Ekonomi Regional Dan Perkotaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ukuran Kota Optimal dari Sudut Pandang Ekonomi Disusun Oleh Elza Armayoga Saragih ( 201941015) Muhammad Alfadhil



( 201941201)



Marwan Rambe



( 201941031)



Anjela Puspita



( 201941005)



Afdha Safariani



( 201941001)



Haulatul jihan



( 201941017)



Fatimah Zuhra Sunadar ( 201941204) Martina



( 201941030) Dosen Pengampu: Lia Safrina, SE. M.Ag Mata Kuliah:



Ekonomi Regional Perkotaan



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE 2021



1443 H



PENDAHULUAN Penduduk merupakan elemen penting dan modal dasar bagi suatu negara dalam membangun negaranya karena penduduk yang berkualitas dapat memberikan efek yang positif bagi pertumbuhan ekonomi negara, akan tetapi penduduk yang terlalu banyak dan berkualitas rendah dapat menjadi dampak yang negatif bagi negara itu sendiri. Hal inilah yang saat ini masih menjadi masalah tersendiri bagi Indonesia, dimana masih banyaknya penduduk dengan kualitas yang rendah. Permasalahan penduduk lainnya adalah persebaran penduduk yang terjadi masih belum merata dikarenakan adanya ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan perkembangan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kota cukup cepat sehingga menyebabkan mobilitas atau perpindahan penduduk dari desa ke kota tidak dapat dihindari. Urbanisasi dari desa ke kota dilakukan karena banyak masyarakat yang menganggap daerah perkotaan sebagai tempat masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitasfasilitas dari pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat.1 Urbanisasi jika dilihat dari pendekatan demografis dapat diartikan sebagai proses peningkatan konsentrasi penduduk di perkotaan sehingga penduduk yang tinggal di perkotaan secara keseluruhan meningkat. Proses urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik kota (pull factor) dan karena adanya daya dorong (push factor) dari daerah asalnya (Jamaludin, 2015). Akan tetapi, di masa sekarang banyak juga penduduk kota yang memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota atau di pnggir kota dikarenakan adanya dorongan yang dipengaruhi oleh kondisi kota yang sudah tidak lagi nyaman. Urbanisasi dapat memberikan pengaruh yang positif dan juga dampak negatif bagi suatu daerah. Dengan adanya urbanisasi, maka pembangunan juga akan terjadi, dimana kegiatan ekonomi yang baru akan muncul di daerah perkotaan. Namun, jika tingkat urbanisasi yang terjadi sudah berlebihan akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat kota, seperti pengangguran dan kemiskinan, harga tanah dan perumahan yang meningkat, kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas kota cenderung meningkat yang akan memperbesar biaya pengelolaan kota akibat ekternalitas negatif dari kelebihan penduduk. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk di kota juga dapat menjadi suatu keuntungan bagi kota itu sendiri jika jumlah penduduknya masih dalam tahap yang wajar karena bisa memberikan keuntungan aglomerasi bagi kota.2



1



Fitri Ramadhani Harahap, Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia, Universita Bangka Belitung Aprilia Purnama, Analisis Ukuran Kora Optimal (Studi Kasus : Kota Di Indonesia), Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Syiah 2



Menurut Hitzschke ada banyak alasan yang mendorong orang-orang dan perusahaanperusahaan menetap di sebuah kota. Di satu sisi, kota mewujudkan kelebihan membuat hidup lebih nyaman seperti kedekatan dengan orang lain, pekerjaan, fasilitas rekreasi dan belanja atau lembaga yang diperlukan untuk hidup dalam ekonomi modern. Kedekatan yang membantu dalam menghemat waktu setiap hari dan dengan demikian meningkatkan waktu luang serta utilitas pelengkap bagi seseorang dalam kota dan membantu langsung dan tidak langsung meningkatkan produktivitas bagi perusahaan-perusahaan di kota itu. Kelebihan ini terutama diakui sebagai eksternalitas aglomerasi, yang tergantung pada ukuran aglomerasi perkotaan tertentu. Sebaliknya menurut Hitzschke ada pengaruh kuat yang menunjukkan bahwa terlalu banyak penduduk di daerah tertentu menghasilkan eksternalitas negatif serta biaya akibat urbanisasi. Pengaruh yang kuat ini misalnya dengan polusi, penggunaan intensif energi, kebisingan yang disebabkan misalnya oleh lalu lintas, sewa perkotaan yang tinggi, sehingga menjadi tugas berat yang panjang dan memakan waktu secara terus menerus. Hal ini mempengaruhi produktivitas karena terlalu banyak penduduk dalam kota menghasilkan eksternalitas negatif seperti kemacetan dan kebisingan yang menurunkan produktivitas dengan biaya transportasi yang lebih tinggi dan sewa yang lebih tinggi atau gesekan sosial di pasar tenaga kerja. Tentu saja kelebihan ini terjadi pada tingkat tertentu jumlah populasi atau kepadatan populasi. Meskipun efek ini juga dapat meningkat di daerah non-perkotaan, mereka sebagian besar terhubung dengan efek urbanisasi.3



3



Andreas May Jaya, Analisis Ukuran optimal Kota Bukittinggi menggunakan Pendekatan Manfaat Bersih Maksimum, Universitas Andalas : 2006







Perkembangan Kota Di Indonesia



Menurut Tjiptoherijanto meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang cukup tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan. Contohnya Jakarta Karakteristik urbanisasi yang terjadi di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta hampir sama dengan kota-kota besar di dunia, yaitu ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk kota yang terjadi setiap tahun. Kemudian dilanjutkan dengan pemusatan segala aktivitas masyarakat yang tertuju pada satu kawasan sehingga secara radikal merubah struktur keruangan kota. Perubahan tersebut terlihat pada pola perubahan pemanfaatan lahan yang diindikasikan oleh intensitas lahan terbangun, sebaran fasilitas perkotaan, sistem jaringan transportasi serta pola pergerakan ke pusat kota, juga perkembangan land use, perkembangan tingkat urbanisasi dan migrasi penduduk kota, dan selanjutnya perkembangan aktivitas ekonomi kota. Metropolitan Jakarta memiliki laju perkembangan kota sangat tinggi dan kompleks. Gejala tersebut mulai terasa sejak akhir tahun 60-an hingga sekarang. Hingga kini urbanisasi di Jakarta telah membengkak lebih dari 10 juta jiwa dengan pertambahan penduduk relatif tinggi. Akibatnya telah terjadi kemacetan lalu lintas, pencemaran lingkungan, banjir, dan penggunaan lahan yang tak terkendali. Kondisi seperti ini telah menjadi fenomena keseharian bagi pertumbuhan Kota Jakarta.4



Dampak yang ditimbulkan 



4



Lahan terbagun vs lahan hijau/terbuka.Perkembangan Kota Jakarta yang semakin meningkat menimbulkan beberapa permasalahan, terutama dalam hal kebutuan perumahan dan transportasi. Pembangunan perumahan baik oleh pemerintah maupun swasta berdampak pada meningkatnya intensitas lahan terbangun, bahkan lahan konservasi juga dijadikan sebagai perluasan permukiman kota. Intensitas lahan terbangun



Fitri Ramadhani Harahap, Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia, Universita Bangka Belitung







yang terus meningkat menyebabkan sulit dijumpainya lahan hijau/terbuka yangberfungsi sebagai ruang publik. Dapat dipastikan hampir seluruh lahan di DKI(Daerah Khusus Ibukota)Jakarta sudah terbangun baik untuk bangunan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri, perkantoran maupun bangunan lain.  Sebaran failitas perkotaan.Aktivitas perkotaan yang ada di Jakarta tidak terlepas dari fungsinya sebagai ibukota negara. Fungsi ini tidak hanya sebagai pusat pelayanan secara nasional tetapi juga interaksi antar negara. Disamping sebagai pusat pemerintahan, pusat industri danperdagangan, pusat aktivitas pelayanan jasa, Jakarta juga sebagai pintu masuk dan keluarnya transportasi internasional yang mobilitasnya cukup tinggi. Karena sifatnya yang demikian, maka muncul berbagai kawasan perdagangan, kawasan rekreasi, serta didukung oleh fasilitas perekonomian.5 Ukuran Kota Optimal Untuk menentukan ukuran kota optimal berbeda-beda, menurut Sjafrizal tergantung pada tingkat pembangunan dan budaya masyarakat. Ada dua pendekatan ukuran kota optimal yaitu Minimization Cost Approach. Selanjutnya menurut Allonso untuk menentukan kota optimal dapat ditentukan melalui public expenditure minimization dan pendekatan Aglomeration Economies dan External Cost.  Pendekatan Ongkos Minimum Pendekatan ongkos minimum menganggap bahwa suatu kota berukuran optimal ditentukan oleh pengeluaran pemerintah kota secara perkapita yang paling rendah. Menurut pendekatan ini ukuran kota optimal adalah pada saat pengeluaran pemerintah secara perkapita mencapai titik minimum. Pernyataan ini muncul karena adanya pendapat bahwa besarnya pengeluaran pemerintah secara perkapita untuk pengelolaan kota tidaklah meningkat secara proporsional dengan jumlah penduduk kota yang bersangkutan, atau disebabkan karena biaya penyediaa pelayanan jasa-jasa public yang besar, karena besarnya jumlah penduduk akan relative lebih murah dibandingkan biaya sedikit. Dengan demikian terdapat semacam diseconomies atau economies of scale dalam proses pertumbuhan kota. Kesulitan : a. Pengukuran ini hanya mengukur ongkos input secara implicit mengasumsikan bahwa output adalah konstan b. Pembagian antara privat cost dan public cost sukar dilakukan c. Beberapa komponen cost mungkin tidak merupakan real cost Kelemahan Akan tetapi pendekatan ini mempunyai kelemahan, karena pandangan ini hanya dilakukan dari sudut kacamata pemerintah saja, sedangkan pengelolaan suatu kota melibatkan unsur-unsur lainnya seperti sektor swasta maupun lembaga-lembaga sosial lainnya.



5



Fitri Ramadhani Harahap, Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia, Universita Bangka Belitung



Keuntungan Namun perlu disadari disamping kesulitan-kesulitan dan kelemahan diatas, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan ongkos minimum yaitu pendekatannya sederhana dan mudah diteliti, karena informasi mengenai pengeluaran pemerintah kota secara rutin dan pengeluaran pembangunan tercatat sangat baik.6 



Pendekatan Average Product dan Average Cost Pendekatan peningkatan pendapatan rata-rata (AP) dan peningkatanan biaya pengelolaan kota rata-rata (AC) menganggap bahwa, kota dikatakan optimal apabila jumlah penduduk kota pada saat peningkatan biaya pengelolaan kota ratarata adalah sama dengan peningkatan pendapatan kota rata-rata atau dAC/dP=dAP/dP.



Dari kurva AP dan AC diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk suatu kota, dikatakan optimal dapat dicari dengan cara menentukan kemiringan kurva AC sama dengan kemiringan kurva AP. Keadaaan ini tercapai pada saat jumlah penduduk sama dengan Pb. Secara matematis hubungan tersebut dapat pula dijelaskan sebagai berikut : AP = f (P) …………………………… (2) Dimana : P = Memperlihatkan jumlah penduduk AP = Memperlihatkan tingkat produk rata-rata 



6



Pendekatan Marginal Product dan Marginal Cost Pendekatan Marginal Product (MP) dan Marginal Cost (MC), merupakan hubungan antara pertumbuhan penduduk perkotaan dengan keuntungan marginal yang dapat diperoleh dengan biaya marginal yang diakibatkannya. Arah perencanaan kota (capital intensive atau labor intensive) sangat diperlukan, agar dapat menentukan perencanaan ukuran kota optimal. Akhirnya pendekatan ini



Zul Azhar, Analisis Ukuran Kota Optimal,



menghendaki ukuran jumlah penduduk yang banyak bila dibandingkan dengan pendekatan AC dan AP.



Dari kurva diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk suatu kota dikatakan optimal dapat dicari dengan cara menyamakan MP dan MC. Jumlah penduduk optimal suatu kota menurut pendekatan ini adalah sebesar Pm, Secara matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Fungsi Marginal Cost MC = f (P, P2 ) ………………………………. (3) Dimana : P = Memperlihatkan Jumlah penduduk MC = Memperlihatkan Marginal Cost Persamaan (3) diasumsikan hubungan antara marginal costs dengan jumlah penduduk hubungan parabolic b. Fungsi Marginal Product MP = f (P) ……………………………… (4) Dimana : P = Memperlihatkan Jumlah penduduk MC = Memperlihatkan Marginal Produk Persamaan (4) memperlihatkan hubungan antara produk marginal dengan jumlah penduduk. Persamaan ini berbentuk persamaan linear.7 



7



Ukuran Kota Minimum Dan Maximum



Zul Azhar, Analisis Ukuran Kota Optimal,



Ukuran kota minimum sebaiknya di capai oleh Negara sedang berkembang yang ditunjukkan pada titik Pa pada grafik 11.1. Alasannya adalah karena pada titik ini, pada suatu pihak, biaya rata – rata untuk pengelolaan kota (AC) sudah berada pada titik minimum sehingga efsiensi biaya dapat terwujud. Sedangkan di pihak lain, selisih antara AP dan AC melambangkan manfaat bersih yang diterima oleh seluruh warga kota yang belum maksimal. Karena itu besarnya kota pada titik Pb akan lebih menarik sebagai ukuran kota minimum dibandingkan titik Pa karena mempertimbangkan manfaat yang diterima oleh warga kota bersangkutan.







Penentuan ukuran kota maksimum biasanya dilihat dari kaca mata kepentingan dunia usaha karena kegiatan bisnis lebih menyukai kota untuk dapat menyerap keuntungan aglomerasi yang biasanya dihasilkan oleh kota besar. Karena pertimbangan tersebut, maka dengan menggunakan analisis pada grafik 11.1 itu, maka ukuran kota maksimum itu adalah pada titik Pe dimana marginal cost (MC) pengelolaan kota akan sama dengan marginal Product (MP). Melalui kriteria ini, manfaat yang diterima pada dunia usaha di kota akan dapat dimaksimumkan. Keuntungan Aglomerasi dan Uuran Kota Optimal Cara lain yang dapat dilakukan dalam mengklasifikasikan keuntungan aglomerasi adalah dalam bentuk  rumah tangga (household)  perusahaan (firms)  Kegiatan social



Aglomerasi social meliputi 2 jenis yaitu : efisiensi dalam pelayanan social yang dapt menguntungkan baik rumah tangga maupun perusahaan.







8



Kaitan antara keuntungan aglomerasi denga ukuran kota optimal sebegitu jauh menuju kepada 3 arah utama yaitu :  Hubungan antara struktur ekonomi kota dengan ukuran kota  Pengukuran keuntungan kota skala besar  Konsentasi kegiatan ekonomi tertentu pada pusat kota (CBD) yang cenderung menyebabkan adanya tendensi terjadinya desentralisasi kegiatan ekonomi lainnya kepinggiran kota (suburban areas).8 Tingkat Urbanisasi Berlebihan Analisis tentang keterkaitan antara tingkat industrialisasi dengan urbanisasi dalam suatu daerah dapat dilakukan dengan regresi antara persentase jumlah angkatan kerja yang tidak terlibat dalam kegiatan pertanian dengan persentase penduduk yang tinggal didaerah perkotaan. Penelitian ini pertama telah dilakukan oleh Davis dan Golden (1954) dan menemukan tingkat korelasi yang cukup tinggi yaitu sekitar 0,86 yang berarti membenarkan keterkaitan tersebut. Namun demikian, analisis ini juga memperlihatkan bahwa ada beberapa Negara yang tidak sejalan dengan analisis ini yaiutu antara lain adalah mesir. Karena itu kesimpulan umum masih dapat ditarik yaitu bahwa ada hubungan keterkaitan yang cukup erat antara tingkat industrialisasi dan urbanisasi. Analisis berikutnya yang juga sangat menarik adalah menyangkkut dengan penyebab terjadinya urbanisasi yang berlebihan . terdapat unsur pendorong (push factor) dan unsur penarik ( pull factor) yang menyebabkan terjadinya urbanisasi tersebut. Kedua unsur telah menyebabkan terjadinya perpindahan pendudik yang cukup besar dari daerah pedesaan menuju daerah pekotaan sehingga terjadi kelebihan urbanisasi yang menimbulkan berbagai dampak negative bagi perkembangan daerah perkotaan. Unsur pendorong utama adalah adanya tingkat pengangguran terbuka (open unemployment) dan setengah menganggur ( dissguidsed unemployment) yang cukup tinggi di daerah pedesaan, tingkat pendapataan usaha tani yang rendah juga menjadi faktor pendorong lainya yang cukup kuat. Kondisi demikian menimbulkan daya dorong yang cukup kuat bagi penganggur untuk pindah ke perkotaan karena mengharapkan mendapatkan pekerjaan dan tingkat upah yang lebih tinggi. Sedangkan unsur penarik dari daerah perkotaan adalah meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan tingkat upah yang lebih baik karena semakin berkembangnya kegiatan industry , perdagangan dan jasa. Disamping kondisi kehidupan yang lebih baik dan menyenagkan di daerah perkotaan karena adanya sarana dan prasarana kehidupan yang lebih baik juga menjasi daya tarik yang cukup besar bagi penduduk daerah pedesaan untuk pindak ke daerah perkotaan.



Diakses dari https://fallinginlol.wordpress.com/2013/12/26/ekonomi-regional-10-ukuran-kota-optimal







9



Beberapa dampak negative yang dapat terjadi dari sebagai akibat dari adanya urbanisasi yang berlebihan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Meninglkatnya kemacetan lalu lintas (traffic conestion) karena kepadatan penduduk yang sangat tinggi. b. Meniningkattnya pengangguran pada daerah perkotaan (urban unemployment) karena penambahan jumlah angkatan kerja daerah perkotaan sebagai akibat dari peningkatan urbanisasi. c. Meningkatnya tingkat kemiskinan daerah perkotaan (urban poverty) sebagai konsekuensi dari peningkatan pengangguran tersebut diaatas. d. Meningkatnya jumlah daerah kumuh (slump areas) sehingga mengganggu kebersihan dan keindahan kota. e. Meningkatkan kejahatan dan kriminalitas kota yang dipicu olehtingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Kebijakan Penanggulangan Urbanisasi Berlebihan a. Pembatasan perpindahan penduduk masuk kota kebijakan ini dapat dilakukan dengan dengan jalan membatasi pemberian KTP Untuk para pendatang baru dengan menetapkan syarat-syarat yang lebih berat. b. Pengembangan Kota-kota Skala Kecil dan menengah Kebijakan ini dapat dilakukan dengan menetapkan kota-kota kecil, misalnya ibukota kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. c. Pengembangan Transportasi Kota Penangulangan arus perpindahan penduduk ke daerah perkotaan juga dapat dilakukan melalui pembangunan dan pengembangan jaringan transportasi kota secara lebih meluas samppai ke daerah pinggiran kota. d. Pengembangan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman Kota Kebijakan ini dialkukan untuk dapat memenuhi kebutuhan warga kota akan fasilitas perumahansehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga kota yang jumlahnya semakin banyak. e. Penanggulangan Pengangguran dan Kemiskinan Kota Karena urbanisasi berlebih cendrung meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan kota, maka upaya yang terus-menerus untuk menanggulangi permasalahan tersebut menjadi kebijakan yang sangat strategis.9



Diakses dari https://fallinginlol.wordpress.com/2013/12/26/ekonomi-regional-10-ukuran-kota-optimal



KESIMPULAN 



  















Menurut Tjiptoherijanto meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. keuntungan aglomerasi adalah dalam bentuk : rumah tangga (household), perusahaan (firms), Kegiatan social. Aglomerasi social meliputi 2 jenis yaitu : efisiensi dalam pelayanan social yang dapt menguntungkan baik rumah tangga maupun perusahaan. Kaitan antara keuntungan aglomerasi denga ukuran kota optimal sebegitu jauh menuju kepada 3 arah utama yaitu : Hubungan antara struktur ekonomi kota dengan ukuran kota, Pengukuran keuntungan kota skala besar, Konsentasi kegiatan ekonomi tertentu pada pusat kota (CBD) yang cenderung menyebabkan adanya tendensi terjadinya desentralisasi kegiatan ekonomi lainnya kepinggiran kota (suburban areas). Tingkat Urbanisasi Berlebihan Unsur pendorong (push factor) dan unsur penarik ( pull factor) yang menyebabkan terjadinya urbanisasi tersebut. Kedua unsur telah menyebabkan terjadinya perpindahan pendudik yang cukup besar dari daerah pedesaan menuju daerah pekotaan sehingga terjadi kelebihan urbanisasi yang menimbulkan berbagai dampak negative bagi perkembangan daerah perkotaan. dampak negative yang dapat terjadi dari sebagai akibat dari adanya urbanisasi yang berlebihan antara lain adalah sebagai berikut: Meninglkatnya kemacetan lalu lintas (traffic conestion) karena kepadatan penduduk yang sangat tinggi., Meniningkattnya pengangguran pada daerah perkotaan (urban unemployment) karena penambahan jumlah angkatan kerja daerah perkotaan sebagai akibat dari peningkatan urbanisasi., Meningkatnya tingkat kemiskinan daerah perkotaan (urban poverty) sebagai konsekuensi dari peningkatan pengangguran tersebut diaatas., Meningkatnya jumlah daerah kumuh (slump areas) sehingga mengganggu kebersihan dan keindahan kota., Meningkatkan kejahatan dan kriminalitas kota yang dipicu olehtingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi Kebijakan Penanggulangan Urbanisasi Berlebihan : Pembatasan perpindahan penduduk masuk kota, Pengembangan Kota-kota Skala Kecil dan menengah, Pengembangan Transportasi Kota, Pengembangan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman Kota, Penanggulangan Pengangguran dan Kemiskinan Kota