Tugas Akhir Morfologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN AFIKS DAN AFIKSASI



Adapun pengertian afiks dan afiksasi menurut sumber dan para ahli 1. Kridalaksana, 1993 Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya 2. Richards, 1992 Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata. 3. A.Chaer (106: ) Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba,berkategori nomina maupun berkategori adjektiva. 4. Kamus Besar Bahasa Indonesia Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada kata dasar



Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bawa afiksasi adalah penggabungan antara morfem-morfem untuk membent kata baru dan menghasilkan makna gramatikal yang baru yaitu dengan menempelkan atau mwnambahkan unsur selainnya. Selain itu Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar , (2) afiks dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.Proses ini dapat bersifat inflektif dan derivatif Namun proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa .Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini. Bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk terkecil yang dapat disegmentasikan ,misalnya meja,beli makan dan sikat dalam bahasa Indonesia, dan go, write, sing dan like dalam bahasa inggris. Dapat juga berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata keterangan, berlaku pada kata memberlakukan, dan aturan pada kata beraturan.Dapat juga frase, seperti ikut serta pada keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di Jakarta



Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang didalam satu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuansatuan lain untuk membentuk kata lain untuk membentuk kata baru. Misalnya kata minuman. Kata ini terdiri dari dua unsur, ialah minum yang merupakan kata dan -an yang merupakan satuan terikat. Maka morfem -an diduga merupakan afiks. Sebelum -an ditetapkan sebagai afiks, harus diteliti lebih jauh, apakan –an itu mampu melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif dan afiks derivative. Yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif atau paradigm infleksional. Misalnya -s pada kata books sebagai penanda jamak, atau ed pada kata looked sebagai penanda lampau dalam bahasa inggris. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya prefiks me yang inflektif dan me derivatif. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat induktif aktif. Sebagai kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks derivatif, prefiks me membentuk kata baru , yaitu yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya terdapat pada kata membengkok yang berkelas verba dari dasar adjektiva ; atau mematung yang berkelas verba dari dasar nomina. 2.2 MACAM-MACAM AFIKS Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) awalan dan akhiran (konfiks). Tetapi dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks,sufiks,konfiks, kombinasi afiks(klofiks), simulfiks, superfiks, interfiks dan transfiks.



2.2.1



Prefiks (Awalan) Yaitu imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi.



Berdasarkan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Imbuhan asli di, me, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh :     



di: diambil, dicuri, didengar, dipaksa, dimakan memper- : memperbanyak, memperindah, memperkecil, memperistri ber: berdiri, berlari, bertamu, berjalan per: perpanjang, percantik, persempit, perlebar, perkecil pe: pedagang, pelari, petinju, peternak, pekebun, petenis







berikut imbuhan serapan dari bahasa asing yang jarang kita sadari: a : amoral dan asocial. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.







multi



: multipartai. Awalan ini artinya ‘banyak’







anti



:antikomunis, antipemerintah, antikarat yang maknanya



bertentangan atau melawan 



mikro







non → contohnya pada kata non fiksi, non akademik. Awalan ini artinya ’bukan’



2.2.2



: mikroorganisme. Awalan ini bermakna ‘kecil’



Infiks ( Sisipan) Yaitu Imbuhan yang terletak didalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, karena



pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infiksasi. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in. 



el-



: telunjuk,pelatuk







er-



: seruling, gerigi







em-



: temali, kemuning, kemilau,







in-



: kinerja, sinambung,tinambah



2.2.3



Sufiks (Akhiran) Yaitu imbuhan yang terletak pada akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak



pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya disebut sufiksasi. Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, in, wi, kah dan lain-lain 



-kah



: bagaimanakah, apakah, siapakah







-kan



: ambilkan, siapkan, tuliskan







-an



: makanan, minuman, akhiran







-i



: temani, sadari, renungi







-nya



: ibunya, temannya, anaknya







-man



: seniman







-wati



: seniwati







-in



: hadirin







-wi



: manusiawi



2.2.4



Konfiks (Awalan dan akhiran) Yaitu gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir kata.



Imbuhan ini terdiri dari ber-an, pe-an, ke-an, se-an. 



Ber-an



: berdatangan, berkenalan







Pe-an



: pegunungan, pedalaman







Ke-an



: kedatangan, keterlambatan







Ter-an



: terselesaikan







Me-kan



: memanfaatkan



2.2.5



Kombinasi afiks (klofiks) Yaitu gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus.



Misalnya : 



ber-an



: berpakaian



Pakai-pakaian-berpakaian 



member-kan : memberlakukan Laku-berlaku-berlakukan-memberlakukan



2.2.6



Simulfiks Yaitu afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada kata dasarnya. Fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata yang lain menjadi kata kerja. Misalnya : 



kopi → ngopi







sate → nyate







kebut → ngebut







tulis → nulis



2.2.7



Superfiks Yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang



berhubungan dengan morfem suprasegmental. Contohnya: Dalam bahasa inggris kata ‘discount’ → dis’count Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks.



2.2.8



Interfiks Yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia



interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya –n- dan –oContoh: 



Indonesia-logi











Jawa-logi- →



Jawanologi



2.2.9



Indonesianologi



Transfiks Yaitu afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar. Dalam



bahasa Indonesia tidak ditemukan adanya transfiks, antara lainnya dalam bahasa arab. Contohnya: 



f-r-h yang artinya (senang) + a-a-a → farraha (menyenangkan)







m-d-d yang artinya (memanjangkan) + a-a-a → maddada (memanjang-manjangkan)







k-f-r yang artinya (mengkafiri) + a-a-a → kaffara ( menisbatkan kekafiran)



Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1.



Afiks asli, merupakan afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia sendiri.



2.



Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Perhatikan tabel dibawah ini. Prefiks



Infiks



Sufiks



Klofiks



Konfiks



Asli



Serapan



Asli



Asli



Serapan



Asli



Asli



meN-



pra-



-el-



-an



-man



me-i



ber-an



ke-



super-



-em-



-i



-wan



di-i



ber-kan



ber-



non-



-er-



-kan



-wati



me-kan



ke-an



di-



swa-



memper-



pe-an



peN-



tuna-



diper-



per-an



per-



inter-



memper-kan



se-nya



per-



mikro-



diper-kan



se-



dwi-



ber-kan



anti-



ke-an



homo-



per-kan



auto-



per-i



-nya



hetero-



keber-an



epi-



kese-an



tuna-



keter-an pember-an pemer-an penye-an perse-an perseke-an



2.3 AFIKSASI DALAM PEMBENTUKAN VERBA, NOMINA, DAN ADJEKTIVA 2.3.1



Afiksasi pembentukan verba Afiks-afiks pembentuk verba ,yaitu prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an,



klofiks ber-kan, sufiks -kan, sufiks -i, prefiks per-, konfiks per-kan, konfiks per-i, prefiks me, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke- dan konfiks ke-an 2.3.1.1 Verba berprefiks berAfiksasi prefiks bermakna gramatikal a) Mempunyai (dasar) atau ada dasarnya Komponen makna (+umum),(+milik) atau (+bagian) b) Memakai atau menggunakan (dasar) Komponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan) c) Mengendarai atau menumpang naik(dasar) Komponen makna (+kendaraan) d) Berisi atau mengandung (dasar) Komponen makna (+benda),(+dalaman) atau (+kandungan) Contoh:beracun,berkuman e) Mengeluarkan atau menghasilkan (dasar) Komponen makna (+benda),(+hasil ) atau (+keluar) Contoh : bertelur,berdarah f)



Mengusahakan atau mengupayakan Komponen makna (+bidang usaha)



g) Melakukan kegiatan Komponen makna (+benda) dan (+kegiatan) h) Mengalami atau berada dalam keadaan



Komponen makna (+perasaan batin) i)



Menyebut atau menyapa Komponen makna (+kerabat) dan (+sapaan)



j)



Kumpulan atau kelompok Komponen makna (+jumlah) atau (+hitungan)



k) Memberi Komponen makna (+benda) dan (+berian)



2.3.1.2 Verba berkonfiks dan berklofiks ber-an Makna gramatikal a) Banyak serta tidak teratur Komponen makna (+tindakan),(+sasaran ) dan (+gerak) b) Saling atau berbalasan Komponen makna (+tindakan),(-sasaran)dan (+gerak) c) Saling berada di Komponen makna (+benda),(+letak)dan (+tempat)



2.3.1.3 Verba berklofiks ber-kan Memiliki makna masing-masing dimana prefiks ber- bermakna seperti di atas dan sufiks kan bermakna akan 2.3.1.4 Verba bersufiks –kan Makna gramatikal a) Jadikan Komponen makna (+keadaan ) atau (+sifat khas) b) Jadikan berada di Komponen makna (+tempat) atau (+arah) c) Lakukan untuk orang lain Komponen makna (+tindakan) dan atau (+sasaran) d) Lakukan akan Komponen makna (+tindakan ) dan (*sasaran ) e) Bawa masuk ke Komponen makna (+ruang)



2.3.1.5 Verba bersufiks -i ialah verba transitif Makna gramatikal a) Berulang kali Komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) b) Tempat Komponen makna (+ tempat) c) Merasa sesuatu pada Komponen makna (+sikap batin ) atau (+emosi) d) Beri atau bubuh pada Komponen makna (+bahan berian) e) Jadikan atau sebabkan Komponen makna (+keadaan) dan (+sifat) f)



Lakukan pada Komponen makna (+tindakan) dan (+tempat)



2.3.1.6 Verba berprefiks per-kan Makna gramatikal a) Jadikan bahan (per-an) Komponen makna (+kegiatan) b) Lakukan supaya (dasar) Komponen makna (+keadaan) c) Jadikan meKomponen makna (+tindakan) d) Jadikan berKomponen makna (+kejadian)



2.3.1.7 Verba berkonfiks per-i Makna gramatikal a) Lakukan supaya jadi Komponen makna (+keadaan) b) Lakukan dasar pada objeknya Komponen makna (+tindakan) dan (+lokasi)



2.3.1.8 Verba berprefiks me dibedakan me inflektif dan me derivative Makna gramatikal me inflektif a) Melakukan (dasar) Komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) b) Melakukan kerja dengan alat Komponen makna (+tindakan) dan (+alat) c) Melakukan kerja dengan bahan Komponen makna (+tindakan) dan (+bahan) d) Membuat dasar Komponen makna (+tindakan) dan (+benda hasil)



Makna gramatikal me derivative a) Makan,minum,mengisap Komponen makna (+makanan),(+minuman),(+isapan) b) Mengeluarkan Komponen makna(+bunyi ) atau (+suara) c) Menjadi Komponen makna (+keadaan warna,bentuk,situasi ) d) Menjadi seperti Kommponen makna (+sifat khas) e) Menuju Komponen makna (+arah) f)



Memperingati Komponen makna (+bilangan ),(+hari),(+bulan)



2.3.1.9 Verba berprefiks di inflektif dan derivative a) Prefiks di inflektif Bentuk pasif verba me- inflektif b) Prefiks di derivative Sejauh data yang ditemukan hanya ada kata “dimaksud”



2.3.1.10



Verba berprefiks ter inflektif dan derivative Makna gramatikal ter- inflektif



a) Dapat sanggup Komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) b) Tidak sengaja Komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) c) Sudah terjadi Komponen makna (+tindakan) dan (+keadaan) d) Yang di (dasar) Hanya ada di bidang hukum



Makna gramatikal ter- derivative a) Paling Komponen makna (+ keadaan) b) Dalam keadaaan Komponen makna (+keadaan) dan (+kejadian) c) Terjadi dengan tiba-tiba Koponen makna (+kejadian)



2.3.1.11



Verba berprefiks keMakna gramatikal



a) Tidak sengaja b) Dapat di c) Kena (dasar) 2.3.1.12



Verba berkonfiks ke –an Makna grmatikal



a) Terkena ,menderita,atau mengalami Komponen makna (+peristiwa alam ) atau (+ hal yang tidak enak) b) Agak bersifat Komponen makna (+warna )



2.3.2



Afiksasi pembentukan nomina



Afiks-afiks pembentukan nomina, yaitu prefiks ke-, konfiks ke-an, prefiks pe,konfiks pe-an, konfiks per-an,sufiks -an, sufiks –nya, prefiks ter-, infiks -el-,-em-, dan -er-,sufiks dari bahasa asing



2.3.2.1 Nomina berprefiks keHanya ada tiga kata, yaitu ketua ,kekasih,dan kehendak



2.3.2.2 Nomina berkonfiks ke -an Makna gramatikal a) Hal (dasar) atau tentang dasar Komponen makna (+bendaan ) dan (+objek bicara ) b) Tempat atau wilayah Komponen makna (+bendaan ),(+wilayah) dan (+jabatan)



2.3.2.3 Nomina berprefiks peYang mengikuti kaidah persengauan Prefiks pe yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk pe-,pem-,pen-, per-, peng-, peny-, dan penge-. Persengauannya sama dengan persengauan pada prefiks me-. 



Bentuk atau alomorf pe- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai degan fonem / r, l, w, y, m, n, ny, dan ng/







Bentuk atau alomorf pem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem / b, p, f, dan v /







Bentuk atau alomorf men digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /d dan t/. Dengan catatan fonem / t / tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks itu .







Bentuk meny digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem s,c,dan j. Dengan catatan fonem / s / tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks itu .







Bentuk atau alomorf peng digunkan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem K, g, h, kh, a, i, u, e, dan o. Dengan catatan fonem k tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal ng.



Yang tidak mengikuti kaidah persengauan Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper- kan yang dibentuk dari dasar itu. Makna gramtikal yang dimiliki adalah ‘yang ber-(dasar).



Nomina berprefiks pe- melalui proses Analogi a) Adanya bentuk penyuruh (dengan makana gramatikal yang menyuruh) dan bentuk pesuruh (dengan makna gramatikal yang disuruh) b) Adanya bentuk petinju dan pegulat dengan makna grmatikal yang berolahraga tinju dan yang berolahraga gulat.



2.3.2.4 Nomina berkonfiks pe-an Makna gramatikal a) Proses atau hal me- (dasar) apabila dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me-inflektif. b)



Proses atau hal me-kan (dasar) apabila dibentuk dari dasar verba berkloviks me-kan yang dibentuk dari dasar itu.



c) Proses atau hal me-i (dasar) apabila dibentuk dari dasar verba berklofiks me-I yang dibentuk dari dasar itu.



2.3.2.5 Nomina berkonfiks per-an Makna gramatikal a) Hal ber- (dasar) b) Hal,tetang atau masalah (dasar) c) Daerah ,wilayah,atau tempat 2.3.2.6 Nomina bersufiks –an Mempunyai tiga proses a) Di bentuk dari dasar verba ber prefiks me- inflektif Makna gramatikal 



Hasil me (dasar)







Yang di- (dasar)







Alat me-(dasar)



b) Dibentuk dari dasar langsung Makna gramatikal 



Tiap-tiap Komponen makna (+ukuran) atau (+takaran)







Banyak(dasar) Komponen makna (+ bendaan) atau (+kecil)







Bersifat(dasar) Komponen makna (+kedaaan)



2.3.2.7 Nomina bersufiks -nya a) –nya sebagai pronominal persona ketiga tunggal b) Sebagai sufiks Makna gramatikal 



Hal(dasar) Komponen makna (+keadaan )







Penegasan Komponen makna (+tindakan ) atau (+bendaan )



2.3.2.8 Nomina berprefiks terMakna gramatikal “yang dasar “ dan hanya terdapat dalam istilah bidang hukum



2.3.2.9 Nomina berinfiks -el-,-em-,-erDalam bahasa Indonesia tidak produktif lagi ,artinya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.



2.3.2.10 Nomina bersufiks asing Kosakata asing biasanya diserap secara utuh artinya diserap sekaligus yang menjadi penanda kategori kata serapan itu.



2.3.3 2.3.3.1



Afiks pembentuk adjektiva Dasar Adjektiva Berprefiks peMakna gramatikal a)



yang memiliki sifat



komponen makna (+sikap batin ) b)



yang menjadikan (dasar)



komponen makna (+keadaan fisik) 2.3.2.11



Dasar ajektiva berprefiks seMakna gramatikal



a) Sama dasar dengan nomina yang mengikutinya b) Sama atau sederajat 2.3.2.12



Dasar ajektiva bersufiks –an Makna gramatikal :



Lebih dasar 2.3.2.13



Dasar ajektiva berprefiks terMakna gramatikal



Paling (dasar) 2.3.2.14



Dasar Ajektiva Berkonfiks ke-an Makna gramatikal



Agak (dasar) 2.3.2.15



Dasar adjektiv berklofiks me-kan Makna gramatikal



Menyebabkan jadi (dasar) Komponen makna (+ sikap batin )



2.3.2.16



Dasar adjektva berklofiks me – i



Makna gramatikal Merasa (dasar) Komponen makna (+rasa batin)



2.3.2.17



Adjektiva dengan “Afiks “Serapan



a) Penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh,bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. b) Kata serapan dari bahasa inggris dan belanda yang berkategori adjektif seperti: if, ik, is, istis, al, er dan il.



BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Afiks adalah



morfem yang digunakan dengan cara menggabungkannya dengan



morfem lain yang merupakan bentuk dasar. Afiks juga merupakan pembentukan kata yang paling umum dikenal. Dalam bahasa Indonesia hanya ada lima afiksasi yaitu prefiks, sufiks, infiks, konfiks, dan klofiks. Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks(klofiks). Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi juga berpengaruh dalam penurunan verba, nomina dan adjektiva yang dapat menghasilkan makna baru.



3.2 SARAN Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu saya masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutama bagi kita semua yang mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia ini. Amin.



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang



Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar. Acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk dapat digunakan didalam perturutan. Imbuhan ini dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya didalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.



Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : 1. Akhiran : -kan, -i, –nya, -in, -at, -is, -isme, -man, -wan, -ah, -us,-wi. 2. Awalan : ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan pe3. Sisipan : -el, -em, dan –er 4. Imbuhan gabung : ber-kan, ber-an, per-kan, per-I, me-kan, me-I, memper-, memper-kan, memper-I, di-kan, di-I, diper-, diper-kan, diper-



I, ter-kan, ter-I, ke-an, se-nya, pe-an, per-an 1.2. Rumusan Masalah Rumusan Masalah yang kita dapatkan dari latar belakang masalah diatas adalah Bagaimana penjelasan Imbuhan-Imbuhan yang ada di dalam bahasa Indonesia ?



1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penjelasan mengenai ImbuhanImbuhan di dalam tantanan bahasa Indonesia.



1.4. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat kita ambil dari penulisan makalah ini adalah kita mengetahui bagaimana pengertian dari imbuhan-imbuhan tersebut, serta memahami akan konteks imbuhan tersebut dengan menggunakan contoh-contoh kalimat



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Pengertian Kata Imbuhan Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi). Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentukan kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.



2.2. Jenis-jenis Imbuhan 1. Akhiran -kan Akhiran –kan tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Fungsi akhiran –kan adalah membentuk kata kerja transitif, yang dapat digunakan



dalam



kalimat



perintah,



kalimat



pasif



yang



predikatnya



berbentuk



(aspek)+pelaku+kata kerja, dan subjek menjadi sasaran perbuatan dan pada keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk yang+(aspek)+pelaku+kata kerja.



Pembentukan kata dengan akhiran –kan akan memberikan makna sebagai berikut : a.



Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus diimbuhkan pada : 1) Kata sifat Contoh : tenangkan dulu anak-anak itu! Tenangkan artinya “jadikan tenang” 2) Kata kerja yang menyatakan keadaan Contoh : hubungan telepon telah mereka putuskan Putuskan artinya “jadikan putus” 3) Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus Contoh : daerah itu harus kita hutankan kembali Hutankan artinya “jadikan hutan”



b. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus diibuhkan pada kata benda yang menyatakan tempat. Contoh : Pinggirkan dulu mobil itu! Pinggirkan artinya “jadikan berada dipinggir” c.



Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh : Lemparkan bola itu kesini! Lemparkan artinya “lakukan lempar akan bola”



d. Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang kata dasarnya sudah transitif. Contoh :Tolong ambilkan buku itu! Ambilkan artinya “ambil untuk orang lain” e.



Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus digunakan pada beberapa kata benda yang menyatakan ruang atau wadah. Contoh :Asramakan saja anak-anak itu. Asramakan artinya “masukkan ke asrama” Catatan : Akhiran –kan lazim digunakan bersama dengan awalan me- sehingga menjadi me-kan yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan di- sehingga menjadi di-kan yang digunakan dalam kalimat pasif transitif. 2. Akhiran –i Akhiran –I tidak mempunyai variasi bentuk, jadi untuk kondisi dan situasi mana saja bentuknya sama saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Perlu diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diberi akhiran –i. Pembubuhan kata dengan akhiran –I ini akan memberikan makna antara lain yang menyatakan :



a.



Untuk mendapatkan makna berkali-kali akhiran –I harus diimbuhkan ada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh : Pencuri itu mereka pukuli sampai babak belur. Pukuli artinya (pekerjaan) memukul dilakukan berkali-kali.



b.



Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tempat. Contoh : Jangan duduki kursi itu. Duduki artinya “duduk di kursi.



c.



Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan sikap batin. Contoh : Hormatilah gurumu! Hormati artinya “merasa hormat pada gurumu.



d. Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan benda yang dapat diberikan. Contoh : Tolong nasihati anakanak itu! Nasihati artinya “memberi nasihat pada anak-anak itu. e.



Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I harus diimbuhkan pada beberapa kata benda tertentu yang dikenal dengan sifat khasnya. Contoh : Jangan kalian budaki anak itu! Budaki artinya “anggap sebagai budak”



f.



Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus dibubuhkan pada kata sifat. Contoh : Lengkapi dulu syarat-syaratnya! Lengkapi artinya “jadikan lengkap pada”



Catatan : Akhiran –I lazim digunakan bersama dengan awalan ME sehingga menjadi ME-I yaitu yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga dengan awalan DI- sehingga menjadi DI-I yaitu yang digunakan dalam kalimat pasif transitif. 3. Akhiran –AN Akhiran –AN tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap –AN. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Fungsi akhiran –AN adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan akhiran –AN itu antara lain : a.



Untuk mendapatkan makna “hasil” akhiran –AN harus digunakan pada kata kerja tertentu. Contoh : Tulisan adik sudah bagus. Tulisan artinya “hasil dari pekerjaan menulis”



b. Untuk mendapatkan makna “alat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh : Keranjangnya ada tetapi pikulannya tidak ada. Pikulan artinya “alat untuk memikul.



c.



Untuk mendapatkan makna “benda atau hal yang dikenal pekerjaan” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh : Makanan ini lezat sekali Makanan artinya “sesuatu yang dimakan”



d.



Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh : Di tengah sawah itu ada kubangan kerbau. Kubangan artinya “tempat kerbau berkubang.



e.



Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –AN harus digunakan pada kata benda yang menyaakan waktu atau satuan ukuran. Contoh : Majalah bulanan ini terbit di Jakarta. Bulanan artinya terbit tiap-tiap bulan.



f.



Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata dasarnya” akhiran – AN harus diimbuhkan pada kata benda tertentu. Contoh : Ayah sudah ubanan Ubanan artinya “banyak ubannya



g. Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran –AN harus digunakan pada kata bilangan. Contoh : Yang diundang banyak tetapi yang dating hanya belasan orang. Belasan artinya “himpunan yang jumlahnya sebelas sampai Sembilan belas” h.



Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya” akhiran –AN harus digunakan pada beberapa kata sifat. Contoh : Dia tak mau membeli barang murahan Murahan artinya “harganya murah”.



4. Akhiran -NYA Akhiran -NYA tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhkan. Dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya. Pertama : -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau pemilik. Contoh : saya minta tolong kepadanya Kedua : -nya sebagai akhiran. Contoh : turunnya harga beras menggembirakan rakyat. Penggunaan akhiran –nya untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut : a.



Untuk membentuk kata benda akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan keadaan atau kata sifat. Contoh : Tenggelamnya kapal Tampomas banyak menelan korban.



b.



Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus diimbuhkan pada kata benda. Contoh : Saya ingin mandi, airnya tidak ada.



c.



Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan pada beberapa kata tertentu. Contoh : Agaknya dia tidak akan dating.



5. Imbuhan Gabung ber-kan Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang secara bersamasama digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mulamula diberi awalan ber- kemudian diberi akhiran -kan. Fungsi imbuhan BER-kan adalah bentuk kata kerja intasitif yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan itu adalah menyatakan menjadikan yang disebut pelenglkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya. Cntoh: pemuda-pemuda pada waktu itu berani melawan belanda wlaupun hanya bersenjatakan bamboo runcing. Bersenjatakan artinya “menjadiakan bamboo runcing sebagai senjata”



6. Imbuhan gabung BER-AN Yang dimaksud dengan gabungan ini adalah awalan BER akhiran AN yang digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar. Cara mengimbuhkannya dilakukan sekaligus. Umpanya pada kata dasar lari diimbuhkan imbuhan BER-AN sehingga menjadi kata berlarian. Dalam hal ini perlu diingat ada kata-kata yang berimbuhan BER-AN tetapi pengimbuhannya dilakukan tidak sekaligus melainkan bertahap. Umpamanya pada kata atur, mula-mula diimbuhkan akhiran an sehingga menjadi aturan, kemudian diimbuhkan pula awalan BER sehingga menjadi beraturan. Fungsi imbuhan gabung BER-AN adalah membentuk kata kerja intransitive, sedangkan makna yang diperoleh sebagai proses pengimbuhannya adalah: - Banyak serta tidak teratur - Saling atau tidak berbalasan - Saling berada di Aturan pengimbuhan dengan imbuha BER-AN adalah sebagai berikut 1)



Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan BER-AN harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan gerak. Contoh: mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri Berlarian artinya “banyak yang berlari dan larinya tidak teratur”



2)



Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan” imbuhan gabungan BER-AN harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh: kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu, Berpotongan artinya “ saling memotong”



3)



Untuk mendapatkan makna “ saling berada di” imbuhan gabungan BER-AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan letak atau jarak. Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu. Bersebelahan artinya “saling berada disebelahnya.



7. Awalan PER Awalan PER mempunyai tiga macam bentuk, yaitu PER, PE, dan PELPER digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan r, seperti: peristri, percepat, dan perketat.PE digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan r, seperti peringan dan perendah.PEl digunakan pada kata ajar, menjadi pelajar. Tidak ada contoh lain.Fungsi awalan PER adalah membentuk kata kerja perintah, yang dapat digunakan dalam a) Kalimat perintah Contoh: persingkat saja acaranya!Pensempit dulu masalahnya! b) Kalimat yang predikatnya berbentuk : (aspek)+pelaku+kata kerja. Contoh: penjagaan akan saya perketet nentimalam c) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk: yang+ aspek+pelaku+kata kerja. Contoh: saluran yang telah kami perdalam telah dangkal lagi. Adapun aturan pengimbuhan dengan awalan PER- antara lain menyatakan - Jadikan lebih - Anggap sebagai - Bagi 1) Untuk mendapatkan makna “jadikan lebih” awalan PER- harus diimbuhkan pada kata sifat. Contoh: pertegas aturannya! Pertegas artinya “jadikan tegas”Untuk mendapatkan makna “jadikan atau anggap sebagai” awalan PER- harus diimbuhkan pada beberapa kata benda, yang dikenal dengan sifatnya. Contoh: jangan kalian perbudak anak-anak itu Perbudak artinya “jadikan atau anggap sebagai budak” 2)



Untuk mendapatkan makna “jadikan atau bagi” awalan PER- harus diimbuhkan pada beberapa kata bilangan. Contoh: uang sebanyak ini kita perdua saja Perdua artinya “jadikan dua”



8. Imbuhan Gabung PER-kan Imbuhan Gabung PER-kanadalah awalan PER dan akhiraan KAN yang digunalkan secara bersama-sama pada sebuah klata dasar. Pengimbuhan dilakukan secara serentak. Imbuhan gabung PER-kan berfungsi membentuk kata kerja yang digunakan:



a) Dalam kalimat predikatnya berpola aspek + pelaku + kata kerja. Contoh: masalah itu akan kita berdebatkan lagi minggu depan b) Sebagai keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + kata kerja. Contoh: tarian yang sudah mereka pertunjukan akan di ulangoi lagi. c) Dalam kalimat perintah Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya



1)



Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” imnbuhan gabungan PER-kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: jangan perdebatkan lagi masalah itu! Perdebatkan artinya “jadikan bahan p[erdebatan”



2)



Untuk mendapatkan makana “jadikan supaya” imbuhangabungan PER-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata sifat tertentu Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan Persiapkan artinya “jadilkan supaya siap”



3)



Untuk mendapatkan makna lakukan imbuhan gabung PER-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu Contoh: pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian Pertahankan artinya “lakukan pertahanan” 4) Untuk mendapatkan makna “jadikan me” imbuhan gabung per-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu Contoh: nanti akan kami perlihatkan kepadamu Perlihatkan artinya “jadikan orang lain melihat” 5) Untuk mendapatkan makana “jadikan ber” imbuhan gabung per-kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: akan kita perhubungkan daerah-daerah itu dengan jalan-jalan baru Perhubungkan artinya “jadikan berhubungan”



9. Imbuhan gabung PER-I imbuhan ini dilakukan bersama-sama pada sebuah kata dasar pengimbuhannya dilakukan secara serentak. Mana yang didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan imbuhan per-i antara lain lakukan supaya jadi dan lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya.



a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata sifat tertentu Contoh: mereka kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian Perlengkapi artinya “lakukan supaya lengkap” b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya Perturuti artinya “lakukan agar permintaanya terturuti”



10. Awalan ME Awlan ME adalah imbuhan yang produktif, pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya dimuka kata yang diimbuhinya. Awlan ME mempunyai enam macam bentuk yaitu: me, mem, men, meny, meng, dan menge. 1). Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w. dan y; serta konsonan sengau m, n, ny, dan ng. umpamanya terdapat pada kata-kata. - merasa (me + rasa) - melihat (me + lihat) - mewarisi (me + warisi) - meyakinkan (me + yakinkan) - memerah (me + merah) - menanti (me + nanti) - menyanyi (me + nyanyi) - menganga (me + nganga)



2). Mem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, p, f, dan v. umpamanya seperti terdapat dalam kata-kata: - membawa (mem + bawa) - memilih (mem + pilih) - memfitnah (mem + fitnah) - memvonis (mem + vonis) 3). Men- digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t. konsonan d tetap diwujudkan; sedangkan konsonan t tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi asal dari awalan itu. Contohnya seperti terdapat dalam kata-kata berikut: - mendengar (me + dengar)



- menarik (me + tarik) 4). Meny- digunakan pada kata- kata yang dimulai dengan konsonan s; dan konsonan s itu tidak diwujudkan, melainkan disenyawkan dengan bunyi asal dari awalan itu. Contoh: - menyingkir (me + singkir) - menyingkat (me + singkat) 5). Meng- digunakan pada kata- kata yang mulai dengan konsonan k, g, h, dank kh; serta vocal a, I, u, e, dan o. konsonan k tidak diwujudkan, tetapidisenyawakan dengan bunyi asal dari awalan itu.sedangkan konsonan lainnya tetap diwuudkan. Contohnya seperti : - mengirim (me + kirim) - menggali (me + gali) - menghitung (me + hitung) - mengkhayal (me + khayal) - mengambil (me + ambil) - mengiris (me + iris) - mengutus (me + utus) - mengekor (me + ekor) - mengolah (me + olah)



6). Menge- digunakan pada kata- kata yang hanya bersuku satu. Contohnya seperti: - mengetik (me + tik) - mengebom (me + bom)



Fungsi awalan Me- adalah membentuk kata kerja aktif transitif dan intransitif. Sedangkan makna yang didapat sebagai proses pengimbuhannya antara lain menyatakan: melakukan, bekerja dengan alat, membuat barang, bekerja dengan bahan, memakan meminum menghisap, menuju arah, mengeluarkan, menjadi, menjadikan lebih, menjadi atau berlaku seperti, menjadikan menganggap atau memberlakukan seperti, dan memperingati. Adapun aturan dengan menggunakan dengan menggunakan imbuhan Me-nini adalah: a). untuk mendapatkan makna “melakukan perbuatan yang disebutkan dasarnya” awaln Meharus diimbuhkan pada kata dasar kata kerja. Contoh: ayah membaca Koran. Membaca artinya “melakukan pekerjaan baca” b). Untuk mendapatkan makna “bekerja dengan alat yang disebutkan kata dasarnya” awalan me- harus diimbuhkan dengan kata benda yang menyatakan alat atau perkakas.



Contoh: siapa yang sedang menggergaji itu? Menggergaji artinya “bekerja dengan alat gergaji” c). untuk mendapatkan makna “membuat baraang yang disebut kata dasarnya” awalan meharus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan hasil olahan atau kerajinan. Contoh: adik menggambar dengan spidol. Menggambar artinya “membuat gambar” d). untuk mendapatkan makna “bekerja dengan bahan yang disebut kata dasarnya” awalan ME- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bahan. Contoh: siapa yang mengecat rumah ini? Mengecat artinya “bekerja dengan cat sebagai dasarnya” e). untuk mendapatkan makna “mamakan, meminum, dan menghisap” awaln me harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan makanan atau minuman.



11. imbuhan me- -kan Yang dimaksud dengan imbuhan me- -kan adalah awalan me- dan akhiran –kan yang digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap, mula-mula pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –kan. Setelah itu diimbuhkan awalam me-. Contohnya pada kata dasar baca mula-mula diimbuhkan akhiran –kan sehingga menjadi bacakan. Setelah itu diimbuhkan awalam me- sehingga menjadi membacakan. Fungsi imbuhan gabung me- -kan adalah membentuk kata kerja aktif transitif. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain menyatakan: 1) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya 2) Melakukuan sesuatu untuk orang lain 3) Menjadikan berada di… 4) Melakukan yang disebut bentuk dasar 5) Melakukan yang disebut kata dasarnya akan 1. untuk mendapatkan makna yang “menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya” imbuhan gabung me- -kan harus diimbuhkan pada: a. kata sifat contohnya: Pemerintah akan melebarkan jalan didepan sekolah kami. Melebarkan artinya ‘membuat jadi lebar’ b. kata kerja yang menyatakan keadaan



contohnya: Kapal perang Inggris dengan mudah menenggelamkan kapal perang Argentina itu. Menenggelamkan artinya ‘membuat jadi tenggelam’ c. kata benda yang mempunyai ciri khas contohnya: Kami akan membukukan hasil seminar itu. Membukukan artinya ‘menjadikan buku’ d. kata keterangan yang menyatakan derajat contohnya: Kami berhasil menyamakan kedudukan kami. Menyamakan artinya ‘menjadikan sama’ Untuk mendapatkan makna ‘menyebabkan atau membuat jadi’ imbuhan gabung me- -kan dapat juga diimbuhkan pada: 1. kata kerja keadaan yang berbentuk kata jadian contoh:\ Gubernur akan menyeragamkan pakaian semua sopir taksi. Menyeragamkan artinya ‘membuat jadi seragam’ 2. kata kerja keadaan atau kata sifat yang berbentung gabungan kata contoh: Pemerintah bertekad untuk melipatgandakan produksi pangan. Melipatgandakan artinya ‘membuat jadi berlipat ganda’ 2. Untuk mendapatkan makna “melakukan untuk orang lain” imbuhan gabung me- -kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang sudah transitif . Contoh: Saya membelikan rokok untuk ayah. Membelikan artinya ‘membeli untuk (ayah) 3. Untuk mendapatkan makna “menjadikan berada di…”, imbuhan gabung me- -kan harus diimbuhkan pada kata dasar yang menyatakan lokasi, wadah, atau ruang. Contoh: Pilot mendaratkan pesawatnya dengan baik. Mendaratkan artinya ‘menyebabkan jadi berada di darat’ 4. Untuk mendapatkan makna “melakukan yang disebutkan bentuk dasarnya” imbuhan gabung me- -kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh: Jangan mengharapkan bantuan lagi. Mengharapkan artinya ‘mengharap akan (bantuan-nya)



12. Imbuhan gabung me- - i Yang dimaksud dengan imbuhan gabung me- -i adalah awalan me- dan akhiran –i yang digunakan bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –i setelah itu diimbuhkan awalam me-. Contohnya pada kata dasar tanam diimbuhkan akhiran –i sehingga menjadi Tanami. Setelah itu diimbuhkan pula awalan me- sehingga menjadi menanami. fungsi imbuhan gabung me- -i adalah membentuk kata kerja transitif aktif. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhan, antara lain menyatakan: 1. membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada 2. memberi atau membubuhi pada 3. melakukan pada 4. melakukan berulang-ulang 5. merasa pada 1) untuk mendapatkan makna ‘membuat jadi yang yang disebut kata dasar pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus digunakan pada kata sifat. Contoh: Bulan menerangi bumi. Menerangi artinya ‘membuat jadi terang pada (bumi)’. 2) Untuk mendapatkan makna ‘memberi atau membubuhi yang disebut kata dasarnya pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat, atau bahan. Contoh:Siapa yang menggarami laut? Menggarami artinya ‘memberi atau membubuhi garam pada (laut). 3) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan atau berbuat sesuatu pada atau di’imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh:Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman hias. Menanami artinya ‘melakukan pekerjaan tanam di(halaman rumah). 4) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan berulang-ulang’ imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh:Mereka memukuli pencuri itu sampai babak belur. Memukuli artinya ‘berilang kali memukul’ 5) Untuk mendapatkan makna ‘merasa sesuatu pada’ imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan emosi atau sikap batin. Contoh:Kami tidak menyukai sikap anak itu.



Menyukai artinya ‘merasa tidak suka pada (sikap anak itu)’..



13 Awalan diawalan di- tidak mempunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan kondisi mana pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya di- sebagai awalan dan di- sebagai kata depan. di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya. Sedangkan di- sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Dia ditangkap polisi.(di- sebuah awalan) Adik belajar di perpustakaan.(di- sebuah kata depan) Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. Maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Contoh: Kata kerja transitif kata kerja pasif Berawalan me- berawalan di- membaca - dibaca - menulis - ditulis 26. Sisipan –EL, -EM, dan –ER Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Artinya tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan diantara konsonandan volal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh : -EL + tapak – telapak, -ER + gigi – gerigi, -EM + tali – temali. Arti yang yang dikandung oleh ketiga sisipan itu adalah: 1. Menyatakan banyak dan bermacam- macam. 2. Menyatakan intensitas. 3. Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar. a). Untuk mendapatkan makna “bermacam-macam” sisipan ini harus diimbuhkan pada kata benda tertentu, contohnya yaitu: temali, gerigi, dsb. b). Untuk mendapatkan makna “intensitas” sisipan ini harus diimbuhkan pada kata benda tertentu, contohnya seperti: gemetar, gemuruh, dll. c). Untuk mendapatkan makna “yang melakukan” sisipan ini harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu, contohnya seperti: pelatuk, telapak, dan telunjuk.



Karena sisipan ini tidak produktif lagi, maka penggunaanya terbatas pada contoh yang sudah ada saja.



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari.



Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : 1. Akhiran : -kan, -i, –nya, -in, -at, -is, -isme, -man, -wan, -ah, -us,-wi. 2. Awalan : ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan pe3. Sisipan : -el, -em, dan –er 4. Imbuhan gabung : ber-kan, ber-an, per-kan, per-I, me-kan, me-I, memper-, memper-kan, memper-I, di-kan, di-I, diper-, diper-kan, diperI, ter-kan, ter-I, ke-an, se-nya, pe-an, per-an.