Wrap Up Atlet [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

WRAP UP Skenario 1 “BLOK CAIRAN” “PELARI MARATHON”



Kelompok A1



Ketua Kelompok : 11020191021 Maygel Nahren Sekertaris



: 1102019107 Khaura tsabitha baraba



Anggota



: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



1102019009 1102019023 1102019037 1102019051 1102019065 1102019079 1102019093



Alaric casta ragi Annisa amelia Avia nurul azzhara Dafa zenobia Dwi wisnu Fetricia catherina Hasyajogi tiaea



Jl. Letjend. Suprapto, CempakaPutih, Jakarta 10510 Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.42445



Daftar Isi



Daftar Isi.....................................................................................................................................1 Skenario.....................................................................................................................................2 Kata sulit .................................................................................................................................3 Pertanyaan..............................................................................................................................3 Brain Storming...........................................................................................................................3 Hipotesa..................................................................................................................................6 Learning Objective.....................................................................................................................9 Pembahasan 1. Memahami dan Menjelaskan kondisi tubuh saat olahraga…………………………………………………10 1.1. Faktor yang mempengaruhi saat olahraga 1.2. Mekanisme panas tubuh 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan cairan dan elektrolit ……………………………………21 2.1. Komponen cairan dan elektrolit tubuh 2.2. Input output saat olahraga 2.3. Keseimbangan cairan elektrolit 2.4. Komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit 2.5. Strategi hidrasi Daftar Pustaka........................................................................................................................................54



Pelari Marathon Agustus lalu, ada kejuaraan maraton di Qatar. Jauh hari sebelum perlombaan panitia sudah mempersiapkan beberapa hal:1. Pelaksanaan perlombaan dijadwalkan malam hari 2. Jumla tim medis dan stasiun hidrasi diperbanyak sepanjang lintasan lomba Hal ini dipikirkan untuk mengantisipasi suhu ekstrim lingkungan, kelembaban udara, dan kecepatan angin yang dapat mempengaruhi jalannya perlombaan. Saat pelaksanaan lomba, sebanyak 40 persen peserta tidak sanggup mencapai garis finish. Pemenang lomba adalah seorang atlet yang berasal dari negeri Kenya. Para atlet yang mencapai garis finish menggambarkan kondisi lingkungan yang sangat sulit dan tidak menyenangkan.



Kata sulit 1. Stasiun hidrasi : Pos penyedian air 2. Suhu ektrem : suhu tertinggi atau terendah pada suatu keadan dalam selang waktu tertentu. 3. Marathon : lomba lari dalam jangkauan lebih dari 10 km 4. Kelembapan udara : tinggkat kebasaan udara karna air dalam udara berbentuk uap. 5. Kecepatan angin: gerakan udara dari tekanan tinggi ke rendah. Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Mengapa diadakan pada malam hari ? Mengapa tim medis dan stasiun hidrasi harus dperbanyak ? Mengapa 40% peserta tidak dapat mencapai garis finish? Maksud dari kondisi lingkukangan yang sulit dan tidak menyenangkan ? Mengapa pemenang berasal dari kenya? Hubungan suhu ekstrem, kelembapan udara dan kecepatan angin dengan olahraga ? Mekanisme panas tubuh saat olahraga ? Range aman bagi para atlet (pelari)?



Brain stroming 1. Untuk mengatasi suhu ektrem,kelembapan udara dan juga kecepatan angin 2. Mencegah terjadinya dehidrasi 3. Karena suhu tubuh tidak dapat beraklimatisasi dengan lingkungan, sehingga menyebabkan dehidrasi dan pingsan karena efek dari dehidrasinya 4. Karena suhu yang ekstrem dan juga kelembapan udara menyebabkan produksi keringat yang banyak, dan kecepatan angin menyebabkan memperlambat gerak 5. Karena di kenya suhunya tinggi, sehingga atlet kenya punya ketahanan subu tubuh yang baik. 6. a.Suhu ekstrem mampu meningkatkan kadar asam laktat, intake O2 kurang optimal,menyebabkan dehidrasi b. Kelembapan udara meningkat,keringat banyak menguap,dehidrasi c. Kecepatan angin memengaruhi kelembapan udara 7. Meningkatkan suhu inti tubuh lalu meningkatkan suhu tubuh ke kulit lalu mengeluarkan keringakat,Na dan juga K 8. 0,4-0,8 L/jam atau 100-250 cc/mnt



Hipotesa Saat olahraga di suhu ekstrem,suhu tubuh dan aliran darah ke kulit akan mengalami peningkatan yang mengalami pengeluaran keringat yang banyak dan meningkatkan Rasa haus. Untuk menjaga ketahanan tubuh para atlet disarankan untuk meminum air dengan kadar 0,4-0,8 L/jam.



Learning objective 1. Memahami dan Menjelaskan kondisi tubuh saat olahraga 1.1 Faktor yang mempengaruhi saat olahraga 1.2 Mekanisme panas tubuh



2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan cairan dan elektrolit 2.1 Komponen cairan dan elektrolit tubuh 2.2 Input output saat olahraga 2.3 Keseimbangan cairan elektrolit 2.4 Komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit 2.5 Strategi hidrasi



LO. 1 Memahami dan Menjelaskan kondisi tubuh saat olahraga 1.1 Faktor yang mempengaruhi saat olahraga Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh saat olahraga, yaitu : Suhu lingkungan, kelembaban udara, kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat, kadar air dalam tubuh. a. Suhu lingkungan Menurut Mi Hyun No, Hyo-Bum Kwak, 2016, menyebutkan bahwa oksigen yang dihirup tubuh pada saat latihan dalam intensitas sub-maximal dan maximal dan denyut nadi berada pada level yang lebih rendah jika melakukan latihan pada suhu lingkungan 22 derajat +1 o Celcius dari pada pada suhu 10 o +1o Celcius dan 35 o+ 1 o Celcius. Selain itu kandungan asam laktat dalam darah juga lebih rendah dalam suhu tersebut baik pada saat jeda istirahat atau pada saat latihan. Hal tersebut berarti bahwa pada level suhu yang lebih rendah dari 22 o Celcius dan atau lebih tinggi, proses pengambilan oksigen kurang optimal, dan jumlah asam laktat yang dilepaskan akibat proses metabolisme lebih tinggi. Sehingga dengan kondisi tersebut, performa tubuh akan mengalami penurunan performa lebih cepat. b. Kelembaban udara yang tinggi Akibat dari tingginya suhu lingkungan juga mempengaruhi tingkat dehidrasi yang merupakan efek samping tingginya suhu tubuh sebagai bentuk penyesuai suhu tubuh terhadap lingkungan. Semakin tinggi kelembaban udara, tubuh menyesuaikan dengan cara memperbesar pori-pori kulit, dan juga mengeluarkan keringat lebih banyak sebagai bentuk penyesuaian suhu permukaan kulitdan juga suhu sekitar. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin banyak keringat yang dibutuhkan, maka semakin banyak pula air yang dibutuhkan untuk mengantikan sekresi keringat dari dalam tubuh. Apabila kondisi tersebut berlangsung cukup lama tanpa adanya tambahan cairan tubuh, kemungkinan besar yang terjadi ialah heat exhaustion, heat stroke, heat aesthenia dan bahkan terburuk serangan jantung. Kelembaban udara yang tinggi juga memiliki efek yang buruk bagi tubuh pada saat berolahraga. Selain dampak yang tersebut di atas, suhu dan kelembaban tinggi juga meningkatkan resiko cedera lebih tinggi. Hal tersebut juga sebagai akibat dari dehidrasi yang tinggi, proses sekresi keringat yang banyak dan proses metabolisme dan distribusi aliran darah yang lebih cepat. Semakin tinggi metabolisme terjadi, perubahan fisiologi tubuh juga terjadi, sebagai efeknya, proses metabolisme (perubahan sistem energi) yang meningkat juga akan meningkatkan asam laktat pada otot, sehingga, semakin cepat pula kelelahan pada otot dan tubuh. Apabila hal tersebut berlangsung



dalam waktu yang lama tanpa disadari oleh manusia, yang terjadi yaitu kram otot (kejang) dan penurunan performa. c. Kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat Berpengaruh terhadap kadar air dalam tubuh manusia, semakin tinggi suhu tubuh sebagai akibat proses metabolisme pada saat latihan, maka semakin banyak pula residu air berupa keringat yang dibuang melalui kulit kita.(Julien D Periard, Gavin J.S. Travers, Sebastien Racinais, Michael N Sawka, 2016) menyebutkan bahwa selama aktifitas latihan darah terpompa lebih cepat sebagai akibat suhu permukaan kulit meningkat yang diiringi pula peningkatan suhu pada otot-otot tubuh, darah dialirkan lebih cepat sebagai bentuk penanggulangan akibat meningkatnya suhu, selain suhu tersebut meningkat akibat proses metabolisme dan proses perubahan energi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh melakukan Cardiovasculer adaptations dengan cara membutuhkan kadar air dalam tubuh yang lebih banyak, salah satunya stimulasi rasa haus yang terjadi. Selain itu ukuran plasma sel dalam tubuh mengalami perkembangan, penurunan jumlah nadi per menit, peningkatan efisiensi otot, dan peningkatan kecepatan aliran darah dan respon kulit untuk berkeringat lebih cepat. d. Kadar air dalam tubuh Kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban udara relatif akan sengat berpengaruh terhadap kehilangan cairan tubuh sehingga akan mempengaruhi penampilan fisik dalam olahraga. Kehilangan cairan tubuh adalah kehilangan cairan yang berlangsung melalui evavorasi dari traktus respiratori dan difusi melalui kulit. Kehilangan cairan tubuh melalui traktus respiratorius berkisar antara 300-400 mL/hari dengan rata-rata 350 mL/hari dengan menjenuhkan udara melalui pengembunan dengan tekanan uap sekitar 47 mmHg dan cairan secara terus-menerus hilang melalui respirasi. Kehilangan cairan melalui keringat kurang lebih 300-400 mL/hari. Ketika cuaca dingin ekstrim, tekanan atmosfir menurun, menyebabkan kehilangan cairan melalui respirasi meningkat yang menimbulkan saluran pernapasan kering (Guyton dan Hall, 2012). 284 Prosiding Seminar Nasional Prodi Biologi F. MIPA UNHI ISBN:978-602-9138-68-9 Kehilangan cairan tubuh melalui keringat sangat bervariasi, tergantung dari jenis aktivitas fisik dan faktor lingkungan. Kehilangan cairan ini berkisar 100 mL/hari dan dapat meningkat sampai 1-2 liter/jam yang dapat mempercepat menurunnya volume cairan tubuh. Kehilangan cairan tubuh melalui fises sangat sedikit dalam keadaan tubuh normal yaitu berkisar 100 mL/hari dan dapat meningkat beberapa kali pada pasien diare. Kehilangan cairan tubuh melalui ginjal yaitu lewat urin yang jumlahnya bervariasi, yang tergantung dari asupan cairan dan



elektrolit ke dalam tubuh. Volume urin dapat berkurang 0,5 liter perhari pada orang dehidrasi dan dapat mencapai 20 liter perhari pada orang yang minum banyak air. Juga terjadi pada beberapa elektrolit tubuh seperti natrium, kalium, dan klorida (Guyton dan Hall, 2012).



1.2 Mekanisme panas tubuh saat olahraga Mekanisme pengaturan suhu pada tubuh, dapat dibedakan menjadi proses fisik dan proses kimiawi. Prinsip kerja pada pengaturan fisik adalah dengan melakukan pengaturan tahanan pada aliran panas, sedangkan mekanisme kerja pengaturan secara kimiawi adalah dengan melakukan pengaturan pada laju metabolism tubuh. Sistem pengaturan suhu menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubub ketika suhunya terlalu tinggi, (1) Vasodilatasi, pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuta. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. (2) Berkeringat, peningkatan temperature tubuh 1 derajat celcius menyebabkan keringat yang cuku banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan metabolism basal dari pembentukan panas tubuh. (3) Penurunan pembentukan panas, mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis kimia dihambat dengan kuat. Ketika tubuh terlalu dingin, system pengaturan suhu melakukan prosedur yang sangat berlawanan dengan mechanism penurunan panas tubuh, yaitu : (1) Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis hipotalamus posterior. (2) Piloereksi, piloereksi berarti “rambut berdiri pada akarnya”. Rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat di folikel rambut berkontraksi yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini tidak begitu penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memmungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator udara bersebelahan dengan kulit sehingga perpindahan panas lingkungan sangat ditekan. (3) Peningkatan pembentukan panas, pembentukan panas oleh system metabolism meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.



1.2 Mekanisme panas tubuh Mekanisme pengaturan suhu pada tubuh, dapat dibedakan menjadi proses fisik dan proses kimiawi. Prinsip kerja pada pengaturan fisik adalah dengan melakukan pengaturan tahanan pada aliran panas, sedangkan mekanisme kerja pengaturan secara kimiawi adalah dengan melakukan pengaturan pada laju metabolism tubuh. Sistem pengaturan suhu menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubub ketika suhunya terlalu tinggi, (1) Vasodilatasi, pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuta. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. (2) Berkeringat, peningkatan temperature tubuh 1 derajat celcius menyebabkan keringat yang cuku banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan metabolism basal dari pembentukan panas tubuh. (3) Penurunan pembentukan panas, mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis kimia dihambat dengan kuat. Ketika tubuh terlalu dingin, system pengaturan suhu melakukan prosedur yang sangat berlawanan dengan mechanism penurunan panas tubuh, yaitu : (1) Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis hipotalamus posterior. (2) Piloereksi, piloereksi berarti “rambut berdiri pada akarnya”. Rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat di folikel rambut berkontraksi yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini tidak begitu penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memmungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator udara bersebelahan dengan kulit sehingga perpindahan panas lingkungan sangat ditekan. (3) Peningkatan pembentukan panas, pembentukan panas oleh system metabolism meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.



LO.2 Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan cairan dan elektrolit 2.1 Komponen cairan dan elektrolit tubuh Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air danelektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin,dan kandungan lemak dalam tubuh.



Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebihtinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air. Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: 1.ruang intra seluler (cairan dalam sel) Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dankebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. secara spesifik, cairan intrasel mengandung sejumlah besaran ion kalium dan fosfat ditambah ion magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang, dan mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada kalsium. Sel juga mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali jumlah protein dalam plasma.



Cairan intasel dipisahkan dari cairan ekstrasel oleh membran sel yang sangat permeabel terhadap air sehingga memungkinkan sel untuk mempertahankan komposisi cairan intersel dengan komposisi lingkungan sekitarnya yaitu cairan interstitiel.



2.ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 1/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan ekstra sel. Cairan ekstrasel mengandung sejumlah besar ion natrium dan klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar, namun cairan ekstrasel memiliki kandungan ion kalium, magnesium fosfat,dan asam organik dalam jumlah sedikit. Cairan ekstrasel juga mengandunf karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru untuk di eksresi, ditambah berbagai produk sampah sel lainnya yang diangkut ke ginjal untuk dieksresi.



Kompartemen cairan ekstra sel lebih jelas dibagi menjadi ruang: a. cairan interstisial berjumlah lebih dari ¾ bagian cairan ekstrasel . b. plasma darah berjumlah hampir ¼ cairan ekstrasel,atau sekitar 3 liter. Plasma adalah bagian darah yang tidak mengandung sel c. Cairan transselular (seluruh cairan tubuh yang dipisahkan dari cairan ekstraselular olehlapisan sel epitel yang mencakup cairan limfe, cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan serosa(cairan pleural, pericardial dan peritoneal), cairan bola mata (aqueous humor), perylymph,endolymph.



2.2 Input output saat olahraga Konsumsi cairan sebelum olahraga .Air dapat dikonsumsi kapanpun sebelum latihan. Konsumsi minuman mengandung karbohidrat yang diminum 15 menit sebelum latihan dapat dijadikan sumber energi dalam waktu pendek. Rekomendasi yang di anjurkan adalah 500 ml air 1- 2 jam sebelum latihan dan 600 ml air atau minuman yang mengandung karbohidrat 10-15 menit sebelum aktivitas. Untuk jenis olah raga dalam waktu singkat sebaiknya konsumsi cairan tidak kurang dari 30 menit sebelum latihan.



Konsumsi cairan selama olahraga Selama latihan seorang atlet sebaiknya minum air 120-150 ml setiap 10- 15 menit. Selama latihan, rasa haus tidak dapat dijadikan sebagai patokan kebutuhan cairan. Pada saat latihan sensasi haus akan menurun, jadi rasa haus sudah tidak dirasakan tetapi tubuh belum sepenuhnya mengalami rehidrasi. Metode yang kebanyakan dipakai untuk menilai rehidrasi selama dan setelah latihan adalah berat badan. Setiap kehilangan 0,5 kg maka harus digantikan dengan 500 ml cairan. Pemantauan produksi urin meliputi warna dan volume adalah cara lain untuk menilai status hidrasi. Atlit seharusnya memproduksi kirakira 900 ml urin yang jernih setiap harinya. Pada kondisi dehidrasi, urin menjadi lebih pekat dan lebih gelap.



Konsumsi cairan setelah olahraga Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang setelah latihan merupakan hal yang penting terutama apabila waktu pertandingan berurutan karena dapat mempengaruhi performance. Konsumsi air putih biasa pada setelah olahraga akan menurunkan konsentrasi natrium plasma dan osmolaritas plasma. Perubahan ini dapat menurunkan stimulus rasa haus dan produksi urin, sehingga akan memperlambat proses rehidrasi



Perbandingan Jumlah Kehilangan Air saat Istirahat/Aktivitas Biasa dalam Lingkungan Nyaman dan saat Latihan Fisik Durasi Lama



Keseimbangan Cairan dalam Tubuh (Kondisi Aktivitas Normal, Cuaca Nyaman (Suhu dan Kelembaban)



Pengeluaran Keringat dan Regulasi Rasa Haus



2.3 Keseimbangan cairan elektrolit Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290mOsm/L4. Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion.kalium dari luar ke dalam1,4. Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar kompartemen. 1. Keseimbangan Donnan Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.



Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut 2. Osmolalitas dan Osmolaritas Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu1,4. 3. Tekanan Koloid Osmotik Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru3,4. 4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces) Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous3,4. 2.4 Komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit



Konsekuensi yang terjadi bila seseorang melakukan olahraga atau aktivitas fisik di tempat bersuhu panas adalah bukan hanya berpengaruh pada penurunan pencapaian dari aktivitas tersebut, tapi juga meningkatkan resiko terserang salah satu atau beberapa jenis penyakit ang ditimbulkan oleh suhu panas. Kekacauan yang dapat terjadi oleh tubuh kita dalah : heat cramps ( kram panas), heat syncope, heat exhaustion, heat stroke, pengeluaran keringat berlebih pada saat kita melakukan olahraga juga dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Heat cramps (kram panas) ditandai oleh kekejangan pada kelompok otot yang digunakan selama latihan. Hal tersebut terjadi karena adanya suatu perubahan dalam hubungan kalium dan sodium di selaput otot dan diakibatkan oleh pengeringan dan kehabisan garam. Secara khusus biasanya terjadi pada orang-orang yang menjalankan aktivitas atau latihan yang berat dan mengeluarkan banyak keringat, gejala ini sering terjadi pada individu-individu yang tidak dapat beraklimatisasi dengan baik. Heat syncope ditandai oleh suatu kelemahan umum dan kelelahan, hipotensi (tekanan darah rendah), penglihatan yang kabur, muka pucat, berkurangnya kesadaran, dan peningkatan suhu inti dan suhu kulit. Heat exhaustion-water depletion. Lelah kepanasan – yang diakibatkan oleh kehilangan cairan , ditandai oleh adanya pengurangan keringat , penurunan berat badan yang cukup banyak, mulut dan lidah terasa kering, kehausan, peningkatan suhu inti dan kulit, kelemahan dan kehilangan koordinasi. Tanda lainnya adanya air seni sangat kental. Heat exhaustion-salt depletion. Lelah kepanasan – yang diakibatkan oleh kehabisan garam ditandai oleh adanya sakit kepala, kepeningan, kelelahan, perasaan mual, muntah muntah dan diare, kram otot. Heat Stroke merupakan kegagalan dari hipotalamus sebagai pusat pengontrolan suhu dalam menghadirkan suatu keadaan darurat medis utama. Hal tersebut terutama disebabkan oleh suatu kegagalan sudomotor pusat (pusat pengaturan keringat didalam hipotalamus), yang kemudian mengakibatkan peningkatan suhu tubuh yang sangat besar. Ditandai oleh suatu temperature inti tubuh yang tinggi (>41 derajat), kulit panas, kering, dan keadaan pingsan dan kebingungan ekstrim. Komplikasi dari heat stroke meliputi : pingsan, tekanan pada system syaraf pusat, kelainan fungsi tubuh, mata gelap, disfungsi ginjal, myoglobinuria, pembekuan/pengentalan darah lemah. Jika cairan yang keluar dari tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).



2.5 Strategi hidrasi



A. Fluid Replacement Pre Exercise a. Tujuan: status euhidrasi saat start /beberapa saat sebelum start lari. b. 4 jam pra event OR: bila warna urin gelap, minum 500-600 mL air atau sports drink secara perlahan c. 2 jam pra OR: Bila urin masih berwarna gelap, minum kembali 300-600 mL air d. 15 menit pra OR: 250-350 mL air atau sports drink e . Konsumsi minuman mengandung sodium atau makanan rasa asin untuk membantu retensi cairan tubuh



B. Fluid Replacement During Exercise a.Tujuan: menghindari dehidrasi berlebihan (> 2% berat badan) b.Penggantian cairan 0.4 -1.8 L/jam dan tidak berlebihan, khususnya bila olahraga > 3 jam c. Minum berkala Pelari maraton aman minum 0.4 – 0.8 L/jam atau 100-250 cc / 15-20 menit air putih atau sport drink. d. Fast runner/sweat rate tinggi: minum lebih banyak (di semua atau hampir semua water station) e.Slow runner/sweat rate rendah: minum pada interval yang lebih lama, (tidak di semua water station), untuk menghindari hiponatremia (overhidrasi) F. Pelari dengan mengeluarkan keringat dengan lebih banyak garam perlu pengganti cairan yang mengandung elektrolit selama olahraga untuk hindari hiponatremia.



C. Fluid Replacement After Exercise Tujuan: mengganti defisit cairan dan elektrolit hingga euhidrasi a. Bila dehidrasi ringan asupan makan dan minum biasa dapat mengatasi dehidrasi dalam 12 jam b. Bila dehidrasi sedang (3-5%), minum 1,5 L cairan/kg berat yang hilang atau 600-700 mL air atau sports drink setiap 1 pon (0,45 kg) berat badan yang hilang. c. Euhidrasi diharapkan sudah kembali dalam 2 jam. d. Pertimbangkan cairan mengandung sodium/elektrolit, disebebkan meminum air tampa kandungan sodium dapat meningkatkan produksi urin dan memperlambat tercapainya euhidrasi



e. Cairan intravena diberikan bila dehidrasi berat (>7%) dan tidak dapat minum seperti biasa langsung rujuk ke rumah sakit



Daftar pustaka http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_730549414152.pdf



https://simdos.unud.ac.id



https://www.nestlenutrition-institute.org/



SM Proboprastowo, S Gz, FA Tjakradidjaja - Kalium, 2004 - sites.google.com Fakultas kedokteran universitas Indonesia.2017.ganguan keseimbangan air-elektrolit dan asam basa. Jakarta. IKAPI.