Print Laporan Ukgs Revisi 1 New Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI DESA TEGALSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER



LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT III



Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III



Oleh: Kelompok 2 (Tim UKGS) Putaran 1 Koordinator : Anggun Octaviearly P. Anggota : Nidha Tuhu R. K. Karina S. Ichwani Arini Al-Haq Emastari Rosyida Fazlur Rahman



121611101042 121611101070 131611101006 131611101040 131611101088 101611101014



Pembimbng : drg. Hestieyonini H., M.Kes drg. Kiswaluyo., M.Kes Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes drg. Elyda Akhya., M. IPH drg. Surartono Dwi Atmoko, M.M



BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018 i



KATA PENGANTAR



Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Ambulu yaitu Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada: 1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember, 2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 4. drg. Elyda Akhya, M. IPH selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 5. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM, 7. dr. Swinasis selaku kepala Puskesmas dan drg. Retno Dwi S. selaku dokter gigi Puskesmas Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 8. Seluruh staf Puskesmas Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 9. Seluruh pimpinan Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 10. Bapak Musahir sebagai Kepala Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 11. Bapak Sugianto sebagai Kepala Dusun Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 12. Bapak Handrianus sebagai Kepala Dusun Tutul Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 13. Bapak Sukirno sebagai Kepala Dusun Bedengan Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, ii



14. Masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, 15. Rekan-rekan kelompok II putaran I Praktikum IKGM III.



Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin.



Jember, 4 Maret 2018



Penulis



iii



DAFTAR ISI



Halaman



Kata Pengantar .................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................... iv Daftar Tabel.......................................................................................................... vi Daftar Gambar ..................................................................................................... ix Daftar Lampiran .................................................................................................. x Bab 1. Pendahuluan ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan.................................................................................................. 3 1.4 Manfaat................................................................................................ 3 Bab 2. Materi Kegiatan........................................................................................ 4 2.1 Pemeliharaan Kesehatan Gigi ............................................................. 4 2.2 Sikat Gigi............................................................................................. 4 2.3 Pasta Gigi ............................................................................................ 6 2.4 Teknik Menyikat Gigi ......................................................................... 7 2.5 Makanan yang Memengaruhi Kesehatan Gigi....................................9 2.6 Kunjungan ke Dokter Gigi…..............................................................11 2.7 Kriteria Penilaian OHI-S………………………………………….....11 2.8 Indeks Karies Gigi DMF-T dan def-t……………………….……......12 Bab 3. Metodologi Penelitian……………………………………………..........15 3.1 Metode Kegiatan…………………………………………………….15 3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………....16 3.3 Sasaran Kegiatan………………………………………………….....17 3.4 Jadwal Kegiatan……………………………………………………..17 3.5 Pembagian Anggota………………………………………………....18 3.6 Topik Kegiatan……………………………………………………....18 3.7 Analisis Data………………………………………………………...19 Bab 4. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………20 iv



4.1 Hasil Data…………………………………………………………...20 4.2 Analisis Data………………………………………………………..39 4.3 Pembahasan…………………………………………………………31 Bab 5. Kesimpulan dan Saran………………………………………………...34 Daftar Pustaka…………………………………………………………………35 Lampiran……………………………………………………………………….38



v



DAFTAR TABEL



Halaman Tabel 4.1 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ..................................................................... 20 Tabel 4.2 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03 ......................................... 22 Tabel 4.3 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 02 ......................................... 23 Tabel 4.4 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di MIMA 28 Miftahul Ulum ............................ 24 Tabel 4.5 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ......... 25 Tabel 4.6 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4 dan 5 SDN Tegalsari 03 ....................................................................... 26 Tabel 4.7 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4, dan 5 SDN Tegalsari 02 ....................................................................... 27 Tabel 4.8 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3,4, dan 5 MIMA 28 Miftahul Ulum ........................................................... 28 Tabel 4.9 Hasil uji normalitas Kolmogorov-smirnov perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta skor DMF-T dan def-t pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ......... 29 Tabel 4.10 Hasil uji beda Wilcoxon Signed Rank Test perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ...................................................... 29 Tabel 4.11 Hasil uji beda Kruskall Wallis skor DMF-T dan def-t SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ....................... 30 Tabel 4.12 Hasil uji beda Mann Whitney skor DMF-T SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum ...................................... 30



viii



DAFTAR GAMBAR



Halaman Gambar 2.1 Sikat Gigi untuk Anak ....................................................................... 5 Gambar 2.2 Sikat gigi elektrik .............................................................................. 6 Gambar 2.3 Posisi sikat gigi pada daratan oklusal gigi posterior menggunakan metode modifikasi Stillman...................................... 8 Gambar 2.4 Posisi sikat gigi dengan modifiaksi Stillman .................................... 9 Gambar 2.5 Makanan yang baik untuk gigi.................................................. ........ 10 Gambar 2.6 Makanan yang buruk untuk gigi........................................................ 11



ix



DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A. Daftar Hadir ................................................................................. 39 Lampiran B. Lembar Pemeriksaan OHI-S ........................................................ 50 Lampiran C. Dokumentasi ................................................................................ 51 Lampiran D. Analisa Data Hasil Uji SPSS ....................................................... 52



x



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah masalah utama kesehatan masyarakat secara global dan merupakan noncommunicable disease (NCD) yang paling banyak terjadi. Karies gigi juga penyakit dengan prevalensi tertinggi pada Global Burden of Disease Study tahun 2015 (WHO, 2017). Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Hasil Survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, di Indonesia prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 persen. Sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore yaitu 76,6 persen, dan hanya 2,3 persen yang menyikat gigi dengan benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Indeks DMFT menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi. Indeks DMF-T ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Data menunjukkan presentase rata-rata karies (decay) penduduk Indonesia terhadap nilai DMF-T adalah sebesar 4,6 (Kemenkes RI, 2013). Penyelenggaraan upaya kesehatan perlu dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambung (UU RI nomor 36 Tahun 2009). Salah satu contoh usaha promotif dan preventif oleh Puskesmas adalah kegiatan pokok Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang juga dilaksanakan oleh swasta. UKGS adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). UKGS adalah salah satu usaha pokok puskesmas yaitu upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak Sekolah Dasar (SD) yang dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan



1



gerakan sikat gigi massal, serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid (Darwita dkk., 2011). Anak memiliki resiko karies gigi yang tinggi dan karies gigi dapat mengganggu pola pertumbuhan anak (WHO, 2017). Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak adalah faktor perilaku, hal ini ditunjukkan dengan anak-anak yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Perilaku memegang peran penting dalam mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, termasuk mempengaruhi angka kejadian karies (Widayati, 2014). Program UKGS yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah dapat berupa promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan (Budiharto dkk., 2006). Peyuluhan kesehatan adalah usaha yang bertujuan agar terjadi perubahan dalam perilaku bidang kesehatan dengan penekanan pada perilaku sekarang serta yang akan datang dan bukan perilaku masa lampau. Penyuluhan kesehatan gigi dalam kaitan dengan proses belajar, ialah menarnbah pengetahuan, perubahan perilaku atau kebiasaan yang sehat, meningkatkan keterampilan menyikat gigi dengan baik dan benar serta menghilangkan rasa takut pada perawatan kesehatan gigi dan mulutnya (Gondhoyoewono, 2000). Berdasarkan uraian diatas, tim UKGS kelompok 2 melakukan Kegiatan UKGS di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02 dan MIMA 28 Miftahul Ulum. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan siswa-siswi kelas 3, 4, dan 5 di setiap sekolah.



1.2 Rumusan Masalah



2



1. Apakah terdapat perbedaan indeks kebersihan rongga mulut pada siswa SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum sebelum dan sesudah sikat gigi bersama? 2. Bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui perbedaan indeks kebersihan rongga mulut antara sebelum dan sesudah penyuluhan pada siswa SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum. 2. Mengetahui bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum



1.4 Manfaat a. Bagi mahasiswa Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pengetahuan indeks kebersihan dan indeks karies pada tingkat Sekolah Dasar. b. Bagi Sekolah Meningkatkan pengetahuan siswa pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut. c. Bagi puskesmas 1. Mendapatkan informasi tentang siswa-siswi yang membutuhkan perawatan di Puskesmas. 2. Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut siswa pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum. 3. Mendapatkan data indeks karies pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum.



BAB 2. MATERI KEGIATAN



3



2.1.



Pemeliharaan Kesehatan Gigi Tingkat kebersihan rongga mulut merupakan salah satu indikator kesehatan



gigi dan mulut. Kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari ada tidaknya depositdeposit organik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi. Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Penyingkiran



secara



mekanis



merupakan



metode



yang



efektif



dalam



mengendalikan plak dan gingivitis. Penyingkiran mekanis dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi (Rahmah dkk., 2014). 2.2.



Sikat Gigi Sikat gigi merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk



menghilangkan plak gigi. Efisiensi menyikat gigi untuk menghilangkan plak gigi bergantung dari tiga faktor utama: (1) Desain sikat gigi; (2) Kemampuan individu menggunakan sikat gigi; (3) Frekuensi dan durasi penggunaan sikat gigi. Jika sikat gigi yang memiliki desain yang baik digunakan dengan teknik yang efektif dan dalam durasi yang cukup, maka kontrol plak dapat dilakukan dalam waktu yang lama. Salah satu syarat ideal sikat gigi adalah memilik ukuran gagang yang sesuai dengan ukuran dan keterampilan pengguna. Gagang sikat gigi merupakan bagian yag digenggam saat menyikat gigi. Pada umumnya gagang sikat gigi terbuat dari material akrilik dan proplypropylene, ukuran dan bentuk harus tepat untuk digunakan secara manual di dalam mulut. Genggaman harus nyaman dan bersandar dengan aman pada tangan. Memiliki ketebalan yang cukup sehingga genggaman kuat dan dapat dikontrol dengan baik (Zaelan, 2016). Beberapa jenis sikat gigi yang dapat digunakan untuk usaha membersihkan gigi dari plak dan debris diantaranya adalah : 1. Sikat Gigi Manual Sikat gigi manual dibuat sesuai dengan kebutuhan setiap individu dalam bentuk, ukuran dan teksturnya, didesain agar dapat digunakan dengan mudah dan efektif dalam usaha membersihkan gigi dari plak dan debris. Bagian-bagian dari sikat gigi manual terdiri dari pegangan sikat yang merupakan bagian yang digenggam ketika melakukan kegiatan menyikat



4



gigi, kemudian ada bagian kepala sikat yang merupakan bagian akhir dari sikat gigi tempat bulu sikat, leher sikat yang menghubungkan bagian pegangan sikat dan kepala sikat serta daratan bulu sikat gigi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi ketika menyikat gigi. Pemilihan kepala sikat sebaiknya ramping dan bersudut agar memudahkan dalam pemberishan gigi paling belakang. Setiap individu hendaknya memiliki satu sikat gigi, tidak boleh menggunakan sikat gigi secara bergantian (Kumar, 2013).



Gambar 2.1 Sikat Gigi (Sumber: Carranza, 2015)



Sikat gigi sebaiknya diganti apabila bulu sikat sudah rusak dan merenggang agar dapat membersihkan gigi secara optimal tanpa melukai jaringan lunak rongga mulut. Penggantian sikat gigi biasanya sekitar 8 sampai 12 minggu (Bird dan Robinson, 2015). 2. Sikat Gigi Elektrik



5



Sikat gigi elektrik adalah sikat gigi yang menggunakan tenaga listrik utnuk menggerakkan kepala sikatnya. Penggunaan sikat gigi elektrik lebih ditujukan kepada individu dengan keterbatasan motorik dan pasien pasien yang dirawat dirumah sakit. Pegangan sikat gigi elektrik lebih besar dibanding sikat gigi manual, digunakan sebagai tempat baterai yang merupakan daya utama sikat gigi elektrik untuk menggerakkan kepala sikat gigi. Sikat gigi elektrik memiliki beberapa gerakan yaitu gerakan maju mundur, naik turun dan gerakan memutar. Pegangan yang lebih besar dapat memudahkan individu yang cocok untuk menggunakan sikat gigi elektrik yaitu individu dengan kebutuhan khusus (Kumar, 2013).



Gambar 2.3 Sikat Gigi Elektrik (Sumber: Carranza, 2015).



2.3.



Pasta Gigi Pasta gigi merupakan kebutuhan harian untuk perawatan rongga mulut,



dengan komposisi kimia yang dikenal kaya akan fluor yang dapat secara efektif melindungi gigi sulung dan permanen dari karies (Maldupa, 2012). Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor yang efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat



menghambat



demineralisasi email dan meningkatkan remineralisasi. Flour sangat berperan penting terhadap peningkatan kesehatan gigi. Pasta gigi pada umumnya mengandung bahan abrasif, air, pelembab, bahan perekat, bahan penambah rasa, bahan terapeutik, bahan desensitisasi, bahan anti tartar, bahan pemutih, bahan



6



pengawet, serta bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan plak (Rahmah, 2014) Menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride secara teratur dua kali sehari dapat mengurangi kerusakan gigi sebesar 40%. Kandungan fluor dapat mengurangi kerusakan gigi dan memperkuat gigi yang tumbuh. Syarat pemakaian pasta gigi untuk individu dewasa dan anak-anak juga berbeda. Untuk anak-anak pasta gigi yang digunakan sebesar biji jagung (Maldupa, 2012).



2.4.Teknik Menyikat Gigi Menyikat gigi dengan sikat gigi adalah teknik pembersihan plak secara mekanik. Tujuan menyikat gigi salah satunya adalah untuk menghilangkan plak, menghambat pembentukannya serta melapisi permukaan gigi dengan fluor agar tidak mudah berlubang (Maldupa, 2012). Frekuensi menyikat gigi pada setiap individu tidak sama, tergantung pada cenderungan individu dengan adanya plak dan debris di dalam rongga mulutnya, keterampilan menyikat gigi dan kemampuan saliva dalam membersihkan sisa makanan dan debris. Waktu menyikat gigi dilakukan selama kurang lebih 3 menit agar keseluruhan permukaan gigi di dalam rongga mulut dapat dibersihkan secara optimal. Waktu menyikat gigi yang tepat adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam (Carranza, 2015). Banyak metode menyikat gigi yang telah dideskripsikan dan diperagakan agar lebih efisien dan efektif. Terdapat 5 metode menyikat gigi yaitu metode Bass, metode S Stillman, metode Horizontal, metode Vertical, dan metode Roll (Haryanti dkk., 2014). Anak usia sekolah dasar dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih terperinci, sehingga dapat bertanggung jawab atas kebersihan dirinya sendiri. Teknik menyikat gigi yang dapat diterapkan untuk anak usia ini adalah metode modifikasi Stillman. Prosedur menyikat gigi dengan metode modifikasi Stillman:



7



1. Pada metode ini sikat diletakkan dengan keadaan bulu sikat terletak sebagian pada daerah servikal gigi dan sebagian pada gingiva. Mengarah pada apikal dengan sudut oblique dari sumbu gigi. 2. Berikan tekanan pada daerah margin gingiva kemudian mundurkan sikat dan berikan gerakan maju mundur dengan secara simultan memindahkan sikat ke arah koronal gigi sepanjang daerah attached gingiva, margin gingiva dan permukaan gigi. 3. Bulu sikat yang halus atau medium dapat digunakan dengan metode ini untuk mengurangi trauma pada gingiva. 4. Proses ini harus diulangi pada semua gigi di dalam rongga mulut dan seluruh permukaan gigi. 5. Untuk mencapai permukaan lingual dari gigi gigi rahang bawah dan permukaan palatal dari gigi gigi rahang atas. Pegangan sikat gigi dapat digenggam dengan posisi vertikal. 6. Permukaan oklusal gigi posterior dibersihkan dengan menempatkan bulu sikat tegak lurus dengan daratan oklusal sehingga dapat berpentrasi ke dalam groove dan celah interproksimal (Carranza, 2015).



Gambar 2.4 Posisi sikat gigi pada daratan oklusal gigi posterior menggunakan metode modifikasi Stillman (Sumber: Carranza, 2015).



8



Gambar 2.5 Posisi sikat gigi (Sumber: Carranza, 2015).



2.5.



Makanan yang Memengaruhi Kesehatan Gigi



2.5.1. Makanan yang Baik untuk Gigi Menjaga gigi yang tetap sehat dan terlindung dari gigi berlubang, maka kita harus memperhatikan pola makan kita dengan cara memperbanyak makanan yang bergizi dan berserat tinggi seperti (Artemis, 2013): a. Sayur Sayur mengandung serat yang tinggi yang berguna untuk membantu membersihkan gigi dari sisa makanan. Sayur-sayuran ini sangat dibutuhkan dan harus dikonsumsi setiap hari sesuai jumlah dan komposisi yang seimbang. Sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh sesuai zat-zat yang dikandungnya selain kaya kandungan vitamin dan mineral, sayuran juga kaya akan serat. Sayuran terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sayuran daun, sayuran bunga, sayuran buah, sayuran umbi, sayuran batang muda (Cahyati, 2013). b. Buah Buah yang mengandung serat dan kadar air yang tinggi berguna untuk membantu membersihkan gigi. Kandungan serat pada buah seperti tebu dapat membantu membersihkan bagian proksimal gigi. Kandungan air pada semangka dan blewah membantu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan. Buah yang keras seperti apel dapat merangsang keluarnya saliva



9



sehingga membantu self cleansing pada rongga mulut. (Gambar 2.6) (Artemis, 2013).



Gambar 2.6 makanan yang baik untuk gigi c. Permen karet bersilitol Konsumsi permen karet dapat berfungsi untuk merangsang sekresi saliva serta menigkatkan kecepatan aliran saliva. Saliva berfungsi sebagai pembersih mulut dari sisa-sis akanan termasuk karbohidrat yang mudah difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga beranfaat untuk membersihkan asa-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat oleh mikroorganisme asidogenik (Hadnyanawati, 2002) 2.5.2. Makanan yang Kurang Baik untuk Gigi Makanan yang dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies disebut



makanan



kariogenik.



Semua



makanan



karbohidrat



bisa



menyebabkan kerusakan gigi, terutama makanan yang mengandung gula. Makanan yang mengandung gula adalah permen, es krim, coklat dan aneka kue. Makanan ini dapat menyebabkan gigi berlubang dikarenakan dalam makanan ini mengandung kadar gula yang lebih tinggi di bandingkan makanan lainnya, karena gula merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri tersebut akan menghasilkan asam sehingga dapat menyebabkan gigi berlubang (Gambar 2.7) (Artemis, 2013).



10



Gambar 2.7 Makanan yang buruk untuk gigi



2.6.



Kunjungan ke Dokter Gigi Kunjungan ke dokter gigi dilakukan untuk menghindari penyakit gigi yang



lebih lanjut dan tidak dilakukannya perawatan gigi dalam waktu yang lama. Kunjungan ke dokter gigi secara periodik dilakukan enam bulan sekali dalam upaya melakukan tindakan preventif terhadap penyakit gigi dan mulut. Kunjungan periodik bertujuan untuk mencegah lubang semakin dalam sehingga keparahan penyakit dapat terhindari (Maldupa, 2012).



2.7.Kriteria Penilaian OHI-S Kebersihan rongga mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S. OHI-S ini adalah keadaan kebersihan mulut dari responden yang dinilai dari adanya sisa makanan yang menempel di gigi atau debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi dengan menggunakan indeks OHI-S dari Green and Vermillion (1964) yang merupakan jumlah Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) (Chandra dkk., 2007). Pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index Simplified) digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Skor 0 : tidak ada debris/tidak ada kalkulus 2. Skor 1 : debris lunak / kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi 3. Skor 2 : debris lunak / kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi 4. Skor 3 : debris lunak/ kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.



11



Skor dari debris indeks / kalkulus per orang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor debris/ kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa Skor OHI-S = DI-S + CI-S. Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan sko OHI-S adalah sebagai berikut: a. Skor Baik



0,0–1,2



b. Skor Sedang 1,3–3,0 c. Skor Buruk



3,1–6,0



Rahang atas yang diperiksa adalah bagian bukal gigi 16 dan 26 serta bagian labial gigi 11. Rahang bawah yang diperiksa adalah bagian lingual 36 dan 46 serta bagian labial gigi 31 (Anwar dkk., 2017) Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu: 1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah. 2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah. 3. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. 4. Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri rahang atas.` 5. Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. 6. Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1 kanan rahang bawah 7. Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian (Carranza, 2015).



2.8.



Indeks Karies Gigi DMF-T dan def-t



12



Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Indeks karies yang dipakai untuk gigi permanen adalah DMF-T sedangkan untuk gigi sulung adalah def-t. 1. Indeks DMF-T (DMF-tooth) D= Decay



: Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal



M= Missing



: Jumlah gigi tetap yang telah/ harus dicabut karena karies



F= Filling



: Jumlah gigi yang telah ditambal



Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D (Decay). b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D (Decay). c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D (Decay). d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori (Missing). e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M (Missing). f. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F (Filling). g. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F h. Pencabutan



normal



selama masa pergantian gigi geligi tidak



dimasukkan dalam kategori M (Missing) (Hiremath, 2011). 2. Indeks def-t (def-tooth) d= decay



: jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal



e= eksfoliation : Jumlah gigi susu yang telah atau harus dicabut karena karies f= filling



: Jumlah gigi yang telah ditambal



13



WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T berupa derajat interval sebagai berikut: a. Sangat rendah



: 0,0 – 1,1



b. Rendah



: 1,2 – 2,6



c. Sedang



: 2,7 – 4,4



d. Tinggi



: 4,5 – 6,5



e. Sangat Tinggi



: > 6,6



(Amaniah, 2010).



BAB 3. METODOLOGI 3.1



Metode Kegiatan Kegiatan UKGS dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Maret 2018 di Desa



Tegalsari Kecamatan Ambulu di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum pada siswa kelas 3, 4, dan 5 sejumlah 208 orang. Kegiatan yang



14



dilakukan adalah penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikat gigi bersama, dan pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menggunakan indeks yang sudah disepakati, pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut menggunakan OHI-S dan pemeriksaan indeks karies siswa sekolah dasar menggunakan DMF-T/def-t.



3.1.1



Penyuluhan Siswa diberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Metode



yang digunakan adalah demo dengan menggunakan alat peraga selama 30 menit dan memberikan pertanyaan langsung. Materi penyuluhan yang diberikan : a. Upaya preventif pencegahan karies gigi, antara lain: 1. Bentuk sikat gigi yang dianjurkan 2. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride 3. Frekuensi menyikat gigi yang baik 4. Cara menyikat gigi yang dianjurkan dengan demonstrasi cara menyikat gigi dengan menggunakan phantom dan sikat gigi 5. Makan-makanan yang menyebabkan karies gigi b. Memperkenalkan tentang pentingnya memelihara gigi dan mulut serta pentingnya memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi.



3.1.2 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan cara mengukur skor def-t, DMF-T dan OHI-S. a. Pemeriksaan def-t dan DMF-T Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan cara menghitung jumlah kerusakan gigi yang disebabkan karies, gigi yang tanggal atau indikasi dicabutdan gigi yang ditumpat karena karies pada gigi permanen sedangkan pemeriksaan def-t dilakukan pada gigi sulung. b. Pemeriksaan OHI-S Skor OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan skor DI-S dan CI-S. c. Menyikat gigi bersama



15



Sebelum melakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu dioleskan bahan pewarna pada gigi siswa yang akan melakukan sikat gigi bersama untuk membantu agar debris dapat terlihat jelas. Pada kegiatan ini Siswa diinstruksikan untuk mengulang kembali cara menyikat gigi yang telah didemonstrasikan di kelas dan diawasi oleh pemateri. Menyikat gigi bersama ini dilakukan di lapangan oleh seluruh siswa kelas III, IV dan V di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum.



3.2



Alat dan bahan



3.2.1



Alat a. Poster b. Model gigi c. Sikat gigi d. Alat dasar ( kaca mulut, sonde, pinset, baki, nierbeken, ekskavator, dan probe) e. Masker f. Handscoon g. Tempat sambal h. Lembar kartu status kesehatan gigi dan mulut (DMF-T, def-t, OHI-S) i. Plastik merah besar



3.2.2



Bahan a. Pewarna makanan b. Alkohol 70% c. Cotton roll d. Cotton pellet e. Cotton bud f. Pasta gigi berfluoride g. Air mineral 220ml



3.3



Sasaran Kegiatan



16



Kegiatan kegiatan UKGS dilaksanakan pada: a. Hari/tanggal



: Sabtu, 3 Maret 2018



Tempat



: SDN Tegalsari 03



Waktu



: 07.30-11.10



Kelas



: III, IV dan V



Jumlah Siswa : 62 orang b. Hari/tanggal



: Sabtu, 3 Maret 2018



Tempat



: SDN Tegalsari 02



Waktu



: 7.30-11.10



Kelas



: III,IV dan V



Jumlah Siswa : 90 orang c. Hari/tanggal



: Sabtu, 3 Maret 2018



Tempat



: MIMA 28 Miftahul Ulum



Waktu



: 07.30-11.10



Kelas



: III, IV dan V



Jumlah Siswa : 56 orang



3.4



Rundown Acara UKGS



No. Kegiatan



Waktu



1.



Persiapan



07.30 – 08.00



2.



Penyuluhan



08.00 – 08.30



3.



Pemeriksaan OHI-S sebelum sikat gigi bersama



08.30 – 09.30



4.



Sikat gigi bersama



09.30 – 10.00



5.



Pemeriksaan OHI-S setelah sikat gigi bersama



10.00 – 11.00



6.



Penyerahan bingkisan dan berpamitan



11.0 – 11.10



3.5



Pembagian Anggota



SD I SDN TEGALSARI 03 Koordinator : Karina Saraswati I. Kelas 3



: Fazlur Rahman* – Nabilah Maulina A.



Kelas 4



: Pungky Anggraini*– Christian Agung P.



17



Kelas 5



: Arini Al Haq* – Galuh Cita S.R.



SD II SDN TEGALSARI 02 Koordinator : Anggun Octaviearly P. Kelas 3



: Afifannisa Dienda R.* – Farah Adibah



Kelas 4



: Andika Sulistian* – Dewi Martinda H.



Kelas 5



:Annisa Sulistiani* – Alvin Ananda S.



SD III MIMA 28 MIFTAHUL ULUM Koordinator : Emastari R.A. Kelas 3



:Iman Santoso A.* – Zhara Hafzah



Kelas 4



:Nidha Tuhu R.* – Ni Putu Yogi W.



Kelas 5



:Nur Sita Dewi* – Sabrina Maharani P.



3.6



Topik Kegiatan Upaya promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut siswa-siswi SDN



Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, MIMA 28 Miftahul Ulum dengan program UKGS.



3.6



Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasikan, kemudian dilakukan uji normalitas



menggunakan Kolmogorov Smirnov (p>0,05) dan uji homogenitas dengan Levene test. Jika pada uji tersebut menunjukkan data yang berdistribusi normal dan homogan maka dilanjutkan dengan uji statistik parametrik Paired-Samples T Test untuk mengetahui perbedaan OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi bersama. Sedangkan jika data tidakterdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik Wilcoxon Sign Test. Data DMF-T dan def-t antara kelas 3, 4 dan



18



5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Jika data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik One Way Anova dengan uji lanjutan LSD sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan uji lanjutan Mann Whitney.



BAB 4. HASIL KEGIATAN



4.1



Hasil Data Pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut, indeks karies pada siswa



sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5 dari tiga sekolah di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu yang dilakukan pada bulan Maret 2018, dengan jumlah responden sebesar 208 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menggunakan indeks yang sudah disepakati, pemeriksaan tingkat kebersihan



19



rongga mulut menggunakan OHI-S dan pemeriksaan indeks karies siswa sekolah dasar menggunakan DMF-T/def-t.



4.1.1



Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Peserta UKGS pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum Sebelum dan Sesudah Sikat Gigi. Pemeriksaan OHI-S dilakukan pada siswa kelas 3, 4, dan 5 di SDN



Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum. Pemeriksaan OHIS dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan sikat gigi bersama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan rongga mulut siswa-siswi sebelum dan sesudah sikat gigi bersama dan keberhasilan penyuluhan yang telah dilakukan sebelumnya.



a. Skor rata-rata OHI-S SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum sebelum dan sesudah sikat gigi Tabel 4.1 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum SDN Tegalsari 03 OHI-S OHI-S Selisih sebelum sesudah OHI-S Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5



2,76 2,96 1,72



1,74 1,97 1,22



1,02 0,99 0,50



SDN Tegalsari 02 OHI-S OHI-S Selisih sebelum sesudah OHI-S



1,94 1,025 1,12



20



1,16 0,545 0,60



0,78 0,48 0,52



MIMA 28 Miftahul Ulum OHI-S OHI-S Selisih sebelum sesudah OHI-S



1,98 2,56 2,23



1,14 1,48 1,23



0,84 1,08 1,00



3.5 3 2.5 OHI-S sebelum OHI-S sesudah



2 1.5 1 0.5 0



3



4



5



SDN Tegalsari 03



3



4



5



SDN Tegalsari 02



3



4



5



MIMA 28 Miftahul Ulum



Gambar 4.1 Perbandingan skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, MIMA 28 Miftahul Ulum



Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa SDN Tegalsari 03 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi tertinggi yaitu 2,48 dan 1,64, dan memiliki persentase selisih skor OHI-S terendah yaitu 34%. SDN Tegalsari 02 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi terendah yaitu 1,70 dan 0,95 dan memiliki persentase selisih skor OHI-S tertinggi yaitu 44%. Perbandingan skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA Miftahul Ulum dapat dilihat pada gambar 4.1.



21



b. SDN Tegalsari 03 Tabel 4.2 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03.



Rata-rata skor OHI-S sebelum 2,76 2,96 1,72 2,48



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Rata-rata



Rata-rata skor OHI-S sesudah



Selisih skor OHI-S



Persentase selisih OHI-S



1,74 1,97 1,22 1,64



1,02 0,99 0,50 0,84



(37%) (33%) (29%) (34%)



3.5



3 2.5 Rata-rata OHI-S sebelum



2



Rata-rata OHI-S sesudah 1.5



Selisih skor OHI-S



1 0.5 0 Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Rata-rata



Gambar 4.2 Perbandingan skor rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03.



Tabel 4.2 menunjukan bahwa kelas 5 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi terendah yaitu 1,72 dan 1,22, sedangkan kelas 4 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi tertinggi yaitu 2,96 dan 1,97. Kelas 3 memiliki persentase selisih skor OHI-S tertinggi mencapai 37%. Perbandingan nilai rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 03 dapat dilihat pada gambar 4.2.



22



c. SDN Tegalsari 02 Tabel 4.3 Perbandingan skor rata-rata dan persentase penurunan nilai OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 02



Rata-rata skor OHI-S sebelum Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Ratarata



1,94 1,025 1,12 1,70



Rata-rata skor OHI-S sesudah 1,16 0,545 0,60 0,95



Selisih skor OHI-S



Persentase selisih OHI-S



0,78 0,48 0,52 0,75



(40%) (47%) (46%) (44%)



2.5



2



1.5



Rata-rata OHI-S sebelum Rata-rata OHI-S sesudah



1



Selisih skor OHI-S



0.5



0 Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Rata-rata



Gambar 4.3 Perbandingan skor rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di SDN Tegalsari 02



Tabel 4.3 menunjukan bahwa kelas 4 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi terendah yaitu 1,025 dan 0,545, sedangkan kelas 3 memiliki skor rata-rata OHI-S tertinggi sebelum dan sesudah sikat gigi yaitu 1,94 dan 1,16 dengan persentase selisih skor OHI-S tertinggi mencapai 47%. Perbandingan skor rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di MIMA 28 Miftahul Ulum dapat dilihat pada gambar 4.3.



23



d. MIMA 28 Miftahul Ulum Tabel 4.4 Perbandingan skor rata-rata dan persentase selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di MIMA 28 Miftahul Ulum



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Rata-rata



Rata-rata skor OHI-S sebelum 1,98 2,56 2,23 2,26



Rata-rata skor OHI-S sesudah 1,14 1,48 1,23 1,28



Selisih skor OHI-S 0,84 1,08 1,00 0,97



Persentase selisih OHI-S (42%) (42%) (45%) (45%)



3 2.5 2 Rata-rata OHI-S sebelum 1.5



Rata-rata OHI-S sesudah Selisih skor OHI-S



1 0.5 0



Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Rata-rata



Gambar 4.4 Perbandingan skor rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di MIMA 28 Miftahul Ulum



Tabel 4.4 menunjukan bahwa kelas 3 memiliki skor rata-rata OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi terendah yaitu 1,98 dan 1,14, sedangkan kelas 4 memiliki skor rata-rata OHI-S tertinggi sebelum dan sesudah sikat gigi yaitu 2,56 dan 2,48 dengan. Kelas 5 memiliki persentase selisih nilai OHI-S tertinggi



24



mencapai 45%. Perbandingan skor rata-rata dan selisih skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi di MIMA 28 Miftahul Ulum dapat dilihat pada gambar 4.4.



4.1.2



Indeks Karies Peserta UKGS pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02,



dan MIMA 28 Miftahul Ulum Perhitungan indeks karies dilakukan pada siswa kelas 3, 4 dan 5 dari SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum. Perhitungan indeks karies ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan indeks DMF-T dan def-t.



a. Rata-rata skor DMF-T dan def-t SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum Tabel 4.5 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5



SDN Tegalsari 03 DMF-T def-t 1,38 4,38 2,16 3,64 1,84 1,57



SDN Tegalsari 02 DMF-T def-t 1 6,81 0,91 1,91 1,31 1,77



MIMA 28 Miftahul Ulum DMF-T def-t 1,92 14 1,8 2,11 1,92 0,69



16 14 12 DMF-T def-t



10 8 6 4 2 0



3



4



5



SDN Tegalsari 03



3



4



5



3



4



5



SDN Tegalsari 02 MIMA 28 Miftahul Ulum



25



Gambar 4.5 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa SDN Tegalsari 03 SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum



Tabel 4.5 menunjukkan bahwa MIMA 28 Miftahul Ulum memiliki skor DMF-T tertinggi yaitu 1,88 dan def-t tertinggi yaitu 5,6. Skor DMF-T terendah terdapat pada SDN Tegalsari 02 dengan nilai 1,07 dan nilai def-t terendah pada SDN Tegalsari 03 dengan nilai 3,19. Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa SDN Tegalsari 03, SDN Tegalasari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum dapat dilihat pada gambar 4.5.



b. SDN Tegalsari 03 Tabel 4.6 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4 dan 5 SDN Tegalsari 03



DMF-T 1,38 2,16 1,84



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5



def-t 4,38 3,64 1,57



5 4.5 4 3.5 3 DMF-T



2.5



def-t



2 1.5 1 0.5 0 Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Gambar 4.6 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4dan 5 SDN Tegalsari 03



26



Tabel 4.6 menunjukkan bahwa skor DMF-T tertinggi terdapat pada kelas 4 dengan skor 2,16 disusul dengan kelas 5 dengan skor 1,84 dan kelas 3 dengan skor 1,38. Skor def-t tertinggi terdapat pada kelas 3 yaitu 4,38 dibandingkan dengan kedua kelas lainnya. Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4, dan 5 dapat dilihat pada gambar 4.6.



c. SDN Tegalsari 02 Tabel 4.7 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4, dan 5 SDN Tegalsari 02



DMF-T 1 0,91 1,31



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5



def-t 6,81 1,91 1,77



8



7 6 5 DMF-T



4



def-t 3 2 1 0 Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Gambar 4.7 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3,4dan 5 SDN .Tegalsari 02



Tabel 4.7 menunjukkan bahwa skor DMF-T tertinggi terdapat pada kelas 5 dengan skor 1,31 disusul dengan kelas 4 dengan nilai 1 dan kelas 3 dengan skor 0,91. Skor def-t tertinggi terdapat pada kelas 3 yaitu 6,81 dibandingkan dengan



27



kedua kelas lainnya. Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4, dan 5 dapat dilihat pada gambar 4.7.



d. MIMA 28 Miftahul Ulum Tabel 4.8 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3,4, dan 5 MIMA 28 Miftahul Ulum



DMF-T 1,92 1,8 1,92



Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5



def-t 14 2,11 0,69



16 14



12 10 DMF-T



8



def-t 6 4 2 0 Kelas 3



Kelas 4



Kelas 5



Gambar 4.8 Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3,4dan 5 MIMA .28 Miftahul Ulum



Tabel 4.8 menunjukkan bahwa skor DMF-T tertinggi terdapat pada kelas 3 dan kelas 5 dengan skor yang sama yaitu 1,92, disusul dengan kelas 4 dengan skor 1,8. Skor def-t tertinggi terdapat pada kelas 3 yaitu 14 dibandingkan dengan kedua kelas lainnya. Skor rata-rata hasil pemeriksaan DMF-T dan def-t pada siswa kelas 3, 4, dan 5 dapat dilihat pada gambar 4.8.



28



4.2



Analisis Data Data nilai OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta nilai DMF-T dan def-



t dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dengan ketentuan data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Hasil uji normalitas data ditunjukkan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil uji normalitas Kolmogorov-smirnov perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta skor DMF-T dan def-t pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum



Kategori OHI-S sebelum OHI-S sesudah DMF-T def-t



Signifikansi 0,053 0,003 0,000 0,000



Hasil uji normalitas yang didapatkan bahwa perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta skor DMF-T dan def-t pada SDN Tegalsari 03, SDN Tegalsari 02, dan MIMA 28 Miftahul Ulum tidak berdistribusi normal karena memiliki nilai p