Utilitas PT TEL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III UTILITAS



3.1. Penyediaan Air Pemakaian air oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dan townsite berasal dari sungai Lematang dengan kebutuhan air rata-rata 86.850 m3/hari. Sekitar 600 m3/hari akan dialirkan untuk kebutuhan domestik. Prinsip dasar proses water treatment sebenarnya adalah membuang zat-zat padat yang ukurannya berbeda-beda baik secara mekanik maupun secara kimia. Berbagai tahapan tersebut antara lain: screening, desalting, settling, dan filtering. Berikut ini diagram proses pengolahan air bersih yang dilakukan yaitu:



Sumber : PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper



Gambar 19. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih Raw water yang diolah berasal dari air sungai Lematang dengan laju alir 3600 m3/jam. Tahapan prosesnya adalah sebagai berikut: 1.



Raw water intake station a. Raw water yang berasal dari sungai Lematang dipompakan masuk ke dua channel dengan laju alir 1800 m3/jam setiap channel, yang dilengkapi dengan sensor level untuk mengukur ketinggian air yang masuk ke channel. b. Kedua channel tersebut dilengkapi dengan dua macam screener, yaitu Coarse Screener (80 mm/saringan kasar) dan Fine Screener (12



50



51



mm/saringan halus). Dua penyaring ini bekerja secara otomatis mengumpulkan



polutan-polutan



dimana



coarse



screener



untuk



mengumpulkan polutan yang kasar sedangkan fine screener untuk polutan yang lebih kecil dan dibuang dalam kontainer. c. Selanjutnya air akan dialirkan ke slit sludge (desalting tank) untuk memisahkan



lumpur



dan



pasir



dengan



pengaliran



udara



yang



menyebabkan densitas campuran menjadi rendah dan terjadi pengendapan. d. Air tersebut akan dipompakan ke splitter box (untuk diolah lebih lanjut) dengan dua buah pompa sentrifugal vertikal. Pada raw water intake station ini terdapat satu pompa yang secara otomatis akan berfungsi bila terjadi kebakaran, disebut sebagai diesel fire water pump (tipe sentrifugal horizontal), yang akan mendistribusikan air ke mill site. 2.



Splitter box Pada splitter box ini terjadi proses klarifikasi, yaitu penghilangan padatan



tersuspensi dalam air dengan menggunakan bahan kimia. Splitter box dilengkapi dengan alat ukur turbidity, pH, dan temperatur. Pengukuran tiga variabel tersebut digunakan sebagai parameter untuk menentukan dosis koagulan dan flokulan yang harus ditambahkan pada pengolahan air selanjutnya. Pengolahan air pada splitter box ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Penambahan desinfektan Tahap ini merupakan tahap pembebasan air dari bakteri dan alga yang sangat berbahaya dengan menggunakan bahan kimia sodium hypochloride (NaOCl). Penginjeksian hypo ini dilakukan dari bawah permukaan air, untuk menghindari kontak dengan udara, sehingga penguapan hypo yang bersifat volatile ini dapat dihindari. b. Penambahan koagulan Koagulasi merupakan proses pembesaran ukuran partikel menjadi flok-flok yang kecil dengan menggunakan poly aluminium chloride [Al2(OH)3Cl3]. Pada splitter box ini terjadi pengadukan alamiah tanpa menggunakan mixer, tapi dengan memanfaatkan desain splitter box, dimana air yang telah ditambahkan bahan-bahan kimia akan jatuh secara gravitasi ke bagian yang



52



berbentuk slope, sehingga gerakan turbulensi air tersebutlah yang berfungsi sebagai pengadukan. Setelah melewati dua tahapan diatas, air akan dipompakan ke dua unit clarifier (pulsator) dengan laju alir 1800 m3/jam. Pada splitter box juga terdapat dirty wash water yang berasal dari air backwash sand filter dan pressure sand filter dan air kotor (sump pit) hasil penggunaan dalam pabrik seperti kamar mandi, laboratorium pencucian alat, dan lain-lain. 3.



Pulsator (clarifier) Tahapan proses pada clarifier adalah sebagai berikut: a. Air masuk ke clarifier melalui vacuum chamber, mengalir secara vertikal dari pipa perforated. b. Pada tahap ini terjadi pencampuran air yang mengandung partikel-partikel halus



(aluminium



hidroksida)



dengan



reagent



Polymer



Anionic



Polyacrilamide. Reagent ini berfungsi sebagai flokulan yang akan membantu proses flokulasi, yaitu pembentukan flok-flok kecil menjadi flok besar sehingga dapat mengendap. c. Pada pulsator ini juga dilengkapi dengan alat ukur pH, sehingga penurunan pH akibat penambahan PAC dapat dilihat dan segera ditangani dengan penambahan natrium hidroksida (NaOH) sebagai pH adjustment. d. Pada pulsator ini terjadi proses sedimentasi, dimana flok-flok besar yang telah terbentuk akan mengendap. Pulsator bekerja secara pulsasi, dimana secara otomatis sludge akan terkonsentrasi ke konsentrator. e. Kemudian sludge ini akan dialirkan ke sludge basin untuk diolah lebih lanjut oleh Unit Effluent Treatment. f. Sedangkan air yang telah terbebas dari sludge akan dikirim ke unit sand filter untuk penyaringan. 4.



Sand filter Water Treatment Plant di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper ini



memiliki enam unit sand filter. Sand filter ini berfungsi untuk menyaring berbagai macam impurities yang masih terdapat dalam air. Komposisi sand filter; pada bagian bawah sebagai penyangga disusun gravel (koral halus) dan dibagian atasnya dilapisi pasir (susunannya dari bawah ke atas: koral kasar – koral halus –



53



pasir kasar – pasir halus). Air akan dialirkan dari atas, sehingga air yang keluar merupakan air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan pada proses. Pada selang waktu tertentu, sand filter ini harus mengalami backwash untuk menjaga keefektifan proses penyaringannya. Backwash yang dilakukan ada dua macam, yaitu: 



Backwash berdasarkan waktu, dilakukan setiap 48 jam sekali.







Backwash berdasarkan kejenuhan, kejenuhan dihitung dengan menggunakan sensor, yaitu siphon yang akan memberikan data berupa tekanan. Semakin rendah tekanan menunjukkan semakin tinggi kejenuhannya. Batas tekanan maksimal adalah – 10 kPa. Jika tekanan telah mencapai -10 kPa, maka harus dilakukan backwash.



Proses backwash sebagai berikut: a. Aliran air masuk dari clarifier ditutup dan air pada bagian atas filter dibuang ke dirty wash water basin sampai ketinggian pada filter mencapai wear. b. Udara disemprotkan dari bagian bawah filter untuk melepaskan kotorankotoran yang menempel pada pori-pori filter tersebut. Udara bersih tersebut disemprotkan selama 2 menit, sedangkan waktu total udara yang disemprotkan selama 10 menit. c. Setelah 2 menit udara disemprotkan, air inlet dari clarifier dialirkan untuk menyapu kotoran-kotoran yang telah terangkat sehingga mengalir ke dirty wash water basin. d. Setelah 10 menit, backwash dengan udara dihentikan dan diganti dengan menyemprotkan air dari bagian bawah filter, sedangkan air inlet clarifier terus mengalir secara kontinyu sampai proses backwash selesai. e. Proses backwash secara keseluruhan membutuhkan waktu selama 20 menit. f. Setelah backwash selesai, maka aliran dari bawah filter dihentikan, sedangkan aliran air dari clarifier dibuka, dan penyaringan dapat dilakukan kembali. 5.



Clearwell basin Air bersih dari sand filter akan dialirkan ke clearwell sebagai tempat



penyimpanan (storage) dengan kapasitas 24.000 m3/jam, yang untuk penggunaan



54



selanjutnya



dihubungan



dengan



treatment



water



basin,



dimana



akan



didistribusikan ke berbagai proses, yaitu: a.



Sebagai mill water, dimana pendistribusiannya menggunakan tiga buah pompa dengan kapasitas laju alir 2.085 m3/jam per unit. Biasanya dalam pengoperasian yang normal hanya memakai dua pompa, jika ada pemakaian yang berlebih bisa digunakan ketiganya sekaligus.



b.



Fire water (air pemadam kebakaran).



c.



Backwash water untuk sand filter.



d.



Bahan baku air untuk potable water.



6.



Potable water Untuk pengolahan potable water digunakan sebuah pressure sand filter



yang bekerja seperti saringan gravitasi untuk meningkatkan kualitas air. Penyaringan dilakukan di dalam tangki tertutup, dimana air akan melewati media penyaring dalam tekanan yang cukup tinggi. Untuk mencegah penyumbatan, saringan akan di-backwash oleh air dari potabale water basin. 3.2. Kebutuhan Listrik Listrik yang digunakan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dihasilkan dari pembangkit listrik sendiri, yaitu dari Power Boiler dan Recovery Boiler yang menghasilkan 72 MW. Listrik yang dihasilkan selain digunakan di pabrik juga digunakan di perumahan karyawan serta disalurkan ke masyarakat yang dekat dengan area pabrik. Konsumsi energi listrik rata – rata per tahun adalah sekitar 900 – 1050 kWh/Adt. Untuk tahun 2014 konsumsi total energi listrik rata – rata sebesar 1041 kWh/Adt. Penggunaan energi listrik pada setiap area yang menggunakan energi listrik di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper setiap bulan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.



55



56



3.3. Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupa bahan bakar fosil dan biomasa. Bahan bakar fosil yang digunakan yaitu diesel oil, heavy oil, dan natural gas. Sedangkan biomasa yang digunakan merupakan sumber bahan bakar penghasil energi utama sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang memanfaatkan limbah produksi yaitu kulit kayu acasia mangium dan black liquor (komponen lignin, zat ekstraktif yang terdegradasi pada proses pembuatan pulp yang terkandung dalam black liquor). Bahan bakar fosil berupa diesel oil (solar) dan heavy oil (MFO / Marine Fuel Oil) yang digunakan untuk penyalaan awal proses pembakaran dan juga memenuhi kekurangan bahan bakar di pembangkit listrik power boiler, recovery boiler, NCG incinerator dan lime kiln. Bahan bakar fosil berupa natural gas digunakan sebagai bahan bakar utama pada unit pembakaran lime kiln dan NCG incinerator. Sedangkan biomasa berupa kulit kayu (bark) yang didapatkan dari hasil pengulitan di drum barker dan chip yang tidak lolos saringan seperti pin dan fines serta fiber (fruit palm) digunakan sebagai bahan bakar utama di unit pembakaran power boiler dan bahan bakar utama yang digunakan pada unit recovery boiler adalah black liquor (sisa pemasakan dari digester). Tabel 5. Konsumsi bahan bakar PT. TeL PP Pada Tahun 2012 – 2014 Tahun



2012



2013



2014



Pulp production (Adt)



391.534



379.287



373.645



Energi (GJ/Adt) Black Liquor



GJ/Adt



%



GJ/Adt



%



GJ/Adt



%



23,7



65,7



25,0



67,9



24,6



70,9



Bark / Kulit Kayu



7,9



21,9



7,4



20,1



5,6



16,1



Purchase Fiber



1,6



4,4



1,8



4,9



1,6



4,6



Diesel Oil



0,4



1,1



0,3



0,8



0,3



0,9



MFO (Marine Fuel Oil)



0,3



0,8



0,3



0,8



0,2



0,6



Natural Gas



2,2



6,1



2,0



5,4



2,4



6,9



Total



36,1



100



Sumber : Pengolahan Data Konsumsi Energi PT. TeLPP



36,8



100



34,7



100



57



3.4. Boiler Utility 3.4.1. Sumber Plant Boiler Utility Boiler utility PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper terdiri dari dua sumber boiler yaitu Power Boiler dan Recovery Boiler. Power boiler merupakan salah satu plant utilitas yang memanfaatkan limbah bahan baku pembuatan pulp berupa kulit kayu sebagai bahan bakar di Power boiler. Sedangkan Recovery boiler merupakan boiler utility yang memanfaatkan black liquor organik sebagai bahan bakar di recovery boiler dan proses ini merupakan proses yang hanya ada di industri pulp karena sumber bahan bakar recovery boiler ini bukan hanya sebagai unit penghasil steam namun juga untuk memurnikan senyawa-senyawa kimia an-organik yang terkandung dalam Black Liquor (sisa pemasakan dari Digester) untuk menjadi bahan baku yang bisa digunakan kembali sebagai white liquor. Black liquor yang terbakar berupa kandungan organik yaitu lignin dan ekstraktif yang terdelignifikasi dari chip di dalam digester. 3.4.2. Jenis Boiler Utility Jenis boiler yang digunakan pada unit Power Boiler adalah Bubling Fluidized Bed (BFB) dengan menggunakan pasir sebagai media pemanas. Sedangkan di unit Recovery adalah Water Tube Boiler. Steam yang dihasilkan di Power Boiler mempunyai tekanan 6.300 kPa dan laju steam 98 kg/s pada unit. Berikut ini adalah cara kerja dan karakteristik dari jenis Boiler yang digunakan antara lain terdiri dari : 1.



Fire Tube Boiler



a.



Cara Kerja Proses pengapian terjadi di dalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan



dihantarkan langsung ke dalam boiler yang berisi air. Besar dan kontruksi boiler mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler tersebut. b. -



Karakteristik Biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil (12.000 kg/jam) dengan tekanan rendah sampai sedang(18 kg/cm2)



58



-



Dalam operasinya dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau bahan bakar padat.



-



Untuk alasan ekonomis, sebagian besar Fire Tube Boiler dikontruksi sebagai paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.



2.



Water Tube Boiler



a.



Cara Kerja Proses pengapian terjadi diluar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan



untuk memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan terlebih dahulu melalui economizer. Steam



yang dihasilkan kemudian



dikumpulkan terlebih dahulu didalam sebuah steam drum sampai sesuai. Setelah melalui tahap secondary superheater dan primary superheater, baru steam dilepaskan ke pipa distribusi. b.



Karakteristik -



Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.



-



Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungankandungan lain yang larut dalam air.



-



Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi seperti pada pembangkit tenaga.



-



Kapasitas steam antara 4.500-12.000 kg/jam dengan tekanan sangat tinggi.



-



Menggunakan bahan bakar minyak dan gas untuk water tube boiler yang dirakit dari pabrik.



-



Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit di pabrik.



59



Tabel 6. Keuntungan dan Kerugian Boiler Berdasarkan Tipe Boiler No. 1.



Tipe Boiler



Keuntungan



Kerugian



Fire Tube



Proses pemasangan mudah dan



Tekanan operasi steam terbatas



Boiler



cepat.



untuk tekanan rendah (18 bar).



Tidak membutuhkan setting khusus. Investasi awal boiler ini murah.



Kapasitas steam relatif kecil (13,5 TPH) jika dibandingkan dengan water tube.



Bentuknya lebih compact dan



Tempat pembakarannya sulit



portable.



dijangkau untuk dibersihkan, diperbaiki dan dipriksa kondisinya.



Tidak membutuhkan area yang



Nilai efisiensinya rendah, karena



besar untuk 1 HP boiler.



banyak energi kalor yang terbuang.



2.



Water Tube



Kapasitas steam besar sampai



Boiler



450 TPH. Tekanan operasi mencapai 100



Proses kontruksi lebih detail.



Investasi awal relatif mahal.



bar. Nilai efisiensinya relatif lebih



Penanganan air yang masuk



tinggi fire tube boiler.



kedalam boiler perlu dijaga karena lebih sensitif untuk sistem ini. Perlu komponen pendukung untuk hal ini.



Tungku mudah dijangkau untuk



Karena mampu menghasilkan



melakukan pemeriksaan,



kapasitas dan steam yang lebih



pembersihan dan perbaikan.



besar, maka kontruksinya membutuhkan area yang lebih baik.



60



3.5. Pengolahan Limbah 3.5.1. Pengolahan Limbah Cair Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Tanjungenim Lestari (TeL) yang disebut effluent treatment berasal dari Jerman (Philip Muller). Proses pengolahan ini berfungsi untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik yang sudah tidak dapat didaur ulang kembali sehingga menjadi limbah terolah yang berada di bawah standar pemerintah yang berlaku Kep-51/MENLH/10/1995 untuk pabrik pulp dan kertas. Berikut ini merupakan diagram alir proses IPAL yaitu :



Sumber : PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper



Gambar 20. Diagram Alir Proses IPAL Saluran limbah cair yang masuk IPAL dipisahkan menjadi dua saluran yaitu saluran limbah alkali dan saluran limbah asam. Adapun tujuan pemisahan limbah ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan kimia penetral dan dengan adanya limbah asam dapat digunakan sebagai penetral di neutralization basin. Pada proses primary treatment seluruh buangan limbah cair dari masingmasing plant ditampung di primary clarifier yang berfungsi untuk memisahkan padatan secara gravitasi. Cairan yang telah dipisahkan kemudian dinetralkan di



61



lumpur atau sludge dipompakan ke sludge mixing tank. Setelah dinetralkan selanjurnya cairan dikirimkan ke equalization basin untuk penyamarataan cairan sebelum masuk ke tahap kedua yaitu activated sludge yang sebelumnya temperatur cairan diturunkan menjadi 35° C di cooling tower. Selanjutnya cairan yang telah dingin masuk ke aeration basin yang dilengkapi dengan surface aerator untuk mensuplai kebutuhan oksigen. Di dalam aerator basin diharapkan terjadi penguraian senyawa-senyawa organik oleh bakteri sehingga menyebabkan kandungan pencemar dalam limbah cair dapat turun. Dalam proses dekomposisi atau penguraian senyawa-senyawa organik, bakteri membutuhkan nutrien seperti nitrogen dan fosfat yang dapat disuplai dari urea dan asam fosfat. Dari aeration basin, campuran cairan dikirimkan ke secondary clarifier untuk dipisahkan dari limbah cair olahan dan sebagian sludge (biomas) dikembalikan lagi aeration basin. Overflow limbah cair dari secondary clarifier ini dibuang ke sungai melalui pengontrol kualitas yang ketat sehingga kualitas buangan limbah cair olahan tidak melebihi standar kualitas baku mutu limbah cair industri pulp yang ditetapkan pemerintah yaitu Kep51/MENLH/10/1995 dan Keputusan Gubernur Sumatra Selatan N0.407/XI/1991. Selanjutnya limbah cair olahan ditampung di holding pond sebelum dibuang ke sungai Lematang. Dari holding pond selanjutnya limbah terolah ini masuk ke sungai melalui satu saluran pipa dengan diameter 1,2 m dan untuk mengetahui kandungan halogen di dalam limbah terolah ini, sebelum dibuang ke sungai Lematang akan dianalisa pula kandungan AOX-nya (Absorsable Organohalogen). Pengontrolan kualitas limbah cair dimulai pengontrol sumber buangan, proses pengolahan limbah cair, sampai dengan pembuangan limbah cair olahan ke sungai Lematang. Effluent treatment beroperasi secara kontinyu 24 jam dan jika terjadi masalah di effluent treatment maka limbah cair akan ditampung di emergency basin sampai kondisi di effluent treatment normal kembali. Sedangkan sludge dari primary clarifier dan secondary clarifier ditambah dengan sludge dari fresh water treatment ditampung di sludge mixing tank dan dikirim ke dewatering. Kemudian sludge dipress di belt filter press sehingga menghasilkan sludge cake yang



62



memiliki konsistensi sekitar 36%. Filtrat dari dewatering dikembalikan ke aeration basin. Sludge cake ini merupakan by-product dari effluent treatment dan akan diumpankan ke power boiler sebagai bahan bakar. Selain memiliki IPAL untuk limbah industri, PT. Tanjungenim Lestari juga memiliki IPAL untuk limbah domestik yang dihasilkan dari perumahan atau townsite. Prinsip dari pengolahan limbah domestik adalah tahap pemisahan kotoran, tahap sendimentasi dan tahap aerasi secara biologi untuk menguraikan senyawa-senyawa organik serta tahap desinfektan untuk menghilangkan bakteribakteri yang berbahaya seperti bakteri E. Coli. Oleh karena limbah domestik memiliki karakteristik yang berbeda dengan limbah industri maka pengolahannya pun akan berbeda pula. 3.5.2. Pengolahan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan di area PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper terdiri dari dua limbah yaitu limbah pabrik dan limbah domestik. a. Limbah Pabrik Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik pulp berupa dregs dan grits dari recausticizing plant, abu dari power boiler dan garam dari chemical plant yang direncanakan ditimbun dengan system landfill. Sedangkan limbah padat lainnya seperti kulit kayu dari wood handling, screen reject dan lumpur dari effluent treatment diumpankan ke power boiler sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam sebagai penggerak turbin sehingga dapat menghasilkan listrik. Dalam operasi landfill akan dibuatkan sumur pantau dan kolam pengumpul lindi untuk pemantauan kualitas lindi dan kontaminasi limbah padat terhadap tanah. Lindi yang terkumpul di dalam kolam penampungan akan dikirimkan ke effluent treatment untuk diolah secara fisik-kimia-biologi. b. Limbah Domestik Limbah domestik merupakan limbah hasil dari rumah tangga dan perkantoran akan ditampung di tempat pembuangan sampah dan dikontrol oleh petugas khusus.



63



3.5.3. Pengendalian Pencemaran Udara Dalam hal pengendalian pencemaraan udara, PT. Tanjungenim Lestari membangun peralatan pengendalian pencemaran udara di masing-masing sumber. Di pabrik pulp ada dua proses yapg memungkinkan terjadinya pencemaraan udara yaitu: a. Proses pembakaran di power boiler b. Proses kimia di chemical plant Untuk pengendalian pencemaraan, PT. Tanjungenim Lestari membangun electrostatic precipitator di boiler dan lime klin untuk menangkap debu hasil pembakaran di cerobong utama sebelum dibuang ke udara, sedangkan untuk cerobong proses kimia (chemical plant) dibangun scrubber untuk menyerap gasgas buangan dengan bantuan cairan kimia penyerap. Selain itu untuk mengurangi dampak bau yang dihasilkan pabrik pulp, maka PT. Tanjungenim Lestari menerapkan hal-hal berikut:  Merancang ketel dengan karakteristik low odor  Memasang dua unit pengumpul NCG (Non Condensable Gases)  Pengumpulan dan pembakaran NCG treatment  Memasang vent scrruber di smelt dissolving tank Pendaur-ulangan condensate dalam stripper dengan saluran NCG. Proses penghilangan bau ini dimulai dari NCG treatment yang akan membakar gas-gas yang tidak terkondensasi dari digester dan evaporator di quenc burner bersamasama dengan steam dan fuel oil sebagai bahan bakar. Gas-gas hasil pembakaran akan dilewatkan melalui scrubber yang berguna untuk menyerap gas-gas yang berbahaya dengan bantuan NaOH dan selanjurnya dapat dibuang ke udara melalui cerobong dan diharapkan tidak ada bau lagi di pabrik. Sedangkan larutan penyerap yang keluar dari scrubber dikirimkan ke bleaching plant untuk digunakan sebagai absorber.



64



3.6. Diagram Alir Utilitas



Sumber : Dokumentasi PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper



Gambar 21. Diagram Alir Utilitas PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper