Ebn Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL KEGIATAN TOT (Trainning of Trainner) KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA



Proposal Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik Program Profesi



Disusun Oleh: NURUL SETIYOWATI ELSI DARWANTI SUSAN MERI HASAN ANY SILVIA WENNY ROSALINE ADE SUGARINA RIFA FAUZIAH



ADITIYA KURNIAWAN DESI RATNA SARI SONI KUSUMA KARO KARO PAHRUDIN ICHA ISAURA LIZA SUSAN JULITA SAYEKTI



PROGRAM STUDI S1 PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulisan dan penyusunan proposal TOT (Trainning of trainner) yang berjudul



“KOMUNIKASI TERAPEUTIK” DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA” dapat terselesaikan. Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gerontik dalam Program Studi Pendidikan Profesi (Ners) di STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada: 1. Ibu Alfonsa,............ selaku pembimbing dalam pembuatan proposal TOT, yang telah membimbing dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan proposal ini. 2. Ibu Tati,............ selaku pembimbing dalam pembuatan proposal TOT , yang telah membimbing dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan proposal ini. 3. Ibu Rica,............ selaku pembimbing dalam pembuatan sproposal TOT, yang telah membimbing dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan proposal ini. 4. Bp. Heri Suhartono, selaku Kepala panti yang telah memberikan arahan serta mengizinkan kami untuk dapat melaksanakan TOT d PSTW Budi Mulia 3 ini. 5. Ibu Yunur Nawangsih, S.Kep., MAP, selaku Clinical Instructur yang telah memberikan arahan dan bimbinganya. 6. Teman-teman yang sudah bersedia membantu. 7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam pembuatan proposal ini. Proposal ini diharapkan dapat menambah, memperluas, dan memperkaya pengetahuan perawat tentang bagaimana menerapkan intervensi tersebut sebagai evidence based nursing terutama dalam Keperawatan Medikal Gerontik. Penulis menyadari dalam pembuatan proposal ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis berterimakasih bila terdapat masukan yang konstruktif sebagai perbaikan proposal berikutnya. Jakarta, 2 Mei 2019 Tim Penulis



Daftar Isi



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan



oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001: 188). Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007). Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan. oleh karena itu, perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho, 2008).



Menurut Siti Azizah, Puji Lestari dan liya Novitasari (2017), Komunikasi terapeutik mampu meredakan tingkat depresi lansia dan terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat depresi pada lanisa di PSTW Banjar Baru Kalimantan Selatan. Pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia dengan baik, Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal bagi pasien lansia (Fitria Ayuningtya dan Witanti Prihatiningsih, 2017). Berdasarkan fenomena di PSTW Budi Mulia 3, dari hasil observasi yang kami peroleh pada dinas tanggal 15 April 2019, didapatkan data bahwa sebagian. lansia belum melakukan komunikasi terapeutik. Untuk itu diperlukan pelatihan tentang komunikasi terapeutik di PSTW Budi Mulia 3. B. Tujuan Menambah wawasan tenaga kesehatan, dan diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik pada lansia. Sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam praktik klinik ataupun di dunia kerja.



C. Manfaat 1. Manfaat bagi pelayanan keperawatan Evidence Base Nursing ini diharapkan bermanfaat bagi pemberi asuhan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam bidang keperawatan, khususnya dalam pelayanan gerontik. 2. Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan Evidence Base Nursing ini diharapkan sebagai upaya pengembangan program dan terapi mandiri bermanfaat bagi pemberi asuhan pelayanan keperawatan dalam merawat secara non farmakologis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lansia.



BAB III TINJAUAN TEORI



A. KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK



B. KONSEP INTERVENSI/TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK



BAB 1V ANALISA JURNAL



A.Jurnal Utama : 1.Judul jurnal : “Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Lansia Yang Tinggal Dibalai Rehabilitas Sosial Mandiri Pucang Gading Semarang“ 2.Peneliti Siti Azizah, Puji Lestari dan liya Novitasari 3.Populasi, Sampel & Teknik Sampling Populasi : Seluruh Lansia yang berjumlah 115 yang berada di Balai Rehabilitas Sosial Mandiri Pucang Gading Semarang. Sampel : Sebanyak 30 responden, dengan 15 kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol Teknik Sampling : Purposive Sampling 4.DesainPenelitian Metode penelitian ini adalah menggunakan quasi experiment dengan jenis penelitian Post test only control group design. 5.Instrument Penelitian Menggunakan Quesioner HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) 6.Uji Statistik Uji Analisis menggunakan t-test independen yaitu post intervensi dan post kontrol menunjukan hasil ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kecemasan lansia di balai rehabilitasi semarang.



B.Jurnal Pendukung 1.Judul :



“Komunikasi Terapeutik Pada Lansia di Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok “ 2.Peneliti: Fitria Ayuningtya dan Witanti Prihatiningsih 3.Hasil: a.Berdasarkan observasi langsung penulis ke graha Werda pasien lansia sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati serta perhatian yang cukup dari berbagai pihak. b.Hasil Penelitian merekomendasikan adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia dengan baik. Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal bagi pasien lansia. C.Analisa PICO 1.Problem Hambatan yang terjadi pada komuniaksi terapeutik ini pada lanisa yaitu perilaku resisten pada masa penyembuhan terhadap penyakit-penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah, marah dan sedih terhadap penyakit yang di deritanya. 2.Intervention Intervensi yang diberikan pada kelompok kontrol adalah lansia yang tidak diberikan komunikasi terapeutik atau yang tidak diterapkan untuk melakukan komunikasi terapeutik dengan hasil menunjukan tingkat kecemasan yang berat yaitu 7 responden dengan (46,7%) menunjukan sebelum diberikan komunikasi terapeutik kepada perawat atau petugas Panti rehabilitasi dengan tingkat kecemasan berat. Sedangkan kelompok inervensi yaitu sebagian besar dengan pemberian quesioner dan setelah menjalankan komunikasi terapeutik kepada perawat atau petugas panti rehabilitasi sebagian besar dalam kategori cemas ringan yaitu 10 responden dengan (66,7%).



3.Comparation Jurnal Pembanding Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Depresi Lansia Di PSTW Budi Sejahtera Banjar Baru Provinsi Kalimantan Selatan Peneliti: Abdullah dan Linda L Hasil: Komunikasi terapeutik mampu meredakan tingkat depresi lansia dan terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat pada lanisa di PSTW Banjar Baru Kalimantan Selatan 4.Outcomes



depresi



Komunikasi terapeutik lebih efisien di lakukan dengan efektif dan benar untuk meminimalkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan hanya menurunkan tingkat depresi pada lansia yang belum tentu menurunkan tingkat kecemasan pada lansia yang mempunyai penyakit tertentu di PSTW atau rehabilitas yang ditempatkannya.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA