Tujuan Audit Dan Asersi Laporan Keuangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MATA KULIAH AUDITING 1 Dosen Pengampu : Dhini Suryandari, M.si., Ak., Ca, Qia



“Tujuan Audit dan Asersi Laporan Keuangan” Disusun oleh : Lina Sugiarti Indah Sukmadewi Siti Lailatul Hidayah Siti Rahayu



7211416021 7211416022 7211416024 7211416031



FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2018 ii



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Auditing 1 dengan judul “ Tujuan Audit dan Asersi Laporan Keuangan” Makalah ini kami susun semaksimal mungkin. Dengan kerja sama yang baik maka makalah ini tidak banyak mengalami kendala saat penyusunan. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya. Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Semarang, 17 Maret 2018



Penyusun



ii



DAFTAR ISI COVER ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ...............................................................................................1 Rumusan Masalah ..........................................................................................2 Tujuan Makalah..............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan...........................................3 Perbedaan tanggung jawab manajemen dan auditor ......................................5 Asersi dalam laporan keuangan......................................................................9 Hubungan tujuan audit dengan asersi laporan keuangan .............................15 BAB III PENUTUP Kesimpulan ..................................................................................................20 Saran ............................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................21



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah salah satu elemen penting dalam perusahaan yang dapat menilai baik buruknya kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan salah satu laporan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik itu pihak internal atau pihak eksternal, guna sebagai bahan pertimbangan dalam membuat atau menentukan keputusan yang akan diperoleh. Laporan keuangan yang telah disajikan dengan baik dan tepat tidak lepas dari tangan para auditor yang telah bertugas memeriksanya. Para auditor melakukan proses audit terhadap laporan keuangan yang bersangkutan guna mendeteksi atau melakukan pengujian apakah laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan sudah sesuai dengan standar auditing dan dapat dinilai secara wajar. Dewasa ini, auditor masih sering menemukan kekeliruan dan kecurangan salah saji atas laporan keuangan. Biasanya kecurangan yang sering kali ditemui adalah kecurangan misapropriasi aset atau penyalahgunaan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Contohnya seperti oknum tertentu yang mengambil kas dari hasil penjualan namun dengan sengaja tidak mencatat dan melaporkannya.( Alvin A Arens et al. 2014 : 171) Dengan diadakannya pelaksanaan audit, maka auditor dapat memberikan pendapat yang tepat dan layak kepada pengguna laporan keuangan terkait dengan kepastian bahwa laporan keuangan yang disajikan secara wajar dan tidak salah saji secara material baik karena kesalahan atau kecurangan. Pendapat dari auditor ini nantinya akan memiliki pengaruh yang besar untuk pengguna laporan keuangan dalam membuat atau menentukan sebuah keputusan bagi kelangsungan keberadaan perusahaan yang bersangkutan. Menjadi tanggung jawab auditor apabila dalam melaksankan audit, auditor menemukan kecurangan untuk melaporkannya ke pengadilan atau pihak yang berwenang. Karena, biasanya



1



kecurangan yang terjadi ini merupakan penyalahgunaan yang dapat merugikan pihak yang terlibat didalamnya 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa tujuan dari pelaksanaan audit ? 2. Apa perbedaan tanggung jawab manajemen dengan auditor ? 3. Bagaimana asersi dalam laporan keuangan? 4. Bagaimana hubungan tujuan audit dengan asersi laporan keuangan ? 1.3 Tujuan Makalah 1. Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit. 2. Menjelaskan perbedaan tanggung jawab manajemen dengan auditor. 3. Menjelaskan asersi dalam laporan keuangan. 4. Menjelaskan hubungan dari tujuan audit dengan asersi laporan keuangan.



BAB II PEMBAHASAN 2



1. TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada dasarnya tujuan audit secara umum adalah untuk menyediakan suatu pendapat yang diberikan oleh auditor kepada pengguna laporan keuangan, mengenai apakah laporan keuangan yang disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material serta sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor mengenai laporan keuangan ini dapat meningkatkan keyakinan pengguna terhadap laporan keuangan. (Alvin A Arens et al. 2014 : 168) Fokus utama dari pembahasan audit ini menekankan pada penerbitan pendapat mengenai laporan keuangan. Biasanya, dalam perusahaan umum yang relatif besar, auditor juga menerbitkan suatu laporan tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Kemudian, auditor juga mengumpulkan bukti untuk membuat suatu kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar serta menentukan bagaimana keefektifan dari pengendalian internal yang dilaksanakan. Jika dalam pemeriksaan, auditor meyakini bahwa laporan keuangan yang telah disajikan tidak secara wajar atau mengindikasikan adanya kecurigaan penuh karena bukti yang tidak tercukupi, maka auditor mempunyai tanggung jawab untuk memberitahukan ke pengguna laporan keuangan melalui laporan auditor. Setelah laporan auditor diterbitkan, lalu ditemukan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa laporan tersebut disajikan tidak secara wajar. Kemungkinan yang terjadi adalah auditor dapat memberitahukannya kepada pengadilan atau lembaga yang berwenang atas hasil temuannya tersebut. Tujuan audit memang dapat dikembangkan, namun pada intinya tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang paling mendasar adalah untuk memberikan suatu kepastian tentanf integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Kepastian mengenai kewajaran dan keandalan dari laporan keuangan yang disajikan sangat diperlukan untuk membentu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat atau menentukan keputusan. Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam



3



semua hal material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatukan pendapat. Di samping itu, pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh : 1. Perusahaan auditor atas bisnis dan industri klien 2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien 3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan 4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian Tujuan audit secara spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pospos yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen dan untuk mendapatkan bukti sebagai pendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor merumuskan tujuan-tujuan khusus audit untuk setiap rekening dalam laporan keuangan. Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit : 1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit 2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus 3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan 4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan 5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan



2. PERBEDAAN



TANGGUNG



JAWAB



MANAJEMEN



DENGAN



TANGGUNG JAWAB AUDITOR 2.1 TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN



4



Manajemen bertanggungjawab untuk menentukan kebijakan akuntansi yang baik dan tepat, menyelenggarakan pengendalian internal yang cukup dan memadai serta menyajikan laporan keuangan yang wajar. Jadi, yang bertugas menyajikan laporan keuangan yang wajar adalah manajemen bukan seorang auditor, karena yang mengurus dan menjalankan bisnis setiap harinya adalah manajemen, maka manajemen dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam dibanding auditor terkait berbagai transaksi yang terjadi di perusahaan serta aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada. Biasanya, auditor hanya mengetahui masalah serta pengendalian internal yang terbatas pada pengetahuan yang ia peroleh hanya pada saat melakukan audit. Selain hal diatas, manajemen memiliki tanggung jawab atas laporan keuangan: 1. Menganalisis bukti transaksi 2. Mengukur dan mencatat data 3. Mengelompokkan dan mengikhtisarkan data yang dicatat 4. Mengevaluasi kewajaran 5. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan GAAP Manajemen juga bertanggung jawab atas integritas dan kewajaran penyajian dari laporan keuangan untuk menentukan dan mengungkapkan hal yang dianggap perlu untuk diungkapkan terkait dengan kewajaran dari laporan keuangan yang di audit. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan pendapat tidak wajar atau pendapat wajar dengan pengecualian atau bahkan mengundurkan diri dari penugasan tersebut. 2.2 TANGGUNG JAWAB AUDITOR 2.2.1 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Menurut Alvin A Arens at al. (2014) tujuan utama dari keseluruhan auditor dalam hal melakukan proses audit terhadap laporan keuangan adalah untuk : 1. Mendapatkan keyakinan yang tepat bahwa laporan keuangan yang telah di audit secara keseluruhan telah bebas dari salah saji material karena kesalahan atau kecurangan, sehingga memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, serta sesuai dengan kerangka kerja pelaporan keuangan yang berlaku. 5



2. Melaporkan laporan keuangan dan berkomunikasi seperti yang telah



disyaratkan oleh standar auditing serta sesuai dengan temuan auditor. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas dari keseluruhan auditor adalah untuk mendeteksi adanya salah saji yang material pada laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk melaporkan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta mengidentifikasi adanya kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Pembahasan mengenai standar-standar tanggung jawab auditor untuk mendeteksi adanya salah saji yang material terdiri dari beberapa istilah yang penting sebagai berikut : 1. Salah saji yang yang material versus tidak material Pada umumnya salah saji dapat dikatakan material jika terdiri dari gabungan kekeliruan dan kecurangan yang belum dikoreksi dalam laporan keuangan, memungkinkan dapat mengubah atau mempengaruhi keputusan dari pengguna laporan keuangan tersebut. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian bahwa materialitas berada pada batas yang telah dipenuhi., walaupun materialitas itu sulit untuk diukur karena diperlukan daya atau biaya yang besar bagi auditor untuk menemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang tidak material. 2. Kepastian yang layak Kepastian atau assurance adalah ukuran tingkat



kepastian yang



didapatkan oleh auditor pada saat telah menyelesaikan proses audit. Menurut Alvin A Arens et al. (2014), kepastian yang layak merupakan tingkat kepastian yang tinggi namun tidak absolut bahwa laporan keuangan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini mengindikasikan bahwa auditor bukanlah penjamin atas kebenaran dari laporan keuangan. Maka, mungkin saja audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing namun dapat saja mengalami kegagalan dalam hal mendeteksi salah saji yang material. Berikut beberapa alasan mengapa auditor bertanggungjawab atas kepastian yang layak, namun tidak absolut sebagai berikut :



6



1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari hasil pengujian sampel populasi



misalnya seperti piutang usaha atau persediaa. Pennggunaan sampling juga dapat mengandung risiko tidak terungkapnya salah saji yang material. Lalu, bidang yang diuji, jenis, luas, dan waktu pengujian serta evaluasi atas hasil pengujian juga membutuhkan pertimbangan dari auditor. 2. Penyajian akuntansi memiliki estimasi yang kopleks yang terdiri dari sejumlah ketidakpastian dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Sehingga, harus menggunakan bukti audit yang persuasif. 3. Seringkali laporan keuangan yang dipenuhi dengan kecurangan sulit untuk dideteksi oleh auditor, terutama jika ada praktek kolusi dilingkungan manajemen perusahaan yang bersangkutan. 2.2.2 TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN UU DAN REGULASI Untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah bebas dari kekeliruan atau salah saji yang material, auditor juga harus mempertimbangkan kerangka kerja hukum dan peraturan yang berlaku yang memiliki pengaruh langsung dan material terhadap laporan keuangan klient yang diaudit. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam mendeteksi salah saji yang meterial akibat ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan regulasi adalah sebagai berikut: 1. Adanya banyak undang-undang dan regulasi yang pada dasarnya berhubungan dengan aspek operasi bisnis entitas yang biasanya tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan dan tidak dicakup oleh sistem informasi entitas yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. 2. Adanya ketidakpatuhan yang disengaja kepada auditor



yang



melibatkan tindakan pemalsuan, menyembunyikan dan atau tidak mencatat transaksi secara sengaja. 3. Keputusan akan tindakan yang diduga merupakan ketidakpatuhan akan ditentukan oleh hukum (pengadilan). Ketentuan undang-undang dan regulasi memiliki dampak yang bervariasi terhadap laporan keuangan masing-masing entitas. Hal inilah yang menyulitkan 7



auditor dalam menentukan jumlah dan pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas. Jika dampak dari ketidakpatuhan tersebut tidak mempengaruhi laporan keuangan, tentu akan menyulitkan auditor dalam menyadari adanya ketidakpatuhan saat mengaudit laporan keuangan tersebut. UU dan Regulasi memiliki Pengaruh Langsung terhadap Laporan Keuangan Provisi dari UU dan regulasi tertentu, seperti undang-undang dan peraturan perpajakan serta dana pensiun yang secara umum diakui memiliki pengaruh langsung terhadap jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, pelanggaran terhadap peraturan perpajakan akan mempengaruhi secara langsung besarnya jumlah pajak penghasilan yang diperlakukan sebagai beban pajak dan sebagai utang pajak dalam periode akuntansi. Guna mengetahui hal tersebut maka auditor harus memperoleh bukti yang tepat dan akurat mengenai jumlah yang material serta pengungkapan yangsecara langsung dipengaruhi oleh undang-undang dan juga regulasi tersebut. UU dan Regulasi yang Tidak Memiliki Pengaruh Langsung terhadap Laporan Keuangan Provisi dari banyak undang-undang dan regulasi tidak mungkin memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan suatu entitas. Namun kepatuhan pada aturan tersebut tetap harus dilakukan untukmenghindari pinalti yang material. Seperti mematuhi ketentuan K3, peraturan tentang lingkungan, ketentuan lisensi operasi, dll. Prosedur Audit ketika Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau diduga Jika auditor menemukan informasi mengenai ketidakpatuhan atas UU dan regulasi, maka auditor terlebih dahulu haru memeperoleh informasi tambahan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Auditor harus membahas masalah ini dengan pihak manajemen yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari pihak yang diduga terlibat dalam ketidakpatuhan atau bisa ke pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Bila masih belum cukup, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk mendapatkan penasihat hukum.



8



Pelaporan Ketidakpatuhan yang Teridentifikasi atau Diduga Kecuali masalah yang terlibat tidak berkaitan, maka auditor harus berkomunukasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang melibatkan ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan regulasi yang menjadi fokus auditor selama audit. Jika masalah yang terlibat diyakini disengaja dan material, maka auditor harus berkomunikasi terhadap pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Auditor juga harus mengidentifikasi apakah masalah tersebut perlu dilaporkan kepada pihak diluar otoritas ataupun tidak.



3. ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN 3.1 ASERSI MANAJEMEN Asersi manajemen (Management assertions) merupakan pernyataan manajemen yang terkandung di dalam laporan keuangan baik secara eksplisit maupun implisit. Penggunaan asersi manajemen dalam auditing ini dimaksudkan untuk mempermudah auditor dalam memperhatikan berbagai salah saji yang mungkin terjadi di dalam laporan keuangan. Oleh karena itu seorang auditor harus memahami asersi-asersi manajemen guna melaksanakan audit yang benar dan memadai. Asersi manajemen



berhubungan dengan pengakuan (recognition),



pengukuran (meassurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai macam unsur dalam laporan keuangan. Dalam praktiknya asersi-asersi yang digunakan disingkat dalam satu kata bahasa inggris, seperti: – – – –



Completeness Existence Occurrence Accuracy



: sesuatu itu lengkap : eksistensi, atau sesuatu itu benar ada : sesuatu itu terjadi : sesuatu itu akurat atau secara matematis







benar Valuation



: sesuatu itu dinilai sesuai dengan kaidah







yang berlaku Dst.



9



Menurut standar auditing AICPA dan ISA (International Standards on Auditing) 315 alenia A111, asersi yang dapat digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu: 1. Asersi tentang jenis-jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa selama periode yang diaudit 2. Asersi tentang saldo akun (account balances) pada akhir periode audit 3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentations and disclosures) Setiap kategori asersi tersebut memiliki asersi-asersi khusus yang menjadi bagian dari setiap kategori asersi. Pengelompokan ini dilakukan karena asersi-asersi khusus tersebut masih berkaitan dengan kategori asersi. Berikut tabel yang menyajikan pengelompokan asersi tersebut:



Asersi Manajemen untuk setiap kategori asersi Asersi Tentang Asersi Tentang Asersi Tentang Saldo Jenis Transaksi dan Penyajian dan Akun Peristiwa Pengungkapan Occurrence, rights & Occurrence Existence obligations Completeness Completeness Completeness Valuation and Accuracy Accuracy and valuation allocation Classification and Classification understandability Cut-off



-



-



-



Rights & obligations



-



1. Asersi Tentang Jenis Transaksi dan Peristiwa Manajemen telah menyatakan beberapa asersi yang berkaitan dengan jenis transaksi dan juga peristiwa lain yang dicerminkan dalam catatan akuntansi pada periode audit, seperti pencatatan atas penyusutan dan pengakuan kewajiban pensiun. Asersi-asersi tersebut antara lain: a. Keterjadian (occurrence)



10



Asersi keterjadian berhubungan dengan apakah transaksi dan peristiwa yang dicatat benar-benar terjadi dan dari entitas yang bersangkutan selama periode akuntansi tersebut. Contoh, manajemen menyatakan bahwa transaksi pembelian yang dicatat merupakan pertukaran barang yang benar terjadi. b. Kelengkapan (completeness) Asersi ini menyatakan bahwa seluruh transaksi yang seharusnya dicatat dalam laporan keuangan memang telah dicatat. Asersi ini berlawanan kelengkapan



dengan



asersi



berhubungan



keterjadian, dengan



dimana



kemungkinan



dalam



asersi



penghilangan



transaksi yang seharusnya dicatat dan kurang saji akun, sedangkan asersi keterjadian berhubungan dengan pencatatan asersi yang seharusnya tidak boleh dicatat dan lebih saji akun. c. Keakuratan (accuracy) Asersi ini menyatakan apakah angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat sudah benar-benar akurat. d. Klasifikasi (classification) Asersi klasifikasi menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. e. Cut-off Asersi cut-off menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa telah dicatat sesuai dengan periode akuntansi yang benar. 2. Asersi Tentang Saldo Akun a. Eksistesi (existence) Asersi eksistensi menyatakan bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas yang telah dicatat benar-benar ada pada tanggal neraca. b. Kelengkapan (completeness) Asersi kelengkapan menyatakan bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas yang seharusnya dicatat telah dicantumkan dalam laporan keuangan. c. Penilaian atau alokasi (valuation/allocation) Asersi penilaian atau alokasi menyatakan bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas dicantumkan dalam neraca dengan jumlah yang tepat, dan semua penyesuaian penilaian dan alokasi dicatat dengan benar. d. Hak dan kewajiban (rights & obligations)



11



Asersi hak dan kewajiban menyatakan bahwa seluruh aset yang dicatat merupakan hak entitas, dan utang merupakan kewajiban milik entitas. 3. Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (Occurrence, rights & obligations) Asersi ini menyatakan bahwa transaksi, peristiwa dan hal-hal lain yang telah dicatat dalam laporan keuangan benar-benar terjadi dan merupakan hak serta kewajiban dari entitas. b. Kelengkapan (completeness) Asersi kelengkapan menyatakan bahwa semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan dalam laporan keuangan memang telah dicantumkan. c. Keakuratan dan penilaian (accuracy & valuation) Asersi keakuratan dan penilaian menyatakan bahwa informasi keuangan dan informasi lainnya yang ada dalam laporan keuagan diungkapkan dengan wajar dan dalam jumlah yang benar. d. Klasifikasi dan dapat dipahami (classification and understandability) Asersi Klasifikasi dan dapat dipahami menyatakan bahwa informasi keuangan telah diklasifikasikan dengan tepat dan pengungkapan telah di nyatakan dengan jelas serta mudah dipahami. 3.2 ASERSI GABUNGAN Menurut ISA 315, auditor diperbolehkan untuk menggunakan asersi seperti yang telah dijelaskan diatas ataupun dengan cara yang lain, dengan syarat semua aspek yang diperlukan telah tercakup. Cara yang dimaksud dapat berupa penggabungan asersi-asersi tersebut.



Asersi Gabungan C-Completeness E-Existence A-Accuracy and Cut-off



Penggabungan Asersi Asersi Tentang Asersi Tentang Jenis Transaksi Saldo Akun dan Peristiwa Completeness Completeness Occurrance Existence Accuracy, cut-off Rights & classification



obligations



Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan Completeness Occurrance Accuracy, Rights & obligations, Classification



12



Understandability V-Valuation



-



Valuation and allocation



Valuation



Penggabungan asersi tersebut ke dalam empat kombinasi, akan memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi dan peristiwa, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan). Berikut adalah penjelasan dari ke empat asersi gabungan tersebut: a. C-Completeness Asersi gabungan ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang seharusnya dicatatat dan diungkapkan dalam laporan keuangan telah dicakup. Dalam hal ini berarti seluruh aset, kewajiban dan ekuitas telah seluruhnya dicatat dan diungkapkan. Serta tidak boleh ada catatan dalamlaporan keuangan yang tidak lengkap ataupun hilang baik secara sengaja maupun tidak. b. E-Existence Asersi gabungan ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang harus diungkapkan (aset, kewajiban, ekuitas, transaksi, dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan) memang ada, terjadi, dan berkaitan dengan entitas. c. A-Accuracy and Cut-off Asersi gabungan ini menyatakan bahwa semua hak atas aset, kewajiban, pendapatan dan juga beban telah dicatat dalam jumlah yang tepat, dialokasikan kedalam periode yang benar, serta telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar. d. V-Valuation Asersi V-Valuation menyatakan bahwa aset, kewajiban dan ekuitas telah dicatat dalam jumlah atau nilai dalam laporan keuangan bersangkutan. Penyesuaian untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan telah dicatat sebagaimana mestinya. 3.3 ASERSI DALAM AUDITING Menurut ISA 315 alinea 25, audit wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji pada: a) Tingkat laporan keuangan 13



Resiko salah saji pada tingkat laporan keuangan cenderung bersifat pervasif (tersebar luas) dan mencakup semua asersi. Contoh, apabila kepala pembukuan tidak cukup kompeten, maka dapat dipungkiri kekeliruan dapat terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini seringkali terjadi pada saldo akun, suatu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan. Kekeliruan dapat dengan mudah merambah pada asersi lainnya. b) Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya. Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo akun tertentu, transaksi tertentu pada periode tertentu, atau berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan. Relevansi setiap asersi untuk saldo akun, atau jenis transaksi, dan atau penyajian dan pengungkapan tertentu akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang material. Contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai resiko terjadinya kekeliruan sangat rendah. Namun untuk persediaan, keusangan (obsolescene) merupakan faktor penting, auditor menilai valuation risk tinggi. Auditor menggunakan asersi untuk: 1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi 2. Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material 3. Merancang prosedur audit selanjutnya.



4. MENGHUBUNGKAN TUJUAN AUDIT DENGAN ASERSI LAPORAN KEUANGAN 4.1 TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi berhubungan erat dengan asersi manajemen tentang kelas transaksi. Setelah auditor menetapkan tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, hal itu dapat digunakan untuk mengembangkan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi yang akan diaudit. 14



1. Keterjadian – transaksi yang dicatat memang ada. Tujuan ini berkenaan dengan apakah transkasi yang dicatat memang benar-benar ada atau tidak. 2. Kelengkapan – transaksi yang terjadi telah dicatat. Tujuan keterjadian dan kelengkapan menekankan pada audit yang berlawanan. Keterjadian bersangkutan pada kemungkinan lebih saji. Sedangkan kelengkapan bersangkutan dengan kemungkinan transaksi kurang saji (tidak dicatat). 3. Keakuratan – transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar. 4. Posting dan pengikhtisaran – transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar. Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar. 5. Klasifikasi – transaksi yang dicatat dalam



jurnal



klien



telah



diklasifikasikan secara tepat. Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat, dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas transksi. 6. Penetapan waktu – transaksi dicatat pada tanggal yang benar. Berikut ini hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi yang diterapkan pada transaksi penjualan.



Asersi Manajemen Tentang Kelas Treansaksi dan Peristiwa



Tujuan Audit Umum yang Berkaitan



Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan dengan Transaksi



dengan Transaksi



Penjualan yang dicatat adalah untuk Keterjadian



Keterjadian



pengiriman yang dilakukan kepada pelanggan nonfiktif



Kelengkapan



Kelengkapan



Keakuratan



Keakuratan



Transaksi penjualan yang ada sudah dicatat Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan sudah ditagih serta dicatat dengan benar



15



Posting dan pengikhtisaran Klarifikasi



Klarifikasi



Cutoff



Penetapan waktu



Transaksi penjualan telah dimasukkan secara tepat dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar Transaksi penjualan telah diklasifikasikan dengan benar Transaksi penjualan telah dicatat pada tanggal yang benar



4.2 TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan ini mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti yang tepat. Berdasarkan cara audit dilaksanakan, tujuan audit yang berkaitan dengan saldo selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca. Berikut ini hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang diterapkan paa persediaan.



Asersi Manajemen Tentang Saldo Akun



Tujuan Audit Umum yang



Tujuan Audit Khusus yang Diterapkan pada



Berkaitan dengan



Persediaan



Saldo



Eksistensi



Eksistensi



Kelengkapan



Kelengkapan



Semua persediaan yang dicatat ada pada tanggal neraca Semua persediaan yang ada telah dihitung dan dicatat dalam ikhtisar persediaan



16



Kuantitas persediaan pada catatan perpetual klien sesuai dengan item-item yang ada



Keakuratan



ditangan Harga yang digunakan untuk menilai persediaan secara material benar Perkalian harga dengan kuantitas telah benar dan rinciannya telah ditambahkan dengan benar



Penilaian dan alokasi



Item-item persediaan diklasifikasikan secara Klasifikasi



tepat sebagai bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi



Cutoff



Cutoff pembelian pada akhir tahun sudah tepat



Hubungan yang rinci



Total item-item persediaan sesuai dengan buku



(detail tie-in)



besar



Nilai yang dapat



Persediaan telah dikurangi apabilai nilai



direalisasikan



realisasi bersih menurun Perusahaan mempunyai hak atas semua item



Hak dan kewajiban



Hak dan kewajiban



persediaan yang tercantum Persediaan tiddak dijaminkan sebagai agunan.



4.3 TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Berikut ini hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan yang diterapkan pada wesel bayar. Asersi Manajemen



Tujuan Audit Umum



Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan dengan



Tentang Penyajian



yang Berkaitan



Penyajian dan Pengungkapan yeng



dan Pengungkapan



dengan Penyajian



Diterapkan pada wesel Bayar



dan Pengungkapan Keterjadian serta hak Keterjadian serta hak Wesel bayar ada dan merupakan kewajiban dan kewajiban



dan kewajiban



perusahaan



Kelengkapan



Kelengkapan



Semua pengungkapan yang diperlukan yang terkait dengan wesel bayar telah dicatat dalam



17



laporan keuangan Keakuratan penilaian



dan Keakuratan penilaian



dan Pengungkapan yang berkaitan dengan wesel bayar sudah akurat



Klasifikasi dan dapat Klasifikasi dan dapat Esel bayar secara tepat diklasifikasikan sebagai dipahami



dipahami



kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dan pengungkapan laporan keuangan yang berkaitan dapat dipahami.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan sangatlah penting. Karena, dengan proses audit maka asersi atau kewajaran penyajian atas laporan keuangan dapat diketahui dan dengan adanya proses audit, maka pengguna laporan keuangan dapat terbantu untuk membuat ataumengubah keputusan yang berkaitan dengan keberlangsungan dari perusahaan yang bersangkutan. Tujuan audit dapat dikembangkan dengan cara memahami bagaimana perbedaan kewajiban atau tanggung jawab dari seorang manajemen dan auditor, memahami



18



asersi laporan keuangan dan memahami tujuan audit yang berkaitan dengan asersi laporan keuangan. Dengan kombinasi dari tujuan audit yang berhubungan dengan asersi laporan keuangan, maka auditor dapat mengumpulkan bukti audit guna mendukung semua asersi manajemen dalam laporan keuangan, sehingga tujuan dari audit akan terpenuhi. 2. Saran Tujuan audit memang dapat dikembangkan ke dalam berbagai bagian seperti memahami tujuan dan tanggung jawab audit, membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus, memahami asersi manajemen dalam laporan keuangan dan lain-lain. Penulis menyarankan untuk kedepannya bagian dari memahami laporan keuangan menjadi berbagai siklus bisa lebih di rinci penjelasannya.



DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., dkk. 2015. Auditing & Jasa Assurance. Jakarta: erlangga. Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat. Guna Welfin I dan Herawaty Arleen. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12: 53-68.



19



Noname. “Tanggung jawab auditor dan manajemen”. Diakses pada 16 Maret 2018.



https://sciencebooth.com/2013/05/19/tanggung-jawab-auditor-dan-



manajemen/amp/. Noname. “Tanggung jawab laporan keuangan oleh manajemen dan auditor”. Diakses



pada



16



Maret



2018.



https://www.scribd.com/document/341929656/Tanggung-Jawab-LaporanKeuangan-Oleh-Manajemen-Dan-Auditor.



20