Tugas Sains Indah Rosmaya (Teori Levine) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Theory Myra Estrin Levine The Conservation Model Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains Dalam Keperawatan



Dosen Pengampu: Dr. Irna Nursanti,SKp.,M.Kep.,Sp.Mat



Disusun oleh: Indah Rosmaya Peminatan Keperawatan Anak Kelas A



PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2016



i



KATA PENGANTAR Puji sykur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yaitu Theory Myra Estrin Levine (The conservation model). Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sains dalam keperawatan. Terimakasih kepada Ibu Dr. Irna Nursanti,M.Kep.,Sp.Mat selaku dosen pengampu yang telah membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu. Teriring do’a semoga bantuan dan amal baik yang diberikan kepada kami mendapat



balasan dari Allah SWT, akhir kata walaupun makalah ini belum



sempurna semoga menjadi titik awal bagi kami untuk melakukan perbaikan pada tugas-tugas selanjutnya. Akhirnya dari kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan pada umumnya pada kami pada khususnya. Jakarta, Oktober 2016



Penulis



i



2



DAFTAR ISI



Kata Pengantar...........................................................................................................i Daftar Isi ...................................................................................................................ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ..................................................................................................1 B. Biografi ..............................................................................................................2 C. Prestasi yang diraih...........................................................................................2 BAB II Konsep Teori Model A. Konsep Dasar dan Definisi Teori Konsep Konservasi Levine...........................3 B. Konsep Metaparadigma dalam Teori Levine......................................................6 C. Aplikasi Teori Konservasi Levine dalam Proses Asuhan Keperawatan.............10 BAB III Aplikasi Konsep Teori Levin A. Tinjauan Kasus...................................................................................................12 B. Pengkajian..........................................................................................................13 C. Trophicognosis...................................................................................................15 D. Intervensi Keperawatan......................................................................................15 E. Evaluasi..............................................................................................................18 BAB IV Analisa Kekuatan dan Kelemahan .............................................................19 BAB V Kesimpulan dan Saran................................................................................21 Daftar Pustaka............................................................................................................23



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan dikembangkan melalui pengembangan ilmu dan teori/konsep keperawatan, karena teori keperawatan merupakan produk kreatif perawat dengan berusaha menggambarkan banyak aspek keperawatan dalam cara yang dapat dipelajari, dievaluasi, dan digunakan oleh perawat lain pada praktik klinik.Sehingga proses keperawatan merupakan aktivitas yang mempunyai maksud yaitu pelaksanaan praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik berdasarkan model/teori keperawatan. Setiap model/teori keperawatan didasarkan pada asumsi yang berbeda dan mempunyai perspektif yang unik tentang konsep klien, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan serta interaksinya. Model konsep keperawatan saat ini tidak terlepas dari upaya ahli keperawatan yang mengembangkan berbagai konsep model teori keperawatan, salah satu grand theory keperawatan adalah model keperawatan konservasi yang dikembangkan oleh Myra Estrin Levine. Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba untuk menggali lebih jauh mengenai model konservasi Myra Levine dalam penerapannya pada proses pemberian asuhan keperawatan.



1



B. Biografi Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago. Ia anak tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan karena ayahnya sering mengalami masalah pencernaan sehingga memerlukan perawatan. Levine lulus diploma dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of Chicago pada tahun 1949. Dalam karirnya sebagai perawat, Levine menjalani pekerjaan bervariasi antara lain perawat pribadi (1944), perawat sipil untuk US Army (1945), Instruktur praklinik physical sciences Cook Country (1947-1950), Direktur Keperawatan di Drexel Home Chicago (1950 – 1951, surgical superveisor pada 2 rumah sakit yaitu klinik Universitas Chicago (1951-1952) dan Rumah Sakit Hendry Ford Detroit (1956 - 1962). Levine juga mendapat banyak tanda jasa meliputi Charter Fellow of American Academy of Nursing, gelar kehormatan menjadi anggota bantuan kesehatan mental Amerika untuk Israel (1976), Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University Chicago pada tahun 1992. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk US Army, sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi keperawatan. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga,



seperti di



University of Illionis di Chicago dan Tel Aviv University di Israel. Levine adalah seorang pemimpin aktip didalam



Asosiasi Perawat Amerika dan Asosiasi



Perawat Illinois dan memiliki berbagai macam karir. Myra Estrin Levine meninggal dunia pada tahun 1996. C. Prestasi yang diraih Pada tahun 1970 dan 1974 American Jurnal of Nursing memberikan penghargaan pada textbooknya yang diterbitkan pada tahun 1969 dan direvisi pada 1973 sebagai “book of the year” Karena banyaknya penghargaan berkat keberhasilannya, Myra Levine tetap saja tidak mau diklaim sebagai seorang “nurse theoris” sekalipun pemikirannya masih digunakan dalam keperawatan saat ini. Levine menulis 77 artikel yang dipublikaskan yang termasuk artikel “An Introduction to Clicical Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun 1969, 1973 dan 1989. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun 1992.



2



BAB II KONSEP TEORI MODEL A. Konsep Dasar dan Definisi Teori Konservasi Levine Fokus teori konservasi Levine adalah mempromosikan adaptasi serta mempertahankan keutuhan individu dengan menggunakan prinsip-prinsip konservasi. Perawat hendaknya menggunakan prinsip-prinsip konservasi tersebut untuk memelihara keseimbangan individu. Levine membuat 4 prinsip konservasi dan 3 konsep utama adaptasi dalam teorinya yaitu: adaptasi, Integritas (keutuhan ) dan konservasi. 1. Adaptasi Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan mempertahankan



integritas



individu



dalam



menghadapi



perubahan



lingkungan baik internal maupun eksternal. (Levine, 1966, 1989 dalam Tomey & Alligood, 2006). Konservasi adalah hasil dari adaptasi. Beberapa adaptasi dapat berhasil namun dapat juga tidak berhasil. Levine (1991) dalam Parker



(2001)



dan



Tomey



&



Alligood



(2006) mengemukakan



3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu : a. Historicity Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman masa lalu baik itu dari segi personal maupun genetik. b. Specifity Adaptasi juga bersifat spesifik, artinya bahwa pada perilaku individu memiliki pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari c. Redundancy Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan akan selamat atau gagal oleh



individu



untuk



memastikan



terjadinya



adaptasi



yang



berkelanjutan. Jika suatu sistem tubuh tidak mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil alih dan melengkapi tugasnya.



3



2. Wholeness (Keutuhan) Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah sistem terbuka: “Wholeness emphasizes a sound, organic, progressive mutuality between diversified functions and parts within an entirety, the boundaries of which are open and fluent. (Keutuhan menekankan pada suara, organik, mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang terbuka)”. Interaksi terus-menerus dari individu dengan lingkungannya merupakan sistem yang terbuka. Keutuhan terwujud ketika terjadi interaksi atau adaptasi konstan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan. Perubahan perilaku individu dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan disebut respon organisme. Respon organisme membantu individu untuk melindungi dan mempertahankan integritas mereka. Terdapat empat jenis respon organisme, yaitu: a. Fight-flight /melawan Merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman yang diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakutan melalui menyerang atau menghindar hal ini bersifat reaksi yang tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah kewaspadaan untuk mencari informasi untuk rasa aman dan sejahtera. b. Respon peradangan atau inflamasi Merupakan mekanisme pertahanan yang melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk menyembuhkan diri, respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada dalam dirinya untuk membuang iritan atau patogen yang merugikan, untuk hal ini sangat dibutuhkan kontrol lingkungan. c. Respon terhadap stress Menghasilkan respon defensif dalam bentuk perubahan yang tidak spesifik pada manusia, perubahan structural dan kehilangan energi untuk beradaptasi



secara



bertahap



terjadi



sampai



rasa



lelah



terjadi,



dikarakteristikkan dengan pengaruh yang menyebabkan pasien atau individu berespon terhadap pelayanan keperawatan. d. Kewaspadaan perceptual Respon ini sangat tergantung kepada kewaspadaan perceptual individu, hanya terjadi saat individu menghadapi dunia (lingkungan) baru disekitarnya dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi dari lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keamanan dirinya. 3. Konservasi 4



Konservasi berarti suatu usaha yang kompleks untuk tetap berfungsi pada saat tantangan berat menghalangi. Dalam hal ini bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan mereka. Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan adaptasi dan tetap mempertahankan keunikan pribadi. fokus utama konservasi adalah menjaga keutuhan individu (Levine dalam Parker, 2001 dan Tomey & Alligood, 2006). Empat prinsip konservasi Levine adalah: a. Konservasi Energi Konservasi energi merupakan dasar dari teori konservasi. Menurut Levine, individu memerlukan keseimbangan energi dan harus selalu memperbaharuinya guna mempertahankan aktivitas hidup. Dalam praktek keperawatan, konservasi energi dapat digunakan untuk mempertahankan keseimbangan energi pasien serta menghindari kelelahan yang berlebihan. b. Konservasi Integritas Struktur Berfokus pada mempertahankan



keutuhan



struktur



tubuh



dan



penyembuhan klien, dimana kesembuhan merupakan proses untuk mempertahankan keutuhan. Sebagai contoh dalam praktek, sorang perawat membantu merubah posisi atau membantu pasien untuk ROM sehingga dapat mencegah deformitas dan mencegah penurunan tonus otot. c. Konservasi Integritas Personal Seorang perawat harus menghargai klien serta memperlakukannya sebagai individu yang harus diakui keberadaannya, dihormati, seta diberikan kesempatan untuk menentukan nasibnya. Contoh dari model konservasi ini adalah memanggil nama klien ketika berinteraksi, menjaga privasi selama prosedur. d. Konservasi Integritas Sosial Kehidupan berarti komunitas social dan kesehatan merupakan keadaan social yang telah ditentukan. Oleh karena itu, perawat berperan membantu klien sebagai anggota keluarga, memfasilitasi kehidupan religius dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi integritas social. B. Konsep Metaparadigma dalam Teori Levine Dalam Fawcett (2006), konsep metaparadigma manusia pada teori Model Konservasi ditampilkan dalam bentuk ”Holistic being” yang terdiri dari 3 5



dimensi meliputi (1) sistem dari sistem, (2) keutuhan dan (3) integritas. Sistem dalam sistem menunjukkan proses total kehidupan organisme yang bergantung pada keterkaitan antara komponen-komponen dalam sistem kehidupannya. Keutuhan (wholeness) menekankan pada hubungan progresif yang saling bergantung dari berbagai fungsi dan bagian yang memiliki batasan terbuka dan bergerak. Integritas sepadan dengan keutuhan yang berarti memiliki kebebasan memilih: bergerak tanpa hambatan, selambat atau secepat yang diinginkan, dan latihan pembuatan keputusan akan segala hal tanpa rasa bersalah atau rasa berhutang.



Levine melihat bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari



lingkungan, dan manusia menggunakan kemampuan adaptasinya untuk berespon terhadap berbagai tantangan lingkungan (environmental challenges). Konsep metaparadigma lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal yang merupakan subyek perubahan berkelanjutan akibat dorongan lingkungan eksternal terdiri atas dimensi: 1. Homeostasis, yaitu keadaan stabil dan penghematan energi yang memberikan dasar penting bagi sinkronisasi berbagai faktor fisiologik dan psikologik; dan merefleksikan kesejajaran manusia dengan lingkungan. 2. Homeorrhesis, adalah penstabilan arus yang menekankan pada perubahan ketidakstabilan dalam rangkaian ruang waktu; dan merupakan pola adaptasi yang luar biasa yang mengijinkan tubuh mempertahankan kesejahteraannya dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sedangkan lingkungan eksternal terdiri atas dimensi: 1. Lingkungan persepsual, yaitu bagian dari lingkungan dimana individu meresponnya dengan menggunakan panca indera, meliputi faktor-faktor yang dapat direkam oleh sistem sensori seperti energi cahaya, suara, sentuhan, suhu, dan perubahan kimia. 2. Lingkungan operasional, yaitu bagian dari lingkungan yang tidak secara langsung dipersepsikan oleh individu, meliputi segala aspek yang tidak terlihat atau terdengar oleh individu tetapi dapat menimbulkan potensi bahaya bagi manusia, termasuk berbagai bentuk radiasi, mikroorganisme dan polusi yang tidak berbau dan berwarna. 3. Lingkungan konsepsual, merupakan lingkungan bahasa, ide, simbol, konsep dan penemuan, meliputi pertukaran bahasa, kemampuan berfikir, pengalaman



6



emosi, sistem nilai, kepercayaan, tradisi budaya, dan pola psikologi individu yang muncul dari pengalaman kehidupan. Metaparadigma sehat didefinisikan secara implisit sebagai ”wholeness”, kemampuan beradaptasi dan kesejahteraan, dimana intervensi keperawatan sudah tidak diperlukan lagi. Metaparadigma keperawatan berada dalam dimensi interaksi manusia, dimana tujuan keperawatan adalah membantu manusia mencapai keadaan utuh, atau sehat, dan menyadari bahwa setiap individu memerlukan aktifitas yang berbeda-beda. Levine menggunakan pendekatan ilmiah untuk menggambarkan asuhan keperawatan sebagai konservasi dimana adanya keseimbangan antara kegiatan keperawatan dan kemampuan partisipasi klien. Pada pelaksanaan intervensi, perawat menggunakan ketrampilan dan pengetahuan ilmiahnya dalam menciptakan lingkungan pelaksanaan proses adaptasi berjalan dengan sukses. (Levine, 1966; Levine, 1973) MenurutFawcett (2005), proposisi yang menghubungkan empat konsep metaparadigmadalam Model Konservasi adalah: a. ”Perawat berpartisipasi secara aktif dalam setiap lingkungan pasien dan banyak yang ia lakukan dalam mendukung kemampuan beradaptasi pasien saat berjuang menghadapi kesulitan karena sakit” (Levine, 1973, p.13) b. ”Walaupun sedang sakit, manusia berespon secara penuh terhadap interaksi lingkungan dimana ia terlibat, dan elemen pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah perbaikan kesimetrisan respon – kesimetrisan penting bagi kesejahteraan organisme” (Levine, 1969b, p.98)



Teori Konservasi Levine dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Model konservasi Levine, terdiri dari konservasi energy, intergitas structural, personal, dan sosial.



7



Fokus model konservasi adalah



konservasi keutuhan dan integritas diri



manusia dengan cara adaptasi. Model ini menekankan pada efektifitas adaptasi manusia. Dan fokus perhatian keperawatan adalah manusia dan kekomplekan hubungannya dengan lingkungan internal dan eksternal. Berdasarkan teori ini, keperawatan bertujuan pada upaya mempertahankan energi dan atau integritas struktur, personal dan sosial pada pasien (Levin, 1969b, 1973, 1989,1990,19991, 1996 dalam Tomey & Alligood, 2006). Schaefer dalam Tomey & Alligood (2006) mengidentifikasi asumsi tentang Model Konservasi: 1. Seseorang dapat dimengerti hanya dalam konteks lingkungannya (Levine, 1973) 2. ”Setiap sistem pertahanan diri memonitor perilakunya sendiri dengan mempertahankan (konservasi) penggunaan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendefisikan identitas unik dirinya” (Levine, 1991, p.4) 3. Manusia berespon secara tunggal, tapi terintegrasi. (Levine, 1971a) 8



Gambar 2. Empat Prinsip Teori Konservasi Levine IMBALANCE IN THE CLIENTS WHOLENESS FAILURE TO CONSERVSTION Ec



Ec



FALIURE



OVERWORK



BREAK IN SKIN



OVEREXCCECISESS



FRAKTUR



GOAL DEC SELF ESTEEM



TO



MEET



LACK OF SLEEP



HIPO/HYPERTERMY



LOSS LOVE FAMILY LACK SUPPORT SYSTEM LACK ENVIROMENT



DEFORMITAS



STRUCTUR ENERGY



PERSONAL INTEGRITY



INTEGRITY



SOCIAL INTEGRITY



GOOD FAMILY CENTRE PROPER STRUKTUR ACKKNOWLEDGEMENT ACTIVITY



REST



PROPER HYGINE GOAL ATTAINMENT



BALANCE



THERMOGULATION SLEEP



PATTERN



SUPPORT



SYSTEM PREVENTION INTERAKTIVE



PRIVACY PROFER



FUNCTIONAL



PREVENTIVE



ACTIVE



WOUND



TO



SOCIAL



ORGANITATION



CONSERVATION



WHOLENESS OF THE CLIENT



Sumber: Nursingtheory.blogspot.com C.



Aplikasi Teori Konservasi: Livine dalam Proses Asuhan Keperawatan Proses keperawatan Konservasi Levine, meliputi pengkajian, tropihicognosis , hipotesis, intervensi, evaluasi (Fawcett, 2005; Tomey, A. M. & Alligood, M. R., 2006) Proses



Pembuatan keputusan



9



Pengkajian Mengumpulkan data provokatif melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan prinsip konservasi  Konservasi energy  Konservasi integritas  Konservasi integritas personal 



Konservasi integritas sosial



Perawat mengobservasi pasien dengan melihat respon organisme teradap penyakit, membaca catatan medis, evaluasi hasil diagnostik dan berdiskusi dengan pasien tentang kebutuhan akan bantuannya. Perawat mengkaji pengaruh lingkungan eksternal dan internal pasien dengan prinsip konservasi. Fakta provokatif yang perlu dikaji: 1.



Keseimbangan suplai dan kebutuhan energi 2. Sistem pertahanan tubuh 3. harga diri 4.



Keputusan dan Tropihicognosis Diagnosa keperawatan dan menyimpulkan fakta provokatif



Hipotesis Mengarahkan intervensi keperawatan dengan tujuan untuk keutuhan dan promosi adaptasi



Kesiapan seseorang dalam berpartisipasi dalam sosial sistem



Fakta provokatif disusun sedemikian rupa untuk menunjukkan kemungkinan dari kondisi pasien. Sebuah keputusan mengenai bantuan yang dibutuhkan pasien dibuat . Keputusan ini disebut tropihicognosis Berdasarkan keputusan, perawat memvalidasi masalah pasien, lalu mengemukakan hipotesis tentang masalah dan solusinya. Ini disebut rencana keperawatan.



Intervensi (Perencanaan) Uji hipotesis



Intervensi meliputi: Intervensi therapeutic, Intervensi Supportif, Intervensi dilakukan berdasarkan prinsip konsevasi, yaitu konservasi energi, struktur, personal dan sosial. Pendekatan ini diharapkan mampu mempertahankan keutuhan dan promosi adaptasi. Evaluasi Hasil dari uji hipotesa dievaluasi dengan mengkaji respn organisme Observasi repon organisme terhadap apakah hipotesis membantu atau intervensi tidak. Sumber: Model Teori Konservasi, 2005



10



11



BAB III APLIKASI KONSEP TEORI MODEL KONSERVASI LEVINE A. Tinjauan Kasus 1. Riwayat Kesehatan Singkat An. Y umur (1 tahun 3 bulan),laki-laki dengan Pneumonia, 2 hari sebelum masuk rumah sakit anak rewel, batuk, demam, sesak,muntah dan mengeluh pusing. Saat dilakukan pemeriksaan : kesadaran apatis,batuk,terdapat wheezing,nyeri abdomen,malaise, berat badan An.Y 9 kg, batuk, demam, terlihat sesak, tidak mau makan,suhu 39oC, nadi 140 x/mnt, pernapasan 48 x/mnt, bunyi nafas terdengar bunyi ronkhi. Anak tidur dengan durasi sekitar 9-10 jam dan sering terbangun akibat suara keras dari sekitarnya dan apabila disentuh. Semenjak sakit An. Y lebih cenderung diam berbaring ditempat tidur. An. Y tidak pernah menjawab bila ditanya, diajak bicara hanya melihat saja dan tanpa ekspresi dan cenderung menangis. An.Y kurang dapat melakukan interaksi sosial dengan baik ditandai An. Y hanya diam saja. 2. Respon Organisme yang terjadi pada An.Y Mengalami penurunan sumber energy dimana Kondisi An.Y kesadarannya apatis, produksi slim masih banyak, anak terkadang di lakukan penghisapan lender,kondisi ini dapat meningkatkan kebutuhan energy metabolisme. Selain itu suhu tubuh yang selalu di atas 38 oC sebagai respon terhadap adanya infeksi sehingga membutuhkan energi untuk proses penyembuhan dari infeksinya. An. Y belum dapat beradaptasi terhadap lingkungan perawatan di rumah sakit, An Y tidak pernah menjawab bila ditanya dan bila didekati cenderung menangis.



12



B. Pengkajian 1. Konservasi Energi a. Status pernafasan Klien batuk, terlihat sesak. b. Status nutrisi dan cairan Klien minum ASI hanya sampai dengan usia 6 bulan, dilanjutkan dengan susu formula. Selama perawatan di RS An,Y diberi bubur saring 1-2 x c. Eliminasi Klien BAB dengan warna kuning, dengan konsistensi lembek, BAK ditampung menggunakan pampers, pampers selalu ditimbang, sebelum digunakan, dan setelah terisi urin ditimbang lagi, jadi urin dapat terpantau dengan baik. Diuresis selalu berubah setiap harinya dengan rata-rata 3 - 4 cc/kgBB/jam. d. Istirahat dan Tidur Anak tidur dengan durasi sekitar 9-10 jam dan sering terbangun akibat suara keras dari sekitarnya dan apabila disentuh. Di sela tidurnya anak terkadang suka terbangun sebentar sekitar setengah menit (gelisah). e. Aktivitas Bermain Selama di rawat diruangan tidak pernah terlihat di ajak bermain di luar kamar. Orang tua dan keluarga mengajak berbicara sambil tersenyum dan menciumi pipinya, meski tidak berespon. Anak suka dipangku oleh ayahnya. Gerakan kurang aktif, dan tampak lemah. f. Kebersihan Diri Kulit anak bersih, sawo matang, anak dimandikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Dengan cara menggunakan waslap di atas tempat tidur oleh orangtuanya. Anak tampak segar apabila selesai dimandikan di kamar mandi. 2. Integritas Struktural a. Keadaan Umum Kesadaran apatis b. Tanda-Tanda Vital Frekuensi Nafas: 48x/menit, Frekuensi Jantung: 140 x/menit, Suhu: 390C. c. Pengukuran



13



Berat badan: 8,8 kg., panjang badan: 73 cm., lingkar kepala: 38 cm, lingkar dada: 36 cm, lingkar perut: 48 cm., lingkar lengan: 14 cm. Badan tampak kurus, berat badan tidak sesuai dengan usia. d. Pemeriksaan Head to Toe 1) Kepala : Bentuk mikrocephalo, ubun-ubun datar, tidak ada cephal hematom, kulit kepala bersih, rambut hitam, belakang kepala datar, rambutnya banyak. 2) Mata : skela berwarna merah, bereaksi terhadap cahaya, pupil isokor 3mm/3mm dan ada reflex kornea. Terdapat septum nasal, keluaran tidak ada, terdapat nafas cuping hidung,pada mulut ditemukan mukosa bibir kering,,Sianosis disekitar mulut dan hidung ,selang oksigen 1 lt /mnt. Mulut selalu membuka, palatum mole dan palatum durum utuh, lidah bersih, uvula terdapat di garis tengah. Telinga bersih, seperti tidak berespon terhadap suara. Terpasang infuse line Aminofusin drip melalui syringepump, kurang dapat bergerak bebas. Nafas sesak, pergerakan dada tidak simetris, bunyi nafas terdengar bunyi ronkhi dan tidak ada wheezing. Jantung: BJ I-II vesikuler, denyut nadi kecil dan teratur. 3) Abdomen : Bentuk datar, supel, tidak ada defens, hepar dan lien tidak teraba, bising usus 2-5x/mnt. Hepar teraba 5 cm d bawah arcus costal dan 3 cm bawah prosesus xypoideus dengan lien yang tidak teraba. 4) Ekstremitas. : Posisi fleksi, gerakan bebas, bentuk normal, jumlah lengkap. sudah bisa berjalanPemeriksaan integumen: kulit teraba hangat, turgor kulit cukup, lembab. 3. Integritas Personal Sebelum sakit An.Y memiliki berat badan 10,4 kg, setelah sakit berat badan menjadi 8,8 kg dengan usia 1 tahun 3 bulan. An. Y adalah anak yang lucu, meski tidak berespon terhadap stimulus dari sekitarnya. Semenjak sakit An. Y lebih cenderung diam berbaring ditempat tidur. An. Y tidak pernah menjawab bila ditanya, diajak bicara hanya melihat saja dan tanpa ekspresi. Anak diasuh oleh ibunya, dan memperoleh banyak dukungan dari keluarga. Keluarga yakin akan sembuh dan senantiasa berdoa memohon kesembuhan.



14



4. Integritas Sosial Semenjak sakit An. Y kurang dapat melakukan interaksi sosial dengan baik ditandai AnY hanya diam saja meski dengan kedua orang tua atau dengan nenek dan kakeknya. Hubungan dalam keluarga berlangsung harmonis, anak mendapatkan kasih sayang yang lebih dari keluarga dan lingkungannya karena anak Y merupakan anak pertama dan cucu pertama di keluarga tersebut.Anak Y selalu ditunggui oleh ibunya, ibunya sangat khawatir dengan kondisiklien.. Ibunya ingin sekali berat badan anaknya bisa naik sesuai target dan ingin anaknya cepat pulih dan pulang ke rumah. C. Trophicognosis Berikut ini adalah Trophicognosis yang diidentifikasi pada An.Y yaitu: a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi b. c. d. e.



secret Ketidakefektifan termoregulasi / Hipertermi berhubungan dengan inflamasi Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam,menurunnya intake . Cemas berhubungan dengan dyspnoe dan hospitalisasi Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit



D. Intervensi Keperawatan 1. Tidakefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya akumulasi secret di bronkus. Tujuan : jalan napas bersih dan efektif Kriteria hasil : Anak dapat bernafas dengan ringan karena lendir berkurang a. Konservasi Energi 1) Tinggikan posisi kepala lebih tinggi 15o 2) Pertahankan oksigenasi secara adekuat. 3) Berikan oksigen 1 lt/mnt sesuai program. 4) Jaga jalan napas tetap bersih dari lendir. b. Konservasi Integritas Struktural 1) Perawat melakukan observasi terhadap kondisi anak, tingkat kegelisahan,keadaan umum. 2) Kaji bunyi paru,batuk dan kedalaman pernafasan 3) Observasi adanya peningkatan upaya nafas: retraksi, sianosis, perubahan status mental 4) Buat jadual fisiotherpi dada sebelum makan dan istirahat 5) Lakukan penghisapan lender 6) Berikan nebulizer sesuai program. 7) Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi c. Konservasi Integritas Personal 15



1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan ketika anak mengalami batuk terus menerus. 2) Anjurkan dan motivasi ibu untuk melakukan teknik fisioterapi sendiri secara sederhana 3) Jelaskan pentingnya asupan cairan untuk mengencerkan lender. d. Konservasi Integritas Social 1)



Lakukan interaksi sesering mungkin dengan klien



2)



Libatkan keluarga dalam setiap tindakan



3)



Berikan terapi bermain sesuai kondisi (buku-buku, puzzle, video game,dll)



4)



Bila anak toleran, berikan kebebasan untuk memilih posisi yang nyaman.



2. Ketidakefektifan Termoregulasi/ Hipertermi berhubungan dengan Inflamasi Tujuan : Termoregulasi efektif Kriteria hasil : Keadaan suhu tubuh sudah stabil atau dalam batas normal, tidak kejang. a. Konservasi Energi 1) Ubah posisi anak setiap 1-2 jam dengan posisi telentang atau miring kanan kiri secara bergantian 2) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat. 3) Ukur suhu setiap 4 jam b. Konservasi Integritas Struktural 1) Pantau tanda-tanda hipertermi seperti kulit kemerahan, ruam, takikardi, takipnoe 2) Atur suhu lingkungan sesuai suhu tubuh anak 3) Lakukan kompres air hangat. 4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotik c. Konservasi Integritas Personal 1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan ketika anak mengalami demam yang tidak kunjung turun. 2) Ajarkan ibu cara untuk mengukur suhu tubuh anak 3) Ajarkan ibu untuk menjaga kestabilan suhu tubuh anak 4) Ajarkan ibu untuk mengompres hangat d. Konservasi Integrasi Social 1) Libatkan keluarga dalam setiap melakukan tindakan 2) Lakukan terapi bermain sesuai dengan hobby anak 3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachypnea 16



Tujuan



: setelah dilakukan tindakan keperawatan cairan seimbang



Kriteria hasil : turgor kulit normal,urine output sesuai, bb dapat dipertahankan, membrane mukosa lembab. a. Konservasi Energi 1) Berikan cairan peroral atau intavena terapi b. Konservasi Integritas Struktural 1) Kaji tanda-tanda dehidrasi (oliguri, bb menurun, ubun2 cekung) 2) Kaji turgor kulit dan membrane mukos 3) Monitor intake dan output 4) Kaji demam setiap 4 jam 5) Kolaborasi pemberian obat antipiretik c. Konservasi Integritas Personal. 1) Anjurkan dan motivasi ibu untuk memberikan minum sesuai kebutuhan dan kemampuan anak 2) Anjurkan dan motivasi ibu untuk melatih cara memberikan makanan cair. 3) Anjurkan ibu untuk menjaga stamina tubuh anaknya. d. Konservasi Integritas Sosial 1) Libatkan keluarga dalam setiap melakukan tindakan 2) Lakukan terapi bermain sesuai dengan hobby anak 4. Cemas berhubungan dengan dyspnoe dan hospitalisasi Tujuan Kriteria hasil



: Cemas menurun : Cemas berkurang, anak tidak labil,meningkatnya istirahat,tanda vital dalam batas normal dan postur tubuh rileks a. Konservasi Integritas Personal 1) Berikan informasi mengenai kondis anaknya 2) Jelaskan prosedur perawatan yang akan dilakukan pada anaknya dengan bahasa yang mudah dimengerti 3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya secara verbal b. Konservasi Integritas Sosial a) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berinteraksi dan terlibat dalam proses perawatan. b) Berikan motivasi pada orang tua dalam merawat anaknya 5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit Tujuan



: Pengetahuan bertambah



Kriteria



: Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan perawatan pada anak 17



a. Konservasi integritas personal Jelaskan tentang proses penyakit,pengobatan dan perawatannya E. Evaluasi Setelah dilakukan implementasi pada setiap diagnose keperawatan, maka dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut : a. b. c. d. e.



Bersihan jalan napas kembali efektif Ketidakefektifan termoregulasi / Hipertermi tidak terjadi Keseimbangan volume cairan terpenuhi Cemas menurun Pengetahuan orang tua bertambah



18



BAB IV ANALISA KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI LEVINE (KONSERVASI) DALAM APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN A. Kekuatan Teori Konservasi Levine 1. Aplikasi teori Konservasi Levine dalam pemberian asuhan keperawatan dapat bersifat komprehensif, meliputi asuhan meliputi klien fisik, psikologis, social, spiritual dan kultural, dimana dalam teori konservasi berasumsi, klien sebagai individu yang holistic (wholeness). 2. Perawat yang dapat mengerti keadaan dan integritas klien secara penuh dengan didukung dari klien yang mampu beradaptasi dan melakukan persepsi dengan normal. Perawat menggunakan prinsip-prinsip konservasi tersebut untuk memelihara keseimbangan individu. Konservasi mecakup konservasi energy, konservasi struktur integritas, konservasi integritas personal, konservasi integritas social. 3. Hasil akhir dari penerapan konservasi Levine mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi bila ada gangguan, maka klien dengan konservasi menghadapi tantangan, untuk melakukan adaptasi agar tetap mempertahankan keunikan/keutuhan pribadinya. B. Kelemahan Teori Konservasi 1. Keterbatasan utama yaitu : fokus teori adalah pada individu dalam keadaan sakit dan pada pasienketergantungan. 2. Oleh karena teori lebih menekankan asuhan keperawatan pada individu yang sedang sakit atau ketergantungan sehingga tidak membahas area promotif dan prinsip-prinsip pencegahan penyakit primer.



19



3. Perawat memiliki tanggung jawab untuk menentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan, dan jika persepsi perawat dan pasien tentang kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan tidak cocok, ketidakcocokan ini akan menjadi daerah konflik. 4. Konservasi energi menurut Levine bertujuan untuk menghindari penggunaan energy yang berlebihan atau kelelahan. Hal ini dapat diterapkan pada klien yang dirawat ditempat tidur. Namun pada kasus dimanaterjadi peningkatan penggunaan energy seperti pada pasien mania, anak dengan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) atau mereka dengan gerakan terbatas seperti klien lumpuh, maka teori Levine itu tidak berlaku. 5. Fokus konservasi struktur Integritas adalah mempertahankan keutuhan dan mencegah kerusakan struktur anatomi. Penyembuhan adalah proses untuk perbaikan integritas. Pada kasus dimana struktur anatomi klien tidak utuh (cacat) dan kasus bedah plastic (untuk mempercantik diri), teori Levine menjadi tidak berlaku 6. Pada konservasi integritas personal, perawat diharapkan memberikan pengetahuan dan pasien mempunyai kebutuhan untuk dihormati, dijaga privasinya, didorong dan mendapatkan dukungan psikologis. Konservasi integritas personaltidak dapat diterapkan pada klien koma/penurunan kesadaran, klien psikiatris yang tidak mampu berinteraksi. 7. Konservasi integritas social focus pada keterlibatan system pendukung klien (support system) seperti keluarga dalam asuhan keperawatan. Pada kondisi klien tidak memiliki support system, klien gangguan interaksi kejiwaan, akan terjadi pembatasan konservasi integritas personal.



20



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Model Konservasi Levine telah memberikan kontribusi yang penting bagi disiplin keperawatan dengan berfokus pada keutuhan manusia. Model konservasi memberikan kerangka kerja bagi pemberian asuhan keperawatan yang holistik, terintegrasi, komprehensif dan berfokus pada klien sebagai individu yang unik. Pengaplikasian Model Konservasi dalam kegiatan keperawatan diberbagai setting dan kondisi pasien yang berbeda termasuk pada pasien dengan kasus pneumoni pada An Y.telah terbukti keberhasilannya, walaupun adanya berbagai keterbatasan yang perlu dicermati dan dikembangkan kembali agar memberikan kemanfaatan yang ortimal bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan pasien. Model konservasi Levine mengarahkan perawat untuk memberikan intervensi yang berperikemanusiaan dimana anak yang di rawat dengan pneumoni mendapatkan dukungan untuk meningkatkan kemampuannya dalam beradaptasi ketika sakit dan di rawat di Rumah Sakit. Dengan menggunakan prinsip konservasi energi, konservasi integritas struktur, personal dan sosial diharapkan Anak yang di rawat



dengan



pneumoni



dapat



meningkat



pertumbuhan



fisik,sosial



dan



perkembangan psikologisnya sehingga Anak tersebut mudah untuk beradaptasi dengan kondisi sakitnya. Oleh karena itu, perawat perlu mendapatkan pengetahuan yang adekuat tentang pemberian asuhan keperawatan yang baik terhadap kebutuhankebutuhan konservasi klien, termasuk menciptakan lingkungan dan pemberian stimulasi yang sensitif akan keterbatasan yang ada pada anak yang di rawat dengan pneumoni. Pelibatan Anggota keluarga juga perlu menjadi perhatian perawat. Keterbatasan ruang lingkup model konservasi dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan Anak yang di rawat dengan pneumoni dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perawat untuk mengembangkan instrumen pengkajian dengan Model Konservasi yang sesuai dengan kebutuhan setiap pasien dan mempermudah kerja perawat.



21



Selain itu, perlu dilakukannya pengaplikasian Teori Model Konservasi secara nyata dan berkelanjutan dalam pemberian asuhan keperawatan pada Anak dengan pneumoni dan kemudian dievaluasi keefektifannya. Dan juga perlu di uji cobakan pada berbagai setting keperawatan lainnya sebagai bahan perbandingan. Levine memandang bahwa tujuan asuhan keperawatan adalah mendukung kemampuan beradaptasi pasien dalam mempertahankan/ konservasi keutuhan dan integritas dirinya (Levine, 1967). Perawat seharusnya memiliki dasar pengetahuan dan ketrampilan ilmiah yang adekuat akan praktek keperawatan, memiliki pengetahuan tentang konsep tumbuh kembang anak,memiliki kemampuan untuk merencanakan intervensi keperawatan, dan memiliki kemampuan membuat keputusan yang baik. Karena Anak belum bisa berkomunikasi secara jelas, perilakunya adalah cara utama bagaimana ia berkomunikasi dengan manusia lainnya termasuk perawat, ibu dan anggota keluarga lainnya. Penting bagi perawat untuk mampu mengidentifikasi dan merespon secara tepat terhadap berbagai perilaku yang ditunjukan oleh anak. Terlepas dari banyaknya kemanfaatan yang didapat penulis dalam menyusun makalah ini, penulis memiliki kelemahan dalam penulisan terutama pada bagian aplikasi teori karena penulis belum melakukan pengaplikasian secara langsung,hanya merujuk pada literatur saja.



22



DAFTAR PUSTAKA Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge: analysis and evaluation of Nursing Models and Theories. Philadelphia: F.A Davis Company George, J. B. (1999). Nursing theories: Base for professional nursing. (5th ed). Pearson Education. Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their work. (6th ed.). Elsevier Health Sciences http://currentnursing.com/nursing_theory/Levin_four_conservation_principles.html .



Diunduh tanggal 22 Oktober 2016 [email protected]/teori keperawatan konservasi Levine.html . Diunduh



tanggal 22 Oktober 2016 nursingtheoris.blogspot.com Created by master’s student Philipine University. 2009. Diunduh tanggal 22 Oktober 2016 Suriadi &yuliani,R. (2006). .Asuhan keperawatan pada anak. (edisi ke 2). CV.Sagung Seto



23