Esai Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Arsita Neswati XII IPA 4/04 Menyusun Kerangka Esai : Paragraf pembuka



: Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.



Paragraf isi



: 1. Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan penambahan pembelajaran yang mengembangkan bakat dan potensi peserta didik. 2. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, sosial, rekreasi, persiapan karier yang dalam pelaksanaanya harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu individual, pilihan, keterlibatan aktif, menyenangkan, etos kerja,dan kemanfaatan social. 3. Manfaaat bagi peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat memperoleh “nilai plus” dan dapat membentuk sikap peserta didik. 4. Kegiatan ekstrakurikuler itu penting dapat diartikulasikan kedalam 3 lingkup pendidikan nilai (Menurut Taylor). 5. Menurut teori, hasil belajar dari kegiatan tatap muka di ruang kelas hanya 20% dari ilmu pengetahuan yang seharusnya diserap



Paragraf penutup



: Upaya penanganan yang dapat dilakukan secara menyeluruh untuk menangani kegiatan ekstrakurikuler dengan sungguh-sungguh.



Pengembangan Diri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Apakah “pengembangan diri” itu ? Yaitu suatu kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Bagi setiap peserta didik pengembangan diri itu sangat penting. Karena bukan sebuah mata pelajaran, penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif bukan kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Dalam dunia persekolahan, kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) menjadi bagian penting dari sekolah. Seperti yang kita tahu saat ini kalau kegiatan Ekstrakurikuler dikenal sebagai kegiatan tambahan pelajaran sesuai pelajaran yang diinginkan dan tertera di daftar kegiatan ekstrakurikuler. Mengapa kegiatan ekstrakurikuler wajib diikuti bagi peserta didik ? Karena kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan penambahan pembelajaran yang mendorong atau mendidik peserta didik untuk mendalami pelajaran yang dianggap kurang dan yang mereka



senangi atau mengembangkan bakat dan potensi peserta didik yang pastinya dimiliki setiap orang. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, sosial, rekreasi, persiapan karier yang dalam pelaksanaanya harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu individual, pilihan, keterlibatan aktif, menyenangkan, etos kerja,dan kemanfaatan social. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsurunsur sasaran kegiatan, substansi kegiatan, waktu pelaksana kegiatan, serta keorganisasiannya, tempat, dan sarana. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan secara terprogram maupun tidak terprogram yang penilaiannya secara kualitatif deskripsi. Pertanyaanya, sejauh mana program ekskul dapat memberi manfaaat bagi peserta didik yang mengikutinya ? Jawabnya banyak sekali. Adanya kenyataan bahwa peserta didik yang mengikuti program ekskul dapat memperoleh “nilai plus”, yang tidak didapatkan oleh peserta didik yang tidak mengikuti ekskul apapun. Nilai plus tak hanya angka nilai mata pelajaran tertentu (yang ada hubungannya dengan ekskul itu), tetapi lebih jauh bermanfaat dari sekadar angka nilai dalam buku laporan pendidikan. Manfaat itu tak hanya dirasakan tatkala peserta didik menjadi pelajar, tetapi seterusnya dalam kehidupan ia bermasyarakat, melewati ruang dan waktu. Anak-anak yang aktif dalam ekskul keagamaan misalnya, kemingkinan ia akan aktif dalam kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggalnya. Program ekskul dapat membentuk sikap peserta didik. Peserta didik menjadi terampil dan terbiasa dengan suatu kegiatan, sebagai buah dari keaktifannya mengikuti suatu kegiatan ekskul. Program ekskul dapat membiasakan siswa terampil mengorganisasi, mengelola, menambah wawasan, memecahkan masalah, sesuai karakteristik ekskul yang digelutinya. Perlu dicatat, sikap tersebut tidak didapat dari hasil belajar tatap muka di ruang kelas. Pengetahuan dan keterampilan baris-berbaris bisa didapat peserta didik yang ikut bergabung dalam ekskul Paskibra (Paukan Pengibar Bendera), kebiasaan meneliti dan mengkaji didapatkan dari ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja), keterampilan kepanduan hanya bias didapat dari ekskul Pramuka, keterampilan menulis puisi atau menulis cerpen didapat dari ekskul sanggar sastra. Kegiatan ekstrakurikuler itu penting dapat diartikulasikan kedalam 3 lingkup pendidikan nilai (Menurut Taylor), yaitu : (1) Pendidikan nilai adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan nilai-nilai edukatif, baik yang tercakup dalam manajemen pendidikan maupun dalam kurikulum pendidikan. Dari hal yang paling luas sampai yang paling sempit. Caranya dapat diwakili oleh pencapaian visi dan misi untuk pengembangan nilai, moral, etika, dan estetika sebagai keseluruhan dimensi pendidikan sampai pada tindakan guru dalam melakukan penyadaran nilainilai pada peserta didik.



(2) Pendidikan nilai adalah situasi yang berpengaruh tehadap pekembangan pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman, harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana bermusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dsb. Semua situasi pendidian tersebut berpengaruh terhadap pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka. (3) Pendidikan nilai adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik. Artinya pendidikan nilai berlangsung melaui sejumlah kejadian yang tidak terduga, seketika, sukarela, dan spontanitas. Semua tidak direncanakan sebelumnya, tidak dikondisikan secara sengaja dan dapat terjadi kapan saja. Penggalan-penggalan peristiwa seperti itu merupakan hidden curriculum yang dalam kasus pengalaman tertentu dapat berupa suatu kejadian kritis (critical incident) yang mampu mengubah tatanan nilai dan perilaku seseorang (peserta didik). Tiga lingkup pendidikan nilai yang diuraikan di atas memberikan gambaran bahwa proses belajar nilai pada peserta didik melibatkan semua cara, kondisi, dan peristiwa pendidikan. Karena itu, peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung di luar jam tatap muka di kelas atau sering disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian atau pengembangan diri peserta didik merupakan inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian yang matang merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik . Merea dituntut untuk memiliki kematangan dan keutuhan dalam lingkup dunia hunian mereka sebagai anak yang tengah belajar. Mereka mampu mengembangkan bakat dan minat, menghargai orang lain, bersikap kritis, terhadap suatu kesenjangan, berani mencoba hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap lingkungan, sampai pada melakuan kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan. Dalam konteks Pendidikan Nasional, semua cara, kondisi, dan peristiwa dalam kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya diarahkan pada kesadaran nilai-nilai universal agama sekaligus pada upaya pemeliharaan beragam. Karena itu, pada beberapa sekolah, program ekstrakurikuler dikembangkan secara integral baik dalam pengalaman fisik maupun dalam pengalaman psikis. Model-model pengembangan kegiatan ekstrakurikuler hendaknya selalu diarahkan secara integral untuk mencapai tahapan-tahapan perkembangan kepribadian peserta didik yang matang. Oleh karena itu, peserta didik yang tidak mengikuti satu pun program ekskul, tidak akan mendapat apa-apa selain pengetahuan dari hasil belajar dalam program intrakurikuler. Itu pun tak sepenuhnya karena konon menurut teori, hasil belajar dari kegiatan tatap muka di ruang kelas hanya 20% dari ilmu pengetahuan yang seharusnya diserap. Selebihnya harus didapatkan sendiri di luar jam pelajaran dengan cara membaca, meneliti, dan mengkaji.



Mengingat manfaatnya cukup besar, semestinya sekolah menangani program ekskul ini dengan sungguh-sungguh. Upaya penanganan dapat dilakukan secara menyeluruh, meliputi : (1) pengadaan kegiatan ekskul dalam berbagai bidang sesuai dengan minat dan bakat siswa, (2) penunjukan guru Pembina yang sesuai dengan kemampuan serta kesungguhannya dalam membina, (3) penentuan materi yang jelas dari setiap bidang ekskul, (4) evaluasi secara berkelanjutan.