11 0 132 KB
Ket.
Konsep Dasar
2.4 WOC HIV/ AIDS Hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV
Transfusi darah yang terinfeksi HIV
Etiologi
Manisfestasi Klinis
Patofisiologi
Masalah Keperawatan
Tertusuk jarum bekas penderita HIV
Ibu hamil menderita HIV
Virus masuk dalam tubuh lewat luka berdarah Sperma terinfeksi masuk kedalam tubuh pasangan lewat membran mukosa vagina, anus yang lecet atau luka
Virus Masuk Dalam Peredaran Darah Dan Invasi Sel Target Hospes
Makrofag
T helper / CD4+
Sel B
Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus
Sel penjamu (T helper, limfosit B, makrofag) mengalami kelumpuhan
Menurunnya sistem kekebalan tubuh
Infeksi Oportunistik
Sistem GIT
Integumen
Virus HIV + kuman salmonela, clostridium, candida
Herpes zoster + Herper simpleks
Sistem Reproduksi
Candidiasis
Mucobakterium TB
Ulkus Genital Menginvasi mukosa saluran cerna
Sistem respirasi
PCP (Pneumonia Pneumocystis)
Meningitis Kriptococus
Ruam, Difus, Bersisik, Folikulitas, kulit kering, mengelupas eksema
Demam, Batuk Non Produktif, Nafas Pendek
Perubahan Status Mental, Kejang, Kaku Kuduk, Kelemahan, Mual, kehilangan nafsu makan, Vomitus, Demam, Panas, Pusing
Psoriasis Diare
-
Perubahan Eliminasi (Bab) Gangg Nutrisi < Keb. Tubuh Resiko Kekurangan Volume Cairan
Kriptococus
Dermatitis Serebroika
Peningkatan peristaltik
Mk :
Sistem neurologi
Terapi trimetoprim sulfame MK : Resiko kerusakan Integritas Kulit
MK : Hipertermi Bersihan Jalan Nafas Pola Nafas Tidak Efektif
Ruam, Pruritus, Papula, Makula Merah Muda
MK :
Nyeri
MK : Resiko tinggi cedera Ggn. Nutrisi < Keb. Tubuh Risiko tinggi kekurangan volume cairan Intoleransi Aktivitas
Definisi : -HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh. -AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat virus HIV.
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS: Manifestasi tumor Sarkoma Kaposi Limfoma ganas Manifestasi oportunistik Manifestasi pada Paru Pneumoni pneumocystis (PCP) Cytomegalovirus (CMV) Mycobacterium avilum Mycobacterium tuberculosis Manifestasi gastrointestinal Manifestasi neurologis Ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
Pemeriksaan Penunjang 1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus structural. Hasil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi 2. Transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi (antibody HIV negative), serologi tidak berguna dan RNA HIV harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada amflikasi asam nukleat. 3. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4 diperiksa secara teratur (setiap8=12 minggu). 4. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 98,1100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. 5. WESTERN blot adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6100%. Pemeriksaanya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. 6.
PCR (polymerase Chain Reaction)
Referensi Dewi Rokhmah. 2014. Implikasi Mobilitas Penduduk Dan Gaya Hidup Seksual Terhadap Penularan Hiv/Aids. 190jurnal Kesehatan Masyarakat. Issn 1858-1196 Linda Astari, Sawitri, Yunia Eka Safitri & Desy Hinda P. 2009. Viral Load pada Infeksi HIV. Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin. Vol. 21 No. 1 April 2009 Black Joyce, Jane Hokanson. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC