Tugas Mata Kuliah Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan 3 Erosivitas & Erodibilitas - Anis Nur Afifah-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN “PERHITUNGAN EROSIVITAS TAHUNAN DAN ERODIBILITAS TANAH”



Disusun Oleh: Nama



: Anis Nur Afifah



NIM



: 175040207111128



Kelas



:M



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Erosi adalah proses pelepasan permukaan tanah melalui proses limpasan air, angina, es dan beberapa penyebab geologis lainnya, termasuk gaya gravitasi, yang menyebabkan daya Tarik bumi secara perlahan. Blanco dan Lal (2008) mendefinisikan erosi air adalah pelepasan permukaan tanah oleh air yang berasal dari hujan, aliran permukaan (run-off), lelehan salju, dan irigasi. Air hujan dalam bentuk aliran permukaan adalah penyebab utama erosi air. Erosi tanah pada beberapa wilayah dapat berlangsung sangat serius dan berlanjut sampai periode dimana banyak tanah-tanah subur dapat hilang. Curah hujan adalah faktor utama yang dapat menghilangkan erosi tanah. Faktor erosivitas hujan yang digunakan pada Persamaan Kehilangan Tanah Universal (USLE) adalah kemampuan curah hujan untuk menyebabkan erosi tanah. Erosivitas curah hujan menunjukkan kemampuan atau kapasitas hujan untuk menyebabkan erosi tanah. Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetic (E) dari satu kejadian hujan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30). Faktor erosivitas hujan (R) yang merupakan daya rusak hujan didefinisikan sebagai jumlah satuan indeks erosi hujan dalam setahun (Suripin, 2004). Mengetahui erosivitas curah hujan adalah penting untuk memahami proses erosi, penaksiran tingkat erosi tanah dan melakukan pengendalian terhadap erosi. Erodibilitas tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses penguraian dan pengangkutan oleh tenaga erosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekstur tanah, kandungan bahan organic, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Pada lapisan tahan atas (top soil) merupakan lapisan tanah yang paling subur, sedangkan lapisan tanah bagian bawah (sub soil) merupakan bagian yang terpending untuk pertanian, aktivitas manusia merupakan salah satu penyebab dari kerusakan tanah tersebut, sehingga tanah tidak lagi produktif dan bahkan menjadi kritis. Kerusakan tanah ini menyebabkan menurunnya kadar bahan organik serta unsur hara lainnya, akibatnya tanah menjadi labil akibat pukulan tetes air hujan dan aliran permukaan atau perluapan, sehingga air mudah menghancurkan dan



mengangkutnya. Tanah dengan bahan organic rendah mudah terangkut oleh air karena daya ikat antar butir tanah rendah, sebab bahan organic dapat meningkatkan stabilisasi agregat tanah. Salah satu wilayah yang terlihat berdampak akan erosivitas dan juga erodibilitas salah satunya adalah Lampung dan juga Pacet. pada masingmasing daerah erosivitas dan erodibilitas yang dihasilkan akan berbeda-beda satu sama lain. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor yang ada. Untuk mengetahui perbedaan erosivitas dan erodibilitas maka dilakukan perhitungan antar kedua daerah untuk melihat perbandingan yang dihasilkan antar kedua daerah tersebut.



BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN PENDUGAAN EROSIVITAS HUJAN



2.1 Data Lampung



1) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Harian (Rh) (Bols, 1978) Rh =



2.467 ( 𝐻ℎ)2 (0.02727∗ 𝐻𝐻ℎ)+0.725



2) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Harian (Utomo, 1989) Rh = -4.41 + 10.26 CHh



3) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan (Bols, 1978) R = 6.119 (CHb)1.21(HHb) -0.47 (MaxCHb) 0.53



4) Hasil Perhitungan Erovitas Hujan Bulanan (Utomo dan Mahmud, 1984) R = 10.80 + 4.15 CHb



5) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan Rb = 2.21 (Hb)1.36



6) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan (Utomo, 1989) R = -18.79+ 7.01 CHb



Erovisitas Hujan Tahunan



7) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan (Bols, 1978) Rt =



25 𝐻ℎ𝐻² 100 (0.073 𝐻ℎ𝐻+0.73)



Rt = 10822,0255



8) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan Rt = 2.34 𝐻𝐻1.98 Rt = 20013046,14



9) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan Rt = 38.5 + 0.35 (CHt) Rt = 1148



2.2 Data Daerah Pasinan (no. Absen 26)



1) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Harian (Rh) (Bols, 1978) Rh =



2.467 ( 𝐻ℎ)2 (0.02727∗ 𝐻𝐻ℎ)+0.725



2) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Harian (Utomo, 1989) Rh = -4.41 + 10.26 CHh



3) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan (Bols, 1978) R = 6.119 (CHb)1.21(HHb) -0.47 (MaxCHb) 0.53



4) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan (Utomo dan Mahmud, 1984) R = 10.80 + 4.15 CHb



5) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan Rb = 2.21 (Hb)1.36



6) Hasil Perhitungan Erosivitas Hujan Bulanan (Utomo, 1989) R = -18.79+ 7.01 CHb



Erovisitas Hujan Tahunan



7) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan (Bols, 1978) 25 𝐻𝐻𝐻2



Rt =



100 (0.073 𝐻𝐻𝐻+0.73 Rt = 809,46



8) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan Rt = 2.34 (Ht)1.98 Rt = 11198764,57



9) Hasil Perhitungan Erovisitas Hujan Tahunan Rt = 38.5 + 0.35 (CHt) Rt = 866,03



2.3 Pembahasan Menurut Fahliza, dkk. (2013) erosivitas merupakan sifat curah hujan; hujan dengan intensitas rendah jarang menyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang panjang maupun pendek dapat menyebabkan adanya limpasan yang besar dan kehilangan tanah. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada stasiun klimatologi di Kota Bumi Lampung dan stasiun klimatologi di daerah Pasinan, diperoleh hasil yang berbeda pada kedua hasilnya. Berdasarakan hasil perhtiungan, erosivitas yang ada di daerah lampung lebih tinggi dibandingkan dengan erosivitas yang terjadi di Pasinan. Hal ini dapat diperngatuhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu hujan. Menurut Blanco & Lal, 2008 dalam Morgan, 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi erosivitas adalah jumlah, intensitas, velositas, ukuran butiran, dan penyebaran ukuran butiran air hujan yang jatuh. Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetik (E) dari satu kejadian hujan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30). Berbagai faktor lain juga dapat mempengaruhi erosivitas yang terjadi. Erosi yang terjadi pada daerah yang beriklim tropis pada umumnya disebabkan karena hujan. Hal ini terjadi karena intensitas hujan di daerah tropis lebih tinggi dari daerah lainnya. Tebal hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan mempengaruhi terjadinya peningkatan erosi. Kemampuan suatu hujan untuk dapat menimbulkan suatu erosi disebut erosivitas. Indeks erosivitas merupakan pengukur kemampuan suatu hujan untuk menimbulkan suatu erosi. Indeks erosivitas dapat diketahui melalui tebal curah hujan. Semakin tebal hujan yang terjadi maka nilai erosivitas juga akan tinggi yang berarti bahwa kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi sangat besar.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PENDUGAAN ERODIBILITAS TANAH



3.1 Persamaan Erodibilitas 100K = 1.292* (2.1* 𝐻1.14*(10−4) *(12-a) + 3.25*(b-2) + 2.5* (c-3)) Dimana: K



= erodibilitas tanah,



M



= (presentase pasir sangat halus dan debu) * (100-presentase liat);



a



= presentase bahan organik atau % C_organik * 1.724;



b



= kode struktur tanah;



c



= kode kelas permeabilitas tanah.



Hasil: 100 K = 1.292*((2.1*38)*(100-37))1.14*(10-4)*(12-3,05148)+3.25*(2-2)+2.5*(8-3) 100 K = 31,6666075 K = 31,6666075 = 0,316666075 100 Jadi, erodibilitas pada daerah pasinan (no. absen 26) tergolong sedang.



3.2 Hasil Erodibilitas Tanah dengan Nomograph



3.3 Pembahasan Erodibilitas tanah menunjukan tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak hujan.Perhitungan indeks erodibilitas tanah ditentukan melalui beberapa 11 faktor yang mempengaruhi erodibilitas tanah yaitu tekstur (persen pasir, debu dan liat), persen bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah (Wischemeier et al., 1971). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa erodibilitas di daerah Pasinan (nomor absen 26) tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merligon (2011), erodibilitas terbagi berdasarkan tingkatannya. Untuk kelas dengan tingkat erodibiltas sangat rendah kelas dan nilai K nya 0,00-0,10, untuk kelas dengan tingkat erodibilitasnya rendah yaitu 0,110,20, untuk tingkatan erodibilitas sedang kelas dan nilai K nya 0,21-0,32, untuk tingkatan yang agak tinggi angkanya berkisar 0,33-0,43, untuk tingkatan tinggi 0,44-0,55, sedangkan untuk erodibilitas dengan tingkatan yang sangat tinggi kelas dan nilai k nya > 0,56. Erodibilitas dapat mempengaruhi erosi yang akan terjadi pada suatu daerah. Sesuai dengan pernyataan Purwantara dan Nursa’ban (2012) dalam penelitiannya bahwa erodibilitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan erosi di beberapa wilayah.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



4.1



Kesimpulan Berdasarakan perhitungan yang telah dilakukan baik pada daerah Lampung



maupun



Pasinan



didapatkan



hasil



yang



berbeda



beda



berdasarkan pada 9 persamaan. Pada hasil perhitungan erosivitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu nilai erosivitas yang lebih besar berada di wilayah Lampung. Hal ini dapat disebabkan karena Lampung beriklim lebih kering dibandingkan dengan wilayah Pasinan. Erosi yang terjadi pada daerah yang beriklim tropis pada umumnya disebabkan karena hujan. Hal ini terjadi karena intensitas hujan di daerah tropis lebih tinggi dari daerah lainnya. Sedangkan, untuk hasil perhitungan erodibilitas pada wilayah Pasinan tergolong ke dalam tingkatan yang sedang. Erodibilitas ini dapat berpengaruh terhadap erosi yang akan terjadi. Karena, erodibilitas merupakan faktor utama penyebab erosi.



4.2 Saran Baik pada daerah Lampung maupun daerah Pasinan memiliki hasil perhitungan yang tinggi pada erosivitas dan tingkat sedang pada erodibilitas. Cara penanggulangan maupun pencegahan akan erosi yang paling baik adalah dengan melakukan konservasi yang cocok dan berkelanjutan agar nilai erosi yang terjadi tidak melebihi EDP (erosi yang diperbolehkan).



DAFTAR PUSTAKA



Assistance Project ATA 105, Soil Research Institute, Bogor. Blanco, H. & Lal, R. 2008. Principles of soil conservation and management. Springer. USA. Bols, P. L., 1978. The Iso-Erodent Map of Java and Madura. Belgian Technical Fahliza, U.dkk.2013. Analisis Erosi pada Subdas Lematang Hulu.Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.Vol. 1, No. 1. Merligon. 2010. Erodibilitas Tanah di Sub-DAS Saradan Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Morgan, R.P.C. 2005. Soil erosion and conservation. Blackwell Publishing, Ltd. UK. Purwantara, S dan Nursa’ban, M. 2012. Pengukuran Tingkat Bahaya Bencana Erosi di Kecamatan Kokap. Geomedia 10 (1): 111-128 Suripin. 2004. Pelestarian sumber daya tanah dan air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Utomo, W.H. 1989. Erosi dan Konservasi Tanah, IKIP Malang, Malang. Utomo, W.H. dan Mahmud.1984. The Possibility for Using USLE in Rich Andosol of East Java. Bangkok: Proc. 5th ASEAN. Soil Conf. Wischmeier, W.H., C.B. Johnson, and B.V. Cross. 1971. A soil erodibility nomograph for farmland and construction sites. J.Soil and Water Cons. 26: 189-193.