Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 LAPORAN KASUS EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)



IDENTITAS PASIEN Nama



: Nn. NF



Umur



: 19 tahun



Agama



: Islam



Status Perkawinan



: Belum menikah



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: Mahasiswi teknik elektro semester 1



Alamat



: Jl. Poros Perumnas Blok. F/392, Makassar



LAPORAN PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 19 September 2016 dari: Nama



: Ibu H



Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



Pendidikan



: SMP



Alamat



: Makassar



Hubungan dengan pasien



: Ibu pasien



A. RIWAYAT PSIKIATRI: A.



Keluhan Utama Sulit tidur



B.



Riwayat Penyakit Sekarang 1. Keluhan dan gejala Pasien dibawa oleh keluarga ke RSKD karena sulit tidur. Keluhan dialami sejak mulai masuk perkuliahan ( ± 2 bulan yang lalu). Melalui Alloanamnesis dengan ibunya, pasien sulit tidur, terlihat sedih, murung, menyendiri, tertutup, kurang bergaul, tidak bergairah dalam melakukan aktifitas, kurang bergaul. Anaknya kurang nafsu makan dan hanya beberapa suap saja, kurang tidur bahkan pasien pernah beberapa kali berteriak pada malam hari dan terlihat tertekan dan mengatakan mengecewakan kedua orang tuanya dan merasa selama ini dan hal ini selalu dipikirkan sehingga membuat pasien selalu merasa pusing. Ibunya mengatakan anaknya mempuanyai ambisi yang tinggi dan selalu mempunyai target besar karena ingin membahagiakan orang tuanya. Melalui Autoanamnesis, pasien merasa sulit tidur, tertekan dan ketakutan, keluhan dialami bermula saat masuk kuliah lebih kurang 2 bulan yang lalu, pasien merasa minder, tidak bergairah dalam melakukan segala hal, kebingungan, hilang konsentrasi, bahkan sering lupa dimana pada apa saja yang baru dilakukan, pasien mengatakan kalau dia pribadi yang tertutup dan tidak suka menceritakan masalahnya dan hanya dipendam sendiri, sering merasa sedih dan tertekan, dan dialaminya terus menerus dan menjadi beban dan memuncak saat masuk perkuliahan. Pasien merasa bersalah pada orang tuanya karena merasa belum bisa membahagiakan orang tuanya dan belum bisa melakukan yang terbaik hingga saat ini dan hal ini membuatnya stress, pasien mengatakan ingin menangis namun seperti tidak bisa lagi menangis, merasa putus asa dan pernah ada keinginan mengakhiri hidupnya karena bingung apa yang akan dia lakukan selanjutnya sekitar 1 bulan yang lalu, namun takut dosa dan masuk neraka, pasien tidak pernah merasa bahagia berlebihan sebelumnya, pasien pernah bercita-cita ingin menjadi seperti BJ Habibie dan itu malah menjadi beban pikirin buat dia, pasien tidak pernah



dibully disekolahnya. Pasien tidak pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, merasa ada yang mengendalikan pikirannya. 2. Hendaya dan disfungsi Hendaya sosial (+) Hendaya pekerjaan (+) Hendaya gangguan waktu senggang (+) 3. Faktor stress psikososial Merasa belum melakukan yang terbaik, memikirkan hal-hal yang belum terjadi, dan menargetkan segala hal yang menjadi beban pikiran (Masalah keluarga- keluarganya maukan dia menjadi yang terbaik dalam kuliah walaupun di luar kemampuannya). 4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis sebelumnya Infeksi tidak ada, Trauma tidak ada, kejang tidak ada, NAPZA tidak ada. C.



Riwayat Gangguan Sebelumnya. 1. Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan dialami bermula saat masuk kuliah lebih kurang 2 bulan yang lalu. 2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif Pasien tidak pernah minum alcohol, merokok dan minum obat-obat terlarang. 3.



Riwayat Pengobatan Sebelumnya Pasien sebelumnya pernah berobat ke puskesmas dengan keluhan susah tidur dan gelisah, diberikan obat tablet berwarna putih, namun tidak meketahui namanya.



D.



Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun) Pasien lahir normal di rumah sakit dibantu oleh dokter. Lahir cukup bulan dan tidak ada cacat lahir , berat badan lahir tidak diketahui. ASI sampai umur 2 tahun. 2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)



Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada perilaku yang menonjol. 3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun) Pada usia 6 tahun pasien masuk SD Selama sekolah pasien termasuk anak yang pintar dan juara kelas dan memiliki pergaulan yang baik dengan teman sebayanya. 4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun) Pasien pernah menjadi juara kelas saat SMP, Pasien melanjutkan sekolah sampai tamat SMA, prestasi biasa saja. Hubungan dengan teman sebaya baik, namun pasien dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan tidak senang bergaul. 5. Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat Pekerjaan : Mahasiswi teknik elektro semester 1 b. Riwayat Pernikahan : Pasien belum menikah c. Riwayat Agama : Pasien beragama Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan cukup baik. 6. Riwayat Kehidupan Keluarga Pasien anak pertama dari dua bersaudara (♀,♂), Hubungan dengan keluarga baik, riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang sama tidak ada. 7. Situasi Sekarang Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya. 8. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan memerlukan pengobatan (tilikan 6).



II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL



A.



Deskripsi Umum: 1. Penampilan Pasien seorang perempuan, berusia 19 tahun, kelihatan murung, perawakan fisik sesuai usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, berkulit sawo matang. Pada saat wawancara pasien mengenakan jilbab hitam, baju kaos coklat, celana kain panjang hitam, Kebersihan dan perawatan diri cukup, berpakaian sederhana. 2. Kesadaran Baik 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pasien tenang, kontak mata dengan pemeriksa cukup. 4. Pembicaraan Spontan, lancar, intonasi pelan. 5. Sikap terhadap pemeriksa Kooperatif



B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian 1. Mood



: Sedih



2. Afek



: Appropriate → Depresi



3. Empati



: Dapat dirabarasakan



C. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Taraf pendidikan: Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikan. 2. Daya konsentrasi 3. Orientasi



: Baik



 Tempat



: baik



 Waktu



: Baik



 Orang



: Baik



4. Daya Ingatan  Jangka panjang : Baik  Jangka pendek :Baik  Jangka segera



: Baik



5. Pikiran Abstrak



: Baik



6. Bakat Kreatif



: Tidak ada



7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik D.



E.



Gangguan Persepsi 1. Halusinasi



: Tidak ada



2. Ilusi



: Tidak ada



3. Depersonalisasi



: Tidak ada



4. Derealisasi



: Tidak ada



Proses Berpikir 1. Arus pikiran 



Produktivitas



: Cukup







Kontinuitas



: Relevan dan koheren







Hendaya berhasa



: Tidak ada



2. Isi Pikiran



F.







Preokupasi



: Tidak ada







Gangguan isi pikiran



: Tidak ada



Pengendalian impuls



: Tidak terganggu



G.



H.



Daya Nilai 1. Normo Sosial



: Tidak terganggu



2. Uji Daya Nilai



: Tidak terganggu



3. Penilaian Realitas



: Tidak terganggu



Tilikan (Insight) Derajat 6 (Pasien merasa bahawa dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan).



III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. Status Internus a. Keadaan umum : Sakit Ringan b. Kesadaran



: Composmentis



c. Tanda vital -



Tekanan Darah : 110/70 mmHg



-



Nadi



: 83 x/menit



-



Suhu



: 36,8oC



-



Pernapasan



: 20 x/menit



Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan. 2. Status Neurologi a. GCS



: E4M6V5



b. Rangsang meningeal



: Tidak dilakukan



c. Tanda ekstrapiramidal - Tremor tangan



: tidak ada



- Cara berjalan



: baik



- Keseimbangan



: baik



d. Sistem saraf motorik dan sensorik tidak terganggu e. Pupil bulat isokor diameter ODS 2,5mm / 2,5 mm f. Refleks cahaya +/+ g. Kesan



IV.



: Normal



IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien dibawa ke poliklinis RSKD untuk pertama kalinya dengan keluhan merasa sulit tidur yang dialami sejak mulai masuk perkuliahan ( ± 2 bulan yang lalu), menurut keluarga, pasien terlihat sedih, murung, tertutup, kurang bergaul, tidak



bersemangat, kuarang nafsu makan, kurang tidur. Pasien sering



menyalahkan diri sendiri. Dari hasil autoanamnesi, pasien merasa minder, kebingungan, sulit konsentrasi, tertutup, putus asa dan pernah berpikir untuk mengahiri hidupnya kira-kira 1 bulan yang lalu, pasien merasa bersalah dan kecewa pada dirinya karena merasa belum melakukan yang terbaik, belum bisa membalas kebaikan orang tuanya dan belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Pasien tidak pernah merasa bahagia berlebihan sebelumnya. Dalam pemeriksaan status mental didapatkan pasien berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, berkulit sawo matang. kelihatan murung, pada saat wawancara pasien mengenakan jilbab hitam, baju kaos coklat, celana kain panjang hitam, kebersihan dan perawatan diri cukup, berpakaian sederhana,



kesadaran baik, perilaku dan aktivitas



psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi pelan, sikap terhadap pemeriksa kooperatif, mood sedih, afek appropriate (depresi), empati dapat dirabarasakan, fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, konsentrasi baik, orientasi baik, daya ingat baik, pikiran abstrak baik, bakat kreatif tidak



ada, kemampuan menolong diri sendiri baik, produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan koheren, tidak terdapat gangguan persepsi. pengendalian impuls dan daya nilai baik, tilikan derajat 6 dengan taraf dapat dipercaya. pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan. V. EVALUASI MULTIAKSIAL 1. Aksis I Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan gejala klinis yang bermakna, Mood yang depresif, Anhedonia, Anenergi, Tidur terganggu Nafsu makan berkurang, perrnah berpikir ingin bunuh diri, Konsentrasi, perhatian berkurang, putus asa, minder, serta terdapat hendaya social, pekerjaan dan waktu senggang, sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, sehingga didiagnosis gangguan jiwa non psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologi tidak ditemukan adanya kelainan , sehingga gangguan mental organik dapat disingkirkan sehingga dapat didiagnosis gangguan jiwa non psikotik non organik. Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan tiga gejala utama depresi yang dialami sejak 2 bulan berupa kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah, dan afek hipotimia, disertai gejala tambahan berupa sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri berkurang, pandangan masa depan yang suram dan pesimis, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu, gagasan membahayakan diri sendiri, serta nafsu makan berkurang sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat didiagnosis sebagai Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32-2).



2. Aksis II



Tidak didapatkan data yang cukup 3. Aksis III Tidak ada diagnosa



4. Aksis IV : Masalah dengan pendidikan



5. Aksis V : GAF Scale (Global Assesment Functioning) Scale 50-41 gejala berat, disabilitas berat.



VI. DAFTAR PROBLEM A. Organobiologik : Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien memerlukan farmakoterapi. B. Psikologi : Ditemukan adanya gejala depresi sehingga pasien memerlukan psikoterapi untuk menghilangkan masalah. C. Sosiologik : Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi. VII. PENGOBATAN A. Farmakoterapi: 1. Fluoxetine tab 20 mg (1-0-0) Alprazolam tab 0.5 mg (0-0-1)



B. Psikoterapi dan konseling



:



1. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega. 2. Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya. 3. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung.



VIII. PROGNOSA A. Faktor pendukung kearah prognosis baik : 1. Tidak ada kelainan organic 2. Ada dukungan dari keluarga 3. Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama 4. Pertama kalinya menderita gangguan seperti ini. 5. Stressor psikososial yang jelas 6. Pasien mau berobat B. Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk 1.



Onset di usia muda



2.



Belum menikah



3.



Masih dalam masa pendidikan



C. Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien 1.



Quo ad Vitam



: Dubia Ad Bonam



2.



Quo ad Functional



: Dubia Ad Bonam



3.



Quo ad Sanationam



: Dubia Ad Bonam



IX. FOLLOW UP Pasien diminta untuk rutin datang kontrol dan pastikan pasien meminum obatnya. Selain itu, memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta efektivitas terapi dan efek samping dari obat yang diberikan.



LAMPIRAN Alloanamnesis DM : Dokter Muda



KP : Keluarga Pasien



DM : Assalamualaikum ibu, perkenalkan diri saya dokter muda Mohamad Hisyamuddin, boleh saya tau siapa nama ibu ? KP : Nama saya Wati dok DM : Pendidikan terakhir ta bu ? KP : Tamat SMA dok DM : Pekerjaan ta apa bu ? KP : Ibu rumah tangga dok DM : Apa hubungan ibu dengan Ny. NF ? KP : Saya ibunya Ny. NF dok DM : Keluhannya kita bawa anak ta ke sini kenapa? KP : Sulit tidur ki dok, sering terlihat sedih, menyendiri, kurang bergaul, tidak berghairah dalam melakukan aktivitas, dan kurang nafsu makan. DM : Sudah berapa lama anak ta begitu bu? KP : Kira-kira kurang lebih 2 bulan begitu dok DM : Kita tau pa kapa kira-kira yang memicu Ny. NF jadi begitu bu? KP : Yang saya tau dok dia begitu kalo lagi banyak pikiran, kayak dia belum cukup berpuas hati terhadap pencapaian akademis nya sewaktu kuliah dok. DM : Cuma itu faktor stressnya atau ada lagi? KP : Setahu saya cuma itu dok DM : Anak ta itu sebelum jadi begini/ sakit dia bagaimana? KP : Sebelum 2 bulan terakhir ini dia bagus ji, pergaulannya bagus,tetap ceria dan nafsu makannya bagus ji dok. Pokoknya biasa-biasa saja dok. DM : Ny. NF pernah cerita sama kita ada dia dengar-dengar atau lihat yang sebenarnya Tidak ada?



KP : Setahu saya tidak ada yang begitu- begitu dok. DM : Pernah nda Ny. NF memukul atau melukai orang lain? KP : Tidak pernah dok. DM : Ny. NF ini sudah menikah atau belum? KP : Belum menikah dok. DM : Dulu anak ta bagaimana lahirnya? KP : Lahir normal ji dok di rumah sakit. DM : Dia minum ASI bu? KP : Iya dok minum ASI selama 2 tahun dok. DM : Ada sakit-sakitnya Ny. NF waktu kecil ? KP : Tidak ada dok. DM : Ny. NF tinggal sama siapa sekarang? KP : Sama saya, suami saya dan adiknya. DM : Ny. NF ada merokok atau tidak bu? KP : Tidak ada dok. DM : Ada minum alkohol nda? KP : Tidak dok. DM : Obat- obatan ? KP : Tidak ada dok. DM : Pernah kecelakaan dengan kepala terbentur atau operasi kepala? KP : Tidak pernah kecelakaan dok. DM : Iya saya kira itu saja pertanyaannya ya bu, semoga informasi ini bermanfaat buat Kesembuhan anak ta ya dan terima kasih atas kerjasamanya ya bu. KP : Iya dok, sama- sama.



Autoanamnesis (DM : dr Muda, P : Pasien)



DM



: Tabe. Perkenalkan nama saya Mohamad Hisyamuddin, saya dokter muda yang bertugas di sini. Kalau boleh tahu siapa nama ta’ ?



P



: NF dok.



DM



: Datang ke sini dengan siapa ?



P



: Dengan orang tua



DM



: Umur ta’ brp sekarang?



P



: 19 tahun dok.



DM



: Tinggal dimana dan bersama siapa?



P



: Di Sudiang, dengan orang tua



DM



: Kalau boleh tau, apa keluhan ta’?



P



: Sering ka merasa sulit tidur



DM



: Sejak kapan itu kita merasa sulit tidur?



P



: Sebenarnya sudah lama dok, sejak 2 bulan yang lalu, tetapi baru ka mau terbuka sekarang sama ibu ku



DM



: Sulit tidur kenapa ki?



P



: Takut ka gagal dok



DM



: Gagal dalam hal apa?



P



: Gagal dalam ujian, kuliah ku dok, takutka kecewakan orang tua ku, selama ini belum pa lakukan yang terbaik buat orang tua ku, ndk bisa pka balas kebaikannya.



DM



: Jadi siapa yang tekan ki?



P



: Diriku sendiri ji.



DM



: Dari ta kapan sudah memberat begini atau baru-baru pi?



P



: Dulu kaya angkuh, sombong, dari dulu sy rasa dok,selalu ka terbebani, puncaknya waktu masuk kuliah ini dok.



DM



: Dari ta SD-SMA punya ki masalah atau pernah dibully sama teman-teman ta?



P



: Tidak pernah ji dok



DM



: Kita bilang bermula saat masuk kuliah, ada masalah ta dengan senior atau materi kuliah?



P



: Baru ka sadar waktu kuliah ndk bisa bersifat anak-anak,



DM



: Sering ki keluar rumah jalan-jalan sama teman-teman ta?



P



: Jarang, dirumah saja



DM



: Kalau dirumah bikin apa sj, belajar terus ki?



P



: Ndk belajar ka dok, bingun apa yang mau kulakukan, pusing ka apa yang harus ku lakukan dulu, kayang merasa orang paling bodohka, kunci sj tidak sy tau kusimpan dimana.



DM



: Kalau nafsu makan bagus ji?



P



: Sedikit ji makan ku, beberapa sendok sj.



DM



: Kita kuliah dimana?



P



: Teknik elektro UH Sem.1



DM



: Masuk lewat jalur apa?



P



: Jalur undangan melalui SMA



DM



: Kalau boleh tau, apa cita-cita ta?



P



: Mauka jadi seperti BJ. Habibie, biar bisa ka bahagian orang tua ku



Dm



: Itu cita-cita ta kita piker terus?



P



: Iya dok, kaya jadi bebak kurasa



DM



: Waktu SMA dapat peringkat berapa?



P



: Tidak dapat peringkat



DM



: Dari SD sampai SMA pernah dapat peringkat?



P



: Pernah waktu SMP dapat peringkat 1 dikelas, tapi saya tidak kasi tau orang tua ku, karena nanti dibilang sombong.



DM



: SMA dimana ki dulu?



P



: SMA 6 sudiang



DM



: Sering datang teman ta kerumah?



P



: Sekali-kali ji datang, jarang ka bergaul



DM



: Disekolah ta tipe orang pendiam ki?



P



: Iye, sering juga minder sama diri sendiri



DM



: Minder dalam hal apa?



P



: Saya juga tidak tahu dok, stress ka juga ndk tau kenapa.



DM



:Selama ini bagaimana perasaan ta’ tentang pencapaian selama ini?



P



: Tidak puas ka dok,ibu saya sudah berikan yang terbaik buat saya, baru saya begini.



DM



: Kalau lagi kuliah ki, bisa jki konsetrasi waktu dosen mengajar?



P



: Tidak mengerti sama sekali ka dok.



DM



: Kalau direspon bisa ji jawab ?



P



: Ndk bisa dok



DM



: Kalau tidur bisa tidak?



P



: Ndk tidur juga dok, karena selalu ka pikir hala-hal yang bahkan belum terjadi, kalau ada juga btugas ku yang belum selesai, sering ka terbangun, tapi tidak tau jug bagaimana mau selesaiakan tugas itu, jdi bingung Ka.



DM



: Ada perasaam mau putus asa?



P



: Iye dok (dengan ekpresi meringis), saya bingung mau lanjutkan hidupku bagaimana



DM



: Pernah ki berpikir untuk bunuh diri



P



: Pernah dok, tapi taku ka dosa dan masuk neraka.



DM



: Pernah kimerasa tida



DM



: Ada perasaan ta kayak berat sekali jalani ini hari-hari ta’?



P



: Iya dok, seperti 1 hari itu panjang sekali waktunya.



DM



: Ndk pernah ki ajak teman ta untuk bercerita atau curhat?



P



: Saya ndk suka curhat dok, saya pendam sendiri ji, ini juga baru-baru saya cerita samaibuku.



DM



: Pernah ki merasa tiba-tiba gembira tanpa sebab atau selalu ki sedih terus dari dulu?



P



: Susah saya mau ketawa dok, saya juga susah mau menagis, Waupun hati saya rasa berat sekali.



DM



: Pernah ki dengar bisikan-bisikan yang tidak didengar orang lain?



P



: Tidak ji dok



DM



: Kalau bunying atau bau-bauan?



P



: tidak jijuga dok



DM



: Baik. Saya rasa saya sudah cukup pertanyaannya. Saya berharap semoga kondisinya semakin membaik. Terima kasih



P



: Iya dok. Terima kasih banyak dok



BAB II DISKUSI



1. Definisi Depresi Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2012). Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison dkk, 2006). Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DMS (Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang dikenal sebagai gangguan afektif (Kaplan & Sadock, 2010). Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang diatandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa (Hawari,2010). 2. Tingkat Depresi Kriteria diagnostik untuk tingkat gangguan depresi mayor menurut DSM-V dibagi dua yaitu gangguan depresi mayor dengan psikotik dan nonpsikotik serta gangguan mayor dalam remisi parsial dan gangguan parsial dalam revisi penuh. Gangguan depresi mayor meliputi gangguan depresi ringan, sedang dan berat tanpa ciri psikotik yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Ringan, jika ada beberapa gejala yang melebihi dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan gejala hanya menyebabkan gangguan ringan dalam fungsi pekerjaan atau dalam aktivitas yang biasa dilakukan.



2. Sedang, gangguan fungsional berada diantara ringan dan berat 3. Berat, tanpa ciri psikotik, beberapa gejala melabihi dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan gejala dengan jelas mengganggu fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Berpedoman pada PPDGJ III dalam penelitian Trisnapati 2011 dijelaskan bahwa, depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang. Gejala tersebut terdiri atas gejala utama dan gejala lainnya yaitu : 1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang-kurangnya selama dua minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan. 2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial. 3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset sangat cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu dalam dua minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu meneruska kegiatan sosialnya. Faktor yang mempengaruhi depresi seperti psikodinamik, psikososial, dan biologis semuanya berperan penting dalam pengendalian impuls (Kaplan & Sadock, 2010).



3. Diagnosis Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik adalah sebagai berikut: (a) Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) : 1) Afek depresif, 2) Kehilangan minat dan kegembiraan, 3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. (b) Gejala lainnya : 1) Konsentrasi dan perhatian berkurang 2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis 5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 6) Tidur terganggu 7) Nafsu makan berkurang (c) Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnyadan berlangsung cepat. (d) Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklarifikasi dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)



Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F32.2) adalah sebagai berikut: a) Semua 3 gejala utama depresi harus ada b) Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya , dan beberapa di antarnya harus berintensitas berat. c) Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. d) Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat , maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu e) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu adanya mood yang menurun (sedih), menurunnya minat pasien untuk melakukan pekerjaannya lagi dan kehilangan energi. Gejala-gejala di atas berlangsung sejak lebih dari 2 minggu, maka dari itu pasien didiagnosis Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F32.2).



DAFTAR PUSTAKA



1. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th Edition; 2015 Lippincott Williams & Wilkins. 2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 5th edition. Washington D.C; American Psychiatric Associated, 2013 3. Departemen



Kesehatan



direktorat



Jenderal



Pelayanan



Medik.



Pedoman



Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama, Jakarta: Departemen Kesehatan. 1993.pg.68.