Efikasi Ketamin Untuk Terapi Menggigil Pascaoperasi (Revisi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL READING



Efikasi Ketamin Untuk Terapi Menggigil Pasca Operasi



Oleh :



Kadek Henry Wahyu Teja Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif



Pembimbing :



( dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn MKes KMN )



Bagian/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif Fak. Kedokteran Universitas Udayana / RS Sanglah Denpasar 2011 1



EFIKASI KETAMIN UNTUK TERAPI MENGGIGIL PASCA OPERASI



LATAR BELAKANG: Masih sedikit laporan mengenai kegunaan ketamin untuk pencegahan menggigil pasca operasi. Maka kami meneliti efikasi dua dosis ketamin dibandingkan dengan meperidin untuk terapi menggigil pasca operasi. METODE: Ini adalah studi prospektif, acak double-blind yang mengikutsertakan 90 pasien ASA I-II setelah anestesi umum. Pasien dengan menggigil derajat 3-4 diberikan meperidin 25 mg, ketamin 0.5 mg/kg, atau ketamin 0.75 mg/kg IV. Menggigil dan efek samping dimonitor pada interval waktu yang telah ditentukan. HASIL: Derajat menggigil pada 4 menit pertama setelah terapi lebih rendah pada kelompok ketamin; namun, nistagmus dan merasa “melayang” dialami dengan kedua dosis ketamin. KESIMPULAN: Ketamin 0.5 – 0.75 mg/kg lebih cepat daripada meperidin (25 mg) untuk mengurangi menggigil pasca operasi, namun efek sampingnya membatasi pemakaiannya. (Anesth Analg 2008; 106:120-2)



Meperidin sering digunakan untuk terapi menggigil pasca operasi, suatu masalah umum pada pasien yang pulih dari anestesi umum. Dilaporkan bahwa profilaksis ketamin 0.5 mg/kg, suatu antagonis reseptor N-methyl-Daspartat dapat menjadi alternatif meperidin untuk mengurangi menggigil pasca operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi 0.5 mg/kg dan dosis yang lebih tinggi, 0.75 mg/kg ketamin IV dengan meperidin 25 mg untuk terapi menggigil pasca operasi setelah anestesi umum.



METODE Penelitian prospektif, acak, double-blind ini dilakukan setelah persetujuan Komite Etik kami. Kami mengumpulkan informed consent dari 489 pasien ASA I atau II yang telah menjalani pembedahan abdomen, 2



ortopedik, dan plastik elektif dengan anestesi umum untuk mendapat 90 pasien penelitian. Pada semua pasien, 1-2 µg/kg fentanyl dan 3 mg/kg propofol digunakan untuk induksi anestesi dan blokade neuromuskular residual diantagonis dengan neostigmin 1.5 mg dan atropin 0.5 mg pada akhir pembedahan. Suhu udara ruang operasi diatur pada 22°C. Selama pembedahan, tidak digunakan penghangatan permukaan kulit maupun cairan IV. Suhu membran timpani diukur dengan termometer kanalis aural First Temp Genius Model 3000 A (Sherwood Medical Company, St. Louis). Menggigil pasca operasi di ruang pemulihan diberi derajat 0 sampai 4. Sembilan puluh pasien, yang mengalami menggigil derajat 3-4 di ruang pemulihan, diikutsertakan dalam penelitian. Pasien yang mendapat produk darah atau metoklopramid, Body Mass Index > 30 kg/m2, dan pasien dengan riwayat konvulsi, alergi multipel, hipertensi, penyakit arteri koroner, patologi kardiorespirasi atau neuromuskular dieksklusi dari penelitian. Suhu udara ruang pemulihan dipertahankan pada 22°C. Di ruang pemulihan, semua pasien diberi selimut katun standar, tidak ada yang dihangatkan secara aktif dan semua mendapat oksigen 4 L/mnt dengan sungkup muka. Pasien diberi meperidin 25 mg (kelompok meperidin, n = 30) atau ketamin 0.5 mg/kg (kelompok ketamin 0.5, n = 30) dan ketamin 0.75 mg/kg (kelompok ketamin 0.75, n = 30) IV secara acak (pengacakan dengan amplop). Terapi obat diencerkan menjadi volume 2 mL dan diberikan dalam spuit berkode oleh seorang anestesiologis yang tidak terlibat dalam manajemen pasien atau penentuan derajat menggigil pasien. Derajat menggigil dinilai sebelum (waktu 0) dan setiap 1 menit berikutnya setelah terapi sampai 10 menit. Pada akhir 10 menit setelah injeksi, pasien yang masih dinilai dengan menggigil derajat 3 atau 4 diberi meperidin 25 mg IV dan pemberian obat tambahan ini dicatat. Saturasi oksigen, denyut jantung, dan tekanan darah arteri noninvasif dicatat sebelum dan setiap 1 menit setelah terapi sampai 10 menit. Suhu timpani diukur segera sebelum terapi diberikan (waktu 0) dan pada 5 dan 10 menit (waktu 5 dan 10) setelah terapi diberikan. Efek samping yang terkait dengan obat yang diteliti (yaitu, mual, muntah, hipotensi, hipertensi, takikardi, nistagmus, perasaan melayang, dan halusinasi) dan skor sedasi (dengan skala lima-poin) juga dicatat. Analisis statistik dilakukan dengan Statistical Package for Social Sciences windows versi 10.0. Uji Kolmogorov-Smirnov, uji analisis varian 3



(ANOVA), uji x2, uji pengukuran ulang ANOVA, uji Student t, uji MannWhitney U, dan uji Friedman digunakan untuk analisis statistik. Nilai P < 0.05 dianggap bermakna secara statistik. Perbandingan post hoc dilakukan dengan koreksi Bonferroni pada derajat kemaknaan.



HASIL Karakterikstik demografik dan klinis mirip diantara ketiga kelompok (Tabel 1).



Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik untuk suhu timpani pada menit ke-0, ke-5, dan ke-10 dari penelitian (P = 0.587). Derajat menggigil pasien lebih besar pada kelompok meperidin bila dibandingkan dengan kelompok ketamin 0.5 dan kelompok ketamin 0.75 selama 4 menit pertama setelah pemberian obat yang diteliti (Tabel 2).



4



Nistagmus dan perasaan melayang lebih banyak dialami oleh kelompok ketamin 0.5 dan ketamin 0.75 (P = 0.001 dan P , 0.001) dibandingkan dengan kelompok meperidin. Nistagmus terjadi pada enam (20%) pasien dalam kelompok ketamin 0.5 dan pada sembilan (30%) pasien dalam kelompok ketamin 0.75 (P . 0.05). Perasaan melayang dilaporkan oleh enam (20%) pasien dalam kelompok ketamin 0.5 dan 12 (40%) pasien dalam kelompok ketamin 0.75 (P > 0.05). Tidak ada pasien yang mengalami halusinasi atau delirium. Walaupun diterapi dengan obat yang diteliti, tiga pasien dari setiap kelompok mengalami menggigil derajat 3 atau 4 pada akhir 10 menit dan oleh karena itu diterapi dengan meperidin 25 mg IV. Setelah tambahan dosis tersebut, menggigil terhenti pada semua pasien. Insidens mual dan muntah, saturasi oksigen, tekanan darah arteri rata-rata, dan denyut jantung seluruh pasien hampir sama selama periode penelitian (P > 0.05). Dosis ketamin yang lebih tinggi menghasilkan skor sedasi yang lebih tinggi pada menit ke-10 dan ke-30 (P = 0.014 dan P = 0.032) (Tabel 3).



5



DISKUSI Dalam penelitian ini, hasil kami menunjukkan bahwa ketamin memiliki onset yang lebih cepat daripada meperidin untuk terapi menggigil pasca operasi selama 4 menit pertama setelah pemberian. Efek samping ketamin lebih banyak terjadi dengan ketamin dosis lebih besar, namun perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Ketamin dosis lebih besar juga disertai sedasi. Efek samping ini tidak terlihat pada penelitian sebelumnya dimana kami menggunakan ketamin 0.5 mg/kg sekitar 20 menit sebelum pembedahan dengan anestesi umum selesai. Tidak adanya efek samping pada penelitian kami sebelumnya mungkin dapat dijelaskan oleh durasi kerja ketamin yang pendek dan/atau karena efek samping ketamin ditutupi oleh efek anestesi umum. Hanya ada satu laporan lain tentang penggunaan ketamin untuk terapi menggigil pasca operasi. Penulis juga melaporkan bahwa ketamin 0.5 mg/kg IV efektif untuk terapi menggigil pasca operasi. Namun, penelitian tersebut tidak double-blind dan tidak ada kontrol positif. Penulis juga melaporkan bahwa dua pasien mengalami halusinasi dan empat pasien mengalami delirium. Kami tidak menemukan halusinasi maupun delirium dari pasien kami, walaupun demikian, keduanya adalah efek samping dari ketamin yang umum terjadi. Kami tidak mengikutsertakan kelompok kontrol dalam penelitian kami karena kami mengganggap tidak etis membiarkan menggigil tanpa terapi; namun, hal ini dapat dianggap sebagai kekurangan penelitian ini. Dosis ketamin yang digunakan dalam penelitian ini agak subjektif. Kami sebelumnya telah membuktikan 0.5 mg/kg efektif untuk profilaksis. Kami 6



juga memilih dosis yang lebih besar, karena kami merasa akan diperlukan sebagai terapi dibandingkan dengan profilaksis. Berdasarkan temuan kami, ketamin dengan dosis yang lebih rendah perlu diteliti untuk menentukan dosis optimal ketamin untuk terapi menggigil pasca operasi. Kesimpulannya, ketamin 0.5 dan 0.75 mg/kg IV memiliki onset efek lebih cepat daripada meperidin 25 mg untuk terapi menggigil pasca operasi, namun efek sampingnya dapat membatasi pemakaiannya.



7