E - Muhammad Rifqy Setyanto - Pengukuran Lv2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Praktikum Pengukuran FR



LEMBAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN PARAMETER TEKNIS RADIO SIARAN FM DAN TV SIARAN ANALOG UHF NAMA : MUHAMMAD RIFQY SETYANTO KELOMPOK : E



NOMOR MODUL : LP.3 / LV.2



TANDA TANGAN NILAI : INSTRUKTUR /Ka. LAB:



(YANDI A. SIREGAR ST., MT.)



PENGUKURAN PARAMETER TEKNIS RADIO SIARAN FM DAN TV SIARAN ANALOG UHF



I.



MATERI PRAKTIKUM :



II.



URAIAN RINGKAS MATERI PRAKTIKUM Pancaran gelombang radio (gel. elektromagnetik) dari suatu stasiun radio sesungguhnya tidak hanya terdiri dari komponen frekuensi fundamentalnya saja, melainkan juga memancarkan komponen lainya yang membentuk karakteristik tertentu. Selain parameter carrier fundamental (CF, BW dan Level), stasiun radio juga memancarkan frekuensi-frekuensi harmonisa dan parasitik yang disebut spurious emission, yang juga perlu diketahui kesesuaiannya dengan ketentuan teknis yang berlaku. Pada stasiun radio siaran FM, parameter karakteristik stasiun radio yang perlu diukur dan diketahui antara lain adalah center frequency, bandwidth, deviasi frekuensi, level dan kuat medan (fieldstrength), daya pancar dan effective radiated power (ERP), serta level harmonisa (kelipatan center frequency). Sedangkan pada stasiun televisi siaran Analog, parameter karakteristik stasiun radio yang perlu diukur adalah frekuensi, level dan fieldstrength pada video carrier dan audio carrier, bandwidth, frekuensi dan level dari harmonisa, serta frekuensi dan level emisi parasitik (spurious emission). Effective Radiated Power (ERP) yang dipancarkan oleh suatu stasiun radio diketahui melalui perhitungan berdasarkan daya pancar yang terukur di sisi Pemancar. Nilai ERP dihitung dengan persamaan : ERP (dBW) = Ptx (dBW) - L (dB) + G (dBd) atau : ERP (dBW) = Ptx (dBW) - L (dB) + G (dBi) - 2.15 dimana : Ptx (dBW) L (dB) G (dBd) G (dBi)







= daya pancar Pemancar (Tx) = 10 Log Ptx (Watt). = Redaman total (kabel + konektor) dari Tx ke Antenna. = Gain Antenna Pemancar (acuan antena dipole) = Gain Antenna Pemancar (acuan antena isotropic)



Hal. 1



Praktikum Pengukuran FR III.



GAMBAR KONFIGURASI ALAT UKUR DAN FUNGSINYA 1. Pengukuran Redaman Kabel RF Kabel RF



SPA Anritsu MS2725c



RF Signal Generator IFR 2023a



2. Pengukuran Parameter Teknis Radio Siaran FM dan TV Siaran Analog UHF



Kabel RF



SPA Anritsu MS2725c



• • • • •



IV.



Antenna Dipole ETS Lindgren 3121D



Pemancar radio/tv



SPA : Menampilkan spektrum frekuensi yang diukur RF Signal Generator : Membangkitkan sinyal RF Kabel feeder : Penghubung antar perangkat Antenna Dipole : Antenna penerima Pemancar radio/tv : obyek pengukuran/antenna transmiter



TAHAPAN PRAKTIKUM 1. Pengukuran Parameter Teknis Radio Siaran FM A. Pengukuran Redaman Kabel • Hubungkan SPA dan signal generator menggunakan kabel feeder sesuai dengan frekuensi yang akan dibangkitkan. • Input frekuensi dan level pada Signal Generator. • Lihat tampilan frekuensi dan level pada SPA. Nilai loss (redaman) kabel adalah selisih dari level yang diatur pada Signal Generator dengan level yang ditunjukkan pada SPA.







Hal. 2



Praktikum Pengukuran FR B. Pengukuran Center Frequency, Bandwidth, dan Level • Hidupkan Spectrum Analyzer (SPA). Dengan menggunakan fitur tombol Start dan Stop Frequency, amati frekuensi rentang 87 - 108 MHz. Pilih dan catat frekuensi yang hendak diukur. • Karena tidak dapat memenuhi kondisi ideal pengukuran Center Frequency (kondisi pemancar memancar tanpa modulasi), maka parameter SPA diatur sebagai berikut : Parameter



Nilai



Frekuensi Center Span RBW VBW Attenuation



Frekuensi center dari emisi yang diukur 500 kHz 10 kHz 30 kHz Diatur agar spa tidak over range dan memenuhi syarat S/N Peak / Sample Auto Max Hold ± 2 Menit



Detector Sweep Time Trace Durasi



• Input center frequency pada frekuensi yang akan diukur. • Atur marker pada frequency center. • Catat frequency dan level yang tertera pada informasi marker. • Untuk pengukuran bandwidth, digunakan metode B%. Atur parameter SPA seperti berikut : Parameter



Nilai



Frekuensi Center Span RBW VBW Attenuation



Frekuensi center dari emisi yang diukur 500 kHz 10 kHz 30 kHz Diatur agar spa tidak over range dan memenuhi syarat S/N Peak / Sample Auto Max Hold ± 10 Menit



Detector Sweep Time Trace Durasi



• Klik tombol Shift -> Meas -> Power & BW -> OCC BW -> On √ -> % Int Pwr √ • Hentikan sweep SPA dengan menekan tombol Hold/View, catat nilai OCC BW.







Hal. 3



Praktikum Pengukuran FR C. Pengukuran Harmonisa (H1, H2, H3) • Setting Parameter Spektrum Analyzer = sama dengan metode B% namun frekuensi center-nya disetting sesuai frekuensi H1, H2 dan H3, attenuation diset ke 0 dB, serta tidak perlu masuk ke Mode Measurement OCC BW. • Harmonisa 1 - Letakkan marker pada kelipatan dua dari frekuensi fundamental - Catat frequency dan level yang tertera pada informasi marker - Hitung delta level terhadap level frekuensi fundamental. Harmonisa 2 - Letakkan marker pada kelipatan tiga dari frekuensi fundamental - Catat frequency dan level yang tertera pada informasi marker - Hitung delta level terhadap level frekuensi fundamental. Harmonisa 3 - Letakkan marker pada kelipatan empat dari frekuensi fundamental - Catat frequency dan level yang tertera pada informasi marker - Hitung delta level terhadap level frekuensi fundamental. • Batas level harmonisa yang diizinkan untuk daya pancar > 1 kW maksimum 60 dB dibawah level frekuensi fundamental., untuk daya pancar < 1 kW maksimum 50 dB dibawah level frekuensi fundamental D. Pengukuran Deviasi Frekuensi • Atur Parameter SPA sebagai berikut : Parameter



Nilai



Frekuensi Center Span RBW VBW



Frekuensi center dari emisi yang diukur 340 kHz 10 kHz 10 kHz Diatur agar spa tidak over range dan memenuhi syarat S/N Peak / Sample 340 ms Max Hold ± 5 Menit



Attenuation Detector Sweep time (ST) Trace Durasi



• Atur dan letakkan marker 1 di posisi tengah dari frekuensi yang diukur, kemudian tekan delta marker dan geser delta marker 1 ke sisi kiri hingga ke sudut penurunan level yang tajam pada spektrum, catat nilai delta marker 1. • Ulangi langkah diatas untuk sisi spektrum yang sebelah kanan. Catat nilai yang tertera. Bandingkan kedua nilai delta marker 1 tersebut. Nilai yang paling besar merupakan nilai deviasi frekuensi (batas maksimum deviasi frekuensi FM adalah 75 KHz). Catat dan masukkan dalam Lembar Kerja.



Hal. 4



Praktikum Pengukuran FR E. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) • Pada praktikum kali ini digunakan metode Zero Span untuk mengukur Field Strength. • Hasil pengukuran kuat medan dalam satuan dBuV/m. Untuk mendapatkan nilai pengukuran dalam satuan dBuV/m maka ke dalam Spectrum Analyzer harus dimasukkan nilai antenna factor, k dan redaman kabel ukur, ac. Apabila SPA tidak mendukung fitur input data antenna factor, maka hasil pengukuran yang diperoleh dalam satuan dBm atau dBuV harus dikonversi ke dalam satuan dBuV/m dengan cara : a. Untuk satuan dBm, dikonversi dengan persamaan :



b. Untuk satuan dBuV, dikonversi dengan persamaan :



dimana : e



k ac po vo



= kuat medan [dBuV/m] = antenna factor (dB) = redaman kabel ukur (dB) = output power (hasil ukur) (dBm) = output voltage (hasil ukur) (dBuV)



Catatan : nilai konstanta 107 dipakai bila impedansi sistem antena 50 Ω. • Atur parameter SPA sebagai berikut : Parameter



Nilai



Frekuensi Center Span RBW VBW Attenuation



Frekuensi center dari emisi yang diukur 0 Hz 30 kHz 30 kHz Diatur agar spa tidak over range dan memenuhi syarat S/N Peak / Sample Max Hold ± 2 Menit



Detector Trace Durasi



• Hentikan sweep SPA dengan menekan tombol Hold/View, atur posisi marker di puncak sinyal dan catat nilai hasil ukur dalam Lembar Kerja.







Hal. 5



Praktikum Pengukuran FR 2. Pengukuran Parameter Teknis Televisi Siaran Analog UHF A. Pengukuran Redaman Kabel • Hubungkan SPA dan signal generator menggunakan kabel feeder sesuai dengan frekuensi yang akan dibangkitkan. • Input frekuensi dan level pada Signal Generator. • Lihat tampilan frekuensi dan level pada SPA. Nilai loss (redaman) kabel adalah selisih dari level yang diatur pada Signal Generator dengan level yang ditunjukkan pada SPA. B. Pengukuran Frekuensi Video dan Level, Frekuensi Audio dan Level, Bandwidth • SPA dalam kondisi ON • Ukur S/N dengan menggunakan delta marker antara frekuensi center carrier video dengan noise floor, pastikan nilai S/N ≥ 30 dB • Set start frekuensi: batas bawah kanal dikurangi 1 MHz sampai 2 MHz • Set stop frekuensi: batas atas kanal ditambah 1 MHz sampai 2 MHz • Set Resolution Bandwidth (RBW) ke 10 kHz • Set Video Bandwidth (VBW) ke 30 kHz • Set detector mode ke Peak • Set trace ke MaxHold dan tunggu gambar spektrum hingga tidak berubah / stabil (±10 menit) • Set sweep time ke auto • Set marker 1 pada puncak carrier video • Ubah mode marker ke delta marker, geser ke sebelah kiri carrier video hingga mencapai noise floor • Catat nilai selisih frekuensi tersebut sebagai nilai BE-V (Nearest edge of channel relative to vision carrier). Batas maksimal yang dizinkan -1,25 MHz • Set marker 2 pada puncak carrier video • Ubah mode marker ke delta marker, geser ke sebelah kanan carrier video hingga mencapai puncak carrier audio • Catat nilai selisih frekuensi tersebut sebagai nilai BV-A (Vision carrier relative to sound carrier). Batas maksimal yang dizinkan +5,5 ± 0,001 MHz • Set marker 3 pada puncak carrier audio • Ubah mode marker ke delta marker, geser ke sebelah kanan carrier audio hingga mencapai noise floor • Catat nilai selisih frekuensi tersebut sebagai nilai BA-E (Sound carrier relative to nearest edge of channel). Batas maksimal yang dizinkan 1,25 MHz • Bandwidth total (BT) diperoleh dengan:



Hal. 6







Praktikum Pengukuran FR • Catat dalam tabel di bawah ini No.



Parameter



1 2 3



Video Carrier Audio Carrier Lebar Pita



Fundamental Frek. Level



Harmonisa 1 Frek. Level



Harmonisa 2 Frek. Level



-------------------------------------



C. Pengukuran Spurious Emission Stasiun Televisi • Lakukan pengukuran Spurious Emission dari pancaran stasiun, catat hasilnya seperti tabel di bawah dalam lembar kerja. No.



Normalisasi dari Frekuensi Video Carrier



1 2 3 4. 5. 6. 7. 8.



- 16.5 MHz - 11.5 MHz - 5.5 MHz - 4.43 MHz + 6.57 MHz + 9.93 MHz + 11.5 MHz + 16.5 MHz



Video Carrier Frek.



Spurious Emission Level



Frek.



Level



D. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) • Pada praktikum kali ini digunakan metode Zero Span untuk mengukur Field Strength. • Hasil pengukuran kuat medan dalam satuan dBuV/m. Untuk mendapatkan nilai pengukuran dalam satuan dBuV/m maka ke dalam Spectrum Analyzer harus dimasukkan nilai antenna factor, k dan redaman kabel ukur, ac. Apabila SPA tidak mendukung fitur input data antenna factor, maka hasil pengukuran yang diperoleh dalam satuan dBm atau dBuV harus dikonversi ke dalam satuan dBuV/m dengan cara : a. Untuk satuan dBm, dikonversi dengan persamaan :



b. Untuk satuan dBuV, dikonversi dengan persamaan :



dimana : e



k ac po vo



= kuat medan [dBuV/m] = antenna factor (dB) = redaman kabel ukur (dB) = output power (hasil ukur) (dBm) = output voltage (hasil ukur) (dBuV)



Catatan : nilai konstanta 107 dipakai bila impedansi sistem antena 50 Ω.



Hal. 7



Praktikum Pengukuran FR • Atur parameter SPA sebagai berikut : Parameter



Nilai



Frekuensi Center Span RBW VBW Attenuation



Frekuensi center dari emisi yang diukur 0 Hz 30 kHz 30 kHz Diatur agar spa tidak over range dan memenuhi syarat S/N Peak / Sample Max Hold ± 2 Menit



Detector Trace Durasi



• Hentikan sweep SPA dengan menekan tombol Hold/View, atur posisi marker di puncak sinyal dan catat nilai hasil ukur dalam Lembar Kerja



V.



PENGUMPULAN DATA 1. Pengukuran Parameter Teknis Radio Siaran FM A. Pengukuran Redaman Kabel Alat Ukur Signal Generator Spectrum Analyzer



Frekuensi (MHz) 99.7 99.7



Level (dBm) -50 -51.52



Selisih Level (dBm) -1.52



Output Level Signal Generator



Output Level SPA







Hal. 8



Praktikum Pengukuran FR B. Pengukuran Center Frequency, Bandwidth, dan Level Parameter Frequency Center (MHz) Level (dBm) Bandwidth (kHz)



Hasil Ukur 99.7 -54.24 188.747



Center Freq dan Level



Occupied Bandwidth







Hal. 9



Praktikum Pengukuran FR C. Pengukuran Harmonisa (H1, H2, H3) Harmonisa 1







Harmonisa 2



Harmonisa 3



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



199.4



-105.33



299.1



-104.58



398.8



-104.94



Hal. 10



Praktikum Pengukuran FR D. Pengukuran Deviasi Frekuensi Marker 1 (MHz)



Δ Marker 1 (kHz)



99.7



68



Deviasi Frekuensi



E. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) Parameter



Hasil Ukur



Frequency (MHz)



99.7



Level Zero Span (dBm)







Hal. 11



-52.68



Praktikum Pengukuran FR 2. Pengukuran Parameter Teknis TV Siaran Analog UHF A. Pengukuran Redaman Kabel Alat Ukur Signal Generator Spectrum Analyzer



Frekuensi (MHz) 535.25 535.25



Level (dBm) -50 -52.46



Selisih Level (dBm) -2.46



Pengukuran disimulasikan menggunakan kabel dengan panjang 10 meter sedangkan pengukuran sebenarnya dilakukan menggunakan kabel 8 meter, sehingga redaman kabel sebenarnya adalah (2.46/8) x 10 = 3.07 dB B. Pengukuran Frekuensi Video dan Level, Frekuensi Audio dan Level, Bandwidth No 1 2 3







Parameter Video Carrier Audio Carrier Bandwidth (MHz)



Frek. (MHz)



Fundamental Level Δ Marker (dBm) (MHz)



Harmonisa 1 Frek. Level (MHz) (dBm)



Harmonisa 2 Frek. Level (MHz) (dBm)



535.25



-68.17



1.070



1070.5



-100.40



1605.75



-99.87



540.75



-85.19



0.670



1081.5



-99.49



1622.25



-100.35



7.24



Hal. 12



-------------------------------------------------------



Praktikum Pengukuran FR



Frekuensi Video, Frekuensi Audio, dan Levelnya



H1 Frekuensi Video H1 Frekuensi Audio



H2 Frekuensi Video H2 Frekuensi Audio







Hal. 13



Praktikum Pengukuran FR C. Pengukuran Spurious Emission Stasiun Televisi No. 1 2 3 4. 5. 6. 7. 8.



Normalisasi dari Frekuensi Video Carrier (MHz) - 16.5 - 11.5 - 5.5 - 4.43 + 6.57 + 9.93 + 11.5 + 16.5



Video Carrier Frek (MHz) Level (dBm)



535.25



- 68.17



Spurious Emission Frek (MHz)



Level (dBm)



518.75 523.75 529.75 530.82 541.82 545.18 546.75 551.75



-95.81 -99.25 -99.10 -98.96 -99.52 -98.36 -99.25 -97.18



Level Spurious Emission pada - -16.5 MHz



Level Spurious Emission pada - -11.5 MHz







Hal. 14



Praktikum Pengukuran FR



Level Spurious Emission pada -5.5 MHz



Level Spurious Emission pada -4.43 MHz



Level Spurious Emission pada +6.57 MHz







Hal. 15



Praktikum Pengukuran FR



Level Spurious Emission pada +9.93 MHz



Level Spurious Emission pada +11.5 MHz



Level Spurious Emission pada +16.5 MHz







Hal. 16



Praktikum Pengukuran FR D. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) Parameter







Hasil Ukur



Frequency (MHz)



535.25



Level Zero Span (dBm)



-68.87



Hal. 17



Praktikum Pengukuran FR VI.



ANALISIS DAN EVALUASI 1. Pengukuran Parameter Teknis Radio Siaran FM A. Pengukuran Redaman Kabel Alat Ukur Signal Generator Spectrum Analyzer



Frekuensi (MHz) 99.7 99.7



Level (dBm) -50 -51.52



Redaman kabel dapat terlihat dari selisih nilai level yang dibangkitkan Signal Generator dengan nilai level yang ditampilkan SPA. Redaman Kabel = -50 -(-51.52) = -1.52 dB Pengukuran disimulasikan menggunakan kabel dengan panjang 10 meter sedangkan pengukuran sebenarnya dilakukan menggunakan kabel 8 meter, sehingga redaman kabel sebenarnya adalah : Redaman Kabel = (1.52/8) x 10 = 1.9 dB B. Pengukuran Center Frequency, Bandwidth, dan Level Parameter Frequency Center (MHz) Level (dBm) Bandwidth (kHz)



Hasil Ukur 99.7 -54.24 188.747



Pada praktikum kali ini, tidak dapat dilakukan pengukuran pergeseran frekuensi center. Dikarenakan tidak bisa dilakukan pengukuran dengan kondisi frekuensi tanpa modulasi. Hasil level yang didapatkan yaitu -54.24 dBm, meskipun memenuhi persyaratan pengukuran yaitu S/N > 30 dB, hasil pengukuran parameter teknis level dan bandwidth tidak maksimal karena dilakukan pada lokasi yang jauh dari pemancar serta antenna penerima yang tidak memenuhi persyaratan pengukuran. C. Pengukuran Harmonisa (H1, H2, H3) Harmonisa 1



Harmonisa 2



Harmonisa 3



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



Frekuensi (MHz)



Level (dBm)



199.4



-51.09



299.1



-50.34



398.8



-50.7



Level Frequency Center = -54.25 dBm maka, H1 = -105.33 - (-54.24) = -50.34 dBm



H2 = -104.58 - (-54.24) = -51.09 dBm



H3 = -104.94 - (-54.24) = -50.7 dBm Hasil pengukuran harmonisa yang didapatkan seluruhnya tidak memenuhi ketentuan PM Kominfo No 3 Tahun 2017 yaitu level spurious emission paling rendah 60 dB (H1, H2, H3 < 60 dB). Hal ini disebabkan kegiatan pengukuran lokasinya jauh dari pemancar serta antenna penerima yang tidak memenuhi persyaratan pengukuran.



Hal. 18



Praktikum Pengukuran FR D. Pengukuran Deviasi Frekuensi Marker 1 (MHz)



Δ Marker 1 (kHz)



99.7



68



Nilai deviasi yang didapatkan memenuhi ketentuan PM Kominfo No 3 Tahun 2017 yaitu deviasi frekuensi paling tinggi 75 kHz, namun hasil ini tidak dapat dijadikan rujukan karena kegiatan pengukuran tidak memenuhi syarat ideal pengukuran karena lokasinya jauh dari pemancar. E. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) Parameter Frequency (MHz)



Hasil Ukur 99.7



Level Zero Span (dBm)



-52.68



Disimulasikan antenna yang digunakan untuk pengukuran adalah Ajustable Dipole ETS Lindgren 3121D DB-2 (Range 60 - 140 MHz), dengan antenna factor sesuai data sheet sebagai berikut :



Pada frekuensi 99.7 MHz dengan jarak pengukuran ke antena 10 m, maka nilai antenna factor yang ditunjukkan datasheet adalah 8 dB. Kuat Medan : dimana : e



k ac po



= kuat medan [dBuV/m] = antenna factor (dB) = redaman kabel ukur (dB) = output power (hasil ukur) (dBm)



maka, nilai kuat medan adalah = -52.68 + 8 + (-1.9) + 107 = 60.42 dBuV/m Nilai kuat medan yang didapatkan memenuhi ketentuan dalam PM Kominfo No 3 Tahun 2017 yaitu besaran kuat medan dibatasi paling tinggi 66 dBuV/m pada titik terluar wilayah layanan. Namun hasil pengukuran ini tidak dapat dijadikan rujukan karena lokasi pengukuran yang tidak berada pada test point.







Hal. 19



Praktikum Pengukuran FR Disimulasikan spesifikasi antenna pemancar yang digunakan oleh radio Wadi FM 99.7 MHz adalah : Power Output Pemancar (Watt) 2500 Antenna OMB-GP 4 Jumlah Bay 4 Gain (dBd) 3 Kabel Heliax LDF7-50A Panjang Kabel (m) 60 Redaman Kabel (dB) 0.400 RF Output Konektor Andrew L5TNM-PS Redaman Konektor (dB) 0.365



Nilai redaman frekuensi 100 MHz adalah 0.671, untuk frekuensi 99.7 MHz maka nilai redamannya adalah (0.671/100) x 99.7 = 0.668 dB/100m. Karena panjang kabel yang digunakan adalah 60 meter, maka redaman kabel adalah (0.668/100) x 60 = 0.400 dB.



Nilai redaman konektor sesuai datasheet adalah : 0.05 √0.0997 = 0.365 dB Nilai ERP dihitung dengan persamaan : ERP (dBW) = Ptx (dBW) - L (dB) + G (dBd)



maka, nilai ERP adalah = (10 Log 2500) - (0.400+0.365) + 3 = 33.97 - 0.765 + 3 = 36.205 dBW (4.17 kW) Nilai ERP untuk radio kelas C yang didapatkan tidak memenuhi ketentuan PM Kominfo No 3 Tahun 2017 yaitu ERP paling tinggi sebesar 4 kW, namun hal ini tidak dapat dijadikan hasil pengukuran karena hanya bersifat simulasi.







Hal. 20



Praktikum Pengukuran FR 2. Pengukuran Parameter Teknis TV Siaran Analog UHF A. Pengukuran Redaman Kabel Alat Ukur Signal Generator Spectrum Analyzer



Frekuensi (MHz) 535.25 535.25



Level (dBm) -50 -52.46



Redaman kabel dapat terlihat dari selisih nilai level yang dibangkitkan Signal Generator dengan nilai level yang ditampilkan SPA. Redaman Kabel = -50 -(-52.46) = -2.46 dB Pengukuran disimulasikan menggunakan kabel dengan panjang 10 meter sedangkan pengukuran sebenarnya dilakukan menggunakan kabel 8 meter, sehingga redaman kabel sebenarnya adalah : Redaman Kabel = (2.46/8) x 10 = 3.07 dB B. Pengukuran Frekuensi Video dan Level, Frekuensi Audio dan Level, Bandwidth No 1 2 3



Parameter Video Carrier Audio Carrier Bandwidth (MHz)



Frek. (MHz)



Fundamental Level Δ Marker (dBm) (MHz)



535.25



-68.17



1.070



540.75



-85.19



0.670



7.24



Harmonisa 1 Frek. Level (MHz) (dBm)



Harmonisa 2 Frek. Level (MHz) (dBm)



1070.5



-100.40



1605.75



-99.87



1081.5



-99.49



1622.25



-100.35



-------------------------------------------------------



H1 Frekuensi Video = -100.40 -(-68.17) = -32.32 H1 Frekuensi Audio = -99.49 -(-85.14) = -14.35 H2 Frekuensi Video = -99.87 -(-68.17) = -31.7 H1 Frekuensi Audio = -100.35 -(-85.14) = -15.21 Bandwidth = 5.5 MHz + 1.070 MHz + 0.670 MHz = 7.24 MHz Hasil pengukuran H1 dan H2 seluruhnya tidak memenuhi ketentuan yaitu radio proteksi < 60 dB, meskipun seluruh level harmonisa berada pada noise floor yang menandakan tidak adanya harmonisa. Hal ini disebabkan kegiatan pengukuran lokasinya jauh dari pemancar serta antenna penerima yang tidak memenuhi persyaratan pengukuran. Hasil pengukuran bandwidth telah memenuhi ketentuan PM Kominfo No 31 Tahun 2014 yaitu lebar pita yang digunakan tiap kanal frekuensi radio adalah 8 MHz.



Hal. 21



Praktikum Pengukuran FR C. Pengukuran Spurious Emission Stasiun Televisi No. 1 2 3 4. 5. 6. 7. 8.



Normalisasi dari Frekuensi Video Carrier (MHz) - 16.5 - 11.5 - 5.5 - 4.43 + 6.57 + 9.93 + 11.5 + 16.5



Video Carrier Frek (MHz) Level (dBm)



535.25



- 68.17



Spurious Emission Frek (MHz) 518.75 523.75 529.75 530.82 541.82 545.18 546.75 551.75



Level (dBm) -95.81 -99.25 -99.10 -98.96 -99.52 -98.36 -99.25 -97.18



Dari hasil pengukuran, tidak ditemukenali adanya spurious emission berupa sinyal parasitik yang berasal dari pemancar. D. Pengukuran Kuat Medan (Field Strength) Parameter



Hasil Ukur



Frequency (MHz)



535.25



Level Zero Span (dBm)



-68.87



Disimulasikan antenna yang digunakan untuk pengukuran adalah Ajustable Dipole ETS Lindgren 3121D DB-4 (Range 400 MHz - 1 GHz), dengan antenna factor sesuai data sheet sebagai berikut :



Pada frekuensi video 535.25 MHz dengan jarak pengukuran ke antena 10 m, maka antenna factornya adalah 22.33 dB. Kuat Medan : maka, nilai kuat medan adalah = -68.87 + 22.33 + (-3.07) + 107 = 57.39 dBuV/m Nilai kuat medan telah memenuhi ketentuan PM Kominfo No 31 Tahun 2014 yaitu dibatasi paling besar 65 dBuV/m untuk band IV pada titik pengujian. Namun hasil ini tidak dapat dijadikan acuan karena pengukuran tidak berada pada titik test point yang telah ditentukan.







Hal. 22



Praktikum Pengukuran FR Disimulasikan spesifikasi antenna pemancar yang digunakan oleh stasiun pemancar Trans TV (535.25 MHz adalah : Power Output Pemancar (Watt) 80000 Antenna RFS RD Series Jumlah Bay 12 Gain (dBd) 16.1 Kabel RFS HCA400-50J Panjang Kabel (m) 300 Redaman Kabel (dB) 2.7 Konektor RFS 318EIA-HCA300-009 Redaman Konektor (dB) 0.05 Antenna



Konektor



Kabel



Nilai redaman frekuensi 512 MHz adalah 0.87, untuk frekuensi 535.25 MHz maka nilai redamannya adalah (0.87/512) x 535.25 = 0.90 dB/100m. Karena panjang kabel yang digunakan adalah 300 meter, maka redaman kabel adalah (0.90/100) x 300 = 2.7 dB. Nilai ERP dihitung dengan persamaan : ERP (dBW) = Ptx (dBW) - L (dB) + G (dBd)



maka, nilai ERP adalah = (10 Log 80000) - (0.05+2.7) + 16.1 = 49.03 - 2.75 + 16.1 = 67.88 dBW (6138 kW)



Hal. 23



Praktikum Pengukuran FR VII.



KESIMPULAN •







• •







VIII.



Pada stasiun radio siaran FM, parameter karakteristik stasiun radio yang perlu diukur dan diketahui antara lain adalah center frequency, bandwidth, deviasi frekuensi, level dan kuat medan (fieldstrength), daya pancar dan effective radiated power (ERP), serta level harmonisa (kelipatan center frequency). Pada stasiun televisi siaran Analog, parameter karakteristik stasiun radio yang perlu diukur adalah frekuensi, level dan fieldstrength pada video carrier dan audio carrier, bandwidth, frekuensi dan level dari harmonisa, serta frekuensi dan level emisi parasitik (spurious emission). Effective Radiated Power (ERP) yang dipancarkan oleh suatu stasiun radio diketahui melalui perhitungan berdasarkan daya pancar yang terukur di sisi Pemancar Pengukuran parameter teknis radio dan tv siaran diperlukan untuk memastikan bahwa pemancar memancarkan parameter frekuensi siaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu PM Kominfo No 3 Tahun 2017 untuk radio siaran FM dan PM Kominfo No 31 Tahun 2014 untuk TV Siaran Analog UHF. Hasil pengukuran parameter teknis radio siaran FM dan TV siaran analog UHF yang dilakukan didapatkan hasil yang tidak dapat dibandingkan dengan peraturan yang berlaku, karena syarat pengukuran secara ideal tidak terpenuhi (lokasi pengukuran dan tinggi antenna).



SARAN TEKNIS Jika memungkinkan, proses praktikum pengukuran parameter teknis radio siaran FM dan TV analog UHF dilakukan pada medan radiatif dari pemancar untuk didapatkan hasil yang maksimal, dengan memperhatikan syarat ideal pengukuran lainnya seperti tinggi antenna, LOS, dll.







Hal. 24