UKGS Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI DESA SUKOJEMBER KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER



LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT III



Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III



Oleh: Kelompok 2(Tim UKGS) Putaran 1 Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain Anggota : Yas’a Nuuruha Nabilah Dzakiyatul Fakhirah Erfika Arifanti Shinta Permatasari Dini Roswati Sya’bani Prisca Vianda Sukma



141611101023 131611101009 141611101004 141611101009 141611101012 141611101015 141611101019



Pembimbng : drg. Hestieyonini H., M.Kes drg. Kiswaluyo., M.Kes Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes drg. Elyda Akhya., M. IPH drg. Surartono Dwi Atmoko, M.M



BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018



2



KATA PENGANTAR



Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yaitu Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada: 1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember, 2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 4. drg. Elyda Akhya, M. IPHselaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 5. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kesselaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 7. dr. Alfi Yudisianto selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari Yuniarti selaku dokter gigi Puskesmas JelbukKecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 8. Seluruh staf Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 9. Seluruh pimpinan KecamatanJelbuk Kabupaten Jember, 10. Kepala Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 11. Kepala Dusun Krajan Timur Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 12. Kepala Dusun Cangkringan Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 13. Kepala Dusun Leces 1 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 14. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 15. Rekan-rekan kelompok UKGS putaran I Praktikum IKGM III.



3



Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin.



Jember, September 2018



Penulis



4



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Gigi memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan anak. Salah satu indikator seorang anak dikatakan sehat jika kebersihan mulutnya terjaga. Kebersihan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh karena dapat mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Jika kebersihan mulut tidak terjaga maka akan timbul berbagai permasalahan pada gigi. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi (Novita dkk, 2016). Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering ditemui di kalangan masyarakat, salah satunya anak-anak di Indonesia. Menurut WHO prevalensi karies gigi pada anak-anak di negara industri 60-90% populasi. Prevalensi akan terus meningkat seiring bertambahnya umur. Anak usia 6 tahun telah mengalami karies pada gigi tetapnya sebanyak 20%, meningkat 60% pada usia 8 tahun, 85% pada 10 tahun dan 90% pada usia 12 tahun (WHO, 2016). Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Jika tidak diobati, karies gigi dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada gigi, gangguan penyerapan makanan, mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah karena sakit gigi.[4] Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi (Yohana, 2017; Dewi dkk, 2017). Masalah gigi dan mulut mengalami peningkatan dari 23,2% pada tahun 2007 menjadi 25,9% di tahun 2013. Indeks DMF-T tahun 2007 hampir sama dengan tahun 2013 yaitu, tahun 2007 adalah 4,6% dan tahun 2013 4,85%. Tahun 2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan kebiasaan menggosok gigi untuk



5



umur di atas 10 tahun yaitu, 91,9% menjadi 93,8%, sedangkan untuk yang menyikat gigi dengan benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur) mengalami penurunan yaitu, pada tahun 2007 sebesar 7,3% dan di tahun 2013 sebesar 2,3%. Sedangkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa rata-rata skor DMF-T di Indonesia mencapai 4,6. Hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2014). Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus.12 Secara klinis tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi atau kalkulus (Agusta dkk, 2014; Narulita dkk, 2016). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara umum yang turut berperan dalam menunjang dan mensukseskan tercapainya visi Indonesia Sehat 2010, melalui pendekatan strategi paradigma sehat bidang kesehatan gigi dan mulut yang menerapkan pendekatan Primary Oral Health Care melalui pemberdayaanpelayanan kesehatan gigi dan mulut. Salahsatunya adalah pelaksanaan programUsaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang menerapkan suatu bentuk programpelayanan kesehatan gigi pada anaksekolah yang dilaksanakan melalui kegiatanpokok kesehatan di Puskesmas diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pokok Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKGS yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah dapat berupa promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan. Menurut Hollund ada 4 faktor yang berasal dari masing-masing individu yang akan mempengaruhi kebiasaan hidupnya yaitu



6



pengetahuan yang dimilikinya, keyakinan, kemauan, dan perilaku. Faktor kunci yaitu pengetahuan membuat seseorang tahu mana yang benar, mana yang salah dan di faktor inilah peran pendidikan menjadi sangat penting (Kemenkes, 2012). Selain orang tua salah satu usaha untuk mengatasi masalah kesehatan gigi anak adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah yang ditunjang dengan upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Usaha kesehatan gigi dan mulut ini termasuk salah satu program puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi, yang diselenggarakan bersamaan dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini mengarah kepada pendidikan secara dini terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut. Upaya yang dilakukan dalam program UKGS ini berupa peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan pemulihan terhadap karies gigi (Kemenkes, 2012). Berdasarkan uraian diatas, tim UKGS melakukan Kegiatan UKGS di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahilah. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan siswa-siswi kelas 1,2, 3, 4, 5, dan 6 di setiap sekolah. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling)? 1.2.2. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling)? 1.2.3. Apakah terdapat perbedaan indeks kebersihan rongga mulut pada siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah sikat gigi bersama?



7



1.2.4. Bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah?



1.3. Tujuan 1.3.1. Mengetahui pengetahuan siswa SDNSukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling). 1.3.2. Mengetahui perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling) 1.3.3. Mengetahui perbedaan indeks kebersihan rongga mulut antara sebelum dan sesudah penyuluhan pada siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. 1.3.4. Mengetahui bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.



1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi mahasiswa Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pengetahuan indeks kebersihan dan indeks karies pada tingkat Sekolah Dasar. 1.4.2. Bagi Sekolah Meningkatkan pengetahuan siswa pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut. 1.4.3. Bagi puskesmas a. Mendapatkan informasi tentang siswa-siswi yang membutuhkan perawatan di Puskesmas. b. Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut siswa pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.



8



c.



Mendapatkan data indeks karies pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.



9



BAB 2 MATERI KEGIATAN



2.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa terutama siswa Sekolah Dasar (SD) dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS. Upaya promotif dan preventif paling efektif dilakukan dengan sasaran anak sekolah dasar, karena perawatan kesehatan gigi harus dilakukan sejak dini dan dilakukan secara kontinyu agar menjadi suatu kebiasaan (Depkes RI, 2000). Tujuan UKGS tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal adalah 100% murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut. Indikator lain sesuai dengan ketentuan WHO adalah anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi (Dep. Kes. RI., 2004). 2.2. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Perilaku adalah faktor paling dominan yang mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut (Sriyono, 2011). Perilaku muncul sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan terhadap respon (Walgito, 2003). Perilaku tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang saat- saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya (Purwanto, 2001). Menurut Sariningsih (2014), tata cara perilaku hidup dan penerapan hygiene perorangan akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan rongga mulut yang selanjutnya mempunyai dampak pada kesehatan masyarakat. Hasil penelitian Rahmawati (2011) menunjukkan bahwa semakin baik perilaku anak, semakin tidak parah kesehatan gigi dan mulut. Perilaku masyarakat dalam pemeliharaan



10



kesehatan gigi dan mulut salah satu indikatornya adalah variabel waktu menyikat gigi karena menyikat gigi merupakan tindakan pencegahan primer yang paling utama dianjurkan (Sriyono, 2011). Menurut Manson dan Eley (2013), waktu menyikat gigi yang tepat adalah sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Efektifitas menyikat gigi selain tergantung pada bentuk dan cara menyikat gigi, juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi (Sriyono, 2011). 2.3. Sikat Gigi Sikat gigi merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk menghilangkan plak gigi (Zaelan, 2016). Berdasarkan cara penggunaannya,sikat gigi dibedakan atas sikat gigi konvensional dan sikat gigi elektrik. Walaupun tersedia berbagai sikat gigi di pasaran, namun harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri et al., 2011) Beberapa jenis sikat gigi yang dapat digunakan untuk usaha membersihkan gigi dari plak dan debris diantaranya adalah: a.



Sikat gigi konvensional Mayoritas masyarakat menggunakan sikat gigi konvensional dalam aplikasi



sehari-hari. Sikat gigi konvensional terdiri atas kepala sikat dan bulu sikat, leher sikat, dan tangkai atau gagang sikat (Novitskaya, 2002). Bulu dari sikat gigi umumnya terdiri dari tiga sampai empat baris. Terdapat dua bahan bulu sikat yaitu : bulu alami dari babi dan artifisial filamen yang terbuat dari nylon. Umumnya diameter bulu sikat yang halus sebesar 0,2 mm, pada bulu sikat medium 0,4 mm dan untuk bulu sikat yang kasar sebesar 0,4 mm (Carranza, 2015). Dalam pemilihan bulu sikat gigi disarankan untuk memilih bulu sikat dengan tekstur lembut tetapi cukup kuat, ukuran bulu sikat jangan terlalu lebar sesuaikan dengan penggunanya, ujung bulu - bulu sikat membulat(Putri, 2011). Bulu yang halus diketahui lebih fleksibel, dapat membersihkan dengan mudah pada bagian bawah margin gingiva ketika menggunakan metode gosok gigi sirkular dan dapat mencapai pada bagian proksimal lebih mudah. Pada penggunaan bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan resesi pada gingiva. Dalam pemilihan handle sikat dapat disesuaikan dengan kenyamanan individu (Carranza, 2015). Kenyamanan



11



bagi setiap individu mencakup: tangkai sikat enak dipegang/stabil, cukup lebar dan cukup tebal namun ringan sehingga mudah digunakan (Putri et al., 2012) b.



Sikat gigi elektrik Saat ini, sikat gigi elektrik memiliki gerakan rotasi, dan beberapa sikat gigi



menggunakan energi dengan frekuensi rendah untuk meningkatkan kemampuan pembersihan. Sikat gigi elektrik sangat bergantung pada kontak mekanik antara bulu sikat dan gigi untuk menghilangkan plak. Penambahan dari energi frekuensi rendah menghasilkan gerakan dinamis yang dapat membersihkan dengan lebih baik. Getaran yang dihasilkan juga dapat menggganggu bakteria pada permukaan rongga mulut. Penelitian lain melaporkan sikat gigi mekanik dengan gerakan memutar dapat mengurangi bakteri plak sebesar 11%, dan 6% daripada sikat gigi biasa. Meskipun keeuntungan jangka panjang belum diperoleh, sikat gigi mekanik dapat mengurangi bakteri plak dan penurunan perdarahan pada gingiva yang lebih baik (Carranza, 2015) 2.4. Pasta Gigi Pasta gigi anak menurut Badan Standar Nasional-SNI 16-4767-1998 adalah produk semi padat yang terdiri dari campuran bahan abrasif, bahan pembersih dan bahan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi anak tanpa merusak gigi maupun membran mukosa dari mulut. Batas maksimum garam fluoride dan turunannya dalam sediaan adalah 0,15 % atau setara dengan 1500 ppm. Senyawa fluoride adalah suatu garam senyawa fluoride yang terdapat di alam dapat berupa sodium fluoride, calcium flupride, amonium fluoride, aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, amonium fluorofosfat, hexadesil ammonium fluoride, magnesium fluoride dan lain-lain (Sukanto, 2011). Dampak buruk senyawa fluor berlebihantara lain fluorosis pada gigi. Ciricirinya adalah gigi menjadi keras dan mudah pecah(cracking). Gambaran klinis adalah adanya flek atau noda putih kecil-kecil yang tidak terlalu tampak, sedangkan kerusakan pada tingkat sedang dan parah tampak noda coklat atau hitam, berlubang dan retak pada gigi. (Mariyati, 2015) Kandungan pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi umum



12



dan kandungan bahan aktif yang biasa terkandung dalam pasta gigi antara lain sebagai berikut. Bahan abrasif (20-50%), contohnya: silika atau silika hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksida, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat. Air (2040%), Humectant atau pelembab (20-35%) yaitu sorbitol, manitol, gliserin, propilen glikol, alpha hydroxy acids (AHA), propilen glikol, asam laktat dan surfaktan. Bahan perekat (12%), yaitu bahan yang larut dalam air, alginate, dan sodium karboksil metal selulosa, dan bahan yang tidak larut dalam air seperti magnesium, aluminium silikat, dan koloid silika. Bahan yang biasa digunakan adalah karboksil metal selulosa, amilosa, alginate, derivat sintetis selulosa, sorbitol dan polyethylene glycol (PEG). Surfactan atau deterjen (1-2%), bahan penambah rasa (0-2%), bahan terapeutik (02%) yaitu: fluoride, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar dan bahan antimikroba. (Sukanto, 2011). 2.5. Teknik Menyikat Gigi Menyikat gigi dengan sikat gigi adalah teknik pembersihan plak secara mekanik. Tujuan menyikat gigi salah satunya adalah untuk menghilangkan plak, menghambat pembentukannya serta melapisi permukaan gigi dengan fluor agar tidak mudah berlubang (Maldupa, 2012). Terdapat 5 teknik menyikat gigi yaitu, Bass, S Stillman, Horizontal, Vertical, dan Roll. Teknik horizontal dilakukan dengan cara semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Teknik horizontal terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Teknik ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding dengan teknik lain. Teknik ini cukup sederhana sehingga dapat membersihkan plak yang terdapat di sekitar sulkus interdental dan sekitarnya. Teknik vertical dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawah. Untuk permukaan gigi belakang gerakan dilakukan dengan keadaan mulut terbuka. Teknik ini sederhana dan dapat membersihkan plak, tetapi tidak dapat menjangkau semua bagian gigi seperti teknik horizontal dengan sempurna sehingga apabila penyikatan tidak benar maka pembersihan plak tidak maksimal. Teknik roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan



13



posisi mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Yang perlu diperhatikan pada penyikatan ini adalah sikat harus digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk menggosok. Teknik roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan interproksimal tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna. Teknik roll merupakan teknik yang danggap dapat membersihkan plak dengan baik dan dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada anak umur 6-12 tahun. Teknik penyikatan gigi horizontal, vertical dan roll adalah teknik yang paling sering digunakan dalam penyikatan gigi (Hariyanti et al., 2014) 2.6. Makanan Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi Sayur dan buah merupakan karbohidrat jenis polisakarida nonpati yang banyak mengandung serat dan air (Almatsier, 2001). Selain itu, sayur dan buah juga baik bagi kesehatan gigi karena mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi (Sediaoetama, 2000). Konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan plak dapat dikurangi dan pada akhirnya dapat karies gigi dapat dicegah. Buah- buahan segar seperti apel, bengkoang, pear, semangka serta sayuran seperti caisim dan wortel dll dapat merangsang fungsi pengunyahan dan meningkatkan sekresi air ludah. Armin, Marthaler, dan Bryan Wade menyatakan adanya efek positif konsumsi buah-buahan segar terhadap efek pembersihan gigi (Houwink et al., 1993). Buah-buahan segar berperan sangat efektif untuk membantu kebersihan gigi apabila dikonsumsi sesudah makan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara konsumsi sayur dan buah terhadap penurunan keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar.Makanan berserat alami adalah makanan secara stuktur kimia tidak berbahaya walaupun tidak mengandung gizi dan apabila mengkonsumsi berlebihan tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan keberadaannya dibutuhkan dalam proses pencernaan pada tubuh manusia. Serat makanan tidak menyumbang energi. Mengunyah makanan sedikitnya 32 kali, merangsang



14



pengeluaran saliva lebih banyak sehingga dari kandungan bikarbonat dan sulfat yang dapat memberikan efek pembersihan gigi geligi sendiri (Soegeng S, et al., 1999). Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi, dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin yaitu pada usia muda. Usia 8-10 tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen. Anak usia 8-10 tahun prevalensi karies gigi mencapai 60-85%. Pemilihan murid Sekolah Dasar (SD) sebagai obyek Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sangat penting mengingat kurangnya perhatian akan kesehatan gigi anak usia sekolah dasar dan pada dasarnya anak pada usia ini sangat peka terhadap pendidikan baik dari perilaku maupun pola kebiasaan sedang dan dalam pertumbuhan masih dapat diperbaiki (Ami Angela, 2005). Salah satu cara mudah untuk mencegah karies gigi adalah mengatur pola makan dengan memperbanyak mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan. Makanan berserat perlu dikunyah lebih lama sehingga gerakan mengunyah dapat merangsang pengeluaran saliva (air liur) lebih banyak. Di dalam saliva terkandung zat-zat seperti substansi antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium dan fluorida yang sangat berguna melindungi gigi. Mengunyah makanan berserat seperti buah-buahan dapat membantu membersihkan gigi, contohnya pepaya, semangka, apel, jambu air, jambu biji adalah contoh dari buah-buahan yang mudah dijumpai dan dapat langsung dikonsumsi dalam keadaan segar. Di dalam pepaya terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 86,7 gr dan terdapat kadar serat sebesar 0,7 gr tiap 100 gr daging buah pepaya, yang dapat membantu pengeluaran saliva lebih banyak yang dapat memberikan efek pembersihan sendiri gigi geligi (self cleansing effect) (Soegeng S dkk, 1999).



2.7. Kunjungan Kedokteran Gigi Kunjungan ke dokter gigi dilakukan untuk menghindari penyakit gigi yang lebih lanjut dan tidak dilakukannya perawatan gigi dalam waktu yang lama. Kunjungan ke dokter gigi secara periodik dilakukan enam bulan sekali dalam



15



upaya melakukan tindakan preventif terhadap penyakit gigi dan mulut. Kunjungan periodik bertujuan untuk mencegah lubang semakin dalam dan tidak memperparah penyakit (Maldupa, 2012). 2.8. Kriteria OHI-S Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dilakukan dengan menginstruksikan siswa untuk membuka mulut selanjutnya gigi yang terpilih (empat gigi diperiksa permukaan bukal atau fasialnya yaitu molar satu atas kanan, insisivus satu atas kanan, molar satu atas kiri dan insisivus satu bawah kiri serta dua gigi diperiksa pada permukaan lingualnya, molar satu bawah kanan dan kiri) dilakukan pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index Simplified) untuk menentukan skor masing-masing indeks (Oktavilia et al., 2014).Pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index Simplified) digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1.



Skor 0: tidak ada debris/tidak ada kalkulus



2.



Skor 1: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi



3.



Skor 2: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi



4.



Skor 3: debris lunak/ kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi. Skor dari debris indeks / kalkulus per orang diperoleh dengan cara



menjumlahkan skor debris/ kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. Setelah didapat hasil masing-masing dari DIS dan CI-S kemudian dijumlahkan maka jadilah skor OHI-S. Dengan kiretria skor menurut, yaitu OHI-S sebesar: 1.



0,0-0,1 = baik



2.



1,3-3,0 = sedang



3.



3,1-6,0 = buruk



16



Rahang atas yang diperiksa adalah bagian bukal gigi 16 dan 26 serta bagian labial gigi 11. Rahang bawah yang diperiksa adalah bagian lingual 36 dan 46 serta bagian labial gigi 31 (Anwaret al., 2017). Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu: 1.



Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.



2.



Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.



3.



Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.



4.



Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri rahang atas.`



5.



Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.



6.



Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1 kanan rahang bawah



7.



Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian (Carranza, 2015).



2.9. Indeks Karies Gigi DMF-t Dan def-t Status kesehatan gigi dan mulut pada umunya dinyatakan dalam prevalensi karies gigi, kehilangan gigi, maupun status periodontal. untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen digunakan indeks DMFT. Huruf D (Decay) menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang, huruf M (Missing) menunjukkan gigi yang dicabut karena karies dan huruf F menunjukkan gigi yang ditumpat karna karies dan dalam keadaan baik (Notoharjo, I. T dan Magdarina, D. A, 2013). Sedangkan untuk gigi sulung digunakan indeks def-t karena untuk komponen "m" sulit untuk mendeteksi apakah gigi sulung telah hilang karena karies atau tanggal secara normal atau sebab lain, sehingga komponen "m" diganti dengan komponen "e"



17



(eksfoliation) yang berarti hanya gigi karies yang terindikasi untuk dicabut (Sriyono, N. W., 2011). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Kaca mulut digunakan untuk menarik sudut mulut agar pandangan ke dalam rongga mulut lebih jelas, sedangkan sonde berfungsi untuk memastikan gigi yang terkena karies, gigi dengan indikasi ekstraksi, dan gigi yang ditumpat. Pemeriksaan gigi dilakukan dari regio I (kanan atas), dan diteruskan ke regio II (kiri atas) kemudian regio III (kiri bawah) dan regio IV (kanan bawah). Setiap gigi yang memiliki kavitas, restorasi, dan hilang karena karies dicatat (Mentari, S. et al). Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: a.



Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D (Decay).



b.



Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D (Decay).



c.



Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D (Decay).



d.



Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori (Missing).



e.



Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M (Missing).



f.



Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F (Filling).



g.



Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F



h.



Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan dalam kategori M (Missing) (Hiremath, 2011). Rata-rata penilaian indeks DMF-T digunakan rumus:



18



WHO memberikan kategori perhitungan DMF-T berupa derajat interval sebagai berikut: (WHO, 2006) 1. Sangat rendah: 0,0 – 1,1 2. Rendah: 1,2 – 2,6 3. Moderat: 2,7 – 4,4 4. Tinggi: 4,5 – 6,5 5. Sangat Tinggi: > 6,5



19



BAB 3. METODOLOGI



3.1



Metode Kegiatan Kegiatan UKGS dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2018 di Desa



Sukojember Kecamatan Jelbuk di SDN Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan MI fatahillah pada siswa kelas satu sampai enam. Kegiatan yang dilakukan adalah pre-test, penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, post test, pemeriksaan OHI-S dan DMF-T, sikat gigi bersama, dan pemeriksaan OHI-S. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menggunakan indeks yang sudah disepakati yaitu menggunakan OHI-S dan pemeriksaan DMF-T/def-t. Siswa diberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Metode yang digunakan adalah demo dengan menggunakan alat peraga selama 30 menit dan memberikan pertanyaan tertulis. Materi penyuluhan yang diberikan : a. Upaya preventif pencegahan karies gigi, antara lain: 1. Bentuk sikat gigi yang dianjurkan 2. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride 3. Frekuensi menyikat gigi yang baik 4. Cara menyikat gigi yang dianjurkan dengan demonstrasi cara menyikat gigi dengan menggunakan phantom dan sikat gigi 5. Makan-makanan yang menyebabkan karies gigi b. Memperkenalkan tentang pentingnya memelihara gigi dan mulut serta pentingnya memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi.



3.1.2 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan cara mengukur skor def-t, DMF-T dan OHI-S. a. Pemeriksaan def-t dan DMF-T Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan cara menghitung jumlah kerusakan gigi yang disebabkan karies, gigi yang tanggal atau indikasi dicabutdan gigi



20



yang ditumpat karena karies pada gigi permanen sedangkan pemeriksaan deft dilakukan pada gigi sulung. b. Pemeriksaan OHI-S Skor OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan skor DI-S dan CI-S. c. Menyikat gigi bersama Sebelum melakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu dioleskan bahan pewarna pada gigi siswa yang akan melakukan sikat gigi bersama untuk membantu agar debris dapat terlihat jelas. Pada kegiatan ini Siswa diinstruksikan untuk mengerjakan soal post test setelah dilakukan penyuluh dan menyikat gigi bersama ini dilakukan di lapangan oleh seluruh siswa kelas 1 sampai 6 SDN Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan MI fatahillah.



3.2



Alat dan bahan



3.2.1



Alat a. Poster b. Phantom (Model gigi) c. Sikat gigi d. Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, baki, nierbeken, ekskavator, dan probe) e. Masker f. Handscoon g. Tempat sambal h. Lembar kartu status kesehatan gigi dan mulut (DMF-T/def-t, OHI-S) i. Plastik merah besar



3.2.2



Bahan a. Pewarna makanan b. Alkohol 70% c. Cotton roll d. Cotton pellet e. Pasta gigi berfluoride



21



f. Air mineral 220ml



3.3



Sasaran Kegiatan Kegiatan kegiatan UKGS dilaksanakan pada: a. Hari/tanggal



: Rabu, 29 Agustus 2018



Tempat



: MI Fatahillah



Waktu



: 07.30-11.30



Kelas



: 1 sampai 6



Jumlah Siswa : 18 orang b. Hari/tanggal



: Kamis, 30 Agustus 2018



Tempat



: SDN Sukojember 01



Waktu



: 7.30-11.30



Kelas



: 1 sampai 6



Jumlah Siswa : 173 orang c. Hari/tanggal



: Kamis, 30 Agustus 2018



Tempat



: SDN Sukojember 03



Waktu



: 07.30-11.30



Kelas



: 1 sampai 6



Jumlah Siswa : 70 orang



3.4



Rundown Acara UKGS



No.



Kegiatan



Waktu



1.



Pre-test



07.30 – 07.45



2.



Penyuluhan kesgilut



07.45 – 08.15



3.



Post-test



08.15 – 08.30



4.



OHI-S, DMF-T/def-t



08.30 – 09.30



5.



SIkat gigi bersama



09.30 – 10.30



6.



OHI-S, DMF-T/def-t



10.30– 11.30



22



3.5



Pembagian Anggota



MI Fatahillah Koordinator : Nabilah Dzakiyatul Kelas 1, 2, 3 : Erlita , Agya, Zulfah Kelas 4, 5, 6 : Yas’a, Yuniko, Dhita, Nabila



SDN Sukojember 01 Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain Kelas 1



: Nanik, Aini



Kelas 2



: Yas’a, Paramita



Kelas 3



: Prisca, Shinta



Kelas 4



: Umil, Kanwangwang



Kelas 5



: Afthin, Faiza



Kelas 6



: Nabila, Rusella



Dogicil



: Narita, Ziyana, Primawati



SD Sukojember 03 Koordinator : Erfika Arifanti Kelas 1, 2, 3 : Aisha, Erfika Kelas 4, 5, 6 : Dini, Arie, Yona, Erlangga Dogicil 3.6



: Arina, Lady, Benny Topik Kegiatan Upaya promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut siswa-siswi SDN



Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan MI fatahillah dengan program UKGS.



3.6



Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasikan, kemudian dilakukan uji normalitas



menggunakan Kolmogorov Smirnov (p>0,05) dan uji homogenitas dengan Levene test. Jika pada uji tersebut menunjukkan data yang berdistribusi normal dan homogan maka dilanjutkan dengan uji statistik parametrik Paired-Samples T Test



23



untuk mengetahui perbedaan OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi bersama. Sedangkan jika data tidakterdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik Wilcoxon Sign Test. Data DMF-T dan def-t antara kelas 3, 4 dan 5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Jika data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik One Way Anova dengan uji lanjutan LSD sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan uji lanjutan Mann Whitney.



24



BAB 4. HASIL KEGIATAN



4.1



Hasil Data Pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut, indeks karies pada siswa



sekolah dasar kelas 1 sampai 6 dari tiga sekolah di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk yang dilakukan pada bulan Agustus 2018, dengan jumlah responden sebesar 261 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menggunakan indeks yang sudah disepakati, pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut menggunakan OHI-S dan pemeriksaan indeks karies siswa sekolah dasar menggunakan DMF-T/def-t. Data tersebut didukung dengan menggunakan pre-test dan post-test. 4.1.1 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Peserta UKGS pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan Sesudah Sikat Gigi. Pemeriksaan OHI-S dilakukan pada siswa kelas 1 sampai 6 di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. Pemeriksaan OHI-S dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan sikat gigi bersama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan rongga mulut siswa-siswi sebelum dan sesudah sikat gigi bersama dan keberhasilan penyuluhan yang telah dilakukan sebelumnya. a. Skor rata-rata OHI-S SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah sikat gigi Tabel 4.1 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisihh sikat gigi di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah SD Sukojember 01 OHI-S Sebelum



OHI-S Sesudah



SD Sukojember 03 Selisih OHI-S



OHI-S Sebelum



OHI-S Sesudah



MI Fatahilah Selisih OHI-S



OHI-S Sebelum



OHI-S Sesudah



Selisih OHI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



DI-S



CI-S



0,98



0,48



0,42



0,48



0,56



0



0,94



0,53



0,25



0,53



0,69



0



0,83



0,36



0,36



0,36



0,47



0



25



Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa SD Sukojember 03 memiliki selisih rata – rata OHI-S (DI-S) tertinggi sebesar 0,69. Sedangkan SDN Sukojember 01 memiliki selisih rata – rata OHI-S (DI-S) sebesar 0,56 dan MI Fatahillah memiliki selisih rata – rata OHI-S (DI-S) sebesar 0,47. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan sebelum dan sesudah sikat gigi yang ditunjukkan dengan penurunan skor. b. SD Sukojember 01 1.2 1 0.8



Sebelum



0.6 0.4



0.2 0 DI-S



CI-S



Gambar 4.1 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN Sukojember 01



c. SD Sukojember 03 1 0.8 Sebelum



0.6 0.4 0.2 0 DI-S



CI-S



Gambar 4.2 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN Sukojember 03



26



d. MI Fatahilah 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0



Sebelum Sesudah



DI-S



CI-S



Gambar 4.3 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di MI Fatahilah



4.1.2 Uji pada kelompok pre-test dan post test penyuluhan pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah penyuluhan. Siswa kelas 1 sampai 6 di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Sebelum diakukan penyuluhan peneliti memberikan pretest untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa tersebut. Seesudah dilakukan penyuluhan peneliti memberikan post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap penyuluhan yang telah disampaikan. a. Skor rata-rata perbandingan nilai pre test dan post test Tabel 4.1 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di SDN Sukojember 01 No 1 2 3 4 5



Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang



Pre Test 139 15 25 0 13



Post Test 142 29 13 0 8



27



160 140 120 100 80 60 40 20 0



PRETEST POST TEST



SANGAT BAIK



BAIK



CUKUP



KURANG



SANGAT KURANG



Gambar 4.1 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 01



Tabel 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di SDN Sukojember 03 No 1 2 3 4 5



Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang



Pre Test 12 11 13 0 14



40 35 30 25 20 15 10 5 0



Post Test 35 9 24 0 2



PRETEST POST TEST



SANGAT BAIK



BAIK



CUKUP



KURANG



SANGAT KURANG



Gambar 4.3 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 03



Tabel 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di SDN Sukojember 01 No 1 2 3 4



Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang



Pre Test 7 3 6 0



Post Test 11 1 5 0



28



5



Sangat Kurang



2



1



12 10 8 6



PRETEST



4



POST TEST



2 0 SANGAT BAIK



BAIK



CUKUP



KURANG



SANGAT KURANG



Gambar 4.4 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi MI Fatahillah



4.2 Pembahasan Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan, yang menggunakan media poster dan demonstrasi. Penggunaan media dalam penyuluhan kesehatan langsung harus mempertimbangkan usia dan minat peserta. Media poster dengan metode dongeng dan demontrasi dianggap menjadi efektif karena dilihat dari antusias siswa sekolah dasar yang peneliti lakukan penyuluhan. Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok, maupun masyarakat (Haryani dkk, 2016; Sulistyoningsih, 2016; Djumingin dkk, 2014). Tujuan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut adalah menginformasikan kepada sutu kelompok tertentu yang dalam penelitian ini merupakan siswa sekolah dasar. Dengan demikian, kelompok tersebut diharapkan dapat menggunakan pengetahuan dari hasil penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan praktik agar mencapai kesehatan yang lebih baik (Abdoerrachman dkk, 2007; (Bensley dan Fisher, 2008). Hasil penelitian ini didapat bahwa pada kelompok yang mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktek yang ditunjukkan dengan perubahan skor yang semakin meningkat.



29



Notoatmodjo (2010), menjelaskan bahwa pengalaman masyarakat di bidang kesehatan, tercapainya perubahan perilaku, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai sasaran utama penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang optimal sesuai dengan konsep sehat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. WHO juga mengungkapkan bahwa seseorang berperilaku tertentu disebabkan oleh pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek. Dalam hal ini, dengan pemberian penyuluhan kesehatan maka pengetahuan akan bertambah sehingga praktik juga akan lebih baik. Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo bahwa seseorang yang bersikap baik akan mewujudkan praktik yang baik dan untuk mewujudkan sikap agar menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang mendukung, antara lain : fasilitas, sarana dan prasarana, dan dukungan dari pihak lain. Hal ini sesuai dengan penelitian, dimana setelah pemberian perlakuan nilai sikap yang didapat meningkat demikian pula nilai praktik juga meningkat. Hasil analisa data uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada bahwa nilai OHIS sebelum dan OHI-S sesudah sikat gigi pada ketiga sekolah tersebut adalah 0.000 (p