Ebn Anak Minggu 1-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

APLIKASI EFEKTIVITAS KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP PENGARUH SUHU TUBUH PADA ANAK DI WILAYAH PUSKESMAS SELOGIRI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK V DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG AMARILIS RSUD GONDO SUWARNO Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Anak



Disusun Oleh : DHIAN PUTRI SURIYA PERMATA G3A021100



PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Word Health Organization (2016), kesehatan merupakan fenomena kompleks sebagai suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit. (Oktiawati, Khodijah, Setyaningrum&Dewi, 2017) menjelaskan bahwa anak merupakan individu yang tergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya adalah lingkungan keluarga. Keluarga dalam perawatan anak mempunyai peranan penting untuk membantu dalam melewati fase-fase pertumbuhan dan perkembangan. Menurut data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di dunia mencapai 16-33 juta kasus dengan 500-600 ribu kematian yang terjadi setiap tahunnya dan 70% dari kematian tersebut terjadi di Asia Tenggara (Wardiyah, 2016). Di Indonesia akibat Demam Thypoid terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Kasus demam thypoid di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara- negara berkembang lain khususnya di daerah tropis yaitu sekitar 80-90%, 600.000-1,3 juta kasus dengan lebih dari 20 ribu kematian setiap tahunnya (Setyowati, 2017). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2016) mengungkapkan bahwa kasus demam thypoid menempati urutan ke 3 dari 10 penyakit terbanyak yang ada di rumah sakit yakni sebesar 41.081 kasus dan sebanyak 276 kasus meninggal dunia (Indrayanti, 2017). Anak sangat rentan terserang penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, karena perkembangan otak anak belum optimal terhadap pertahanan diri, salah satu penyakit yang sering diderita anak yaitu kejang demam dan demam typoid (Saputra, Wulandini&Frilianova, 2018). Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai sistem retikulo-endotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella Typhi. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta bradikardia relatif. Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu [ CITATION Wah19 \l 1057 ] Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Suhu tubuh dikatakan normal apabila suhu 36,6oC-37,5 oC, apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 oC maka bisa dikatakan tidak normal. Demam terjadi karena respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi yang terjadi karena adanya mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh yaitu dapat berupa virus, jamur, parasit dan



bakteri. Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan, dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun. [ CITATION Eki21 \l 1057 ] Kompres bawang merah merupakan salah satu terapi yang dapat menurunkan suhu tubuh yang dilakukan menggunakan metode inovasi yaitu salah satunya dengan kombinasi bawang merah yang mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine Sulfoxide (Alliin). Potongan atau irisan bawang merah akan melepaskan enzim allinase yang berfungsi menghancurkan pembentukan pembekuan darah sehingga membuat peredaran darah menjadi lancar dan panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah disalurkan kepembuluh darah tepi dan demam yang terjadi akan menurun. Penggunaan kompres bawang ini juga mudah dilakukan dan dapat dilakukan sendiri di rumah serta tidak memerlukan biaya yang cukup banyak (Cahyaningrum & Putri, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan [ CITATION Nur19 \l 1057 ]Hasil menunjukkan bahwa pada kelompok kompres bawang merah rata-rata suhu tubuh sebelum kompres bawang merah 37,8dan setelah kompres bawang merah 37,4. Penelitian lain yang dilakukan [ CITATION Cah17 \l 1057 ] menunjukkan rerata selisih suhu tubuh anak sebelum dan setelah kompres bawang merah yaitu 0.742oC, selisih suhu terendah 0.3oC, dan selisih suhu tertinggi 1.8oC. Responden mengalami penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres bawang merah. Berdasarkan latar belakang dapat dilihat bahwa adanya pengaruh kompres bawang merah untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam typoid. Selain mudah untuk dilakukan, kompres bawang merah juga memiliki banyak manfaat lain yang berguna untuk kesehatan anak. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penerapan kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam thypoid”. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran aplikasi jurnal “Pengaruh Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada An. V Dengan Diagnosa Demam Typoid Di Ruang Amarilis Rsud Gondo Suwarno”. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan konsep demam thypoid. b. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid. c. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid.



d. Mampu menerapkan evidence based nursing pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam thypoid. e. Melakukan evaluasi hasil aplikasi evidence based nursing program pemberian pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam thypoid.



BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai sistem retikulo-endotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella Typhi. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta bradikardia relatif. Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu [ CITATION Wah19 \l 1057 ]. 2. Klasifikasi Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala klinis: 1. Demam tifoid akut non komplikasi Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demamberkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan punggung. 2. Demam tifoid dengan komplikasi Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen. 3. Keadaan karier Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses 3. Etiologi Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella Parathypi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. [ CITATION Wah19 \l 1057 ]



Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 derajat celcius) selama 15 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Genus Salmonella terdiri dari dua species, yaitu Salmonella enterica dan Salmonella bongori (disebut juga subspecies V). Salmonella enterica dibagi ke dalam enam jenis subspecies yang dibedakan berdasarkan komposisi karbohidrat, flagell, dan/serta struktur lipopolisakarida. Subspecies dari Salmonella enterica antara lain subsp. Enterica, subsp. Salamae, subsp. Arizonae, subsp. Diarizonae, subsp. Houtenae, subsp. Indica [ CITATION Wah19 \l 1057 ]. 4. Manifestasi klinik Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella Typhi. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta bradikardia relatif .[8]. Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. [9] Manifestasi klinis dari demam tifoid bervariasi dari gejala ringan seperti demam, malaise, batuk kering serta rasa tidak nyaman ringan di perut. Faktor tersebut antara lain durasi penyakit sebelum dimulainya terapi yang tepat, pemilihan antimikroba, usia, paparan atau riwayat vaksinasi, virulensi strain bakteri, jumlah inokulum tertelan, faktor host (misalnya jenis HLA, AIDS atau imunosupresi lainnya) dan apakah individu mengkonsumsi obat lain seperti H2 blocker atau antasida untuk mengurangi asam lambung [ CITATION Wah19 \l 1057 ]. 5. Patofisiologi Kuman masuk melalui makanan atau minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri) yang mengalami hipertrofi. Kuman ikut aliran mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer) mencapai jaringan (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakteriemi sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal) (Juwono, 2004).



6. Pathways



Salmonella paratyphi



Salmonella typhi



Masuk kedalam saluran pencernaan



Sebagian dimusnahkan oleh asam lambung



Lolos dari asam lambung



peningkatan asam lambung



Masuk kedalam usus halus



Mual dan muntah



Jaringan limfoid



Intake kurang



Aliran darah



Seluruh tubuh



Defisit nutrisi



Mengeluarkan endotoksin



Hipertermia



Suhu tubuh meningkat inflamasi



7. Pemeriksaan diagnostik



Pelepasan mediator inflamasi



a. Pemeriksaan Darah Tepi Penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut b. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman c. Uji Widal Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Semakin tinggi titernya, semakin besar kemungkinan infeksi ini. d. Uji Tubex Uji Tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa menit) dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-Salmonella typhi O9 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida Salmonella typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetik latex. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada Salmonella typhi. Infeksi oleh Salmmonella paratyphi akan memberikan hasil negatif. e. Uji Typhidot Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa. f. Pemeriksaan kuman secara molekuler Metode lain untuk identifikasi bakteri Salmonella typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri Salmonella typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk Salmonella typhi. [ CITATION Has20 \l 1057 ]. 8. Komplikasi Menurut [ CITATION Has20 \l 1057 ] , Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Komplikasi Intestinal



1) Perdarahan Usus Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam. 2) Perforasi Usus Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok. b. Komplikasi Ekstraintestinal 1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis. 2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis. 4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis. 5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis. 6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis. 7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia. 9. Penatalaksanaan Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi/dikelompokkan atas dua bagian besar, yaitu tatalaksana umum dan bersifat suportif dan tatalaksana khusus berupa pemberian antibiotik dengan tujuan sebagai pengobatan kausa. Tatalaksana demam tifoid juga bukan hanya tatalaksana yang ditujukan kepada penderita penyakit tersebut, namun juga ditujukan kepada penderita karier Salmonella typhi. Pencegahan pada anak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi tifoid dan profilaksis bagi traveller dari daerah non endemik ke daerah yang endemik demam tifoid. Untuk perawatan pasien demam tifoid dapat dilakukan di rumah (rawat jalan), dan di rumah sakit. Perawatan di rumah dapat dilakukan apabila keadaan umum dan kesadaran pasien lumayan baik, serta gejala dan tanda klinis tidak menunjukkan infeksi tifoid berlanjut. Perawatan di rumah sakit dilakukan pada keadaan tertentu yaitu dapat dilakukan di bangsal umum maupun ICU, tergantung pada keadaan klinis pasien. Pada pasien anak dengan demam tifoid dengan komplikasi sepsis dapat ditatalaksana dengan cara mencari dan memberantas



kuman penyebab infeksi dengan memberi antibiotik adekuat menghilangkan fokal infeksi dan melakukan tindakan bedah, yaitu pada kasus perforasi usus pada demam tifoid. Perforasi usus pada demam tifoid terjadi bila proses patologik jaringan limfoid usus menembus lapisan muskularis, dan lapisan mukosa [ CITATION Wah19 \l 1057 ]



B. Konsep Asuhan Keperawatan Sesuai Teori 1. Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan hiperbilirubin adalah dilakukan sebagai berikut : a. Pemeriksaan umum b. Aktivitas/istirahat : letargi, malas c. Sirkulasi : mungkin pucat, menandakan anemia d. Eliminasi : Bising usus hipoaktif, vasase meconium mungkin lambat, feces mungkin lunak atau coklat kehijauan selama pengeluaran billirubin. Urine berwarna gelap. e. Makanan cairan : Riwayat pelambatan (makanan oral buruk). f. Palpasi abdomen : dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar. g. Neurosensori h. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan i. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan j. apakah bayi ada demam?Bagaimana kebutuhan pola minum? k. Tanyakan tentang riwayat keluarga? l. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B? 2. Diagnosa keperawatan a. Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130) b. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (D.0019) 3. Perencanaan DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)



LUARAN (SLKI) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil: a. Suhu klien kembali normal (36 – 37 ⁰ C)



INTERVENSI (SIKI) Manajemen hipertermia Observasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia 2. Monitor suhu tubuh 3. Monitor kadar elektrolit 4. Monitor haluaran



b. Badan tidak teraba panas



Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (D.0019)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam masalah status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : a. Nyeri abdomen menurun



urine 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik 1. Sediakan lingkungan yang dingin 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 4. Berikan cairan oral 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis 6. Lakukan pendinginan eksternal 7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin 8. Berikan oksigen, jika perlu Edukasi 1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena Manajemen nutrisi Observasi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang



b. Berat badan membaik c. Nafsu makan membaik .



disukai identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 4. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik 5. Monitor asupan makanan 6. Monitor berat badan 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan suplemen makanan 7. Hentikan pemberian makan melalui selang masogatrik Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk 2. Anjarkan diet



yang diprogramkan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan. C. Konsep Teori Terkait Evidence Based Nursing 1. Pengertian Obat tradisional harganya murah dan terjangkau oleh setiap kalangan masyarakat dan mudah didapat karena jumlahnya melimpah.Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengendalikan demam adalah bawang merah (Allium Cepa var. ascalonicum). Bawang merah mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine sulfoxide (Alliin). Bawang merah yang digerus akan melepaskan enzim alliinase yang berfungsi sebagai katalisator untuk alliin yang akan bereaksi dengan senyawa lain misalnya kulit yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (Utami, 2013). Kandungan minyak atsiri dalam bawang merah juga dapat melancarkan peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar. Kandungan lain dari bawang merah yang dapat menurunkan suhu tubuh adalah florogusin, sikloaliin, metialiin, dan kaemferol (Tusilawati, 2010). 2. Manfaat Untuk menurunkan demam suhu tubuh pada anak yang mengalami demam 3. Prosedur a. Alat dan Bahan



b.







Bawang merah 3 siung (1,3 gram)







Pisau atau parut







Minyak zaitun atau minyak telon







Termometer suhu badan







Piring kecil



Langkah-langkah



1. Fase orientasi  Mengucapkan salam  Memperkenalkan diri  Menjelaskan tujuan pemberian kompres bawang merah  Menjelaskan manfaat pemberian kompres bawang merah 2. Fase kerja  Tanyakan kepada keluarga apakah klien mempunyai alergi terhadap bawang merah  Sebelum dilakukan tindakan ukur suhu tubuh anak melalui aksila  Catat hasil dari pengukuran suhu tubuh anak sebelum dilakukan tindakan  Parut atau iris bawang merah 3 siung  Letakkan parutan atau irisan bawang merah pada piring kecil  Kemudian campurkan minyak zaitun atau minyak telon secukupnya  Balurkan dengan pelan parutan bawang merah pada seluruh tubuh anak, seperti bagian perut, punggung dan telapak kaki  Tunggu 30 menit  Setelah 30 menit ukur kembali suhu tubuh anak melalui aksila  Catat hasil pengukuran suhu setelah dilakukan tindakan  Rapikan alat 3. Fase Terminasi 



Mengevaluasi hasil tindakan dan klien







Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya







Mendoakan klien







Berpamitan dan menggucapkan salam



BAB III



ASUHAN KEPERAWATAN : A. Pengkajian 1. IDENTITAS a. Nama anak b. Tanggal lahir/ usia c. Jenis kelamin d. Nama orang tua/wali e. Alamat f. Pekerjaan g. Agama h. Kewarganegaraan i. Tanggal pengkajian j. Tanggal masuk RS k. Pemberi informasi (genogram)



2. KELUHAN UTAMA



: An. V : 14 Februari 2014 (7 tahun) : laki-laki : Ny. S : Langensari Timur RT 1/1 Ung.Bar : IRT : Islam : Indonesia : 2 November 2021 : 1 November 2021 :



: demam 2 hari, mual dan muntah



3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Orang tua pasien mengatakan pasien sudah demam sejak tanggal 29 oktober 2021, dan pasien sudah di beri obat penurun panas dari apotik, tapi demam pasien tidak kunjung turun. Demam mendadak naik pada tanggal 1 november 2021, pada jam 23.05 pasien di bawa ke IGD RSUD Gondo Suwarno oleh orang tuanya. Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam 39,1oC, pasien juga merasakan mual dan muntah, kemudian pasien di rawat di Ruang Amarilis. 4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU



:



Orang tua pasien mengatakan pasien pernah mengalami demam hingga kejang, tetapi tidak sampai di rawat di Rumah Sakit. 5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: Orang tua pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai sakit yang sama 6. PENGUKURAN ANTROPOMETRI a. Berat badan : 23 kg b. Tinggi/ panjang badan : 102 cm c. Lingkar kepala : 51 cm d. Lingkar dada : 57 cm e. Lingkar lengan atas :f. Ketebalan lipat kulit triseps :Interpretasi dtatus gizi  WAZ : HAZ : WHZ : Kesimpulan :7. VITAL SIGN Diukur pada tanggal 4 November 2021 a. Suhu : 38,8oC b. Frekuensi jantung : 80 x/menit c. Frekuensi pernafasan : 20 x/menit d. Tekanan darah :8. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN : 9. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMERIKSAAN FISIK a. Kepala 1) Bentuk kepala : simetris 2) Fontanel anterior : tertutup 3) Fontanel posterior : tertutup 4) Kontrol kepala : ya 5) Warna rambut : hitam 6) Tekstur rambut : halus 7) Bentuk wajah : simetris



TUBUH



DASAR



DAN



b. Kebutuhan oksigenasi Hidung 1) Patensi nasal : Kanan: paten Kiri: paten 2) Rabas nasal : Kanan: tidak Kiri: tidak 3) Bentuk : Simetris 4) Tes penciuma :Dada 1) Bentuk : Simetris 2) Retraksi interkostal : Tidak 3) Suara perkusi dinding dada: Sonor 4) Fremitus Vokal : Vibrasi simetrsis 5) Perkembangan payudara: Paru-paru 1) Pola pernapasan : Reguler 2) Suara nafas tambahan : tidak c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Mulut 1) Membran Mukosa : Lembab 2) Gusi : Pink 3) Jumlah Gigi : 24 4) Warna Gigi : putih 5) Warna Lidah : Pink 6) Gerakan lidah : Terkontrol 7) Tonsil : Tidak ada pembesaran 8) Tes pengecapan :Abdomen 1) Bentuk : Simteris 2) Umbiliku : Bersih 3) Bising usu : Tidak ada 4) Pembesaran hepar : Tidak 5) Pembesaran Limpa : Tidak 6) Perkusi dinding perut : Timpani Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Jam Makan



Sakit



- Makan Pagi



06.30



07.00



- Makan Siang



12.00



12.00



- Makan Malam 17.00



17.00



Porsi Makanan



3 x sehari



3 x sehari



Jenis Makanan Pokok



Nasi



Nasi



Jenis Makanan Selingan



Buah



Roti



Makanan Kesukaan



Bakso



Bakso



Makanan yang tidak disukai



Sayur



Sayur



Jumlah air yang diminum



1 liter



800 ml



Istilah yang digunakan anak untuk makan atau minum



-



d. Kebutuhan eliminasi Pola Buang Air Kecil (BAK) Sehat



Sakit



Frekuensi



1x sehari



1 x sehari



Warna



Kuning



Kuning



Volume



-



-



Keluhan saat BAK



Tidak ada



Tidak ada



Istilah yang digunakan anak untuk BAK



-



-



e. Kebutuhan aktivitas dan istirahat Pola Aktivitas Sehat



Sakit



Bermain



Ya



Tidak



Temperamen Anak



-



-



Pola Tidur



Sehat



Sakit



Malam



21.00



Tidak menentu



Siang



13.00



Tidak menentu



Ritual sebelum tidur



-



-



Enuresis



-



-



Gangguan Tidur



-



Badan sakit-sakit



Jam Tidur – Bangun



f. Kebutuhan interaksi sosial Komunikasi 1) Anak-orangtua 2) Anak-teman



3) Anak-keluarga 4) Anak-orang lain Bicara 1) Ketidakfasihan (gagap) : tidak 2) Defisiensi artikulasi : tidak 3) Gangguan suara : tidak Bahasa 1) Memberikan arti pada kata-kata : Ya 2) Mengatur kata-kata ke dalam kalimat: ya g. Kebutuhan higiene personal 1) Frekuensi mandi : 2 x/hari 2) Tempat mandi : di kamar mandi 3) Kebiasaan mandi : Mandiri 4) Frekuensi sikat gigi : 2 x sehari 5) Berpakaian : Mandiri 6) Berhias : Mandiri 7) Keramas : Mandiri Kuku: 1) Warna Kuku : Pink 2) Higiene : Kotor 3) kondisi kuku : Panjang Genetalia : Bersih h. Organ Sensoris Mata 1) Penempatan dan kesejajaran: Simetris 2) Warna sklera



: putih



3) Warna Iris



: coklat



4) Konjungtiva



: Merah muda



5) Ukuran pupil



: Simetri



6) Refleks pupil



:-



7) Refleks kornea



:-



8) Refleks berkedip



: normal



9) Gerakan kelopak mata: normal 10) Lapang Pandang



: normal



11) Penglihatan warna



: normal



12) Jarak pandang (gunakan Snellen E-Chart):-



Telinga 1) Penempatan dan kesejajaran pinna: Sejajar 2) Higiene Telinga



: Kanan:bersih



Kiri:bersih



3) Rabas Telinga



: Kanan:tidak



Kiri:tidak



4) Tes Pendengaran: - Tes Rinne: - TesWeber: Kulit 1) Warna kulit



: sawo matang



2) Tekstur



: Halus



3) Kelembaban



: Lembab



4) Turgor



: Kembali



5) integritas Kulit



: Utuh



6) Edema



: Tidak



7) Capillary Refill



:-



10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit



Hasil



Satuan



Nilai Normal



13.3 37.7 10.45 243



g/dL % 103/uL 103/uL



10.7-14.7 31-43 4.5-13.5 181-521



Neutrofil



80.2



%



28-78



Limfosit



8.9



%



20-50



Monosit



10.4



%



1-6



Hitung jenis (dtff)



Widal Paratyphi S. typhi O



Positif



S. typhi H



Positif



S. typhi A H



Negatif



11. TERAPI JENIS OBAT DOSI Iv. Ring As



INDIKASI



KONTRAINDIKAS



EFEK



S 15



Terapi



I Gagal jantung



SAMPING Hiperglikemia,



tpm



pengganti



kongestif, gangguan



iritasi lokal,



cairan



selama ginjal, edema paru



dehidrasi



karena retensi Na &



(kehilangan



hipernatremia,



cairan)



anuria, oliguria, dan edema



secara hiperkloremia,



akut.



hiperkalemia, Sakit kepala,



Ij.



½



mual dan



hiperhidrasi. hipersensitivitas,



Ondansentro



Ampul



muntah akibat



sindroma



Sembelit, Lelah



kemoterapi dan



perpanjangan



dan lemah,



radioterapi,



interval QT bawaan.



Meriang,



n



pencegahan



Mengantuk,



mual dan



Pusing



muntah pasca Ij. Ranitidin



½



operasi tukak lambung



penderita yang



takikardi



ampul



dan tukak



diketahui



(jarang), agitasi,



duodenum,



hipersensitif



gangguan



refluks



terhadap ranitidin



penglihatan,



esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom



alopesia,



ZollingerEllison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan Ij.



500



bermanfaat Terapi jangka



Hipersensitif dan



Malaise,



paracetamol



mg



pendek untuk



gangguan hati berat



kenaikan kadar



demam dan



transaminase,



nyeri derajat



ruam, reaksi



ringan-sedang



hipersensitif, hepatotoksik (overdosis)



12. DIIT



:-



B. Diagnosa keperawatan yang muncul (sesuai prioritas) Analisa data DS :  Pasien tampak lemas  Orang tua pasien mengatakan pasien demam DO :  Suhu : 38.8 o C  Kulit terasa hangat  Mata berair



Masalah keperawatan Hipertermia (D.0130)



C. Intervensi DIAGNOSA KEPERAWATAN



LUARAN (SLKI)



INTERVENSI (SIKI)



Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)



setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil: c. Suhu klien kembali normal (36 – 37 ⁰ C) d. Badan tidak teraba panas



Manajemen hipertermia Observasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia 2. Monitor suhu tubuh 3. Monitor kadar elektrolit 4. Monitor haluaran urine 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik 1. Sediakan lingkungan yang dingin 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 4. Berikan cairan oral 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis 6. Lakukan pendinginan eksternal 7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin 8. Berikan oksigen, jika perlu Edukasi 1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit



intravena D. Implementasi Tanggal/ jam 2 november 2021 14.30



Implementasi Monitor TTV ( suhu, nadi, RR) Menganjurkan untuk minum air yang banyak



16.00



Ganti infus Kompres hangat



17.00



Memberikan obat melalui injeksi



3 november 2021 14.30



Monitor TTV ( suhu, nadi, RR) Menganjurkan untuk minum air yang banyak



15.00



Mengganti infus



17.00



Memberikan obat melalui injeksi Memberikan infus paracetamol 500 mg



4 november 2021 13.00



Dhian



Dhian Melakukan kompres bawang merah Menganjurkan untuk banyak minum



13.30



Mengevalusi tindakan kompres bawang merah



20.30



Mengganti infus



22.00



Memberikan obat melalui injeksi



05.00



Memonitor TTV ( suhu, nadi, RR) Memberikan obat melalui injeksi Memberikan infus paracetamol 500 mg Mengganti infus



E. Evaluasi



TTD Dhian



BAB IV APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET A. Data fokus pasien (yang berkaitan dengan EBN)



Pasien An. V di ruang Amarilis RSUD Gondo Suwarnodengan diagnosa keperawatan hipertermia. Analisa data Masalah keperawatan DS : Hipertermia (D.0130)  Pasien tampak lemas  Orang tua pasien mengatakan pasien demam DO :  Suhu : 38.8 o C  Kulit terasa hangat  Mata berair B. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based nursing riset yang diaplikasikan Hipertermia b.d proses penyakit / proses infeksi C. Analisa sintesa justifikasi / alasan penerapan evidence based nursing practice  dalam bentuk skema Proses infeksi bakteri



Demam tinggi



Belum pernah dilakukan komres bawang merah



Kompres bawang merah



Demam menurun



D. Mekanisme penerapan EBN 1. Seleksi atau kriteria klien a. Pasien dengan suhu tubuh >37,5oC 2. Standar prosedur operasional (SPO) a. Fase orientasi  Mengucapkan salam  Memperkenalkan diri  Menjelaskan tujuan pemberian kompres bawang merah



 Menjelaskan manfaat pemberian kompres bawang merah b. Fase kerja  Tanyakan kepada keluarga apakah klien mempunyai alergi terhadap bawang merah  Sebelum dilakukan tindakan ukur suhu tubuh anak melalui aksila  Catat hasil dari pengukuran suhu tubuh anak sebelum dilakukan tindakan  Parut atau iris bawang merah 3 siung  Letakkan parutan atau irisan bawang merah pada piring kecil  Kemudian campurkan secukupnya



minyak



zaitun



atau



minyak



telon



 Balurkan dengan pelan parutan bawang merah pada seluruh tubuh anak, seperti bagian perut, punggung dan telapak kaki  Tunggu 30 menit  Setelah 30 menit ukur kembali suhu tubuh anak melalui aksila  Catat hasil pengukuran suhu setelah dilakukan tindakan  Rapikan alat c. Fase Terminasi  Mengevaluasi hasil tindakan dan klien  Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya  Mendoakan klien  Berpamitan dan menggucapkan salam



BAB V PEMBAHASANAPLIKASI EVIDENCE BASED NURSING A. Hasil yang dicapai



Pada saat sebelum dilakukan tindakan suhu tubuh pasien Suhu : 38.8 o C, kulit teraba hangat. Kemudian dilakukan kompres bawang merah pada area perut dan punggung, 30 menit setelah dilakukan tindakan suhu pasien 38,5oC. Sesuai dengan teori bahwa kompres bawang merah merupakan salah satu metode untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Penelitian dari [ CITATION Git21 \l 1057 ] menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak. Dari penelitian [ CITATION Nur19 \l 1057 ] juga menunjukkan hasil penelitian bahwa pada kelompol kompres bawang merah rata-rata suhu tubuh sebelum dikompres bawang merah 37,8oC dan setelah dilakukan kompres bawang merah 37,4oC. B. Kelebihan/manfaat EBN yang diaplikasikan Manfaat dari aplikasi EBN kompres bawang merah setelah diaplikasikan pada An. V yaitu membantu menurunkan suhu tubuh pasien. Aplikasi kompres bawang merah ini mudah dilakukan oleh orang tua pasien. Selain dapat menurunkan suhu tubuh pasien demam juga banyak manfaat lainnya. Tindakan ini juga tidak memerlukan biaya yang mahal dalam pengaplikasiannya. C. Kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi EBPN 1. Pasien mual saat mencium bau bawang



BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan



Tindakan kompres bawang merah sangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak . Hasil aplikasi EBN kompres bawang merah adalah terjadi penurunan suhu tubuh pada pasien An. V, terapi ini diberikan selama 30 menit. Hasil pemeriksaan suhu tubuh sebelum dilakukan kompres hangat 38.8oC, dan setelah dilakukan kompres hangat menjadi 38.5oC. Kelebihan dari kompres bawang merah ini adalah tidak memerlukan biaya yang mahal dan dapat dilakukan oleh siapa saja. B. Saran Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi perawat untuk dijadikan sebagai penatalaksanaan keperawatan dalam menangani anak demam.



DAFTAR PUSTAKA Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). PERBEDAAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM SEBELUM DAN SETELAH KOMPRES BAWANG MERAH. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan.



Harnani, N. M., Andri, I., & Utoyo, B. (2019). Pengaruh Kompres Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam Thypoid di RS PKU Muhammadiyah Gombong. URECOL University Research Colloqium. Idrus, H. H. (2020). Buku Demam Tifoid Hasta. Makasar : Medical Faculty. Juwono, 2004, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi II, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. 1435-1442. Indrayanti, (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Demam Thypoid dengan Hipertermia di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Irlianti, E., Immawati, & Nurhayati, S. (2021). PENERAPAN TEPID SPONGE TERHADAP MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA PASIEN ANAK DEMAMUSIA TODDLER ( 1 – 3 TAHUN). Jurnal Cendikia Muda . Oktiawati, Khodijah, Setyaningrum, Dewi. (2017). Keperawatn Pediatrik. Jakarta Timur: CV Trans Info Medika. Pratiwi, G., Ambarwati, R., Wahyuningsih, & Marni. (2021). Efektivitas Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu tubuh Pada Anak Di Wilayah Selogiri. Jurnal Keperawatan GSH. Rahmat, W., Akune, K., & Sabir, M. (2019). Demam Tifoid dengan Komplikasi Sepsis : Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan Khusus. Jurnal Medical Profession. Saputra. R,. Wulandini. P,. Frilianova. D, 2019. Tingkat Pengetahuan Kejang Demam Pada Anak Usia 6 Bulan Sampai 5 Tahun Di Puskesmas Kmapar Timur 2018 Setyowati, (2017). Jurnal Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh. Tusilawati, Berliana. (2010). 15 Herbal Paling Ampuh. Yogyakarta: Aulia Publishing Wardiyah, (2016). Jurnal Keperawatan WHO, 2003, Background Document : The Diagnosis,Treatment and Prevention of Typhoid Fever. World Health Organization, 9-24.