Efek Obat Diuretik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EFEK OBAT DIURETIK 2.2 Penggolongan Diuretik Secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal dan diuretik osmosis. 2.2.1



Diuretik Penghambat Mekanisme Transport Elektrolit dalam Tubuli Ginjal Golongan obat diuretik ini, digolongkan kedalam beberapa golongan, yaitu:



1. Benzotiazid Bezotiazid merupakan diuretik turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg++ dan HCO3- dan menurunkan eksresi asam urat (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan udem pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik



turunan



tiazida



menimbulkan



efek



samping



hipokalemi,



gangguan



keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik turunan tiazida mengandung gugus sulfanil sehingga menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretik terjadi karena adanya pemblokkan proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada lengkungan Henle, dengan mekanisme yang belum jelas kemungkinan karena peran dari prostaglandin. Turunan tiazida juga menghambat enzim karbonik anhidrase di tubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah. Contohnya adalah Hidroklorotiazid (HCT), bendroflumetiazid (naturetin), xipamid (diurexan), indapamid (natrilix), klopamid, klortalidon (Siswandono dan Soekardjo, 2000). 2. Diuretik Kuat



Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel tebal lengkung henlebagian asenden, oleh karena itu golongan obat ini disebut juga sebagai loop diuretic. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah furosemid, toremid, asam etakrinat, dan bumetanid (Farmakologi dan terapi, 2012) Diuretik lengkung Henle merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada lengkung Henle sehingga menurunkan absorpsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25% (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik lengkung Henle menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis, kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan udem paru yang akut, udem karena kelainan jantung, ginjal atau hati, udem karena keracunan kehamilan, udem otak dan untuk pengobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang sedang dan berat biasanya dikombinasikan dengan obat antihipertensi (Siswandono dan Soekardjo, 2000). 3. Diuretik Hemat Kalium Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazida. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan pada saluran cerna (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan ekskresi ion Na+ dan Cl dalam urin. Diuretik hemat kalium dibagi



menjadi dua kelompok, yaitu diuretika dengan efek langsung, contohnya adalah amilorid dan triamteren, dan diuretika antagonis aldosteron, contohnya adalah spironolakton (Siswandono dan Soekardjo, 2000). 4. Penghambat Karbonik Anhidrase Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik, digunakan secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum diketemukan diuretik turunan tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan, parestisia, asidosis sistemik, alkalinisasi urin dan hipokalemi. Adanya efek asidosis sistemik dan alkalinisasi urin dapat mengubah secara bermakna perbandingan bentuk terionisasi dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain dalam cairan tubuh, sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan, metabolisme, ekskresi dan aktivitas obat-obat tersebut (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Penggunaan diuretik penghambat karbonik anhidrase terbatas karena cepat menimbulkan toleransi. Sekarang diuretik penghambat karbonik anhidrase lebih banyak digunakan sebagai obat penunjang pada pengobatan glaukoma, dikombinasikan dengan miotik, seperti pilokarpin, karena dapat menekan pembentukanaqueus humour dan menurunkan tekanan dalam mata. Contoh



diuretik



penghambat



karbonik



anhidrase



adalah



asetazolamid,



metazolamid,



etokzolamid, diklorfenamid (Siswandono dan Soekardjo, 2000). 2.2.2



Diuretik Osmosis Diuretik osmosis adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretik osmosis mempunyai berat molekul yang rendah, dalam tubuh tidak mengalami metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsula Bowman ginjal, dan tidak dapat direabsorpsi kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa sehingga terjadi dieresis (Siswandono dan Sukardjo, 1995). Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Efek samping diuretika osmotik antara lain adalah gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata



kabur, nyeri kepala dan takikardia. Contoh diuretik osmosis: manitol, gliserin, isosorbid, dan urea (Siswandono dan Sukardjo, 2000). 2.3 Furosemida Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat. Mekanisme kerja furosemid adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal. Pada penggunaan oral, furosemida diabsorpsi sebagian secara cepat dan diekskresikan bersama urin dan feses (Lukmanto,2003) Farmakokinetik furosemid adalah awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif pendek ± 6-8 jam. Absorpsi furosemida dalam saluran cerna cepat, ketersediaan hayatinya 60-69 % pada subyek normal, dan ± 91-99 % obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paruh biologis ± 2 jam (Siswandono,1995). Resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t ½ plasma nya 30-60 menit. Ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu ( Tjay dan Kirana, 2002). Aktivitas furosemid 8-10 kali diuretika tiazida (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Timbulnya diuresis cepat, biasanya 30 menit setelah pemberian secara oral, mencapai maksimum dalam 2 atau 3 jam, dan selesai dalam 6 jam (Foye, 1995). Efek Samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti mual, muntah, diare, rash kulit, pruritus dan kabur penglihatan. Pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit Secara umum, pada injeksi intra vena terlalu cepat dan jarang terjadi ketulian (reversible) dan hipotensi. Dapat juga terjadi hipokaliemia reversibel (Tjay dan Kirana, 2002). Furosemida dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang, karena dapat menurunkan tekanan darah (Siswandono,1995).



A. A. 1. 2.



3.



4.



B.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



MATERI ANASTESI UMUM&LOKAL LOKAL ANESTETIK PENGERTIAN Anestesi lokal merupakan tindakan yang memanfaatkan obat bius yang dapat dilakukan hanya menghilangkan rasa di daerah tertentu yang akan dilakukan tindakan. (Saprol, 2010). Anestetik Lokal yang menyebabkan rasa sakit tanpa dilepaskan kesadaran. Anestetik lokal merupakan obat yang menggantikan hantaran saraf yang diperlukan oleh lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.(Dani kusumah, 2011). Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi pada dinding saraf yang memperbaiki sementara. Setelah kerja obat habis maka obat akan keluar dari sel saraf tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur sel saraf tersebut. Anestetika lokal atau zat penghalang rasa lokal obat yang pada penggunaan lokal merintangi pemulihan reversibel impuls-impuls syaraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa, memperbaiki-memperbaiki, rasa panas, atau dingin. KARAKTERISTIK OBAT ANESTETIK LOKAL Anestetik lokal terdiri dari garam yang larut dalam udara dan alkaloid yang larut dalam lemak yang terdiri dari bagian cincin aromatik Tak jenuh mengandung lipofilik (asam amino benzoat), bagian badan penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari Asam amino tersier bersifat hidrofilik. Dalam bentuk bebas, anestetik lokal hanya sedikit larut dan tidak stabil dalam bentuk larutan. Oleh karena itu dikeluarkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam udara, biasanya garam hidroklori. Anestetik lokal sering dikombinasikan dengan vasokonstriktor dengan maksud memperpanjang dan menambah kerja anestetik lokal dan juga mengurangi kecepatan absorpsi anestetik lokal sehingga akan mengurangi toksisitas sistemiknya.Vasokonstriktor yang digunakan epinefrin (1 dalam 200.000 bagian) dan norepinefrin (1 dalam 100.000 bagian). Dosis toksik obat anestesi lokal, dirancang oleh: jenis (sifat toksik bawaan dan efek vasodilatasi) obat AL Konsentrasi obat AL Injeksi intravaskuler Kecepatan injeksi Vaskularisasi jaringan Berat badan penderita Kecepatan sirkulasi dan ekskresi obat Dosis toksik juga sangat bervariasi oleh apakah digunakan dengan campuran vasokontriktor atau tidak



C. PENGGOLONGAN ANESTETIK LOKAL



Berdasarkan jenis ikatan yang ada di dalam struktur kimia anestetik lokal, maka digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. Senyawa ester (terdapatnya ikatan ester). Contohnya: Kokain, Prokain, tetrakain dan Benzokain Gbr. Struktur Kimia Prokain 2. Senyawa amida (termasuknya ikatan amida). Contohnya: Lidokain, Dibukain, Mepivakain dan Prilokain. Gbr. Lidokain Berdasarkan teknik pemberian anestetik lokal: 1. Anestesi permukaan, yaitu mengoleskan atau menyemprotkan analgetik lokal di atas selaput mukosa seperti mata, hidung atau faring. 2. Anestesi Inhalasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal yang langsung dijangkau tempat lesi, luka atau insisi. Cara inflitrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat suntikan intradermal atau subkutan. 3. Anestesi Blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung ke saraf saraf. Hal ini berbeda dari blokade pada saraf tunggal, misalnya saraf oksipital dan pleksus brakialis, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikan langsung ke ruang subaraknoid antara konus medularis dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestesi lokal ke ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zal analgetik lokal disuntikan melalui hiatus sakralis. 4. Analgesi Regional, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstrimitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan turniket pneumatik. G. CONTOH OBAT ANESTETIK LOKAL Sebuah. Kokain: benzoylmetilekgonin. Derifat-tropan ini (1884) dengan struktur atropin berbasis alamiah di daun tanaman Erytroxylon coca (Peru, Bolivia) dengan kadar 0,8-1,5%. Berbeda dengan anestesi lain, anestetik dari kelompok ester ini berkhasiat vasokontriksi dan bekerjanya lebih lama, mungkin karena merintangi mengambil kembali noradrenalin di ujung neuron adrenergik sehingga kadarnya di daerah reseptor meningkat. Selain itu, kokain juga memiliki efek simpatomimetik sentral dan perifer. Daya kerja stimulasinya terhadap SSP (korteks) menimbulkan beberapa gejala, seperti gelisah, perubahan, konvulsi, eufori, dan kemampuan meningkatkan dan meningkatkan daya tahan lama untuk bekerja lama karena mengalami perasaan lelah. Penggunaannya hanya untuk enestesia permukaan pada pembedahan di hidung, tenggorok, telinga atau mata.Penggunaannya sebagai tetes mata sudah di tutup berhadapan akan cacat kornea dan sifat midriasisnya. Penggunaannya yang terlalu sering dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan nekrosis (mati jaringan) akibat vasokontriksi lokal.



Kehamilan: kokain dapat meningkatkan risiko abortus dan cacat pada janin, terutama pada saluran urinnya. Dosis: kedokteran mata: percobaan (HCL) 1-4%, anestesi hukum, telinga, dan tenggorok 110%. b. Benzokain: anestesin, etileminobenzoat Ester PABA ini (1900) merupakan turunan dari asam p-amino benzoat yang reabsorbsinya lambat. Khasiat anestetik obat ini lemah, sehingga hanya digunakan pada anestesi permukaan untuk menghilangkan rasa sakit dan gatal-gatal (pruritus). Benzokain digunakan dalam supositoria (250-500 mg untuk Rako) atau salep (2%) anti-wasir (untuk Borraginol), juga dalam salep kulit, bedak tabor 5-20% dan lotion anti-sengatan matahari (3%, Benzomid) c. Prokain: Novocaine, etokain, * Gerovital (dr Aslan) Derivat-benzoat ini yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn). Tidak begitu toksis dibandingkan kokain.Anestetik lokal dari kelompok-ester ini bekerja singkat. dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilamino etanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamide. Reabsorbsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai suntikan dan sering kali bersamaan dengan adrenalin untuk memperpanjang daya transfer.sebagai anestetik lokal, prokain sudah banyak di gantikan oleh lidokain karena efek-efek sampingnya. Efek sampingnya yang serius adalah: 1. Hipersensitasi 2. Kadang-kadang pada dosis rendah dapat menyebabkan kematian dan kolaps dan kematian. 3. Reaksi terhadap preparat kombinasi proka penisilin. Berlainan dengan kokain, zat tidak bisa digunakan adiksi Dosis: Anestesia infiltrasi 0,25-0,5%, blok de saraf 1-2%. d. Oksibuprokain (benoxinate, Novesin) adalah derivate-oksibutil (1954) yang tidak membahas, khusus digunakan pada kedokteran THT dan mata. Kecuali penggunaannya harus hati-hati jika ada selaput pemberi pinjaman yang rusak atau ada peradangan lokal. Mulai dengan cepat dan kuat (dalam 1 menit) dan bertahan lebih kurang 10 menit. Toksisitasnya ringan dan menurut laporan tidak menimbulkan reaksi pengadilan. e. Tetrakain (ametokain) adalah turunan benzoat dengan gugus-metil pada atom (1941). Khasiatnya lebih sedikit 10 kali lebih kuat dari pada prokain, tetapi juga beberapa kali lebih toksis. Mulai dari yang cepat sampai yang lama, sedangkan resorpsinya dari mukosa jauh lebih baik dari prokain f. Lidokain: lignokain, Xylocaine



Derivate-asetanlida ini (1947) termasuk kelompok amida dan merupakan obat pilihan utama untuk anastesia zat ini digunakan pada selaput pemberi pinjaman dan kulit untuk perasaan sakit, perasaan terbakar dan gatal. Dibandingkan prokain, khasiatnya lebih kuat dan lebih cepat, (juga beebrapa menit) juga bertahan lebih lama. Penggunaan: lidokain banyak digunakan setelah infark jantung sebagai obat pencegah aritmia ventrikel (di bagian ICCU) dan pada bedah jantung. Efek sampingnya adalah: Sebuah. Mengantuk b. Mendorong c. Sukar bicara d. Hipotensi e. Konvulsi Semua efek SSP yang terutama timbul pada overdosis. Pengunaanya harus hati hati pada gangguan fungsi, decompensatio cordis, depresi pernafasan dan schok. g. Prilokain (Citanest) Adalah turunan yang mulai bekerja dan memperkuatnya sama dengan lidokain (1963). Toksisitasnya lebih rendah daripada lidokain, karena efek vasodilatasinya lebih ringan sehingga reabsorbsinya juga lebih cepat dan perombakannya lebih cepat. di dalam hati, zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolisme lain. ekskresinya melalui kemih (kurang dari 1%). obat ini digunakan pada permukaan anstesia 4% dan parenteral 1-1,5% dengan atau tanpa adrenalin. h.



Mepivakain: Scandicaine, * Estradurin. Turunasi-piperidin ini termasuk kelompok-amida (1957) yang mulai bekerja dan kekuatannya mirip lidokain tetapi berthan sedikit lama. tidak berkhasiat vasodilatasi sehingga tidak perlu ditambahkan vasokonstraktor. Obat ini digunakan sebagai aastesia infiltrasi dan enis anastesia parenteral lainnya 1-2%. pada pembedahan gigi, mata dan THT saya. Cinchokain: dibukain, * Proctosedyl, * Scheriproct. Turunan-kinolin ini dari tipe amida (1929) yang lebih kuat dari lidokain tetapi juga lebih toksis.kerjanya bertahan lama dan juga vasodilatasi efektif. Obat ini banyak digunakan sebagai anestetikum permukaan antara lain dalam supositoria anti wasir atau dalam salep untuk rasa sakit dan gatal, tidak menimbulkan hipersensitasi. efeknya tampak setelah ca 15 menit dan berlangsung 24 jam. j.



Artikain: carticaine, * Ultracain Turunan-tiofen ini merupakan zat anestetik lokal dari kelompok-amida dengan kerja panjang (1976 0 sukses pada protein plasma ca 95%. Efeknya timbul setelah 3 menit dan berlangsung agak lama, ca 45-90 menit. Obat ini digunakan untuk pembedahak kevil dan di kedokteran gigi. Karena artikain memiliki tulang punggung yang lebih baik dibandingkan lidokain. Efek samping:



Pada orang yang beradu terhadap zat pengisi lubang amalgam dan artukain dapat timbul keluhan kesehatan serius.Dosis dewasa sekalinya 400mg. k.



Pramokain: Pramoxine, * Nestosyl Merupakan zat anastesia permukaan (1953) tetapi dapat digunakan jika digunakan pada selaput pemberi pinjaman. m. Fenol: asam karbol, acidum carbolicum * Calamine lotion. Disamping khasiat Anastesi dan anti gatalnya fenol juga berdaya bakterisid dan fungsid pada masing-masing konsentrasi 1% dan 1,3% .oleh karena itu fenol juga digunakan untuk mencucimencuci misaknya biang keringat.



n.



Benzilalkohol Cairan ini melarut dalam udara dan berkhasiat anastetis dan anti gosok lemah bakteri bakteri terhadap kuman. Gram positif serta virustatif dan fungitis lemah. menjalankan optimal dalam Lingkungan asam.



B. UMUM ANESTETIK Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa sakit yang dapat dikembalikan. Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi dan relaksasi otot. 5.



Penggolongan Menurut penggunaanya anestesia umum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: Sebuah. Anestesia injeksi, contohnya diazepam, akting ultra pendek barbital (thiopental dan heksobarbital), dll. b. Anestesia inhalasi, diberikan melalui saluran pernafasan, contohnya eter, dll. 6.



Spesialite obat - obat anestesia umum Tidak. Generik 1. Diaethyl Aether 2. 3. 4. 5.



Ketamin Hidroklorida Natrium Tiopental Enflurane Halothanum



C. OBAT-OBAT ANESTETIK



Dagang Aether AnastheticusPfizer Ketalar Pentothal Sodium Pentothal Etharane Halothane MD



Pabrik Kimia Farma Pfizer Kepala Biara Kepala Biara Dexa Medica



Obat anestesi dibedakan menjadi 5, yaitu: 1.



Obat Premedikasi



2.



Obat Pelumpuh Otot



3.



Obat Anestesi Inhalasi



4.



Obat Anestesi Intravena



5.



Obat Anestesi Regional / Lokal



1. OBAT PREMEDIKASI Pemberian obat premedikasi: 1. Manimbulkan rasa nyaman pada pasien 2. Memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi. 3. Mengurangi timbulnyahipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah pascaanestesi. 4. Mnegurangi jumlah obat-obatan anestesi. 5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, napas cepat dll. 6. Mengurangi keasaman lambung. Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi berikut: Sebuah. Anelgetik Narkotik Morfin Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg intramuskular diberikan untuk mengurangi dan menyetujui pasien yang disetujui operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme dan kolik biliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan depresi napas. Petidin Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg intravena diberikan untuk memulihkan darah dan pernapasan dengan otot polos. Dosis induksi 1-2 mg / kgBB intravena. Barbiturat Pentobarbital dan Sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg / kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menarik reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah fenobarbital dengan efen depresan ayng lemah terhadap pernapasan dan sirkulasi juga jarang menyebabkan mual dan muntah. b.



Antikoligernik



Atropin . Diberikan untuk mencegah hipersekresi dipindahkan ke ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit. c.



Obat Penenang (transquillizier) Diazepam. Diazepam merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis rendah, bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 ms intramuskular atau 5-10 mg oral dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg intravena. Midazolam. Midazolam memiliki awal dan lama kerja lebih pendek dari diazepam. Midazolam lebih banyak dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.



2. OTOT PELUMPUH OBAT Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Menurut penempatan, obat ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghamb di sepenuhnya depolarisasi dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi umum obat ini memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi dan intubadi trakhea, serta memberikan relaksasi otot yang diperlukan dalam pembedahan dan memfasilitasi mengendalikan. Perbedaan obat pelumpuh otot depolarisasi dan nondepolarisasi.  Depolarisasi: ada fasikulasi otot, melawan dengan antikolinesterase, tidak menunjukkan kelumpuhan yang dilakukan pada perangsangan tunggal atau tetanik, belum dapat diatasi dengan obat tertentu, kelumpuhan ditambahkan dengan obat pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis.  Nondepolarisasi: tidak ada fasikulasi otot, pertarungan dengan (hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran, isofluran), serta kelumpuhan yang diubah pada perangsangan tunggal atau tetanik, dapat diantagonis oleh esterase. Sebuah. Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi Pavulon Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek berlebihan pada pemberian berulang sehingga dosis rumatan harus diperbaiki dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08 mg / kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis Intubasi trakea 0,15 mg / kgBB intravena.Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.



Trakrium. Trakrium memiliki struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum.Keunggulannya adalah keberhasilan terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak dimiliki oleh akumulasi pada pemberian berulang. Vekuronium Vekuronium merupakan homolog pankuronium bromida yang berkekuatan lebih besar dan lama bertambah pendek. Zat anestetik ini tidak memiliki komposisi pengumpulan pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang dihasilkan. Rekuronium Ini adalah analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak berfungsi fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi kerusakan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama b.



Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi. Suksametonium Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit.Kemasan terdiri dari bubuk putih 0,5-1 gram dan larutan suntik intravena 20,50 atau 100 mg / ml. c. Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi Prostigmin Prostigmin merupakan antikolinesterase yang dapat dihindari hidrolisis dan dapat diperoleh asetilkolin.Prostigmin memiliki efek nikotinik, muskarirnik dan merupakan stimulan otot langsung. Efeknya, bradikardia, hiperperistaltik, spasme saluran cerna, pembentukan sekret jalan nafas dan liur, bronkospasme, berkeringat, miosis dan kontraksi vesika urinaria. 3. OBAT ANESTESI INHALASI Teknik pemberian obat inhalasi: a.sistem terbuka Cairan terbang (eter, kloroform, trikloretilen) diteteskan tetes demi tetes ke atas helai kain kasa di bawah kap dari kawat yang berfungsi mulut dan hidung pasien b.sistem tertutup Suatu mesin khusus menyalurkan gas campuran dengan oksigen ke dalam suatu kap dimana sejumlah CO2 dari ekshalasi dimasukkan kembali. c.insuflasi Gas atau uap ditiupkan ke mulut atau tenggorok dengan perantaraan beberapa mesin.



Zat-zat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah: Dinitrogen Oksida (N2O) N2O merupakan gas yang tidak terdiri, manis, tidak iriatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar, dan tidak difasilitasi dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam kombinasi N2O: O2 yaitu 60%: 40%, 70%: 30%, dan 50%: 50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan mendukung 20%: 80%, untuk induksi 80%: 20%, dan pemeliharaan 70%: 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan timpanoplasti. Halotan Halotan merupakan cairan yang tidak berwarna, enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak enak dengan soda kapur, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestesi dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform.Keuntungan pengguanaan halotan adalah cepat dan efisien, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatassi, keselamatan cepat, perlindungan terhadap syok, dapat digunakan mual, tidak mudah. Kerugian adalag sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan intrakranial, menggigil pasca anestesi dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan efek gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian.



Etil klorida. etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun juga cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit setelah pemberian anestesi mundur. Etil klorida sudah tidak disetujui lagi untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka ( drop terbuka ), etil klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang menghasilkan uap ± 3,5-5% sehingga pasien tidak sadar dan kemudian mulai menggunakan obat lain seperti eter. Etil klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara menyemprotkannya pada kulit hingga beku.



Etil (dietil eter). Eter merupakan cairan tidak mudah, mudah menguap, sulit bergerak, mudah terbakar, meledak dengan penyerap kapur soda , dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga dapat digunakan setiap tingkat anestesi. Eter merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga dapat digunakan setiap tingkat anestesi. Dapat digunakan dengan berbagai metoda anestesi. Pada penggunaan drop terbuka eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali lebih berat dari udara. PENGGUNAAN Beroperasi semifinal



ditutup metode hearts Kombinasi DENGAN Oksigen Dan N 2O tidak disarankan pada operasi dengan tindakan kauterasi.Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu digunakan bersama dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dan alat yang digunakan cukup mudah. Kerugiannya adalah mudah meledak, tidak enak, mengiritasi jalan nafas, menimbulkan hipersekresi akibat ludah, menyebabkan mual dan muntah, serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Jumlah yang diperlukan tergantung dari badan dan kebutuhan penderita, kebutuhan yang diperlukan anestesi dan teknik yang digunakan. Dosis induksi 10-20% volume eter dalam oksigen atau campuran oksigen dan N 2 O. dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume eter. Enfluran (etran). Enfluran merupakan obat anestetik berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak mudah dicampur dengan soda kapur . Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2 atay campuran N 2 -O 2 . Dosis rumatan 0,5-3%. Isofluran



(forane)



Isofluran merupakan eter berhalogen, patah tajam, dan tidak mutdah terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pemulihan anestesi cepat. Namun, harga obat ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O 2 atau campuran N 2 -O 2 . Dosis rumatan 0,5-3%. Sevofluran Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling berperan intukuksi inhalasi. Induksinya enak, dan cepat istimewa pada anak. Dosis induksi 6-8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%. 4. OBAT ANESTESI INTRAVENA Natrium Tiopental (thiopental, pentotal). Thiopental terdiri dari bubuk kuning yang bila digunakan akan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%. Indikasi pemberian tiopental adalah anestesi umum, operasi / tindakan yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, kuretase), sedasi pada anelgesi regional, dan untuk mengatasi kejang-kejang eklampsia atau epilepsi. Kontra indikasinya adalah status asmatikus, porfiria, syok, anemia, disfungsi hepar,dispnu berat, asma bronkial, versi ekstraksi, miastemia gravis, dan riwayat analisis terhadap tiopental.Keuntungan penggunaan tiopental adalah cara mudah dan cepat, tidak ada delirium masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan nafas, sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan, depresi kardiovaskuler, menyebebkan spasme laring, relaksasi otot perut, dan bukan analgetik. Dosis induksi tiopental 2,5% adalah 3-6 mg / kgBB intravena. Dosis sedasi 0,5-1,5 mg / kgBB.



Ketamin.



Ketamin adalah obat bius umum nonbarbiturat yang bekerja cepat . Indikasi penggunaan kentamin adalah prosedur dengan pengontrolan jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien masalah tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma. Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg. Sejarah penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis induksi 1-4mg / kgBB diberikan dengan dosis rata-rata 2 mg / kgBB untuk lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg / kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6-13 mg / kgBB, rata-rata 10 mg / kgBB untuk lama kerja 10-25 menit. Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan). Droperidol adalah turunan butirofenon dan merupakan antagonis reseptor dopamin. Droperidol digunakan sebagai premedikasi (antiemetik yang baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur intubasi, broskoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan pemberian difenhidramin. Dosis antimuntah droperidol 0,05 mg / kgBB (1,25-2,5 mg) intravena. Dosis premadikasi 0,04-o, 07 mg / kgBB intravena. Dosis analgesi neuroleptik 0,02-0,07 mg / kgBB intravena. Dripivan (fenol diisopropil, propofol).



Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi mengandung 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Dosis induksi 1-2,5 mg / kgBB. Dosis rumatan 500 ug / kgBB / menit infus. Dosis sedasi 25-100 ug / kgBB / menit infus.Sebaiknya menyuntikkan obat anestetik pada vena besar karena dapat menimbulkan rasa sakit pada pemberian intravena. 5 . OBAT REGIONAL ANESTESI Obat anestesi regional / lokal adalah obat yang mengatasi hantaran saraf jika dikenakan secara lokal.Anestesi local ideal adalah yang tidak mengiritasi atau merusak jaringan permanen, batas keamanan lebar, masa kerja pendek, masa kerja cukup lama, larut dalam udara, stabil dalam larutan, dapat disterikan tanpa perubahan, dan efeknya reversibel. Lidokain. Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik lokal kuat yang digumakan secara topkikal atau suntikan.Efek anestesi lebih cepat, kuat, dan lebih cepat dibandingkan prokain. Larutan lidokain



0,25-0,5% dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi infiltrasi sedangkan larutan 12% untuk anestesi blok dan topikal. Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%, sedangkan pada analgesi / anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%. Bupivakain. Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula kerja alambat dan masa kerja panjang. Untuk anestesi blokir digunakan larutan0,25-0,50% sedangkan untuk anestesi spinal digunakan larutan 0,5%. EFEK SEDATIF-HIPNOTIK



I.



PEMBAHASAN Obat-obat seperti hipnotik, sedatif dan anestesi memberikan perbedaan efek yang nyata. Anestesi merupakan obat yang dapat menyebabkan hilangnya rasa/pemati rasa. Anestesidibedakan menjadi dua yaitu anestesi sistemik dan anestesi lokal. Sedatif adalah obat tidur yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obatyang menekan atau menghambat sisem saraf pusat. Efek terbesar dari obat-obat sedasi adalah hipnotik yaitu kehilangan kesadaran. Untuk obat-obat tertentu kenaikan dosis dapat menyebabkan kenaikan efek menjadi hipnotik. Hipnotika merupakan obat penekan SSP yangmenyebabkan hilangnya kesadaran. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Hipnotik sedatif relatif tidak selektif mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk atau tenang, menidurkan hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaananestesi, koma dan mati bergantung pada dosis (Ganiswara, 1995). Praktikum kali ini hanya diberikan diazepam, hal ini dikarenakan waktu praktikum yang tidak mencukupi. Cara kerja yang dilakukan adalah pemberian obat pada hewan uji yaitu melalui cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji. Dosis obat yang diberikan yaitu 10 mg/70 kg BB hewan uji. Untuk stock larutan menggunakan larutan 0,072 ml. Sedangkan untuk volume injeksi per oral pada tikus I adalah 3,75 ml dan tikus II 3 ml. Lalu dilakukan percobaan pada menit ke 15, 30,



60, dan 120 dengan meletakan tikus diatas rotarot selama 2 menit. Kemudian diamati berapa kali tikus jatuh dari rotarod. Rata-rata tikus jatuh dengan pemberian obat peroral pada menit ke-15 adalah 5, pada menit ke-30 adalah 4, pada menit ke-60 adalah 2, pada menit ke-90 adalah 7 (dibulatkan dari 6.5) dan pada menit ke-120 adalah 4. Diazepam merupakan obat dari golongan Benzodiazepine. Benzodiazepine merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai obat anti anxiolitik. Obat ini juga telah menggantikan posisi barbiturate dan meprobamate sebagai obat anti cemas, ini dikarenakan benzodiazepine masih lebih aman dan juga lebih efektif . Diazepam digunakan dalam jangka pengobatan jangka pendek untuk ansietas berat, hypnosis untuk manajemen sementara insomnia, sebagai sedative dan premedikasi, sebagai antikonvulsan, dalam pengontrolan spasme otot, dan pada manajemen gejala putus obat (Sirtori CR, 2000) Apabila digunakan untuk mengobati kecemasan atau gangguan tidur, sedative-hipnotika biasanya diberikan secara oral. Kecepatan absorpsi oral diazepam lebih cepat dibanding benzodiazepine pada umumnya. Bioavailibilitas dari diazepam setelah pemberian intramuscular tidak dapat dipercaya. Berdasarkan lama kerja, diazepam termasuk golongan benzodiazepine yang bekerja dengan t ½ lebih lama dari 24 jam. Diazepam diabsorpsi dengan baik di saluran cerna. Secara Oral onsetnya 30 menit, dengan waktu puncak 1-2 jam dan durasi 2-3 jam. Secara Intra Vena onsetnya 1-5 menit, waktu puncaknya 15 menit dan durasi 15-60 menit. Pada pemberian secara Intra Muskular onsetnya 15 menit, waktu puncaknya 30-90 menit dengandurasi yang sama 30-90 menit. Plasma konsentrasi dari diazepam adalah antara 0,02-1,01microgram/ml. Pada pemberian oral atau per rectal, konsentrasi plasma rata-ratanya 76 & 81%. Bioavailibilitas lebih rendah pada pemberian suppositoria (Sirtori CR, 2000). Pada praktikum jumlah tikus jatuh dari rotarod paling banyak pada menit ke 90. Hal ini menunjukkan bahwa tikus mengalami efek sedatif tertinggi pada menit ke 90 karena obat diberikan secara per oral. Pemberian obat secara per-oral menyebabkan mula kerja obat menjadi lambat karena obat dimetabolisme pada lintasan pertamanya melalui organ-organtertentu (first pass metabolism), sedangkan mula kerja obat menjadi lebih cepat jika diberikan secara parenteral karena tidak melalui saluran cerna sehingga obat tidak melalui first pass metabolism. Hasil ini sesuai dengan literatur yang didapatkan.



Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme atau eliminasi lintas pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya bersama makanan. Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada obat yang dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasien koma (Syarif, Amir dkk. 2007).



PENGGOLONGAN OBAT ANTIKOLINERGIK DAN KOLINERGIK



SISTEM SARAF OTONOM (SSO) Ø obat-obat kolinergik (parasimpatomimetik) 1. Asetilkolin klorida : Miochol-e® 2. Karbakol klorida 3. Betanekol klorida 4. Fisostigmin 5. Piridostigmin : Mestinon® 6. Pilokarpin : Cendo Carpine®, Epicarpin®, Miokar® 7. Metoklopramid: Topram®,Damaben®,Metolon®,Vomidex® Penggunaan klinik 1. Pengobatan glaukoma 2. Pengobatan miastenia gravis (penyakit kelemahan otot) 3. Penyakit alzheimer (penyakit defisiensi kolinergik) 4. Pengobatan atoni otot polos saluran cerna (sukar defekasi yang terjadi pasca bedah atau keadaan toksik) Ø Obat-obat antikolinergik (parasimpatolitik)



1. Atropin sulfat : Cendotropin®, Isotic cycloma® 2. Ekstrak belladone : Spasmal®, spasminal®, Yekamag® 3. Skopolamin metil bromida 4. Oksifensiklimin HCL 5. Pirenzepin : Gastrozepin® Pengunaan klinik 1.



Pengobatan parkinsonisme



2. Obat mabuk perjalanan 3. Midriasis pada pengobatan mata 4. Obat diare 5. Obat batuk tukak lambung Ø Obat-obat adrenergik (simpatomimetik) 1. Adrenalin 2. Amfetamin 3. Dobutamin : cardiject®, doburan®, dobutamine®, inotrop® 4. Dapamin : cetadop®, indop®, dopamin giulini®, udopa® 5. Efedrin : aflucaps®, antusin®, asmadex®, cold®, coparcetin® 6. Etilnorepinefrin 7. Fenfluramin : ponderal®, ponderal pacaps® 8. Fenilefrin : afiflu®, andonex®, brocon®, coldrexin®, dextrofen® 9. Terbutalin sulfat : asmabet®, bricasma®, forasma®, lintaz® 10 Metildooa : dopamet®, medopa® 11.



Guanfasin



Penggunaan klinik 1.



Pengobatan syok kardial dan syok anafilaktik (alergi)



2. Hipotensi 3. Hipertensi 4. Vasokontriksi lokal (hidung, tenggorokan, larings) 5. Dekongestan nasal 6. Asma bronkial 7. Obesitas



Obat-obat anti-adrenergik (simpatolitik) a. α 1- bloker non selektif 1. dibenamin 2. fenoksibenzamin 3. fentolamin 4. tolazolin



penggunaan klinik 1.Hipertensi akut pd feokromositoma 2. impotensi