Tugas Resensi Novel Ranai Rena [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Bahasa Indonesia ( Resensi Novel) Nama Peresensi : 1. Jie Fica Anindia .F. (16) 2. Melinda Lia .D.S.



(18)



3. Nadia Safa .K.



(22)



4. Qurrotul A’yun



(28)



Jatuh Bangun Rena Mengejar Mimpi dan Cinta Judul



: Ranai Rena ( sebuah novel ) Penulis : Ida Ernawati Pemerhati aksara : Desi Tri Rahmawati Penata artistik : Studio MotoGeni Ilustrasi sampul : www.jessicadurrant.com Penerbit : Meja Tamu, Sidoarjo Cetakan : Cetakan pertama April 2018 Jumlah halaman : × + 172 halaman Ukuran : 13cm × 20cm Nomor Edisi : ISBN: 978-602-6679-66-6 Harga : Rp. 50.000,00



Novel Ranai Rena ini merupakan novel dengan genre fiksi merupakan salah satu dari sekian banyak karya dari seorang penulis Ida Ernawati. Novel ini mengusung kisah perjalanan kehidupan dan romantisnya dua orang penyiar radio, dengan banyak lika-liku yang harus dilalui. Bahkan sebelum novel Ranai Rena terbit untuk publik, novel ini sudah dibaca oleh beberapa tokoh masyarakat seperti Samsudin Adlawi yaitu Direktur Radar Banyuwangi), Andaru Intan yang merupakan seorang penulis, Mh. Qowim penulis Novel Hiroshima;Cinta Tanpa Batas, Istu Handono, M.Pd yang merupakan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kebupaten Banyuwangi, Estuninhsih, S.Pd.,MM.,M.Pd. yaitu Kepala SMALB Negeri Banyuwangi. Komentar beberapa tokoh yang tertuang dalam bagian halaman depan novel ini merupakan komentar positif yang mendukung novel ini sangat layak dibaca publik, sehingga sangat meyakinkan pembaca bahwa cerita yang tertuang dalam novel Ranai Rena ini merupakan cerita yang memiliki imajinasi tinggi. Ida Ernawati yang merupakan penulis dari novel Ranai Rena ini sebelumnya sudah memiliki karya-karya yang telah banyak dikonsumsi masyarakat seperti Antalogi Puisi Dua Penyair "Dua dan Ranai Mara" yang terbit tahun 2011, Antalogi Puisi Bersama "Sepenggal Rindu dalam Kotak Imajinasi" terbit tahun 2015, Antalogi Kisah Inspiratif Bersama 31 Penulis Nusantara "Kenangan Masa Kecil yang Membekas di Hati" terbit tahun 2015, dan masih ada beberapa beberapa buku yang ditulis olehnya.



Novel ini menceritakan tentang kehidupan Sasi Kirana, seorang penyair radio yang suka menulis syair-syair puitis hingga menemukan cintanya lewat radio, harus mengalami beribu luka diusianya yang remaja. Awalnya hidupanya penuh dengan kebahagiaan beserta dengan hadirnya Mas Radit. Lalu masalah demi masalah tiba. Dimulai sejak malam itu, dimana mahkota miliknya harus direnggut oleh lelaki biadab yang melakukannya saat Sasi tidak sadar. Bagaimana ia harus mencampakkan Mas Radit, lelaki yang ia sayangi tanpa memberikan kejelasan sedikitpun, sampai akhirnya ia harus hidup dalam pernikahan yang tidak pernah ia inginkan hanya untuk menutupi aibnya. Kehidupannya tidak sama seperti dulu bahkan menjadi gelap baginya. Seorang penyiar yang mengasuh acara islami, terkena kasus yang bahkan bukan ia pelakunya. Bangkit! Tidak mudah untuk dilakukan. Ini hanya soal waktu. Ia mulai belajar dari pengalaman-pengalamannya dan cerita orang-orang disekitarnya. Sasi mulai menuliskan perjalanan hidupnya yang pahit. Ia tidak pernah menyangka tulisan itu membuat hidupnya perlahan berubah. Hingga ia bertemu kembali dengan lelaki pemilik hatinya dulu. Dan dengan terpaksa ia menceritakan yang sesungguhnya. Pada akhirnya Rena menemukan titik balik kehidupannya, kali ini bukan lagi ranai mara namun ranai bahagia. Karena mara telah berlalu dalam sederet waktu di dalam hidupnya. Kini, ia bisa hidup bahagia bersama pria yang dicintainya. 



Analisis  Tema : Romansa, Drama  Tokoh : • Main Charakter : Rena Antasari alias Sasi Kirana • Raditya Priyatama • Afdal • Mas Hendra • Ibu Rena • Bapak Rena • Kakak Rena • Ibu Radit • Vena • Andra  Alur : Maju  Latar : a) Tempat : • Rumah Rena • Rumah Radit • Studio Siaran b) Suasana :



• Sedih • Bahagia Penulis sendiri mampu membawa perasaan pembaca naik turun.  Sudut pandang : Sudut pandang orang pertama (Tokoh Utama). Sesuai dengan namanya, sudut pandang orang pertama pelaku utama, si penulis seolaholah ‘masuk’ dalam cerita tersebut sebagai tokoh utama/tokoh sentral dalam cerita (first person central). Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku" lakukan akan digambarkan pada cerita tersebut. Ia akan menjadi pusat kesadaran dan pusat dari cerita. Jika ada peristiwa/tokoh di luar diri “aku", peristiwa/tokoh itu akan diceritakan sebatas keterkaitan dengan tokoh “aku". Dalam novel "Ranai Rena", pokok cerita berkutat pada kehidupan Rena dan juga Radit.  Gaya Bahasa : Mayoritas gaya bahasa yang digunakan oleh penulis adalah gaya bahasa perbandingan. Dimana gaya bahasa perbandingan sendiri menurut Tarigan (2009:8), berpendapat bahwa ”Gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lain”. Dapat dipahami bahwa gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang mengandung maksud membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau mempunyai persamaan sifat (bentuk) dari dua hal yang dianggap sama. Adapun gaya bahasa perbandingan ini meliputi: perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme/tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi dan koreksio atau epanortosis. Cover buku adalah bagian yang penting dari sebuah buku novel, karena merupakan yang pertama kali pembaca lihat. Novel “Ranai Rena” ini menyajikan cover buku yang menarik dan artistik. Pemilihan warna cover yang manis menambah kesan romantis dari novel ini. Ilustrasi gambarnya pun cukup memberi gambaran yang jelas mengenai kisah yang diceritakan dalam novel ini. Cara penulis yang membagi cerita di dalam novel ini menjadi beberapa chapter membuat pembaca yang membaca novel “Ranai Rena” ini tidak cepat bosan sebab setiap chapter menyajikan pokok permasalahan yang berbeda-beda namun masih terhubung dengan chapter sebelumnya dan saling melengkapi. Setiap chapter juga tidak terlalu panjang sehingga tidak akan membuat penat pembaca. Pemilihan judul untuk setiap chapter juga menarik. Hal yang menarik



dari novel “Ranai Rena” ini salah satunya juga pemakaian bahasa oleh penulis yang indah dan sarat makna. Banyaknya pemakaian kalimat yang bermakna konotatif di dalam novel “Ranai Rena” ini membuat kesan romantis serta puitis semakin terasa dan pembaca juga tidak akan bosan karena pemakaian kalimatkalimat bermakna konotatif itu akan membuat pembaca untuk mengartikan sendiri apa yang sebenarnya dimaksud oleh penulis. Pemilihan kata-kata dalam novel “Ranai Rena” juga mudah dipahami dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, walaupun beberapa kata ada yang mungkin berasal dari bahasa daerah dan sulit dipahami namun penulis tidak lupa menjelaskan makna kata tersebut di dalam ceritanya misalnya saja kata bernala-nala, disana penulis menjelaskan maksud dari kata bernala-nala. Untuk penokohan, novel “Ranai Rena” ini memiliki tokoh-tokoh yang kompleks, dalam artian tokoh-tokoh di novel ini memiliki karakter yang beragam. Beberapa karakter memiliki sifat yang jenaka, sehingga cukup menghibur, sedangkan beberapa tokoh pria ada yang memiliki sifat romantis sehingga membuat pembaca juga hanyut dalam keromantisan. Tokoh-tokoh dalam novel “Ranai Rena” ini memiliki latar belakang keluarga dengan masalah yang beragam yang sesuai dengan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Hal itu mampu menarik simpati pembaca untuk semakin menyelami karakter tokoh yang dibaca. Permasalahan yang diangkat penulis dalam novel “Ranai Rena” ini juga tidak terlalu berat untuk dicerna pembaca remaja. Masalah yang diangkat penulis dalam setiap chapter tidak jauh dari kehidupan remaja SMA dan mahasiswa. Konten cerita yang diceritakan juga bukanlah konten yang terlalu dewasa sehingga cocok untuk pembaca remaja. Di dalam novel “Ranai Rena” ini, penulis juga pandai mengontrol alur. Penulis memadukan antara alur maju dan mundur untuk semakin memperjelas kisah di dalam novel ini. Di satu waktu, penulis memakai alur mundur untuk menjelaskan kisah yang terselip atau belum terkuak kebenarannya. Lalu beralih kembali ke alur masa sekarang. Satu lagi yang menonjol dalam novel “Ranai Rena” ini yang patut untuk diapresiasi yaitu bagaimana penulis juga menyelipkan kearifan budaya lokal Banyuwangi dalam novel ini. Misalnya saja Tari Gandrung, makanan-makanan khas dan makanan jalanan Banyuwangi, serta tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi di Banyuwangi. Pembaca diajak keluar sejenak dari permasalahan cerita untuk menikmati kearifan budaya lokal Banyuwangi. Tidak hanya itu, di dalam novel ini penulis juga banyak menyelipkan nilai budi pekerti dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua, misalnya saja disaat tokoh Rena berkunjung ke rumah tokoh Radit, bagaimana perilaku Rena di depan ibu Radit saat itu. Tidak kalah pentingnya lagi, adalah nilai ibadah yang selalu penulis sisipkan dalam



tingkah laku tokoh novel “Ranai Rena” ini misalnya saja seperti kebiasaan sholat dhuha, sholat malam seperti sholat istikharah, dan sholat tepat waktu. Penulis juga membubuhkan sedikit pengetahuan ilmiah di dalam novel ini. Misalnya saja tentang masalah psikologis seperti berkepribadian ganda yang dialami tokoh Arsyad, penyakit HIV/AIDS yang diderita tokoh Nadia, dan kelainan CP ( Cerebral Palsy ) yang dialami tokoh Randy. Secara tidak langsung penulis juga mengajak pembaca untuk peduli terhadap masalah kesehatan. Dari segi pesan moral, banyak sekali pesan yang bisa pembaca petik dalam novel “Ranai Rena” ini, apalagi untuk kalangan remaja yang menginjak masa SMA. Tidak lain tidak bukan adalah masalah romansa. Cinta dan pasangan hidup memang penting. Namun, alangkah baiknya bagi kita untuk membahagiakan orang tua dahulu, mengejar mimpi kita terlebih dahulu. Semuanya sudah ada yang mengatur, yakni Allah SWT. Kalau memang jodoh, apapun rintangannya pasti akan dipertemukan kembali. Jangan pernah putus asa dalam menjalani hidup ini. Walaupun kita melakukan kekhilafan dan dosa, semasih kita bernafas masih ada kesempatan untuk bertaubat dan menjalani hidup yang lebih baik. Yang terpenting adalah jangan pernah melupakan Allah SWT. Di dalam novel ini juga tersirat pesan untuk hati-hati dalam memilih pergaulan. Jangan sampai kita terjerumus dalam barang haram hanya karena ingin melarikan diri dari masalah hidup. Jangan gegabah dalam mengambil keputusan, sebaiknya kita meminta petunjuk kepada Allah SWT melalui shalat istikharah untuk mencari jalan keluar permasalahan kita. Tidak banyak kekurangan dalam novel “Ranai Rena” ini. Salah satunya adalah ketika berganti sudut pandang, misalnya dari tokoh “Aku” atau si Rena ke sudut pandang tokoh lain misalnya tokoh Hendra. Penggunaan kata gantinya masih sama yaitu “Aku”, namun tidak ada tanda kalau berganti sudut pandang ke tokoh lain. Jadi, ketika pembaca membacanya sedikit kebingungan “Apakah ini masih sudut pandang Rena ? Tapi kok ceritanya berbeda ? Oh ternyata ini sudut pandang si Hendra”. Butuh beberapa waktu bagi beberapa pembaca untuk menyadari kalau itu sudah bukan sudut pandang Rena lagi. Hal ini terkadang membuat bingung pembaca memahami jalan ceritanya, karena bertabrakan dengan kisah tokoh pendukungnya. Kemudian untuk judul, sedikit kurang menarik. Mungkin karena tidak semua orang mengerti maksud dari kata “Ranai Rena”, beberapa orang tidak bisa langsung mengartikan maknanya apa, sehingga beberapa harus mencari arti katanya dahulu. Walaupun katanya indah, namun orang sulit mengartikan maknanya apa. Akhirnya beberapa orang mungkin menjadi tidak tertarik.



Di dalam novel “Ranai Rena” ini juga tidak disertakan kata pengantar. Padahal kata pengantar ibarat sebuah pintu yang akan mengantarkan pembaca apakah ia akan tertarik untuk membaca novel atau tidak. Hal inilah yang membuat penulis harus bisa menulis kata pengantar semenarik mungkin. Sinopsis dalam novel ini indah, namun kurang menarik. Sinopsisnya kurang mewakili isi cerita keseluruhan. Setidaknya ada gambaran sedikit tentang kisah di dalamnya. Mungkin sebaiknya sinopsisnya bahasanya sedikit mudah dipahami dan dicerna, jadi pembaca bisa tahu sekilas kisah di dalam novel itu. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam novel "Ranai Rena" ini, pada intinya novel “Ranai Rena” mampu menghadirkan novel dengan cerita dan tata bahasa yang menggunakan syair-syair indah. Novel ini pantas dibaca untuk siapa saja, terutama untuk wanita supaya bisa lebih berhati-hati dalam menjaga diri dan mengambil keputusan dalam hidup ini kaitannya dengan mimpi dan cinta. Sesuai konsepnya yang inspirasional, novel ini memberikan kita banyak inspirasi, pesan dan kesan yang dapat mengalir hingga ke lubuk hati dan pikiran.