UJIAN AKHIR SEMESTER MANUSKRIP JURNAL LIA YULIANA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)



Program Studi



: Magister Keperawatan



Mata Kuliah



: EBP



Nama



: Lia Yuliana



NPM



: 2250311007



Semester



: I (Satu )Kelas B



Dosen Pengampu



: Murtiningsih, M.Kep., Sp.Mat.



Soal Mampu mwmbuat rancangan final paper (artikel manuskrip) siap dipublikasi.



ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANAK SPEECH DELAY DENGAN PENGARUH STIMULASI METODE MENDONGENG DI CIAMIS Lia Yuliana1 Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi



1



*



E-mail : [email protected]



ABSTRAK



Keterlambatan bicara adalah keterlambatan perkembangan bahasa atau bicara. Kemampuan bahasa merupakan indikator dari semua perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan sistem lainnya karena mereka memiliki kemampuan kognitif, sensorik-motorik, psikologis, perasaan dan lingkungan anak, dengan bahasa anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain,melalui isyarat maupun tulisan. Dampak kurangnya stimulasi pada anak usia 1-3 tahun dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan yang berdampak pada perilaku di kemudian hari. Salah satu stimulus yang dapat diberikan orang tua untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak adalah terapi cerita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bercerita dalam merangsang perkembangan bicara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan kepustakaan. Pada metode deskriptif, pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dengan membantu klien dalam menggunakan proses keperawatan. Hasil dari asuhan keperawatan yang telah diberikan pada An. R dengan gangguan keterlambatan bicara setelah dilakukan intervensi metode mendongeng selama 3 hari dalam 1kali sehari pada waktu sore, terdapat perubahan pada perkembangan berbicarawalaupun tidak signifikan, klien menunjukan adanya kemajuan bahwaklien dapat menambah kosa-kata pada saat berbicara. Kata Kunci: Keterlambatan Bicara, Terapi Mendongeng



ABSTRACT Speech delay is a delay in the development of language or speech. Language ability is an indicator of all child development, because language skills are sensitive to delays or damage to other systems because they have cognitive, sensory-motor, psychological, feeling and environmental abilities of children, with language children will find it easier to communicate verbally with others, through gestures or writing. The impact of lack of stimulation on children aged 1-3 years can cause growth retardation which impacts on behavior in the future. One stimulus that can be given by parents to improve children's language development is story therapy. This study aims to determine the effect of storytelling therapy in stimulating speech development. This research uses descriptive qualitative research methods and literature. In the descriptive method, the approach used is a case study by assisting clients in using the nursing process. The results of the nursing care that has been given to An. R with speech delay disorder after the intervention of the storytelling method for 3 days once a day in the afternoon, there is a change in speech development even though it is not significant, the client shows progress that the client can add vocabulary when speaking. Keywords: Speech Delay, Storytelling Therapy



PENDAHULUAN Perkembangan (development) adalah peningkatan kapasitas(keterampilan) menjadi struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari pematangan (Maduratna, 2019). Perkembangan adalah perubahan seumur hidup dengan peningkatan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan berbicara dan menulis merupakan proses penggunaan bahasa ekspresif untuk membentuk makna. Balita berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun, selama periode ini anak-anak mencoba belajar bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengendalikan orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala (Avec et al., 2021). Kemampuan dan perkembangan anak harus dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai dengan usianya. Stimulasi merupakan kegiatan untuk membangkitkan kemampuan dasar anak agar tumbuh kembangnya secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua. Pemberian stimulasi selama tiga tahun pertama kehidupan anak sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ yang berkembang dengan pesat (Putra et al., 2018). Keterampilan bahasa merupakan indikator dari semua perkembangan anak karena keterampilan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan sistem lainnya, yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, sensori-motorik, psikologis, emosional dan lingkungan anak (Maduratna, 2019). Keterampilan bahasa dan berbicara ini penting untuk mendukung keberhasilan anak agar dapat mengungkapkan pendapatnya dan mendengarkan pendapat orang lain. Di zaman modern seperti sekarang ini, muncul beberapa kasus seperti cacat atau gangguan bicara. Gangguan ini dialami oleh beberapa anak yang sangat kecil yang masih tergolongbalita. Ketika teman-temannyamengucapkan kata-kata tertentu, dia masih bergumam seperti bernafas. Empat juta kelahiran setiap tahun di Amerika Serikat dan Di Kanada, antara 40.000 dan 120.000 anak di masing-masing negara ini mengalami keterlambatan perkembangan secara keseluruhan. (Puspita dan Umar, 2020). Sementara itu, World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2018 angka persentase anak di bawah usia 5 tahun dengan disabilitas tumbuh kembang adalah sebesar 28,7%. (Solihati et al., 2022). Perkembangan anak di Indonesia masih perlu mendapat perhatian, angka stunting dan retardasi masih cukup tinggi yaitu:dua dari setiap 1000 anak memiliki gangguan perkembangan motorik dan 3-6 atau 1000 juga memiliki masalah pendengaran dan 1 dari 100 anak kurang cerdas dan lambat berbicara.



Dampak kurangnya stimulasi pada anak usia 1-3 tahun dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang yang mempengaruhi perilaku anak di kemudian hari. Anak-anak dengan masalah belajar tertentu dan keterlambatan perkembangan juga dapat mengembangkan perilaku sosial yang tidak lazim. Gangguan bahasa (bicara) delay) adalah bahasa atau keterlambat berbicara. Gangguan bahasa adalah keterlambatan perkembangan bahasa anak. Anak-anak dengan gangguan bicara diklasifikasikan sebagai gangguan bahasa ekspresif atau disebut disartria, di mana balita dapat memahami apa yang dikatakan orang lain. Jika pada usia ini anak tidak cukup dirangsang dan lingkungan yang mendukung, akan berdampak pada kemampuan berbicara anak. Ketika orang tua memberikan lebih banyak kosakata kepada anak, dimungkinkan untuk mendorong anak untuk aktif dalam percakapan, sehingga kemampuan berbicara anak juga meningkat.Dalam hal ini juga mencakup kejelasan anak dalam mengucapkan suatu kata, penyusunan kalimat, dan juga bertambahnya kosa kata anak (Perry et al., 2018), Penelitian oleh (Wulandari, K. T. Y., Minarti, N. M. A. & Kumarawati, 2018) menunjukkan bahwa terapi bercerita merupakan salah satu bentuk stimulasi yang dapat diberikan orang tua kepada anaknya. Stimulasi diberikan terus menerus karena setiap kali anak berpikir atau bekerja otaknya, sinaps baruuntuk merespon stimulasi tersebut. Jika stimulus dengan mendongeng diberikan berulang-ulang maka akan muncul memori di otak anak sehingga anak dapat mengingat dan memahaminya lebih dalam. Salah satu stimulus yang dapat diberikan orang tua Meningkatkan perkembangan bahasa anak melalui terapi mendongeng.Mendengarkan cerita yang bagus dan menceritakannya dapat membantu perkembangan bahasa, pertumbuhan kosa kata, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial dan pribadi. Mendongengadalah aktivitas yang sangat bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dongeng dapat melatih daya pikir dan imajinasi anak, meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi, membangun karakter anak, serta menghangatkan hubungan orang tua dengan anak dan orang lain. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilakukan peneliti selama melakukan observasi, wawancara (interview), pengamatan yang bertujuan melakukan studi mendalam mengenai pengaruh stimulasi metode mendongeng terhadap anak speech delay berpengaruh terhadap interaksi sosial. Agar mendapat jawaban atas fokus masalah yang menjadi kajian utama maka



peneliti melakukan studi telaah mendalam mengenai kondisi (real) yang ada. Objek pengamatan dilakukan pada salah satu keluarga yang mengalami gangguan (speech delay) terhadap interaksi sosial yang ada di ciamis, meskipun jumlah partisipannya hanya satu orang anak dari satu keluarga Pengamatan dilakukan dengan didampingi orang tua untuk mengetahui segala yang berkaitan dengan penanganan gangguan (speech delay) terhadap interaksi sosial. Penelitian ini terdiri dari ibu dari anak yang terlibat secara langsung dengan anak yang mengalami gangguan keterlambatan berbicara, dalam observasi, penulis menggabungkan antara observasi partisipatif dalam berbicara dan pelaksanakan observasi. Metode teknik pengumpulan data yang digunakan dengan observasi dan wawancara (interview) dengan mengajukan pertanyaan yang dipersiapkan peneliti yang dilakukan pada partisipan dan anak terkait strategi penanganan gangguan (speech delay) terhadap interaksi sosial anak usia dini. Setelah data di dapat dari observasi dan wawancara (interview), maka dilakukan pendeskripsian serta analisis terkait apa yang didapat dari anak tersebut. HASIL PENELITIAN 1.



Pengkajian Keperawatan Klien adalah seorang anak perempuan yang berusia 3 tahun tinggalbersama ayah,ibu,



kakaknya, neneknya, dan kakeknya. Klien beragamaislam, berasal dari suku sunda, klien tinggal di Ciamis. Hasil pengkajianpada tanggal 23 Juni 2022 didapatkan klien seringmenghabiskanwaktunya bersama ibunya atau neneknya. Klien tampak malu pada saatdiajak bicara, klien tidak memiliki gangguan pendengaran, klien hanyamemiliki keterlambatan dalam berbicara. Terbukti pada saat dilakukanpengkajian klien terlihat berbicara kurang jelas dan hanya bisa berkata“mama, papa, apa, ga”, bila ingin sesuatu suka menunjuk benda daripadamenyebutkan nama benda tersebut. Klien juga kadang suka dikasih gadgetoleh orang tuanya agar anak tidak rewel. Dari hasil pengkajian didapatkan pada sistem integumentdidapatkan tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, suhu 36.8 °C, turgorkulit < 2 detik. Pemeriksaan kuku didapatkan hasil tidak ada lesi an kukubersih. Pemeriksaan kepala didapatkan rambut berwarna hitam, tidak adalesi, tidak ada ketombe, tidak terdapat benjolan. Pemeriksaan matadidapatkan



bentuk



mata



simetris,



konjungtiva



merah



muda,



pupil



isokor.Pemeriksaan mulut didapatkan hasil mukosa bibir lembab, gigi tampakbersih, tidak ada pembesaran massa. Pemeriksaan hidung dan sinus, bentuk hidung simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pembengkakan. Pemeriksaan telinga, bentuk



simetris,



tidak



ada



serumen,



pendengaran normal. Pemeriksaan leher, tidak ada peningkatan JPV, tidak adapembengkakan kelenjar tiroid,. Pemeriksaan thorak, bentuk dada simetris,tidak ada retraksi dinding dada, ekspansi dada baik, tidak ada benjolan,suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung didapatkan hasil nadi 86x/menit, tidak ada sianosis, CRT < 2 detik, bunyi jantung S1 S2 normal.



Pemeriksaan



abdomen,



tidak



ada



lesi,



tidak



ada



nyeri



tekan.



Pemeriksaangenetalia, tidak ada lesi, tidak terdapat kelainan.Pada pemeriksaan antropometri didapatkan hasil TB : 91 cm, BB : 15 kg,LK : 50 cm, LD : 53 cm, LILA : 17 cm. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien berdasarkan hasil anamnesis adalah gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan lingkunganditandai dengan tidak mampu berbicara (SDKI D.0119) dan Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan ditandai dengan perilaku tidak sesuai (SDKI D.0118). 3.



Intervensi Keperawatan Diagnosa pertama gangguan komunikasi verbal dengan tujuansetelah dilakukan



Tindakan asuhan keperawatan diharapkan kemampuanmenerima, memproses meningkat. Intervensi yang diberikan diantaranyapromosi komunikasi : deficit bicara dengan mendukung anak supayameningkatkan kemampuanberbicara sesuai dengan usianya, dengan melakukan metode mendongeng atau bercerita. Diagnosa kedua yaitu gangguan interaksi sosial dengan tujuansetelah dilakukan Tindakan asuhan keperawatan diharapkan keterlibatansosial klien meningkat. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan cara ajakanak bermain permainan, nyanyikan lagu-lagu yang disukai anak,sediakan lingkungan yang nyaman, fokuskan pandangan anak, mintatanggapan anak, dan berikan umpan balik. 4.



Implementasi Keperawatan Implementasi asuhan keperawatan pada klien dilakukan selama 4hari, 3 hari



melakukan asuhan keperawatan, 1 hari untuk memantauperkembangan klien setelah dilakukan intervensi. Pertemuan terkaitintervensi dilakukan setiap hari pada saat keluarga klien sedang ada waktu luang dan klien dalam suasana yang baik, dilakukan selama 30 menit. Total pertemuan dengan klien selama 4 hari dimulai dari kontrak waktu sampai dengan



pemantauan



catatan



perkembangan.



Pada pertemuan pertama penulis melakukan pengkajian terhadapkebutuhan dasar klien,



pemeriksaan fisik, melihat keadaan umum klien.Pelaksanaan implementasi keperawatan gangguan komunikasi verbaldilakukan pada hari ke-2 dengan intervensi yang dilakukan yaitu denganmengajak anak bercerita dan mendengarkan dongeng. Sebelum dilakukan, tindakan terlebih dahulu dijelaskan kepada keluarga dan klien mengenaitujuan dan manfaat dilakukannya metode mendongeng, dalam pelaksanaanya penulis terlebih dahulu mempersiapkan apa saja yang akan dilakukan saat melaksanakan mendongeng agar keluarga klien dapatmempraktekan dikemudian hari. Implementasi yaitu keluarga dengan



pada klien klien



gangguan



pertemuan mengenai untuk



interaksi ke-2



sosial



dengan



pentingnya



mengoptimalkan



dilakukan



memberikan



dukungan



keluarga



perkembangan



anak



selama



3



penjelasan



hari, kepada



untuk



berinteraksi



dan



menciptakan



lingkungan yang baik untuk klien. 5.



Evaluasi Keperawatan Penulis menguraikan dua diagnosa keperawatan utama yaitu gangguan komunikasi



verbal dan gangguan interaksi sosial. Penulismenggunakan evaluasi dengan analisis SOAP. Evaluasi dilihat untukmenilai tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan. Pada awal pertemuan klien terlihat bingung danmalu pada saat diajakberinterkasi, tetapi setelah dilakukan pendekatan akhirnya klien dapatsesekali mendekat dan berbicara walaupun hanya satu, dua kata. Keluargaklien mengatakan bahwa anaknya berbicara dan mengucap kata-kata tidakjelas, dan hanya dapat merangkai beberapa kata sederhana saja. Diagnosa yang pertama yaitu gangguan komunikasi verbal.Intervensi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut denganmenstimulasi pelafalan kata-kata yang diucapkan dengan melakukan metode mendongeng atau bercerita. Pada saat sedang mendongeng, klienmudah teralihkan dan kadang tidak fokus. Mendongeng dilakukan selama 20 menit. Setelah dilakukan implementasi tiga kali pertemuan kemudiandilakukan evaluasi dengan memancing anak untuk berkomunikasi agardapat melihatperkembangan anak dalam bicara. Setelah dievaluasi,terdapat ada sedikit perubahan perkembangan dalam bicara walaupunmasih tidak jelas. Diagnosa kedua yaitu gangguan interaksi sosial, dengan selalumengajak anak berkomunikasi serta menjauhkan darigadget. Intervensiini dilakukan pada hari yang sama dengan intervensi diagnosa yangpertama. Setelah dilakukan evaluasi klien menjadi sering menghabiskan waktu bermain di luar.



PEMBAHASAN 1.



Pengkajian Keperawatan Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2022 didapatkan hasil, anak



mengucapkan kata tidak jelaspelafalannya, hanya bisamengucapkan beberapa kata saja. Orang tua An. R juga menyadari bahwaanaknya tidak seperti anak seusianya yang sudah mengucapkan kalimat utuhyang jelas. Anak juga sering menghabiskan waktu menonton video melaluigawai sehingga interaksi dengan orang lain berkurang. Keluhan yang dilihat dari An. R adalah tidak sesuai dengan perkembangan yang menurut Kemenkes bahwa anak usia 3-4 tahun pada umumnya anak berbicara sudah dapatdipahami dan dimengerti sehingga didapatkan bahwa anak mengalamiketerlambatan bicara. Disimpulkan bahwa An. R memilliki gangguan tumbuhkembang yaituketerlambatan bicara. Maka dari itupenulis melakukanintervensi dengan keadaan anak sesuai dengan yang dikaji yaitu menggunakanmetode mendongeng. 2.



Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang didapat pada tinjauanteoritis ditemukan 3diagnosakeperawatan



sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan 2 diagnosakeperawatan. Diagnosa yang ditemukan



pada



tinjauan



teori



yaitu



gangguankomunikasi



verbal,



gangguan



perkembangan, dan gangguan interaksi sosial.Sedangkan pada tinjauan kasus yaitu gangguan



tumbuh



kembang



dan



gangguan interaksi sosial. Diangkatnya diagnosa gangguan komunikasi verbal dan gangguan interaksisosial karena ditemukan anak mengalami keterlambatan bicara dan anak suka menonton video di gawai sehingga kurang berinteraksi dengan orang lain. 3.



Intervensi Keperawatan Rencana Tindakan keperawatan untuk masalah untuk masalahketerlambatan bicara



dengan intervensi yang dilakukan adalah dengan metodemendongeng.Pada tahap ini penulis membuat perencanaan asuhan keperawatan yangberorientasi pada masalah yang ada pada saat melakukan pengkajian. Hal yangmendukung kelancaran pada tahap ini adalah kesempatan waktu yang telah diberikan oleh keluarga klien yang bersedia untuk bekerja sama dan memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat.



Penyusunan



intervensi



disesuaikan



dengan



teoriasuhan



keperawatan



yang



disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul dalam penyusunan asuhan keperawatan pada An. R yang mengalami keterlambatan bicara yaitu diagnosa yang pertama adalah gangguankomunikasi verbal dengan melakukan serangkaian intervensi meliputi



:Promosi



komunikasi



:



defisit



bicara



I.13492,



monitor



kecepatan,



tekanankuantitas volume, dan diksi bicara, monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologi yang berkaitan dengan bicara, monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara, identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi, gunakan metode komunikasi alternatif, sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan, modifikasi lingkungan, ulangi apa yang disampaikan pasien, berikan dukungan psikologis, ajarkan bicara perlahan, ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan kemampua berbicara, rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis. Penulis keterlambatan



juga bicara



menggunakan pada



An.



metode R



dengan



mendongeng cara



fokus



sebagai



intervensi



mendongeng



dan



berinteraksi dengan anak tanpa memegang gawai dan alat komunikasi lainnyayang dapat mengalihkan anak untuk berinteraksi selama 20 menit setiap satukali pertemuan. 4.



Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis berusaha semaksimalmungkin sesuai



dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Berdasarkanrencana asuhan keperawatan melalui tindakan keperawatan dengan metodemendongeng kepada klien, penulis melakukan implementasi selama 3 hariyaitu 24,25,26 Juni secara umum implementasi yang dilakukan sesuai denganrencana asuhan keperawatan yang telah diimplementasikan pada klien yangdisesuaikan dengan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Implementasi dilakukan selama 3 hari pada saat keadaan anak sedangbaik. Metode mendongeng dilakukan dengan cara mengajak anakmendengarkan mendongeng dan berinteraksi selama waktu 20 menit. Dalam proses mendongeng anak diajak untuk berkomunikasi dan berinterkasi dua arahagar menstimulasi anak untuk lancar berbicara serta melatih anak untukberkomunikasi. 5.



Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakantahap akhir dari proses asuhankeperawatan yang



berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telahdilakukan, penulis juga dapat mengevaluasi kondisi klien sesuai dengankriteria dan tujuan yang telat direncanakan. Waktu pencapaian keberhasilandisesuaikan dengan berat ringanya diagnosakeperawatan.



Saat dilakukan evaluasi terkait dengan keterlambatan berbicara. An. Rtampak masih berbicara dengan kata-kata yang belum jelas, setelah dilakukanmetode mendongeng pada anak selama 3 kali pertemuan, didapatkan bahwapenerapan metode mendongeng pada An. R efektif karena terjadi perubahanperkembangan walaupun tidak signifikan. SIMPULAN



Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan masalah keterlambatan berbicara dengan penerapan metode mendongeng dapat disimpulkan bahwa: Penerapan



intervensi



metode



mendongeng



dilakukan



pada



klien



denganketerlambatan berbicara, intervensi ini dapat diterapkan dengan efektif danteratur. Setelah dilakukan intervensi metode mendongeng selama 3 hari dalam 1 kali sehari waktu sore, terdapat perubahan pada perkembangan berbicarawalaupun tidak signifikan, klien menunjukan adanya kemajuan bahwaklien dapat menambah kosa-kata pada saat berbicara. DAFTAR PUSTAKA Andi Filsah Muslimat, Lukman, M. H. (2020). Faktor dan Dampak Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus Anak Usia 3-5 Tahun: Kajian Psikolinguistik. 1(2), 1–10. Hartati, S., Damayanti, E., Rusdi T, M., & Patiung, D. (2021). Peran MetodeBercerita terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal PG-PAUDTrunojoyo : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 8(2), 74– 86. https://doi.org/10.21107/pgpaudtrunojoyo.v8i2.10513 Hidayati, A. (2017). Merangsang Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 12(1), 151. https://doi.org/10.21580/sa.v12i1.1473 Istiqlal, A. N. (2021). Gangguan keterlambatan berbicara (speecH delay). Preschool, 2(2), 206–216. http://ejournal.uin malang.ac.id/index.php/preschool/article/view/12026 Izzati, L., & Yulsyofriend. (2020). Pengaruh Metode Bercerita dengan Boneka Tangan Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(1), 472–481. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/486/431 Jariyah, A. (2017). Keterlambatan bicara pada anak usia dini. Skripsi, 23–57. Maduratna, E. S. (2019). Pengaruh Stimulasi Orang Tua Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Toddler. Nursing Update : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan PISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 1(2), 7–14. https://doi.org/10.36089/nu.v1i2.60



Maharani, B. A., Abidin, Z., & Padjadjaran, U. (2022). Studi eksploratif tentang faktorfaktor penyebab keterlambatan bicara anak usia pra sekolah. 4(1), 55– 64. Mia Audina, Murtilita, T. H. P. (2018). Stimulasi Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia 1-5 Tahun: Literature Review. 14, 63–65. https://doi.org/10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001 Muazzomi, N. (2016). Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Buku Bergambar di TK AlFiqri Muaro Jambi. Jurnal Pendidikan Tematik Dikdas, 1(9), 37–41. http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007 Palupi, Y. (2016). Perkembangan Bahasa Pada Anak. Proseding Seminar Nasional PGSD UPY, 29–35. Perry, L. K., Prince, E. B., Valtierra, A. M., Fernandez, C. R., Ullery, M. A., Katz, L. F., . . . Messinger, D. S. (2018). The Dynamics And Consequences Of Language Experiences In An Intervention Classroom. 2, 2018. Putra, A. Y., Yudiemawat, A., & Maemunah, N. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulasi Oleh Orang Tua Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Di Paud Asparaga Malang. Nursing News, 3(1), 563–571. Raml, I. N. (2020). Penanganan Anak Speech Delay Menggunakan Metode Bercerita Di Kb Al-Azkia Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Solihati, Rusmita, I., & Sari, R. P. (2022). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita Usia 1-3 Tahun Di Posyandu Dadap Indah Kabupaten Tangerang Tahun 2021. Nusantara Hasana Journal, 1(8), 123–128. Wulandari, K. T. Y., Minarti, N. M. A., &Kumarawati, N. L. A. S. (2018). Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah. Community of Publishing in Nursing, 6(1), 41–48.