Tugas Pak Jab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI



A. Tema dan Amanat 1. Tema Tema dalam novel ini tentang politik, sosial-budaya, kepercayaan dan ekonomi. Dalam novel ini mengangkat tokoh utama seorang anak dukuh, yang menjalani kehidupan sederhana dipedesaan yang memiliki tingkat ekonomi rendah, masyarakat dilingkungannya pun hanya memiliki kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang dan sosok ronggeng yang sangat mereka agungkan. Tidak ada orang cerdas di dukuh tersebut, sekedar membaca pun tak ada yang bisa. Sehingga dengan mudahnya, partai politik menipu mereka karena kebodohan mereka terhadap dunia luar, dan pada puncaknya yaitu pada peristiwa G30S PKI, mereka dibodohi oleh partai komunis yang sedang gencar-gencarnya beraksi. Dengan perjuangannya, tokoh utama tersebut menjalani kehidupan dengan berusaha keluar dari keterbelakangan pedesaan itu. 2. Amanat Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca yang bersifat tersifat. Berdasarkan novel tersebut, amanat yang tersirat sangatlah banyak. Yang dapat saya simpulkan bahwa, tidak semua nilai-nilai masyarakat harus dilaksanakan dalam kehidupan. Aspek positif dari adat masyarakat tersebut memang sebaiknya dilestarikan, namun aspek negatifnya sebaiknya dihapuskan. Karena aspek tersebut dapat menyebabkan kita tertinggal oleh zaman yang terus berkembang. Dan karena pemikiran yag tidak mau berkembang, maka dengan mudahnya kita dapat dipermainkan serta dibodohi oleh orang-orang yang berkuasa. Berpikirlah lebih terbuka, kehidupan terus berkembang. B. Fakta Cerita 1. Tokoh dan Penokohan Novel Ronggeng Dukuh Paruk menyajikan gaya penokohan naratif, yaitu cara mendeskripsikan watak tokoh cerita yang diambil alih oleh seorang pencerita tunggal, yaitu Rasus. Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, pencerita memaparkan watak



tokoh-tokoh cerita dan menambahkan komentar atau pendapat tentang watak tokoh tersebut. 



Tokoh Utama Tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Rasus. Pengarang menampilkan Rasus sebagai narator dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Tokoh Rasus merupakan tokoh yang serba tahu akan segala peristiwa dalam cerita itu. Tokoh Rasus digambarkan sebagai seorang pemuda biasa yang tidak mempunyai status kebangsaan, tinggal di daerah terpencil yang mempunyai status rendah, kurang pengetahuan, serta mudah rapuh atau lemah.







Tokoh Pembantu Utama Tokoh pembantu utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah Srintil. Pengarang menggambarkan Srintil sebagai seorang ronggeng yang cantik dan menarik, serta perempuan yang sempurna fisiknya yang dianggap sebagai titisan dari Ki Secamanggala. Srintil yang semula hanya anak Dukuh Paruk biasa yang tidak mempunyai status kebangsaan dijadikan pengarang sebagai perempuan mempunyai status yang tinggi ketika menjadi ronggeng. Hal tersebut menimbulkan perubahan watak yang dimiliki Srintil. Dulu srintil yang sering bermain bersama Rasus, Warta dan Darsun tapi setelah menjadi seorang ronggeng dia sudah tidak ada waktu untuk bermain bersama mereka. Dari situ sangat terlihat perubahan sifat srintil. Dari sosok kekanakannya yang polos menjadi wanita yang dewasa.







Tokoh Sukender/Bawahan Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk terdiri atas 25 tokoh bawahan dari analisis novel yang saya lakukan. Tokoh bawahan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, diantaranya: 1) Santayib memiliki sifat keras, tidak mudah putus asa, dan penyayang. 2) Istri santayib mempunyai sifat baik, patuh, dan penyayang. 3) Nenek Rasus memiliki sifat penyayang, sabar dan pikun. 4) Sakarya (kakek Srintil) memiliki sifat kolot, keras, dan penyayang.



5) Nyai Sakarya (nenek Srintil) mempunyai sifat penyayang, penyabar dan peduli kepada orang lain (tetangga), namun dia tetap tunduk pada nasibnya sebagai rakyat kecil. 6) Sakum memiliki sifat tekun,baik, optimis akan hidupnya. 7) Ki Kartareja memiliki sifat kolot, keras, penyayang, licik. 8) Nyai Kartareja memiliki sifat materialistis, pandai membujuk dan licik. 9) Sersan Pujo mempunyai sifat baik dan tegas. 10) Marsusi



mempunyai



sifat



pantang



menyerah,



pendendam,



mengahalalkan segala cara untuk hal yang ingin dia raih. 11) Tampi seorang ibu yang memiliki sifat penyayang, rela mengalah demi kebahagiaan orang lain. 12) Goder, seorang bayi yang memiliki sifat periang. 13) Bajus memiliki sifat licik. 14) Pak Ranu memiliki sifat tegas. 15) Tarim adalah seorang dukun . 16) Dilam memiliki sifat yang pendendam. 17) Tri Murdo memiliki sifat berwibawa. 18) Waras memiliki sifat kekanak-kanakan. 19) Sentika memiliki sifat sabar, baik hati. 20) Sersan Selamet mimiliki sifat yang sangat tegas. 21) Kapten Mortir memiliki sifat baik hati dan tegas. 22) Blengur, bos dari Bajus yang memiliki sifat bijaksana. 23) Bakar, memiliki sifat yang licik. 24) Warta, memiliki sifat yang periang. 25) Darsun, memiliki sifat yang periang. 2. Alur Alur cerita yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah alur campuran. Karena cerita yang ada di dalam novel menceritakan kejadian masa sekarang, lalu kembali ke masa lampau, dan kembali lagi ke masa sekarang. Berikut adalah tahapan alur dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.







Perkenalan Perkenalan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang kehidupan Rasus dan Srintil ketika masih kecil yang harus di tinggal oleh kedua orang tua mereka karena peristiwa keracunan tempe bongkrek yang menimpa warga Dukuh Paruk. Kemudian menceritakan perihal kematian Emak rasus dan kehidupan Ki Secamenggala. Lalu diperkenalkan pada tradisi bukak-klambu yang ada di daerah dukuh Paruk.







Konflik Konflik utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu saat peristiwa keracunan tempe bongkrek terjadi yang membunuh sebagian masyarakat Dukuh Paruk termasuk kematian ronggeng Dukuh Paruk yang terakhir. Rasus sebagai tokoh utama juga mengalami keracunan tersebut. Konflik lain terjadi ketika Srintil mulai menjadi calon ronggeng baru. Saat itu kehidupan Srintil mulai berubah. Dari yang dulunya sering bermain bersama Rasus, Warta, Darsun, tapi setelah menjadi ronggeng dia sudah tidak ada waktu untuk bermain. Saat itu Rasus mulai menjauh dari Srintil, wanita yang dicintainya itu. Konflik meningkat ketika Srintil harus menyelesaikan syarat terakhir menjadi seorang ronggeng, syarat terakhir yang harus dipenuhi itu bernama bukak-klambu. Sebuah syarat yang akan menghancurkan hubungan Rasus dan Srintil. Hal itu memunculkan kebencian yang mendalam bagi Rasus atas semua kebudayaan yang ada di Dukuh Paruk. Konflik muncul lagi ketika tim ronggeng Dukuh Paruk, menjadi pengisi acara dalam kegiatan rapat partai. Dan ternyata partai tersebut adalah partai komunis yang menyebabkan tim ronggeng Dukuh Paruk disangka ikut terlibat dalam aksi radikal yang dilakukan oleh partai komunis tersebut, dan mengakibatkan tim ronggeng Dukuh Paruk ditahan dipenjara beberapa bulan dan Srintil ditahan selama dua tahun. Konflik yang terjadi pada buku ketiga yaitu, Rasus yang dilema antara memilih memutuskan menikahi Srintil saat itu juga atau memilih menjalankan tugasnya untuk dinas di luar pulau Jawa. Konflik muncul lagi ketika Srintil yang mengira akan dinikahi oleh Bajus seorang priyayi dari Jakarta, namun faktanya Srintil hanya dijadikan wanita penghibur untuk bos dari



priyayi tersebut. Dan hal tersebut menyebabkan Srintil menjadi kehilangan akal sehat. 



Klimaks Puncak permasalahan terjadi ketika Srintil telah menjadi seorang ronggeng Dukuh Paruk, yang berarti Srintil telah menjadi milik orang banyak dan Rasus sebagai seorang laki-laki yang menyukainya harus merelakan Srintil menjadi milik orang banyak. Ketika tim ronggeng Dukuh Paruk tidak mengetahui bahwa penampilannya pada setiap rapat dalam partai komunis tersebut hanya sebagai alat, dan menyebabkan mereka ditahan karena dianggap sebagai bagian dari partai komunis tersebut. Pada buku ketiga, puncak permasalahannya terjadi ketika Rasus memilih meninggalkan Dukuh Paruk untuk melaksanakan dinasnya di luar pulau Jawa.







Anti – Klimaks Rasus yang mencintai Srintil dan yang menganggap bahwa sosok ibunya berada dalam diri Srintil tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa merasakan kecewa setelah Srintil resmi menjadi ronggeng yang dianggap milik orang banyak. Oleh karena itu, Rasus memilih pergi meninggalkan Srintil sendirian di Dukuh Paruk. Tim ronggeng Dukuh Paruk yang sadar bahwa telah diperalat oleh partai komunis yang ada, akhirnya pasrah saja dengan tudingan yang diberikan kepada mereka. Rasus memilih untuk menjalani dinas keluar pulau Jawa, dan membuat Srintil membuka hati untuk pria lain yang ingin menikahinya, namun ternyata tidak ada laki-laki yang sungguh-sungguh ingin menikahinya.







Penyelesaian Walau Rasus sangat mencintai Srintil, itu semua tidak menggoyahkan tekadnya yang bulat untuk menjauhi Srintil dan dukuhnya yang miskin. Pada saat fajar, Rasus pergi tanpa berpamitan pada Srintil yang masih tertidur pulas. Rasus meninggalkan Dukuh Paruk menuju pasar Dawuan,dan di tempat itulah Rasus merubah jalan hidupnya yang dulu sangat miskin ilmu. Ia menjadi seorang prajurit atau tentara yang gagah. Kepergian Rasus tanpa pamit itu sangat mengejutkan dan menyadarkan Srintil bahwa ternyata tidak semua lelaki dapat ditundukkan oleh seorang ronggeng. Tim ronggeng Dukuh Paruk menjalani



hukuman yang diberikan aparat yang berwajib dengan ikhlas, meskipun sesungguhnya mereka tidak bersalah, karena mereka memang tidak terlibat dalam aksi partai komunis yang terjadi. Akhirnya Rasus berniat untuk mengubah tanah kelahirannya itu menjadi tanah yang bermartabat, tidak lagi tanah yang memeliki jiwa primitif. Tidak ada lagi ronggeng di Dukuh Paruk



3. Latar 



Latar Tempat Terlihat jelas dari judul novel Ronggeng Dukuh Paruk, novel Ronggeng Dukuh Paruk ini berlatar tempat utama di pedukuhan yang bernama Dukuh Paruk. Latar utama yang terjadi di Dukuh Paruk memunculkan latar yang lebih khusus. Hal ini terdapat dalam latar berikut: 1) Di tepi kampung. 2) Di pelataran, dibawah pohon nangka. 3) Di halaman rumah Kartareja. 4) Pemakaman Ki Secamenggala. 5) Pasar Dawuan. 6) Rumah Sakarya. 7) Rumah Sakum. 8) Rumah Srintil. 9) Rumah nenek Rasus. 10) Rumah Kartareja. 11) Lapangan kecamatan Dawuan.







Latar Waktu Cerita dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk tidak mempunyai tanggal yang pasti, namun novel ini terjadi pada tahun 1965. Hal ini tercermin ketika Srintil terlibat dalam kasus politik pada tahun 1965. Sedang latar terjadinya peristiwa kematian sebagian warga Dukuh Paruk akibat keracunan tempe bongkrek terjadi tahun 1946. Latar waktu dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk



juga terjadi tahun 1960. Pada saat itu perampokan dan kekerasan sering terjadi. Secara lebih spesifiknya lagi cerita yang terjadi juga memiliki latar waktu pada pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. 



Latar Suasana Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, suasana yang tercipta berubahubah. Ada kalanya suasana gembira, hal itu tercerminkan pada saat Srintil yang berusia sebelas tahun dinobatkan menjadi seorang ronggeng karena ruh indang telah merasuki dirinya, dan oleh sebab itu seluruh warga Dukuh Paruk berbahagia. Suasana keteganganpun pernah tercipta saat rampok datang ke Dukuh Paruk khususnya ke rumah Ki Kartareja. Suasana sedih pun tercipta ketika Srintil ditahan selama dua tahun, lalu Rasus berusaha untuk menjenguknya, tidak ada percakapan disana, hanya ada air mata yang dijadikan bahasa untuk menyampaikan apa yang dirasakan Srintil maupun Rasus.



C. Sarana Cerita 1. Sudut Pandang Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan kemungkinan dua sudut pandang, yaitu orang ketiga serba tahu dan orang pertama adalah pelaku utama. Karena dalam bagian pertama, menggambarkan orang ketiga serba tahu. Pengarang ikut terlibat dalam cerita sekaligus sebagai pengamat. Pengarang mengetahui batin tokoh utama, seperti tokoh Rasus ketika menyaksikan pentas menari Srintil. Pengarang seperti ikut merasakan apa yang dirasakan Rasus, yaitu perasaan hati Rasus. Sedangkan pada bagian kedua sampai seterusnya diceritakan dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama, yaitu Rasus yang di sebut “aku”. “aku” merupakan tokoh utama yang mempunyai kedudukan yang dominan pada cerita. 2. Gaya Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah sederhana dan lugas. Gaya bahasa menggambarkan kepolosan, seperti orang-orang Dukuh Paruk yang menjalankan kehidupan apa adanya. Gaya bahasa dalam cerita berdominan dengan gaya penulisan yang sangat bernuansa masyarakat pedesaan.



D. Keterkaitan antara Tema