7 0 237 KB
2 Uraian Bahan a. Air Suling (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: Aqua destillata
Sinonim
: Air suling, aquadest
RM/BM
: H2O / 18,02
Rumus bangun
: H–O–H
Pemerian
: Cairan
jernih;
tidak
berwarna;
tidak
berbau; tidak mempunyai rasa. Penyimpanan
: Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pencuci alat
b. Betadine®, Povidon Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995) Nama Resmi
: Povidoni Iodum
Nama Lain
: Povidon Iodum
Pemerian
: Serbuk amorf, coklat kekuningan, sedikit berbau khas. Larutan bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
Kelarutan
: Larut dalam air dan dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam karbon tetrakloridam dalam eter, dalam heksana, dan dalam aseton
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai antiseptic
c. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
: Aetanolum
Sinonim
: Etanol, alkohol
BM/RM
: 46,0 / C2H5OH
Rumus Bangun
:
C2H5
OH
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas mudah
memberikan
nyala
terbakar biru
yang
dengan tidak
berasap. Kelarutan
: Sangat mudah larut dal;am air dan kloroform dan dalam eter P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai antiseptik
d. Na CMC (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: Natrium carboksimetilselulosa
Nama lain
: Natrium karboksil metil selulosa
Pemerian
: Serbuk atau butiran putih atau kering gading tidak berbau atau hampir tidak berbau hidrofobik
Kelarutan
: Mudah terdispersi dalam air membentuk seperti koloidal, tidak larut dalam etanol 95% p dalam eter p dan dalam organik lain.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai kontrol
e. Glukosa (Dirjen POM, 1995) Nama resmi
: Dextrosum
Nama lain
: Dekstrosa/glukosa
RM/BM
: C6H12O6.H2O/198,17
Pemerian
: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih ; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai sampel
f. Metformin (Ditjen POM ; 1995) Nama resmi
: METFORMINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain
: Metformin/Glucophage
RM/BM
: C4H11N5./195,6
Pemerian
: Serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik.
Kelarutan
: Mudah larut dalamair; praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform; sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai anti-diabetik
g. Glibenklamida (Ditjen POM ; 1995) Nama resmi
: GLIBENCLAMIDUM
Nama lain
: Glibenklamida
RM/BM
: C23H28CIN3O5S / 494,0
Pemerian
: Serbuk hablur putih, putih atau hamper putih
tidak berbau atau hampir tidak
berbau.. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dalam eter, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai anti-diabetik
II.3 Uraian Obat 1. Metformin Nama paten
: Glucophage
Golongan
: Biguanida
Indikasi
: Memperbaiki
sensitivitas
insulin,
terutama
menghambat pembentukan glukosa dalam hati, serta menurunkan kolestrol-LDL dan trigliserida (Tjay ; 2007). Farmakodinamik : Tidak
merangsang
perubahan penderita
glukosa diabetes
ataupun menjadi yang
menghambat lemak.
gemuk,
Pada
ternyata
pemberiaan biguanid menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pada orang nonbiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa. (Ganiswara ; 1995). Farmakokinetik
: Metformin mudah diabsorbsi oral, tidak terikat dengan protein serum dan tidak dimetabolisme. Ekskresi melalui urin (Mycek ; 2001).
Efek samping
: Hampir
20%
pasien
dengan
metformin
mengalami mual; muntah, diare serta kecap logam
(matalic
taste);
tetapi
dengan
menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang (farmakologi dan Terapi ;2007). Kontraindikasi
: Biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif dan ppenyakit paru dengan hipoksia kronik (Farmakologi dan Terapi ; 2007).
Dosis
: 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2 minggu perlahan-laha dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1 g (Tjay ; 2007).
2. Glibenklamid Golongan
: Antidiabetes (sulfonylurea)
Indikasi
: Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)
Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel – sel 𝛽 langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP sensitive K channel (gunawan, 2009). Farmakokinetik
: Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I. meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa
paruh yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik
panjang,
belum
diketahui
(Gunawan, 2009). Efek Samping
: Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia,
reaksi
alergi
(Theodorus,
1996).
Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya (Gunawan, 2009). Kontraindikasi
: Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Interaksi Obat
: Glukokortikoid,
hormone
tiroid,
diuretika,estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus ditingkatkan bila
diberikan
bersama
fenitoin,
rifampin,
klorpromazin.
Meningkatkan
resiko
hipoglikemia bila diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide, kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat serta fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996) Dosis
: Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg (Tjay, 2002).