Tugas EBN Sistem Pernafasan YD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISA JURNAL EBN (EvidemveBasedNursing)



PENAFASAN PURSED LIP BREATHING



TUGAS INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM S1 KEPERAWATAN



DISUSUN OLEH



YULIA DERINI



11212161



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA



2021



KATA PENGANTAR



Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-Nya makalah Keperawatan Kritis ini dapat terselesaikan. Adapun hambatan-hambatan yang saya hadapi dalam pembuatan makalah ini, merupakan hal yang sangat berarti dan menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya.



Makalah Keperawatan Medikal Bedah ini berjudul ANALISA JURNAL (EBN) MENGENAI “Pernapasan Pursed Lip Breathing meningkatkan saturasi oksigen penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) Derajat II” yang didalamnya memuat pembahasan-pembahasan mengenai analisa jurnal utama, jurnal pendukung, analisan pico, teori mengenai penyakit PPOK, konsep Pursed Lip Breathing dan analisa ruangan dalam penerapan EBN ini.



Demikian dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah yang saya buat masih banyak kekurangannya, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.



Jakarta, 11 Oktober 2021



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A.



LATAR BELAKANG............................................................................................. 1



B.



TUJUAN ................................................................................................................. 2



BAB II ANALISA JURNAL .............................................................................................. 3 A.



JURNAL UTAMA .................................................................................................. 3



B.



JURNAL PENDUKUNG ........................................................................................ 4



BAB III TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 6 A.



KONSEP PENYAKIT PPOK ................................................................................. 6



B.



KONSEP INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING ............................................... 9



BAB IV ANALISA PENERAPAN INTERVENSI (EBN) .............................................. 11 A.



ANALISA RUANGAN ........................................................................................ 11



B.



ANALISA SWOT ................................................................................................. 11



BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 13 A.



SIMPULAN........................................................................................................... 13



B.



SARAN ................................................................................................................. 13



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ialah suatu keadaan yang menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. PPOK ini sering disebut juga penyakit dari kombinasi bronkitis obstruksi kronik, emfusema dan asma (Black & Hawks, 2014). World Health Organization (WHO, 2015), memperkirakan bahwa pada tahun 20092011 terdapat 7,8 juta orang meninggal karena penggunaan tembakau, kejadian ini juga dibenarkan di Negara maju. Terjadinya kasus PPOK berkorelasi dengan usia mencapai 70,77% pada pasien > 44 tahun.



Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan bahwa prevalensi PPOK (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan masing-masing 6,7 persen. Saat ini menjadi penyebab utama keempat kematian di dunia, menyebabkan lebih dari 3 juta kematian setiap tahunnya. PPOK diperkirakan akan menjadi penyebab utama ketiga kematian di dunia pada tahun 2020. Kesadaran dan stigma masyarakat terhadap penyakit ini masih sangat terbatas, begitu terdiagnosis, mereka tidak tahu cara mengatasi dan bagaimana perawatannya lebih lanjut. Sungguh sesuatu yang disayangkan, lebih dari dua pertiga penderita PPOK tidak menyadari bahwa mereka sedang menderita penyakit ini.



Berdasarakan Latar Belakang Peneliti Tertarik Unutk Menganalisa Jurnal Yaitu “Efektitifitas Pursed Lip Breathing untuk mengubah aju pernapasan pasien dengan PPOK”.



1



B. TUJUAN Tujuan dari penyampaian “Evidence Based Nursing” ini adalah : 1. Menambah wawasan tentang perawatan pada pasien PPOK khususnya terapi mandiri Pursed Lip Breathing untuk memingkatkan saturasi oksigen pasien PPOK. 2. Mengetahui pengaruh Pursed Lip Breathing untuk memingkatkan saturasi oksigen pasien PPOK.



2



BAB II ANALISA JURNAL



A. JURNAL UTAMA 1. JURNAL UTAMA PERNAP AS AN PURSED LIP BREATHING MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DERAJ AT II



2.



PENELITI Amira Permata Sari Tarigan, Juliandi



3.



POPULASI DAN TEHNIK SAMPLING Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien PPOK deraj at II Poli PPOK Rumah Sakit Pusat Haji Malik Medan. Jumlah sample adalah sebanyak 36 orang..



4.



DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental design, dengan rancangan One group pre post test design.



5.



INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN Instrumen yang digunakan kuesioner untuk mendapatkan data demografi. Dan menilai saturasi oksigen respondengan dengan menggunakan pulse oxymetri.



6.



UJI STATISTIK Pada penelitian ini digunakan uji statistic pair t-test karena hasil uji normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnov menunjukan bahwa data terdistribusi normal.



B. JURNAL PENDUKUNG 1. JUDUL PENELITIAN “Slow Deep Pursed Lips Breathing Exercise On Vital Lung Capacity In Post-



3



Extubation Patients In The Intensive Care Unit”



2. PENELITI Heru Supriwandani, Mardiyono, Warijan



3. HASIL Adanya perbedaan yang signifikan pada kapasitas paru-paru responden setelah diberikan latihan Pursed Lips Breathing pada setiap sesi 1 sampai sesi 8 dengan Pvalue 0.000. latihan ini dapat meningkatkan FEV1 Sebesar 54.5% sehingga lebih baik digunakan untuk meningkatkan kapasitas paru-paru pasca ekstubasi ventilator mekanik.



C. ANALISA PICO 1. PROBLEM PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas berbahaya pad asaluran napas. PPOK menjadi penyebab kematian ke-5 diseluruh dunia. Sesak napas pagi pasien PPOK menjadi masalah utama yang membutuhkan pertolongan utama. Selain menggangu kenyamanan, sesak napas dapat menghambat aktivitas dari pasien tersebut. Dan apabila hal ini tidak segera ditangani akan mengalami kegagalan pernapasan dan lebih lanjut lagi terjadi kematian. 2. INTERVENSI Intervensi yang dilakukan oleh perawat pada pasien PPOK adalah denga latihan Pursed Lips Breathing. Latihan dilakukan 20-30 menit/hari. Pernapasan Pursed Lips Breathing dilakukan dengan cara penderita duduk dan bemapas dengan cara menghembuskan napas melalui mulut yang hampir tertutup (seperti bersiul) selama 4-6detik. 3. COMPARATION Efektifitas posisi tripod dan diaphragmatic breathing exercise terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK Di RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga. Peneliti Nurmalasari , Sri Puguh Kristiyawati, M. Syamsul Arief SN. Hasil dari penelitian ini Hasil uji paired t-test didapatkan hasil yang signifikan dari intervensi posisi tripod 4



dan diaphragmatic breathing exercise dengan masing-masing p- value 0,000. Hasil analisis uji unpaired t-test menunjukkan p-value sebesar 0,026 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas antara intervensi posisi tripod dan diaphragmatic breathing exercise terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK dilakukan tehnik pernapasan diaphragmatic breathing exercese. 4. OUTCOME Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan latihan nafas dalam pursed lip breathing, Oksigen terendah adalah 95% dan tertinggi 99%, dimana saturasi oksigen responden mayoritas berada pada angka 96 % yaitu sebanyak 33, 3 % dan minoritas saturasi oksigennya 99% yaitu sebanyak 8,3 %. Jika penderita PPOK tidak pernah melakukan Breathing exercise, maka fungsi otot-otot respirasi tidak berjalan dengan baik, sehingga menurunkan ventilasi dan oksigenisasi dan akibat nya menjadi sesak yang tidak terkontrol. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sesudah dilakukan latihan nafas pursed lip breathing, nilai saturasi Oksigen terendah adalah 96% dan tertinggi 99%, dimana saturasi oksigen responden mayoritas berada pada angka 98 % dan 99 % yaitu masing-masing sebesar 38, 9 % dan minoritas saturasi oksigennya 96% yaitu sebanyak 5,6 %. Penderita yang rutin melakukan latihan nafas bisa berefek positip terhadap perkembangan paru-parunya.



BAB III TINJAUAN TEORI



A. KONSEP PENYAKIT PPOK 1. PENGERTIAN PPOK adalah keadaan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran tidara yang tidak sepemihnya reversibel. Keterbatasan aliran darah lini hiasanya progresif dan berhubungan dengan respon peradangan yang abnormal dar pani terhadap partikel atau udara yang berbahaya (David et al. 2010). PPOK merupakan keadaan sesak nafas



5



saat aktivitas menngkat secara progresit dalam heberapa tahun, seringkali > 5 tahun. Biasanya disertai dengan bronkitis kronis (batuk produktif) di pagi har > 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut (Davey. 2011). 2. PATOFISIOLOGI Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel- sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem escalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukusberfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson, 2014). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011). 3. TANDA DAN GEJALA Manifestasi klinis pada PPOK menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) yaitu: Malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek, , sesak nafas akut, frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi lebih lama daripada inspirasi. 4. KOMPLIKASI



6



Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grace el al (2011) dan Jackson (2014) : Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik, gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas kronis ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO250 mmHg, serta Ph dapat normal. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonal ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal jantung kanan. 5. DERAJAT PPOK Klasifikasi deraj at PPOK menurut Global initiative for chronic Obstritif Lung Disiase (GOLD) 2011. a) Deraj at I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada deraj at ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK. b) Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya. c) Derajat III (PPOK Berat): Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien. d) Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas kronik.



6. PENATALAKSANAAN PPOK Penatalaksanaan harus mencakup pemeriksaan dan pengukuran faktor risiko selama penatalaksanaan PPOK yang stabil maupun eksaserbasi. Penatalaksanaan yang dapat 7



dilakukan antara lain ( David, etal. 2010): a) Rehabilitasi untuk penghentian merokok dan berolahraga b) Bronkodilator yang digunakan untuk mencegah dan mengurangi gejala c) Obal steroid inhalasi yang digunakan pada pasien simtomatik uniuk meningkatkan spirometri



B. KONSEP INTERVENSI PURSED LIPS BREA THING 1. PENGERTIAN Pursed lips breathing adalah latihan pernafasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi rehabilitasi paruparu dengan cara latihan ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obatobatan (Smeltzer et al, 2013).



2. TUJUANPLB Membantu klien memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola nafas lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernafasan, mencegah kolaps dan melatih otot ekspirasi dalam memperpanjang ekshalasi, peningkatan tekanan jalan nafas selama ekspirasi dan mengurangi terjebaknya udara dalam saluran nafas (Smeltzer et al., 2013).



3. TEHNIK PURSED LIPS BREA THING Teknik Pursed Lip Breathing exercise diantaranya meliputi : a) Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau kursi. b) Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat dibawah proc.sipoideus) dan tangan lainnya ditengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas. c) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama inspirasi dan tahan nafas selama 2 detik. d) Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil mengkontraksikan otot - otot abdomen selama 4 detik (Smeltzer, 2013).



8



Gambar 2.1: Pursed lips breathing exercise Smeltzer et 7., (2013)



9



BAB IV ANALISA PENERAPAN INTERVENSI (EBN)



A. ANALISA RUANGAN Di RS. premier Bintaro pada ruang ICU jumlah tenaga 25orang dengan kapasitas pasien sebanyak 10 orang, kasus PPOK sering terjadi di ruang ICU. Saat ini beberapa perawat belu mengetahui teknik PLB ini. Pasien baru yang menderita PPOK saat masuk ke ICU perawat biasanya langsung memberikan oksigen sesuai instruksi dokter, namun tidak melakukan PLB ini. Dan diharapkan perawat ICU bisa menerapkan PLB ini untuk membantu pasien PPOK untuk menaikan saturasi oksigen.



B. ANALISA SWOT 1. STRONG/KEKUATAN Pursed Lip Breathing exercise adalah merupakan tindakan mandiri yang sangat efektif dapat dilakukan kapan saja tanpa mengguakan biaya dna alat khusus. Dengan dilakukannya edukasi yang baik kepada pasien dan keluarga tentang latihan ini dapat membantu perawat dalam melakukan latihan ini. 2. WEAKNESS/KELEMAHAN Latihan ini hanya bisa dilakuka pada pasien composmentis saja. Terkadang pasien yang menderita PPOK yang berada di icu tidak kooperatif atau kesadaran tidak adekuat sehingga latihan ini sulit dilakukan pada pasien dengan kontak tidak adekuat atau tidak kooperatif. 3. OPPORTUNITY/PELUANG Bila latihan ini dapat dilakukan pada semua pasien PPOK yang berada di ICU dapat meningkatkan angka hidup pasien tersebut, dan efektif agar pasien tidak perlu penanganan lanjut seperti penggunaan alat bantu napas mekanik. 4. TREST/ANCAMAN Jika penderita PPOK tidak dilakukan latihan ini, maka fiingsi otot-otot respirasi tidak berjalan dengan baik, sehingga menurunkan ventilasi dan oksigenisasi dan



10



akibat nya menjadi sesak yang tidak terkontrol, dan bisa terjadinya pasien tersebut memakai ventilator mekanik.



11



BAB V PENUTUP



A. SIMPULAN Diperlukan sumber daya perawat yang memiliki kompetensi dalam memberikan Pursed Lip Breathing sehingga terapi komplementer ini dapat diapli-kasikan kepada pasien PPOK yang mengalami penurunan saturasi oksigen sehingga bisa tercapainya target saturasi pasien dan dilakukan baik di rumah sakit maupun rawat jalan. Walaupun Pursed Lip Breathing pada penelitian ini terbukti efektif, t Pursed Lip Breathing tidak dimak-sudkan sebagai terapi pengganti pengobatan konvensional tetapi sebagai terapi pelengkap atau komplementer bagi terapi lainnya yang memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan saturasi pasien PPOK.



B. SARAN Hendaknya perawat ICU mau dan mampu untuk melatih penderita PPOK dalam melakukan latihan pursed lip breathing sehingga penderita PPOK tetap termotivasi untuk senantiasa melakukan rehabilitasi paru secara mandiri.



12



DAFTAR PUSTAKA



Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora Aksara Pratama Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD), (2010), Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. http://www.goldcopd. com. Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta, Rapha Pubising. Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Smeltzer. 2013. Endurance and Strength training with Chronic Obstructive Pulmonar Disease (COPD) . London : St George’s University of London.



13