut induk betina e. Perut induk betina diurut secara perlahan ke arah lubang genital f.



Kemudian telur yang keluar ditampung pada mangkuk



g. Perut ikan distripping sampai mengeluarkan darah, apabila ikan sudah mengeluarkan darah berarti ikan sudah tidak bisa distripping lagi h. Setelah itu, induk yang telah distripping ditimbang kembali. Tujuannya untuk mengetahui banyakknya telur yang dikeluarkan oleh induk. 10. Fertilisasi  Alat 1. Mangkuk 2. Bulu ayam



 Bahan 1. Sperma induk jantan 2. Telur induk betina  Langkah kerja pada kegiatan fertilisasi, yaitu: Pembuahan atau fertilisasi adalah bersatunya telur dan sperma membentuk zigot. Pembuahan dilakukan dengan cara telur yang ada di mangkuk dicampur dengan sperma yang telah disiapkan, kemudian ditambahkan NaCl 0,9% secukupnya. Setelah itu, diaduk dengan menggunakan bulu ayam secara berlahan, agar telur tercampur dan dapat dibuahi. 11. Penebaran Telur Sebelum ikan dimasukkan dalam wadah penetasan sebaiknya dilakukan aklimatisasi suhu. Telur yang telah terbuahi di dalam mangkok segera ditebar ke dalam wadah penetasan dapat berupa aquarium, bak plastik maupun bak yang terbuat dari semen yang dilengkapi dengan aerator. Untuk pencegahan penyakit dapat menambahkan zat anti jamur seperti methylen blue, ke dalam media penetasan. 12. Fekunditas Telur Induk Fekunditas adalah banyaknya telur ikan yang dihasilkan oleh satu induk. Perhitungan fekunditas dilakukan dengan cara: a. Menimbang berat induk ikan sebelum stripping b. Menghitung jumlah telur dalam 1 gr berat telur c. Menimbang kembali induk ikan yang telah distripping, untuk mendapatkan berat telur keseluruhan d. Mengalikan jumlah telur keseluruhan dengan berat induk awal sebelum distriping e. Rumus : F = (Wg/ Ws) x N Dimana: N = Jumlah telur sampel Wg = Berat gonad total yang ditimbang (g) Ws = Berat telur sub sampel (g) 13. Daya Tetas Hatching Rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Penetasan telur dapat disebabkan oleh faktor gerakan telur, perubahan suhu, intensitas cahaya, dan kadar oksigen terlarut. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor kuantitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif.



Untuk mendapatkan nilai HR sebelumnya dilakukan sampling larfa untuk mendapatkan jumlah total larfa yang berhasil menetas. Nilai satuan Hatching rate dinyatakan dalam persen (%).



Hatching rate (HR) % =



x 100 %



K. Data Pengamatan Lengkapilah data pengamatan selama praktikum pemijahan buatan pada tabel 2 berikut! Tabel 2. Data selama Pengamatan Pemijahan Buatan Indikator Pengamatan Berat induk jantan



:



Ciri-ciri induk jantan



Berat induk betina



:



Ciri-ciri induk betina :



Dosis ovaprim



:



Data Pengamatan



Fekunditas



:



Waktu Penyuntikan Induk Betina Waktu Stripping Induk Betina



Waktu Pengambilan Kantung Sperma Pengamatan Fertilisasi Waktu Fertilisasi Hantching Rate



:



L. Analisis Hasil Praktikum



M. Pembahasan



N. Kesimpulan & Saran



O. Daftar Pustaka Andalusia, R., A.S. Mubarak dan Y. Dhamayanti. 2008. Respon Pemberian Ekstrak Hipofisa Ayam Broiler terhadap Waktu Latensi, Keberhasilan Pembuahan Dan Penetasan Pada Pemijahan Ikan Komet(Carassius Auratus). Berkala Ilmiah Perikanan Vol 3. No.1 : 21-27 Ariyati, R.W; D. Chilmawati; Sarjito. 2015. IbM Kelompok Pembenihan Lele di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Jurnal INFO Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Edisi XVII, Nomor 1, Pebruari 2015. Manantung, V.O., H. Sinjal dan R. Moninjung. 2013. Evaluasi kualitas, kuantitas telur dan larva ikan patin siam (Pangasianodon hiphothakmus) dengan penambahan ovaprim dosis berbeda. Budidaya Perairan. Vol.1 No.3 : 14-23 Najmiyati, E., E. Isyatuti dan Y.E. Hedianto. 2006. Biopotensi Kelenjar Hipofisis Ikan Patin (Pangius pangius) setelah Penyimpanan Kering Selama 0, 1, 2, 3 dan 4 bulan. J. Tek. Ling. Vol 3. No.1 : 311-316. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Teknik Pembenihan Ikan 3. BSE. Jakarta. Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. 2015. Modul Memijahkan Induk Ikan Hias secara Buatan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. P. Lampiran Dokumentasi Praktikum (Terlampir)