Epilog Kelompok 13 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN “EPILOG: IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH UNTUK MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS, KELUARGA SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA” Dosen Pengampu: Amelyadi, S. Ag, M.SI



Disusun Oleh: Mimin Tarminah Niken Tias Rifthasari



PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T Karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun makalah ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. terutama kepada bapak Amelyadi, S.Ag, M.SI yang telah membimbing kami. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang di tunjukan demi kesempurnan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga materi yang kami sajikan ini bermanfaat bagi semua pihak.



Pontianak, Oktober 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................................1 C. Tujuan...................................................................................................................2 Tujuan Umum.........................................................................................................2 Tujuan Khusus........................................................................................................2 D. Manfaat..................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3 A. Definisi ibadah, akhlak dan muamalah..............................................................3 1. Ibadah............................................................................................................3 2. Akhlak ..........................................................................................................4 3. Muamalah......................................................................................................6 B. Pribadi yang berkualitas........................................................................................7 C. Keluarga Sakinah................................................................................................11 D. Tujuan dan manfaat keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah......................14 BAB IV PENUTUP.........................................................................................................18 A. Kesimpulan.........................................................................................................18 B. Saran...................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19



iii



1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,



mencintai



kebersihan,



mengutamakan



persaudaraan,



berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya. Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah tentang dalam makalah ini yaitu tentang “Ibadah, Akhlak dan Muamalah untuk menciptakan pribadi berkualitas, keluarga sakinah dan masyarakat utama”. C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu: 1. Tujuan umum



Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ibadah, Akhlak dan Muamalah untuk menciptakan pribadi berkualitas, keluarga sakinah dan masyarakat utama. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Definis dari Ibadah, Akhlak dan Muamallah. b. Memahami Pribadi Berkualitas. c. Memahami Keluarga Sakinah. d. Memahami Tujuan dan Manfaat keluarga Sakinah mawadah dan Warahmah.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Ibadah Akhlak dan Muamalah 1. Ibadah Ibadah berasal dari kata Arab “Ibadah (jamak: ‘ibadat) yang berarti pengadilan, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk dan menghambakan diri. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman dalam QS.Adz-Dzaariyaat : 56-58



Artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka



3



memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” Kemudian Syarat diterima ibadah disisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat,



yaitu



ikhlas



karena



Allah,



mengikuti



tuntunan



Nabi



Shallallahu’alaihi wa sallam (ittiba’) 2. Akhlak Akhlak



berasal



dari



bahasa



Arab



jama’



dari



bentuk



mufradatnya“khuluqun” yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam. Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk



4



memperbaiki hubungan makhluq ( manusia ) dengan khaliq ( Allah Ta’ala ) dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluq.



Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8 :



Artinya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk. Hadits-hadits Nabi saw. demikian beragam berbicara tentang akhlak. Terkadang berisi perintah dan anjuran untuk berhias dengan akhlak yang terpuji dalam bergaul dengan manusia. Ada kalanya beliau menyebut besarnya pahala akhlak mulia dan beratnya pahala akhlak dalam timbangan. Pada kesempatan yang lain, beliau memperingatkan manusia dari akhlak yang buruk dantercela. Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz



5



meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah bersabda: akhlaknya baik paling yang adalah kalian antara di terbaik yang Sesungguhnya “ ‫نَ ُك ْم ُخلُقًا‬R‫( ” إِ َّن ِم ْن أَ ْخیَ ِر ُك ْم أَحْ َس‬HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321) 3. Muamalah Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan mufa’alah (saling berbuat), yang menggambarkan adanya suatu aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Harun, 2007). Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya. Hubungan fiqih muamalah dengan fiqih lain dalam islam yaitu ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh. Ibadah Mahdhoh yaitu ibadah yang memiliki pelaksanaannya sudah ada ketentuannya dalam Al-Qur’an maupun hadits sedangkan Ghairuh Mahdhoh adalah ibadah dengan memiliki pelaksanaannya belum ada ketentuaan baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian muamlah; a. Menurut Louis Ma’luf : pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya. b. Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang



6



telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka. c. Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar maupun dalam hal utang piutang. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280



Artinya “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. B. Pribadi Berkualitas Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi berkualitas, adalah buah dari keimanan yang kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan berumah tangga. Dalam hal ini, kita telah sepakat bahwa kemuliaan akhlak bangsa ini akan tumbuh dengan baik, bila individu-individu dalam keluarga itu telah memiliki akhlak mulia. Dan Rasulullah Saw adalah contoh utama pembentuk akhlak dalam kehidupan setiap muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Harapan demikian, insya Allah akan terwujud, manakala setiap diri kita meniatkan secara sungguh-sungguh lagi ikhlas mengharap ridha-Nya. Sehingga dari sini akan terbentuk sebuah tatanan yang terjalin dengan nilainilai akhlakul karimah. Dan melalui nilai-nilai ini dan disiplin yang



7



diamalkan oleh anggota masyarakat, maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmonis dan diselimuti ruhiah Islam. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan -keikhlasan- kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." 1. Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akherat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan. Nabi Saw bersabda, "Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenal, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan. Mereka itulah pelita hidayah. Tersisih daripada mereka segala fitnah dan angkara orang yang zalim." (HR. Imam al-Baihaqi). 2.



 



Kedua, amanah. Yaitu sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap



orang. Dalam suatu sumber menyebutkan, amanah adalah asas ketahanan ummat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya, amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya: "….maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya;…." (QS. Al Baqarah: 283). 3. Ketiga, adil. Bersifat adil, berarti menempatkan/ meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, "Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu,



8



terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri." (HR. Abu Syeikh). 4. Keempat, bersyukur. Bersyukur pada tataran menjadi pribadi unggul berlaku pada dua keadaan. (a) Sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah sama, baik sedikit atau banyak. (b) Bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman, "…. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari -kufur(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7). 5. Kelima, tekun. Ketekunan ini tidak lain adalah usaha dengan rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh. Islam sendiri, jauh-jauh hari telah menggalakan umatnya untuk tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan berjaya. Nabi Saw dalam sabdanya menyebutkan, "Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila seseorang bekerja, dia melakukan dengan tekun." (HR. Abu Daud). Perilaku



ketekunan



seseorang



ini,



maka



akan



meningkatkan



produktivitasnya, melahirkan suasana kerja yang aman, dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat sekitarnya. 6. Keenam, disiplin. Yaitu ketaatan pada aturan dan tata tertib. Untuk itu, berdisiplin dalam menjalankan suatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Sehingga perilaku disiplin ini, akan mengantarkan hasrat negara untuk menjadi maju dan unggul dapat dicapai lebih cepat lagi, bila dibandingkan dengan perilaku tidak disiplin.Lebih dari itu, dengan berdisiplin diri, seseorng itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang serta prestatif unggul. 7. Ketujuh, sabar. Yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus asa; dsb) -tenang--. Di dalam



9



menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/ pribadi unggul. Hal ini seperti dikehendaki Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 200 :



"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaranmu (lebih dari kesabaran musuh di medan perjuangan) dan tetaplah bersiap siaga (dengan kekuatan pertahanan di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (berjaya)."Akhirnya, dengan dimilikinya sifat-sifat unggul tersebut, maka seseorang akan sangat beruntung karena ia mampu mengemudi hidupnya dengan "kesempurnaan". Dan kondisi demikian, membuat seseorang dapat berperan dengan baik kepada dirinya dan alam sekitarnya. 8. kedelapan, jujur. yaitu sifat yang apabila berkata ia selalu berkata jujur, benar dan apa adanya atau sesuai dengan realita(apa yang telah dilakukan).Jujur adalah ketika kita mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Jujur juga bisa berarti sikap kita menyikapi suatu keadaan. Atau bisa juga jujur di katakan apa yang kita pikirkan dan kita rasakan di dalam hati sesuai apa yang kita ucapkan di mulut.“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq). Dan jauhilah



sifat



bohong,



karena



kebohongan



membawa



kepada



kejahatan,dan kejahan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab). (H.R. Bukhari)



10



C. Keluarga Sakinah



“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“ (QS : Ar-Ruum:21). Dalam ayat diatas, Allah menyampaikan bahwa manusia diciptakan berpasangan antara istri dan suaminya untuk mendapatkan keternangan, keterntraman, dan kasih sayang. Hal tersebut merupakan tanda kuasa Allah dan nikmat yang diberikan bagi mereka yang bisa mengambil pelajarannya. Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh para muslim yang telah menikah dan membina keluarga. Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tentunya bukan hanya sekedar semboyan belaka dalam ajaran islam. Hal ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi mereka yang mampu membina keluarganya. 1.



Makna Keluarga yang Sakinah Sakinah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau damai. Lawan kata dari ketentraman atau ketenangan adalah keguncangan, keresahan, kehancuran. Sebagaimana arti kata tersebut, keluarga sakinah berarti keluarga yang didalamnya mengandung ketenangan, ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar anggota keluarganya. Keluarga yang sakinah berlawanan dengan keluarga yang penuh keresahan, kecurigaan, dan kehancuran.Kita bisa



11



melihat keluarga yang tidak sakinah contohnya adalah keluarga yang didalamnya penuh perkelahian, kecurigaan antar pasangan, bahkan berpotensi



terhadap



adanya



konflik



yang



berujung



perceraian.



Ketidakpercayaan adalah salah satu aspek yang membuat gagal keluarga sakinah terwujud. Misalnya saja pasangan saling mencurigai, adanya pihak atau orang yang mengguncang rumah tangga atau perlawanan istri terhadap suami. Hukum melawan suami menurut islam tentunya menjadi hal yang harus diketahui pula oleh istri untuk menjaga sakinah dalam keluarga.Dengan adanya ketenangan, ketentraman, rasa aman, kedamaian maka keguncangan di dalam keluarga tidak akan terjadi. Masing-masing anggota keluarga dapat memikirkan pemecahan masalah secara jernih dan menyentuh intinya. Tanpa ketenangan maka sulit masing-masing bisa berpikir dengan jernih, dan mau bermusyawarah, yang ada justru perdebatan, dan perkelahian yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Konflik dalam keluarga akan mudah terjadi tanpa adanya sakinah dalam keluarga. 2.



Makna Keluarga yang Mawaddah Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan kasih sayang, cinta yang membara, dan menggebu. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan cinta yang menggebu pada pasangannya. Dalam islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti dimiliki oleh manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal yang sebabnya bisa dari aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya, moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang melekat pada pasangannya atau manusia ciptaan Allah. Kriteria calon istri menurut islam dan kriteria calon suami menurut islam bisa menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan untuk memunculkan cinta pada pasangan nantinya.Adanya perasaan mawaddah pastinya mampu membuat rumah tangga penuh cinta dan sayang. Tanpa adanya cinta tentunya keluarga menjadi hambar. Adanya cinta membuat pasangan suami istri serta anakanak mau berkorban, mau memberikan sesuatu yang lebih untuk



12



keluarganya. Perasaan cinta mampu memberikan perasaan saling memiliki dan saling menjaga.Keluarga yang ada perasaan mawaddah tentunya memunculkan nafsu yang positif (nafsu yang halal dalam aspek pernikahan). Kita bisa melihat, keluarga yang tidak ada mawaddah tentunya tidak akan saling memberikan dukungan, hambar, yang membuat rumah tangga pun seperti sepi. Perselingkuhan dalam rumah tangga bisa saja terjadi jika mawaddah tidak ada dalam keluarga. Masing-masing



pasangan



akan



mencari



cinta



lain



dari



orang



lain.Keluarga yang penuh mawaddah bukan terbentuk hanya karena jalan yang instan saja. Perasaan cinta dalam keluarga tumbuh dan berkembang karena proses dipupuknya lewat cinta suami istri serta anak-anak. Keindahan keluarga mawaddah tentunya sangat didambakan bagi setiap manusia, karena hal tersebut fitrah dari setiap makhluk. 3.



Makna Keluarga yang Rahmah Kata Rahmah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmah terbesar tentu berasal dari Allah SWT yang diberikan pada keluarga yang terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan juga kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.Rahmah atau karunia dan rezeki dalam keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina



rumah tangganya, serta melewati



pengorbanan juga kekuatan jiwa. Dengan prosesnya yang penuh kesabaran, karunia itu pun juga akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk cinta tertinggi dalam keluarga. Rahmah tidak terwujud jika suami dan istri saling mendurhakai. Untuk itu perlu memahami pula mengenai ciri-ciri suami durhaka terhadap istri dan ciri-ciri istri durhaka terhadap suami.



13



D. Tujuan dan Manfaat keluarga Sakinah mawadah dan Warahmah Keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga bukan hanya sekedar hubungan formal antara suami, istri, dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas tersendiri dalam masyarakat. Allah tidak pernah memberikan sebuah aturan dan menciptakan sesuatu tanpa ada alasan dan manfaat yang akan diperoleh. Semua aturan yang diberikan Allah senantiasa dikembalikan kepada misi dan penciptaan manusia di muka bumi ini. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah perintah Allah yang juga diberikan kepada keluarga untuk diwujudkan bersama. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah hal ini akan mampu membantu misi dan tujuan dalam keluarga yang islami bisa terwujud. 1.



Menunjang Misi Kekhalifahan Manusia di Muka Bumi



”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS Az - Zariyat : 56). Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah maka tujuan beribadah kepada Allah sebagai satu-satunya Illah mampu dibentuk, dikondisikan, dan saling didukung dari keluarga. Keluarga sakinah mawaddah dan rahmah anggotanya, baik suami, istri, dan anak-anak akan saling mengarahkan untuk menjalankan misi ibadah kepada Allah. Keluarga sakinah mawaddah rahmah bukan hanya cinta manusia belaka, namun lebih jauh cinta kepada keillahiahan.



14



“Ingatlah



ketika



Tuhanmu



berfirman



kepada



para



malaikat:



“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. . . . ” (QS Al-Baqarah : 30). Allah pun menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ard. Khalifah fil ard artinya adalah manusia melaksanakan pembangunan dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran di muka bumi lewat jalan apapun. Bisa menjadi ibu rumah tangga, profesi, memberdayakan ummat, dsb. Dengan adanya keluarga sakinah yang penuh cinta dan rahmah, maka misi kekhalifahan ini bisa dilakukan dengan penuh semangat, dukungan dan juga saling membantu untuk menutupi kekurangan. Adanya profesi atau karir dari masing-masing suami, istri justru bukan malah menjauh dan saling tidak bertatap wajah. Adanya hal tersebut justru membuat mereka saling mendukung agar masing-masing juga banyak berkarya untuk agama dan bangsa, karena keluarga bagian dari pembangunan ummat. 2.



Menjadi Ladang Ibadah dan Beramal Shalih



“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS : At Tahrim: 6) Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya, untuk menjauhi api neraka manusia diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan yang shaleh. Hal ini belum tentu mudah jika dijalankan sendirian. Untuk itu, adanya keluarga yang baik dan sesuai harapan Allah tentunya keluarga pun bisa



15



menjadi ladang ibadah dan amal shalih karena banyak yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga. Seorang ayah yang bekerja mencari nafkah halal demi menghidupi keluarga dan anak anaknya tentu menjadi pahala dan amal ibadah sendiri dalam keluarga. Begitupun seorang ibu yang mengurus rumah tangga atau membantu suami untuk menghidupi keluarga adalah ladang ibadah dan amal shalih tersendiri. Kewajiban istri terhadap suami dalam islam bisa menjadi ladang ibadah tersendiri. Begitupun Kewajiban suami terhadap istri adalah pahala tersendiri bagi suami dalam keluarga. Mendidik anak dalam islam juga merupakan bagian dari Ladang ibadah dan amal shalih hanya akan bisa dilakukan secara kondusif oleh keluarga yang terjaga rasa cinta, sayang, dan penuh dengan ketulusan dalam menjalankannya. Untuk itu diperlukan keluarga dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah yang bisa menjalankan ibadah dan amal shalih dengan semaksimalnya. 3.



Tempat menuai cinta, kasih, sayang dan memenuhi kebutuhan



“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS AnNahl : 72) Allah memberikan rezeki yang baik-baik salah satunya memberikan nikmat keluarga dan keturunan. Hal tersebut tentunya hal yang mahal dalam sebuah ikatan keluarga. Karena tidak semuanya dapat menikmati



16



hal tersebut. Padahal, keluarga dan perasaan kenyamanan cinta adalah fitrah yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Wanita shalehah idaman pria shaleh adalah salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri dalam keluarga. Dengan adanya keluarga sakinah mawaddah wa rahman, tentunya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia bisa dipenuhi dalam keluarga. Kebutuhan tersebut mulai dari rasa aman, tentram, rezeki berupa harta, cinta, sexual dari pasangan, kehormatan, dan tentunya bentuk-bentuk ibadah yang bisa dilakukan dalam amal salih berkeluarga. Istri adalah amanah dari suami begitupun sebaliknya. Membangun rumah tangga dalam islam buka hanya amanah suami dan istri, namun lebih jauh dari itu adalah amanah dari Allah karena pernikahan dalam islam dibentuk atas dasar nama Allah. Keluarga dan Rumah tangga bukanlah tanpa ada kegoncangan dan ujian, namun atas dasar dan nilai-nilai agama semua itu mampu diselesaikan hingga redamnya kegoncangan. Keluarga Sakinah, Mawaddah dan warahmah bukan hanya tujuan, melainkan proses untuk menggapai kebahagiaan lebih dari dunia, yaitu kebahagiaan di akhirat.



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi berkualitas, adalah buah dari keimanan yang kental. Dan ini merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan tentang itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan berumah tangga. Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh para muslim yang telah menikah dan membina keluarga. Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tentunya bukan hanya sekedar semboyan belaka dalam ajaran islam. Hal ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi mereka yang mampu membina keluarganya. B. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran para pembaca bisa berisi kritik, atau saran terhadap penulis juga atau untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.



18



DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. (2020) Fiqih Ibadah. Deepublish, 2020 Habibah, S. (2015) Akhlak Dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar. 1(4) Harun, M. H. (2007) Fiqih Muamalah. Muhammadiyah Universy Press. Http://ahmad-humaedi.blogspot.co.id/2011/06/makalah-keluargasakinah.html Https://umarhashona.wordpress.com/2014/11/11/konsep-manusiaberkualitas-menurut-al-quran-dan-upaya-pendidikan/ Http://agusyan92.blogspot.com/p/membangun-generasi-berkualitas.html Http://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/keluarga-sakinahmawaddah-wa-rahmah



19