PTK Bahasa Indonesia Kritik Sastra Dan Esai 17-18 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Didalam kehidupan kita, Bahasa adalah alat komunikasi yang paling signifikan didalam komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan dengan berbicara, menulis dan lain sebagainya. Dengan bahasa kita bisa mengungkapkan perasaan, ide-ide, dan pikirin kita kepada seseorang secara langsung, dengan selembar kertas atau dengan gerakan tubuh. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Bahasa itu sangat penting untuk semua orang didunia ini, dengan bahasa mereka mampu menjalin hubungan dengan orang lain yang berasal dari latarbelakang bahasa yang berbeda. Misalnya bahasa Indonesia, bahasa Indonesia adalah sebuah bahasa internasional. Dimana bahasa ini digunakan sebagai alat komunikasi dalam forum-forum internasional. Sekarang ini, banyak Negara didunia ini menggunakannya sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang sangat penting yang harus diajarkan sejak dini sampai dengan perguruan tinggi seperti SD, SMA, SMA dan Universitas. Salah satu tujuan pembelajaran di SMA adalah mengembangkan kemampuan mendengarkan dalam bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dalam kurikulum Bebasis Kompetensi dinyatakan dengan istilah Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah ” .Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat”.



2



Ketika kita mempelajari bahasa Indonesia, kita mengenal empat komponen bahasa, seperti: mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara, dimana keempat komponen ini menjadi faktor utama dalam mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Komponen – komponen ini akan mengembangkan kemampuan komunikasi siswa baik secara lisan atau tulisan. Menyimak skill, salah satu kemampuan menerima, adalah sebuah tehnik komunikasi dimana pendengar bisa mengerti, menginterpretasikan dan mengevaluasi apa yang mereka dengar. Kemampuan untuk mendengarkan secara aktif dapat meningkatkan hubungan pribadi melalui mengurangi konflik, memperkuat kerjasama ,mengembangkan pemahaman. Menyimak adalah salah satu komponen bahasa yang masih menjadi kendala bagi siswa untuk dipelajari. Kita bisa mengetahui dari pencapaian siswa. Nilai yang mereka dapatkan masih rendah jika dibandingkan dengan komponen-komponen bahasa lain seperti reading dan writing. Komunikasi akan berjalan lebih baik jika pendengar bisa merespon apa yang pembicara bicarakan. Namun, kebanyakan siswa masih memiliki kesulitan dalam mendengar karena adanya perbedaan dialek. Perbedaan tersebut tidak hanya dari segi pengucapan tetapi juga dari kebudayan. Secara gramatikal juga bisa mengakibatkan misunderstanding antara pembicara dan pendengar. Rendahnya kemampuan menyimak siswa dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : minimnya pengetahuan bahasa Indonesia siswa, masih minimnya pembendaharaan kosakakata siswa, kurangnya latihan komunikasi berbahasa Indonesia siswa dalam kehidupan



3



sehari-hari, rendahnya aktifitas memahami bahasa Indonesia siswa, rendahnya kualitas tugas-tugas siswa, dan kurang tepatnya tehnik yang digunakan guru. Di antara sekian faktor penyebab rendahnya keterampilan siswa memahami dalam bahasa Indonesia teknik pembelajaran yang kurang tepat merupakan faktor yang paling dominan. Guru secara terus menerus memperkenalkan pola-pola dan ungkapan bahasa Indonesia tanpa melalui konteks atau situsi yang tepat, dan tidak diikuti oleh latihan dan penerapan atau praktek mendengarkan. Kegiatan interaksi antar siswa sangat kurang. Oleh karena itu peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia tidak optimal. Didalam mengatasi masalah tersebut, para guru harus tetap berusaha mencari cara agar bagaimana masalah itu bisa teratasi. Guru harus mampu menggunakan beberapa metode pembelajaran khususnya dalam mengajarkan Menyimak. Dan salah satu tehnik yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan mendengar siswa adalah melalui Kritik Sastra dan Esai. Audiolingual or Kritik Sastra dan Esai adalah metode yang sangat menarik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu metode ini bertujuan agar pelajar atau siswa mampu memahami target bahasa, berbicara dengan pengucapan yang dapat diterima dan benar secara gramatikal, dan mampu memahami materi yang dipresentasikan. Suleiman (1985:11) mengatakan bahwa Kritik Sastra dan Esai or Audiolingual adalah media yang dapat dilihat dan didengar dalam melaksanakan komunikasi. Salah satu Audio-lingual method adalah video. Video bisa diputar sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Itu bisa digunakan untuk menonton film. Berdasarkan film tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa.



4



Berdasarkan latarbelakang diatas dan mengetahui kelemahan siswa dalam mempelajari Menyimak dan kurangnya kemampuan siswa terhadap pemahaman Menyimak. Maka penulis focus untuk mengajar Menyimak melalui Kritik Sastra dan Esai bagi siswa SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 . B. Perumusan Masalah Dari analisis situasi di atas, penulis dapat merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut: 1.



Bagaimana proses Peningkatan Keterampilan Menyimak



untuk



memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 2. Bagaimana hasil Peningkatan Keterampilan Menyimak



untuk



memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual Pada SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018



C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:



5







Ingin Mengetahui Proses



Peningkatan Keterampilan Menyimak



untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual Pada SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018. 



Ingin mengetahui hasil Peningkatan Keterampilan Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual Pada SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018



D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi siswa dan guru. 1. Siswa diharapkan akan lebih termotivasi dalam mendengarkan dan menyimak percakapan dalam bahasa Indonesia dan memberikan kesempatan lebih terhadap siswa dalam praktek menyimak sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuannya dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar. 2. Guru diharapkan agar lebih kreatif dalam menerapkan tehnik pembelajaran Menyimak. BAB II KAJIAN PUSTAKA



6



A. Kajian Teori Pembelajaran Menyimak Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, disamping membaca, berbicara, dan menulis. Komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan lancar tanpa keterampilan Mendengarkan. Keterampilan Mendengarkan merupakan dasar keterampilan berbicara yang baik. Sutari,dkk.(1997:17) menyatakan bahwa menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana Tarigan (1983:19) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,



7



menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari,dkk.1997:19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan memdengarkan bunyi bahasa, mengidentifakasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau sebaliknya.



1. Menyimak a. Definisi Menyimak Menyimak dibedakan dari mendengar dan mendengarkan. Dalam hal ini, mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi melalui telinga tanpa unsur kesengajaan dan tanpa perencanaan. Mendengarkan merupakan kegiatan menangkap bunyi dengan perhatian karena ada unsur ketertarikan. Meskipun demikian, pendengar tidak memiliki keinginan untuk memahami lebih lanjut. Menyimak adalah kegiatan bertujuan (sengaja dilakukan), memiliki target tingkatan pemahaman yang dibutuhkan serta memperhatikan aspek-aspek nonkebahasaan, seperti tekanan, nada, intonasi, ritme, dan jangka suara (Musfiroh dan Rahayu, 2004: 5). Menyimak ialah mendengarkan dengan pemahaman atau pengertian, bahkan sampai ke tingkat apresiasi (Pintamtiyastirin, 1983: 11). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh



8



perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008: 31). Dalam keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkandung dalam bunyi, unsur kemampuan mengingat pesan, juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengertian menyimak (Sutari, dkk. 1997: 19). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu tujuan dan target tertentu dengan cara menangkap bunyi yang didengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, dan apresiasi agar dapat memahami makna ujaran yang didengar serta dapat menafsirkannya sebagai upaya memperoleh informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat. b. Tujuan Menyimak Menyimak merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh suatu tujuan. Tujuan orang melakukan kegiatan menyimak bermacam-macam. Tujuan menyimak yang dimiliki seseorang belum tentu sama dengan tujuan menyimak yang dimiliki orang lain. Dalam proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan (Sutari, dkk. 1997: 22) adalah sebagai berikut sebagai berikut. 1) Adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. 2) Pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan sesuai dengan kehendak pembicara.



9



Berdasarkan dua aspek tujuan di atas jika di perinci lebih jauh maka tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut. a) Mendapatkan fakta Mendapatkan fakta dapat dilakukan melaui berbagai cara, bisa melalui keterampilan



membaca,



bisa



pula



melalui



keterampilan



menyimak.



Mendapatkan fakta melalui keterampilan menyimak dapat di peroleh dari radio, televisi, pertemuan, menyimak ceramah-ceramah, dan sebagainya. b) Menganalisis fakta Menganalisis fakta yaitu proses menaksir fakta-fakta atau infromasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta. c) Mengevaluasi fakta Mengevalusi fakta atau gagasan dilakukan penyimak yang kritis dengan mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya. d) Mendapatkan inspirasi Menyimak bukan untuk memperoleh fakta saja melainkan untuk memperoleh inspirasi. Mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham. e) Mendapatkan hiburan Hiburan dapat diperoleh melalui bermacam kegiatan termasuk kegiatan menyimak yang disimaknya tentu saja hal-hal yang dapat menyegarkan pikiran, menyenangkan hati, dan menghibur diri.



10



f) Memperbaiki kemampuan berbicara Memperbaiki keterampilan berbicara, dengan menyimak pembicaraan yang terpilih dapat memperbaiki kemampuan berbicara. Tujuan



seseorang



untuk



melakukan



kegiatan



menyimak



sangat



beranekaragam, tergantung pada kebutuhan masing-masing penyimak. Menurut Tarigan (2008: 61) bahwa pada dasarnya “menyimak” itu dapat di pandang dari berbagai



segi,



misalnya



sebagai



sarana,



sebagai



suatu



keterampilan



berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai suatu responsi, dan sebagai pengalaman kreatif. Ada delapan tujuan menyimak menurut Tarigan (2008: 62), yaitu (1) menyimak untuk belajar, (2) menyimak untuk menikmati, (3) menyimak untuk mengevaluasi, (4) menyimak untuk mengapresiasi, (5) menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide, (6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, (7) menyimak untuk memecahkan masalah, (8) menyimak untuk meyakinkan. c. Proses Menyimak Menyimak merupakan suatu kegiatan berahasa yang membutuhkan tahapan dalam pelaksanaanya. Tahapan tersebut merupakan suatu proses yang harus dilakukan seorang penyimak dalam menyimak sebuah informasi. Tahaptahap dalam proses menyimak menurut Logan, dkk. (Logan, dkk. 1969: 243 melalui Tarigan, 2008: 63) adalah sebagai berikut. 1) Tahap Mendengar Di dalam tahap mendengar penyimak baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.



11



2) Tahap Memahami Setelah penyimak mendengar maka ada keinginan bagi penyimak untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. 3) Tahap Menginterpretasi Penyimak yang baik, yang cermat, dan teliti, belum puas kalau hanya menndengar dan memahami isi ujaran pembicara, penyimak ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.



4) Tahap Mengevaluasi Setelah memahami serta dapat menafsir atau mengiterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara. 5) Tahap Menanggapi Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. d. Pembelajaran Menyimak Siswa Kelas XII Pembelajaran menyimak di sekolah bertujuan mengembangkan sikap dan perilaku positif dalam berbahasa, serta meningkatkan kemampuan untuk



12



memperoleh informasi. Menyimak merupakan keterampilan aktif reseptif yang perlu dikembangkan karena pada pembelajaran menyimak, siswa tidak hanya belajar teori bahasa saja melainkan juga menekankan pada sikap pemakaian bahasa yang kontekstual. Dalam pembelajaran menyimak di sekolah, siswa dituntut dapat menyimak dengan memahami bahan simakan dan memberikan tanggapan, seperti yang tertuang dalam SK dan KD pada Silabus Kurikulum 2013 kelas XII SMA/SMK sebagai berikut. Tabel 1. SK dan KD Pembelajaran Menyimak Kelas XII SMA/SMK Semester 1



SK



KD



1. Memahami siaran atau



1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari



cerita yang disampaikan secara



langsung/tidak



media elektronik (berita dan nonberita). 1.2 Mengidentifikasi unsur



langsung.



sastra (intrinsik



dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/ melalui rekaman.



Tabel 2. SK dan KD Pembelajaran Menyimak Kelas XII SMA Semester 2



SK 9. Memahami



KD informasi



9.1



melalui tuturan



Menyimpulkan



isi informasi



yang



disampaikan melalui tuturan langsung. 9.2



Menyimpulkan



isi informasi



yang



didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan).



13



2. Berita a. Definisi Berita Informasi adalah hal yang sangat dibutuhkan manusia untuk berbagai kepentingan yang sifatnya mendasar. Istilah informasi, dalam masyarakat lebih dikenal sebagai berita. Untuk itu, lebih lanjut istilah informasi akan disebut dengan berita. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita diartikan sebagai laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Sudarman (2008: 76) berita adalah laporan tercepat tentang sesuatu peristiwa, fakta atau hal yang baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum. Pendapat lain dikemukakam oleh Muda (2008: 22) yang mendefinisikan berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, maupun penonton. Dari definisi tersebut keduanya berpendapat bahwa unsur-unsur yang dikandung dalam suatu berita meliputi: laporan, peristiwa, fakta, ide, opini, akurat, menarik, penting, dan tepat waktu. Sehingga dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi yang disebarluaskan secara cepat kepada masyarakat mengenai suatu laporan peristiwa atau kejadian yang baru (aktual), mengandung fakta atau opini yang akurat, bersifat penting dan menarik untuk di ketahui sehingga mampu mengundang pendengar atau pemirsa untuk menetahuinya. b. Bagian-Bagian Berita



14



Sebuah berita pasti memiliki bagian yang disusun secara teratur yang kemudian membentuk suatu berita yang utuh. Di dalam ilmu jurnalistik teknik piramida terbalik adalah sistem penulisan di mana isi berita disusun berdasarkan nilai terpenting yang diprioritaskan atau ditulis terlebih dahulu (Sudarman, 2008: 89). Tujuan dari teknik penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak pembaca bergegas, dengan cepat dapat mengetahui tentang apa yang terjadi dalam berita (Sudarman, 2008: 89). Pembaca atau pendengar atau pemirsa ingin segera langsung pada pokok permasalahan yang paling inti, bukan informasi pelengkapnya (Muda, 2008: 59). Bentuk piramida terbalik didesain terutama untuk penulisan berita di televisi dengan tujuan siaran tunda. Tetapi jika reporter melakukannya dengan siaran langsung, maka penulisan dengan metode piramida terbalik tersebut tidak sepenuhnya bisa diikuti kaidah-kaidahnya (Muda, 2008: 60). Bagian-bagian berita sistem piramida terbalik adalah sebagai berikut.



When, Who, What



What is the news



Set the scene



Why, Where



Detail



ConteXIIt of the background



How, Why



Why



15



Minor Detail



Why



Gambar I: Bagian-bagian Berita dalam Piramida Terbalik (Paul De Maeseneer, Here’s the News, a Radio News Manual, Unesco Associate-eXIIpert, hal. 49 melalui Muda, 2008: 60) Gambar bagian-bagian berita dalam piramida terbalik di atas menurut Muda (2008: 61-65) adalah sebagai berikut. 1) What is the news atau topik berita adalah inti dari berita. Pada media televisi judul berita sering terlihat pada tulisan yang terpampang beberapa detik pada saat pembacaan berita. Judul berita juga sering kali dibacakan lebih awal dan dimasukkan ke dalam rangkuman topik berita. Di dalam kalimat pembuka berita, biasanya terdapat unsur yang berkaitan dengan siapa (who), apa (what), dan kapan (when). 2) Set the scene atau pemaparan masalah adalah memaparkan masalah tentang apa yang diungkapkan lebih dahulu pada kalimat pembuka dalam berita. Pada pemaparan masalah biasanya unsur-unsur yang melekat adalah mengapa (why) dan dimana (where). 3) Details atau rincian adalah penyusunan kalimat-kalimat setelah pemaparan masalah. Pada bagian ini para reporter perlu menuliskan rincian peristiwa dengan lebih detail lagi. Hal tersebut perlu dilakukan agar lebih memperjelas uraian informasi yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk dapat menguraikan informasi tersebut, biasanya unsur yang dipilih adalah mengapa (why) dan bagaimana (how).



16



4) ConteXIIt of the Background atau latar belakang permasalahan merupakan tahap berikutnyasetelah rincian masalah. Dari uraian ini pemirsa, pendengar, ataupun pembaca berita dapat memahami tentang isi keseluruhan berita tersebut. 5) Minor Detail atau bagian yang lebih rinci dalam berita mencakup informasiinformasi lain yang masih berkaitan dan cukup menarik masih dapat disertakan.



c. Jenis-jenis Berita Muda (2008: 40) menyebutkan bahwa berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu berita berat (hard news), berita ringan (soft news), dan laporan penyelidikan (investigative reports). Perbedaan terhadap ketiga katagori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. 1) Berita berat adalah segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya (Morissan, 2008: 24). Berita berat dapat dibagi kedalam beberapa bentuk berita, yaitu straight news atau berita langsung, feature, dan infotainment. 2) Berita ringan adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam, namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita (Morissan, 2008: 27). Program berita yang masuk kedalam



17



kategori berita ringan menurut Morissan (2008: 27-28) adalah magazine, current affair, dokumenter, dan talk show. 3) Laporan penyelidikan investigative reports atau laporan penyelidikan adalah jenis berita yang eksklusif, datanya tidak diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan



berdasarkan



penyelidikan,



sehingga



penyajian



berita



ini



membutuhkan waktu yang lama (Muda, 2008: 42). Sumadiria melalui Sudarman (2008: 135) menjelaskan bahwa berita pelaporan penyelidikan merupakan berita yang melaporkan suatu peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan. Sebelum penulis atau wartawan menurunkan berita yang mengandung dugaan, sangkaan atau tuduhan, terlebih dahulu melakukan penyelidikan. Tujuan dari melakukan penyelidikan, yaitu untuk memperoleh keterangan-keterangan,



fakta-fakta



tentang



hal-hal



yang



sengaja



disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan melakukan penyelidikan dapat diperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan penyelesaian tercapai. 3. Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana adalah menyimak dengan memperhatikan hal-hal apa saja yang perlu diingat, diperhatikan, dan dipahami. Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai unsur berita yang meliputi isi berita dan penyampaian berita. Dari segi isinya, berita memuat beberapa hal antara lain topik berita, tempat dan waktu, bagaimana sebuah peristiwa terjadi atau bagaimana suatu keadaan diungkapkan, serta kesimpulan sebuah berita. Dari segi penyampaian berita, penjelasan berita



18



dapat diperoleh dari pemakaian bahasa dan fakta atau bukti-bukti pendukung (Musfiroh dan Rahayu, 2004: 69-70). B. Metode Drill 1. Pengertian Metode Drill Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran



berlangsung,



baik



dalam



bentuk



memberitahukan



atau



membangkitkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. Dari uraian definisi metode mengajar, dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatankegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.7 Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan suatu cara kebiasaan tertentu. Juga sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.8



19



Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut: a. Roestiyah N.K, Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar



siswa



melakukan



kegiatan



latihan,



siswa



memiliki



ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari. b. Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. c. Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang



dan



sungguh-sungguh



dengan



tujuan



untuk



menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. d. Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. e. Dalam bukunya Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan latihan



terhadap



apa



yang



dipelajari,



karena



hanya



dengan



melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap siagakan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu



20



telah dibekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.



2. Macam-macam Metode Drill Bentuk-bentuk Metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut: a. Teknik kerja kelompok Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok siswa untuk bekerja sama dalam memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan. b. Teknik Micro Teaching Digunakan untuk mempersiapkan diri siswa sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru. c. Teknik Modul Belajar Digunakan dengan cara mengajar siswa melalui paket belajar.



d. Teknik Belajar Mandiri Dilakukan dengan cara meminta siswa agar belajar sendiri dan tetap dalam bimbingan guru, baik dalam kelas maupun di luar kelas.



21



Ternyata metode drill terdapat beberapa teknik yang bisa dipakai untuk menggunakannya. Karena semua metode bagus untuk pembelajaran tetapi semua itu tidak lepas dari pemilihan materi yang cocok dengan teknik metode tersebut. 3. Tujuan Penggunaan Metode Drill Metode drill biasanya digunakan agar siswa:



a. Memiliki



kemampuan



menghafalakan



kata-kata,



menulis,



mempergunakan alat. b. Mengembangkan



kecakapan



intelek,



seperti



mengalikan,



membagi, menjumlahkan. c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain. d. Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan yang telah dipelajari. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.



4. Hal yang Harus Diperhatikan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dalam menggunakan metode drill ini, yaitu: a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan



22



mereka dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan. b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga



siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan.



c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa. d. Selingilah latihan agar tidak membosankan. e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan. Guru perlu memperhatikan nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pembelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum memasuki latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas kepada siswa, sehingga mereka mengetahui tujuan latihan yang akan diterimanya. Persiapan yang baik sebelum latihan dapat memotivasi siswa agar menjadi aktif dalam melaksanakan pembelajaran.



5. Kelebihan Metode Drill Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:



a. Mengkokohkan daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan. b. Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran yang baik, maka siswa menjadi lebih teliti.



23



c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru. d. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. e. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dan yang tidak. f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik. g. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang. Dengan adanya berbagai kelebihan dari penggunaan metode drill ini maka diharapkan bahwa latihan dapat bermanfaat bagi siswa untuk menguasai materi. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek.



6. Kelemahan Metode Drill dan Cara Mengatasinya Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill juga mempunyai kelemahan, yaitu: a. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.



24



b. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa. c. Kadang-kadang



latihan



yang



dilaksanakan



secara



berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu. Akan tetapi ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu: a. Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna. b. Jika terdapat kesulitan pada murid pada saat merespon, hendaknya guru segera meneliti penyebabnya. c. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik respon yang betul maupun yang salah. d. Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon. Istilah-istilah baik berupa kata maupun kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid C. Media Pembelajaran Audio Visual 1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar



25



memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Asra (2007: 5.5) mengemukakan bahwa kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatan belajar. Media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengondisikan seseorang belajar.



Sementara itu Gerlach dan Ely dalam Aryad (2011: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan Musfiqon (2012: 28) mengungkapkan bahwa secara lebih utuh media pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk saluran sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran dapat merangsang minat siswa untuk belajar serta membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok



26



pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi instruksi (Kemp dan Dayton dalam Arsyad, 2011: 19). Fungsi dari media pembelajaran juga diungkapkan oleh Asyhar (2011: 29-35) bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang dijelaskan sebagai berikut. a. Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. b. Fungsi semantik, melalui media dapat menambah perbendaharaan kata atau istilah. c. Fungsi manipulatif, adalah kemampuan suatu benda dalam menampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya. d. Fungsi fiksatif, adalah kemampuan media untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang sudah lampau. e. Fungsi distributive, bahwa dalam sekali penggunaan suatu materi, objek atau kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas. f. Fungsi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti atensi, afektif, kognitif, imajinatif, dan fungsi motivasi. g. Fungsi sosio kultural, penggunaan media dapat mengatasi hambatan sosial kultural antarsiswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi di antaranya (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi instruksi. Fungsi dari media pembelajaran dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Manfaat Media Pembelajaran



27



Secara umum manfaat praktis media dalam proses pembelajaran disampaikan oleh Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 24-25) adalah sebagai berikut. a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Sementara itu Daryanto (2010: 40) mengungkapkan bahwa media pembelajaran bermanfaat sebagai berikut. a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. c. Menimbulkan gairah belajar. d. Memungkinkan anak dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori,dan kinestetiknya. e. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. f. Dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar akan lebih menarik.



4. Karakteristik Media Pembelajaran



28



Setiap jenis pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hernawan (2007: 22-34) menjelaskan



karakteristik



media



pembelajaran



menurut



jenisnya, yaitu: a. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. b. Media audio adalah media yang hanya dapat didengar. c. Media audio visual merupakan kombinasi audio visual atau biasa disebut media pandang dengar. Sementara itu Asyhar (2011: 53-57) mengungkapkan karakteristik media pembelajaran sebagai berikut. a. Media visual, media yang di dalamnya terdapat unsurunsur yang terdiri dari garis, bentuk warna dan tekstur. b. Media audio, merupakan media yang isi pesannya hanya diterima melalui indra pendengar. c. Media audio visual, media ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio). d. Multimedia, media yang melibatkan beberapa jenis media untuk merangsang semua indra dalam satu kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik media pembelajaran dikelompokkan sesuai dengan jenis dan penggunaannya dalam proses pembelajaran.



5. Jenis-jenis Media Pembelajaran



29



Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran banyak disampaikan oleh para ahli media pembelajaran, di antaranya Asra (2007: 5.8-5.9) mengelompokkan media pembelajaran menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar dan poster. b. Media audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio, MP3, dan radio. c. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film suara, video, televise dan sound slide. d. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. e. Media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, seperti tumbuhan, batuan, air, sawah, dan sebagainya. Pengelompokan



jenis-jenis



media



pembelajaran



juga



diungkapkan oleh Ashar (2011: 44-45) yaitu: a. Media visual yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indra pengliatan misalnya media cetak seperti buku, jurnal, peta, gambar, dan lain sebagainya. b. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan pendengaran saja, contohnya tape recorder, dan radio. c. Media audio visual adalah film, video, program TV, dan lain sebagainya. d. Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki beberapa jenis, yaitu (a) media visual, (b) media audio, (c) media audio visual, (d) multimedia,



30



dan (e) media realia. Setiap jenis media pembelajaran memiliki bentuk



dan



cara



penyajian



yang



berbeda-beda



dalam



pembelajaran audio visual.



6. Pemilihan Media Pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat digunakan secara tepat untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hernawan (2007: 39) mengungkapkan terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b) karakteristik media, dan (c) alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih. Sementara itu Arsyad (2011: 75-76) mengungkapkan ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, (c) praktis, luwes, dan bertahan lama, (d) guru terampil menggunakannya, (e) pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis.



Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum menggunakan media dalam proses pembelajaran harus



31



memperhatikan beberapa hal di antaranya, yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b) karakteristik media, (c) kepraktisan, keluwesan dan ketahanan media, (d) keterampilan guru dalam menggunakan media, (e) pengelompokan



sasaran,



dan



(f)



mutu



teknis.



Proses



penggunaan media pembelajaran akan lebih efisien apabila guru memperhatikan terlebih dahulu media pembelajaran yang akan



digunakan



sebelum



menggunakan



dalam



proses



pembelajaran.



7. Pengertian Media Pembelajaran Audio Visual Media audio visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran



yang



dapat



digunakan



dalam



proses



pembelajaran. Asyhar (2011: 45) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.



Sementara itu Asra (2007: 5−9) mengungkapkan bahwa media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi, dan



32



sound slide. Sedangkan Rusman (2012: 63) menjelaskan bahwa media audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandangdengar. Contoh dari media Kritik Sastra dan Esai adalah program



video/televisi



pendidikan,



video/televisi



instruksional, dan program slide suara (sound slide). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Contoh media audio visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound slide) dan lain- lain.



8. Karakteristik Media Audio Visual Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesinmesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Arsyad (2011: 31) mengemukakan bahwa media audio visual memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Mereka biasanya bersifat linear. b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis. c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya. d. Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.



33



e. Mereka



dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. f. Umumnya mereka berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah. 9. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual Setiap



jenis



media



yang



digunakan



dalam



proses



pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan



media



audio



visual.



Arsyad



(2011:



49−50)



mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut. a. Kelebihan media audio visual: 1) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa. 2) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulangulang jika perlu. 3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya. 4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. 5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung. 6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen maupun perorangan. 7) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. b. Kelemahan media audio visual: 1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak. 2) Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. 3) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan



34



sendiri. Dari uaian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media audio visual yang berupa film dan video bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran.



10. Langkah-langkah Menggunakan Media Audio Visual Media pembelajaran audio visual memiliki langkahlangkah



dalam



penggunaannya



seperti



halnya



media



pembelajaran lainnya. Langkahlangkah pembelajaran menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut. a. Persiapan Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu



(1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) mempelajari buku petunjuk penggunaan media, (3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan. b. Pelaksanaan/Penyajian Pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual, guru perlu mempertimbangkan seperti (1) memastikan media dan semua peralatan telah lengkap



35



dan siap digunakan, (2) menjelaskan tujuan yang akan dicapai, (3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (4) menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. c. Tindak lanjut Aktivitas



ini



dilakukan



untuk



memantapkan



pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan menggunakan media audio visual. Di samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang bisa dilakukan di antaranya diskusi, observasi, eksperimen, latihan dan tes adaptasi dari Sumarno (2011, Blog.elearning-unesa.ac.id). Persiapan media dan perangkat



Pelaksanaan dalam proses pembelajaran



pembelajaran



Tindak lanjut diskusi, observasi, eksperimen, latihan.



Gambar 2.1 Langkah-langkah penggunaan media audio visual D. Motivasi Belajar dalam Proses Pembelajaran Motivasi belajar adalah dorongan atau daya penggerak pada diri siswa baik secara internal maupun eXIIternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan mejelaskan perilaku individu, termasuk individu yang sedang belajar (Uno, 2007: 27). Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran yaitu: (1) menentukan hal-hal



36



yang dapat dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (3)menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (4) menentukan ketekunan belajar. a. Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguat Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Motivasi akan menjadi penguat belajar pada anak ketika anak benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain motivasi dapat memperkuat anak dalam perbuatannya



b. Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan dalam belajar. Anak akan tertarik untuk belajar ketika apa yang telah dipelajari itu sedikitnya sudah pernah dinikmati manfaatnya bagi anak. Sehingga anak akan termotivasi untuk belajar karena mereka sudah jelas apa yang menjadi tujuan dalam belajarnya. c. Motivasi sebagai Kendali Rangsangan Belajar Seorang anak yang memiliki motivasi akan memiliki kendali dan rangsangan untuk belajar. Anak akan mengaitkan fasilitas belajar sebagai rangsangan untuk belajar. Tanpa motivasi anak tidak akan pernah terangsang untuk memanfaatkan rangsangan-rangsagan sebagai pengendali dalam belajar. d. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar



37



Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajari dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.



Sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki



motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Itu berarti bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadp ketekunan dan ketahanan dalam belajar.



D. Kerangka Berfikir Seperti telah diuraikan diatas bahwa siswa kelas SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 memiliki keterampilan mendengarkan dalam bahasa Indonesia masih kurang. Kegiatan kelas sangat pasif. Siswa masih bingung memahami apa yang guru bicarakan. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan menyimak siswa, minimnya pembendaharaan kosakata siswa, penggunaan tehnik yang digunakan guru belum tepat dalam mengajarkan bahasa Indonesia, dan kurang media yang tersedia di sekolah tersebut. Dengan menggunakan Kritik Sastra dan Esai dapat diduga bahwa proses pembelajaran akan lebih sistematis, lengkap dan kreatif. Siswa diberi menonton video dimana dari video tersebut siswa tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan menyimaknya saja, tetapi dapat mempelajari grammar dan memperkaya kosakata siswa. Dengan demikian siswa akan memiliki pengetahuan, kesiapan, dan keberanian, sehingga mereka akan lebih



38



aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian keterampilan menyimak siswa dalam bahasa Indonesia siswa akan dapat ditingkatkan. E. Hipotesis Tindakan Apabila Kritik Sastra dan Esai dilaksanakan secara efektif dalam pembelajaran Menyimak dalam bahasa Indonesia, maka



keterampilan



berbahasa Indonesia SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran



2017/2018



dapat



ditingkatkan



dengan



judul.



“Peningkatan



Keterampilan Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual Pada SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018“



BAB III METODE PENELITIAN



A. Setting penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di kelas SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 . Tempat ini dipilih karena



39



berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia di kelas itu



dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa



menyimak dalam bahasa Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan teknik yang memadai, terbatasnya buku yang ada disekolah dan perlengkapan media yang masih kurang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari awal bulan oktober sebagai gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. No



Jadwal Penelitian Kegiatan



1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4



1.



Penyusunan proposal dan perencanaan tindakan I



2.



Pelaksanaan tindakan I



3.



Pengamatan/pengumpulan data I



4.



Refleksi I



5.



Perencanaan tindakan II



V



6.



Pelaksanaan tindakan II



V



7.



Pengamatan/ pengumpulan data II



V



8.



Refleksi II



V



9.



Penulisan laporan/ penjilidan



V



B. Subjek Penelitian



V V V



V V



40



Yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 Seluruh kelas berjumlah 39 orang. Dua orang siswa perempuan mempunyai kemampuan yang relatif baik dalam mendengarkan bahasa Indonesia, enam orang mempunyai kemampuan sedang, dan tiga orang mempunyai kemampuan yang sangat lemah. Dua orang siswa laki laki mempunyai kemampuan yang relatif baik dalam menyimak bahasa Indonesia. tujuh orang mempunyai kemampuan sedang, dan sepuluh orang sangat tidak mampu mendengarkan dalam berbahasa Indonesia.



C. Sumber Data Data hasil penelitian ini bersumber dari siswa dan guru. Data dari siswa adalah hasil test, baik test awal maupun test akhir yang dapat diamati langsung oleh peneliti, dan aktifitas dalam proses pembelajaran. Data dari guru adalah hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses belajar mengajar sedang berlangsung sebagai data tambahan dalan penelitian ini.



D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Tehnik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan pemahaman



siswa



dalam



mendengar



bahasa



Indonesia.



Lembar



Pengamatan digunakan untuk mencatat informasi dari semua kegiatan



41



yang sedang berlangsung. Lembar pengamatan terdiri dari aktivitas siswa, waktu, respon siswa, situasi kelas, dan catatan lainnya yang terjadi saat prosses tindakan berlangsung 2. Alat Pengumpulan Data Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah hasil dari test, questionnaire dan lembar observasi.



E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam setiap tindakan akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui hasil akhir dari suatu tindakan. Data kualitatip hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif dengan cara mencari nilai rata-rata keberhasilan siswa baik dalam pre tes dan post tes. Data hasil evaluasi akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan cara mencari nilai rata-rata keberhasilan siswa baik dalam pre tes dan post tes. Yaitu dengan menggunakan langkah-langkah berikut: 1. Nilai dari setiap siswa menjawab test dalam setiap pertemuan. 2.



Data dihitung dengan rumus sebagai berikut:



∑XII XII = N Dimana: XII



= Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada test.



∑XII = Jumlah keseluruhan nilai. N



= Jumlah siswa .



42



Sedangkan, Data kualitatif yang didapat melalui lembar observasi dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap pelajaran, sikap atau pandangan siswa terhadap metode belajar yang diterapkan, aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan yang sejenisnya dianalisis secara kualitatif.



F. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Ada empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Arikunto, 2007: 11). Seperti pada model dibawah ini:



Model 1.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan



Pelaksanaan



Pengamatan



Pelaksanaan



Pengamatan



Refleksi



SIKLUS I



Perencanaan



SIKLUS II



Refleksi



43



Keempat langkah dengan dua siklus di atas dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan bahasa Indonesia. Secara jelas keempat langkah di atas akan dipaparkan secara rinci berikut ini. 1. Perencanaan Tahapan ini peneliti menyusun dan merancang tindakan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman Menyimak siswa dan motivasi belajar siswa yang rendah.



Berdasarkan atas tes awal dan



observasi yang dilakukan, rata-rata siswa hanya 5,7 dan dengan semangat dan motivasi belajar yang rendah. Tindakan yang diberikan terhadap siswa hanya berlangsung dalam 2 siklus dalam kurun waktu 12 XII 40 menit. Rencana tindakan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah rancangan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan masalah yang ditemukan dan metode belajar yang dipakai yaitu Kritik Sastra dan Esai untuk memecahkan masalah rendahnya pemahaman dan motivasi belajar siswa. 2. Pelaksanaan Pada langkah ini peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan tehnik Kritik Sastra dan Esai sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan pada langkah pertama. Dalam perlakuan tindakan melalui penerapan Kritik Sastra dan Esai peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang disusun. Siswa dibimbing melalui langkah-langkah untuk meningkatkan pemahamannya secara efektif dan efisien dan meningkatkan kinerja memori dalam memahami isi percakapan.



44



Langkah pertama, Video pertama dengan topic “Gempa Bumi di Indonesia” diputarkan



kepada siswa dengan memberikan beberapa



brainstorming untuk meningkatkan keinginan minat belajar siswa. Setelah video tersebut diputarkan selama 2 kali, kemudian siswa disuruh untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bersifat umum sesuai dengan video yang diputarkan. Kemudian penulis mangjak siswa untuk mebahas setiap jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan. Setelah pembahasan itu selesai, kemudian video kedua dengan topik “Penangulangan Sampah” diputarkan selama 2 kali. Kemudian siswa disuruh menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji secara lisan namun pertanyaan yang diberikan kali ini lebih mendetail berhubungan dengan video yang diputarkan. Langkah selajutnya, siswa diputarkan video dengan topik “Tata Tertib Lalulintas” selama dua kali. Setelah video tersebut selesai diputarkan, kemudian siswa diberikaan



multiple choice test dan siswa diberikan



kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Setelah semua jawaban siswa terkumpulkan, kemudian siswa diberiakan naskah dari video pertama sampai video terakhir, kemudian siswa disuruh untuk menampilkan (perform) setiap video yang diputarkan sebelumnya di depan kelas. Langkah-langkah di atas merupakan intisari dari perlakuan yang diberikan kepada siswa untukmeningkatkan pemahamannya dalam mendengarkan bahasa Indonesia . sehingga, hasil belajar siswa dengan menggunakan tehnik Kritik



45



Sastra dan Esai dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa. 3. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan.



Peneliti



mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.



Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan



lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Data yang dikumpulkan adalah dalam bentuk data kuantitatif dari hasil tes siswa dan data yang bersifat kualitatif yang berasal dari lembar pengamatan. Hal-hal lain yang penting yang berhuungan dengan tindakan juga dicatat dalah langkah ini. Format pengamatan saat proses tindakan sedang berlangsung sebagai berikut. Tabel 3.2 Format Proses Pengamatan No. Hal-hal yang diamati Baik 1. Perhatian siswa saat menerima perintah V 2. Keseriusan siswa dalam proses tindakan 3. Tanggapan siswa 4. Situasi pembelajaran V 5. Efektivitas media pembelajaran V 6. Respon siswa dalam menerima perintah 7. Ketepatan waktu V 8. Motivasi siswa terhadap pelajaran 9. Perubahan sikap 10. Kepercayaan diri V 11. Peningkatan keterampilan V 4.



Cukup



Kurang



V V V V V



Refleksi. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul pada langkah sebelumnya. Dan mencari kesulitan yang dialami oleh siswa dan guru dalam proses tindakan yang telah dilakukan. Siswa diajak diskusi pada setiap siklus



46



untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Sedangkan guru merenungkan kembali peristiwa yang sudah lampau ketika proses tindakan berlangsung. Semua data yang didapat dianalisis dan dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya atau perlu tidaknya perlakuan yang diberikan kepada siswa dilanjutkan.



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.



Hasil Penelitian Pada Bab IV ini penulis sampaikan data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018. Sebelum menyampaikan hasil-hasil penelitian ada baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli



pendidikan



berikut:



dalam



menyampaikan



hasil penelitian



dan



47



pembahasan, perlu menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Dari cuplikan di atas jelaslah apa yang harus dipaparkan dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa yang telah dicapai, sampai pada refleksi. Oleh karenanya pembicaraan pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan pada bagian perencanaan, apa yang dilakukan pada pelaksanaan, apa yang dilakukan pada pengamatan dan apa yang dilakukan pada refleksi, seperti terlihat berikut ini. 1.



Rencana Tindakan I Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi: A. Menyusun rancangan tindakan selanjutnya penelitian lengkap dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dengan Kritik Sastra dan Esai Berdasar hasil awal kemampuan siswa SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Kelas XII Administrasi Kantor 1 dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc) tahaun pelajaran 2017/2018 yang tertera pada latar belakang, peneliti merencanakan kegiatan yang lebih intensif seperti berkonsultasi dengan teman-teman guru dan kepala sekolah



48



tentang persiapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan tehnik Kritik Sastra dan Esai. B. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal, sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke 2 bulan oktober. C. Meminta teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala sekolah sebagai mitra kesejawatan dalam pelaksanaan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai yang sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan teman-teman guru untuk ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas dalam mengamati kekurangan yang ada. D. Menyusun format pengecekan yang berhubungan dengan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai. E. Teman



guru



yang



diminta



mengamati



pembelajaran



diupayakan



pembekalan tentang model pembelajaran ini dengan: a) Supervisor diberitahu terlebih dahulu dan mengetahui metode pembelajaran yang menggunakan Kritik Sastra dan Esai dan kehadirannya di kelas bukan mencari kesalahan, tetapi untuk kepentingan bersama yaitu memperbaiki pembelajaran. b) Supervisor telah diberitahu untuk lebih memahami tentang prinsipprinsip supervisi sehingga tidak lagi cenderung instruktif dan lebih bersahabat dengan prinsip kesejawatan. c) Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor diharapkan menunjukkan rasa kesejawatan yang akrab dan mau menilai kebenaran yang ada. F. Peneliti memberikan penjelasan pada siswa bahwa kehadiran supervisor ke kelas bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan guru dalam pembelajaran, tapi untuk meningkatkan kemampuan siswa menguasai ilmu.



49



G. Merencanakan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan. Menentukan bahan pelajaran, dengan cara menyesuaikan dengan silabus yang berlaku dan penjabarannya dengan cukup baik. H. Memilih dan mengorganisaasikan materi, media, dan sumber belajar. Pada siklus pertama ini, peneliti mengorganisasikan materi pembelajaran dengan baik. Urutan penyampaiannya dari yang mudah ke yang sulit, cakupan materi cukup bermakna bagi siswa, menentukan alat bantu mengajar. Sedangkan dalam penentuan sumber belajar sudah disesuaikan



dengan



tujuan,



materi



pembelajaran



dan



tingkat



perkembangan peserta didik.



I.



Merancang skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran disesuikan dengan tujuan, materi dan tingkat



perkembangan siswa, diupayakan variasi dalam penyampaian.



Susunan dan langkah-langkah pembelajaran sudah disesuaikan dengan tujuan, materi, tingkat perkembangan siswa, waktu yang tersedia, sistematiknya adalah menaruh siswa dalam posisi sentral, mengikuti perubahan strategi pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran sesuai Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 dan menyesuaikan dengan model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai. 2.



Pelaksanaan Tindakan I a. Pengelolaan Kelas Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi dengan benar sesuai model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai.



50



b.



Alat Penilaian Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format penilaian. c. Penampilan Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan penggunaan metode pembelajaran Kritik Sastra dan Esai. Peneliti mengupayakan strategi agar mudah mengamati siswa yang sedang belajar. Setelah pembelajaran



selesai



dilakukan,



dilanjutkan



dengan



mengadakan



pertemuan dengan guru yang mengawasi proses pembelajaran untuk mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. d. 1.



Dari diskusi dengan guru, terungkap bahwa: Pembelajaran yang dilakukan belum maksimal, karena peneliti baru



2.



pertamakali mencoba metode ini. Siswa-siswa memang belum aktif menerima pelajaran dan memberi



3.



tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode Kritik Sastra dan Esai. Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali dan



4.



bersedia mengamati kembali pada kesempatan di siklus II. Untuk sementara, peneliti belum yakin bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas akan membantu meningkatkan kemampuan siswa, tetapi menurut pemikiran pengamat, cara yang dilakukan peneliti cukup mampu mendorong meningkatkan kreativitas dan prestasi



5.



belajar. Penyampaian pengamat pada peneliti dapat disampaikan sebagai berikut: Perlu pengelolaan ruangan, waktu, dan fasilitas belajar yang lebih baik. Dalam mengelola ruang kelas, waktu serta fasilitas belajar, dapat dipaparkan sebagai berikut:



51



1) Peneliti menyediakan alat bantu/media pembelajaran. 2) Peneliti kurang memperhatikan kebersihan papan tulis, kebersihan seragam siswa, dalam hal lain yang berguna untuk menumbuhkan motivasi belajar dan disiplin siswa. 3) Peneliti belum begitu baik dalam waktu. Memulai pelajaran tidak tepat waktu akibat hal-hal tertentu.



3.



Observasi/Pengamatan Pengamatan yang dilakukan sangat bervariasi. Penulis menggunakan guru teman sejawat untuk ikut masuk kelas mengamati kebenaran pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model Kritik Sastra dan Esai. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi yang dilakukan guru akan sangat berpengaruh



terhadap



kemajuan



peneliti



dalam



menerapkan



model



pembelajaran Kritik Sastra dan Esai mengingat semua kelemahan peneliti akan teramati dengan baik. Apabila peulis hubungkan dengan yang disebut variabel penyela atau variabel intervening dimana ada hal-hal tertentu yang bisa



mempengaruhi



hubungan



antara



variabel



bebas



yaitu



model



pembelajaran Kritik Sastra dan Esai dengan variabel terikat yaitu pretasi belajar. Hal tertentu yang dibicarakan adalah kebenaran pelaksanaan model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai. Apabila pelaksanaannya tidak benar sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Pengamatan oleh teman sejawat seperti yang dipaparkan di atas sangat perlu dilakukan demi keberhasilan peningkatan mutu dan kebenaran pembelajaran model Kritik Sastra dan Esai. Hal tersebut penulis lakukan demi



52



adanya upaya inovasi agar tulisan ilmiah ini lebih berdaya guna dan berhasil guna. Selain pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat, upaya lain yang penulis lakukan adalah menyuruh salah satu siswa yang pandai untuk mengecek apakah pelaksanaan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai di kelas sudah berjalan sesuai harapan atau belum. Baik guru yang mengamati, maupun



siswa



yang



disuruh



mengamati



kegiatan



teman-temannya,



sebelumnya sudah dipanggil ke kantor dan diberi penjelasan tentang kebenaran pelaksanaan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai yang menuntut kreativitas; penemuan sendiri oleh siswa; penekanan pada kegiatan intelektual; memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata; membiasakan siswa lebih produktif, analitis, kritis; penggunaan metode, teknik, dan strategi yang memungkinkan siswa mencari dan menemukan jawaban sendiri secara optimal. Selain itu, model ini menuntut kemampuan pemecahan masalah untuk peningkatan kepuasan intelektual, mempertajam proses ingatan untuk penguasan lebih lama, pembelajaran lebih terpusat pada siswa, pengembangan konsep diri dan bakat akademik, menghindarkan diri dari belajar dengan hafalan, menumbuhkan kemampuan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Langkah-langkah pembelajarannya adalah: a) merumuskan pertanyaan untuk dapat melakukan penelitian, b) mencek apakah hasil pengamatan siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, c) pengumpulan data/informasi, d) menganalisis informasi, e) membuat simpulan-simpulan berdasar hasil analisis informasi. Dari semua pengertian di atas, penulis sudah menyiapkan instrumen untuk



53



ketepatan pelaksanaan yang dibawa oleh guru dan siswa yang mengamati proses pembelajaran. 4.



Refleksi Siklus I Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat para pakar pendidikan tentang apa yang dimaksud dengan refleksi. Pendapat ini akan merupakan panduan terhadap cara atau hal-hal yang perlu dalam menulis refleksi. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80). a. Analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I No



Siswa



IR



Siklus S1



S2



1



5.5



6



7



2



5



5



7



3



4.5



6



7



4



5.5



6



7



5



4



6



7



6



4,5



5



7



7



4.5



5



7



8



5



6



7



9



4.5



5



6



10



4,5



5



7



11



5



5



7



12



5



6



7



54



13



4,5



5



6



14



4,5



5



7



15



5



6



7



16



4,5



6



7



17



4,5



6



7



18



4



6



7



19



4



5



7



20



4



6



7



21



4



6



6



22



4,5



6



7



23



4



5



7



24



4



5



7



25



5.5



6



7



26



5



5



7



27



4.5



6



7



28



5.5



6



7



29



4



6



7



30



4,5



5



7



31



4.5



5



7



32



5



6



7



33



4.5



5



6



34



4,5



5



7



35



5



5



7



Total



97,5



215



168



Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel diatas bahwa nilai dari pretest dan nilai post-test yang dikumpulkan oleh siswa Kelas XII Administrasi



55



Kantor 1 SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka pada siklus I dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: X0 1. Nilai Rata-rata Pre-test



=



131,5 =



= 3,37



N



39



X1 2. Nilai Rata-rata Sesi 1



=



215 =



N X2



3. Nilai Rata-rata Sesi 2



=



39



= 5.51



268 =



N



39



= 6.87



Nilai total Rata-rata pada siklus pertama adalah:` X1 + X2 2



b.



=



5.51 + 6.87 2



=



12.42 2



= 6,19



Penyajian dalam bentuk grafik/histogram pada siklus I



Untuk rekapitulasi hasil penelitian ini akan disampaikan sekaligus pada akhir analisis refleksi siklus II. Untuk hasil analisis pengamatan guru dan pengamatan siswa terhadap kebenaran pelaksanaan pembelajaran Kritik Sastra



56



dan Esai. Untuk kedua hasil pengataman tersebut dapat disampaikan sebagai berikut: 1) pengamatan oleh guru berupa catatan kesalahan peneliti pada saat melaksanakan proses pembelajaran Kritik Sastra dan Esai, hal ini menjadi masukan yang sangat berharga untuk perbaikan pada siklus selanjutnya, untuk hal ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada pembahasan. 2) untuk pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang ada pada lampiran 6, sudah terlihat tim yang mampu, tim yang belum mampu, sudah jelas menunjukkan keaktifan, keuletan, kreativitas, mencari hal-hal penting yang ditugaskan, menunjukkan kemampuan aktivitas, kritis, betul siswa yang giat belajar dan bukan guru yang giat mengajar, kemampuan menunjukkan konsep diri, kecepatan menanggapi tuntutan, kemampuan menelorkan kesimpulan-kesimpulan. Jumlah semua skor siswa pada pre-tes adalah 131,5, dan pada jumlah skor pada sesi 1 adalah 215, sedangkann skor pada sesi 2 adalah 286, setelah dirata-ratakan maka skor yang diperoleh adalah 4.53 untuk nilai pre-test, 5.51 untuk nilai sesi 1, dan 6.87 untuk nilai sesi 2 dari analisis yang dibuat, dapat diambil simpulan bahwa hasil yang didapat belum menunjukkan keberhasilan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai yang dilakukan guru. 2.



Siklus II 1.



Perencanaan Melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, maka untuk perencanaan pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: a. Peneliti



merencanakan



kembali



jadwal



untuk



melakukan



pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal penelitian pada Bab



57



III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus I merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus II ini. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik sesuai model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai serta membuat instrumen pengumpulan data yaitu tes prestasi belajar. c. Merencanakan kunjungan kelas



bersama-sama teman-teman



observasi sebagai upaya inovasi. Untuk ini peneliti berkonsultasi minta kesediaannya untuk ikut dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Inovasi ini dilakukan agar peneliti dapat berupaya lebih maksimal untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan lebih berkualitas. Hasil konsultasi dengan teman sejawat adalah adanya kesiapan guru untuk ikut melakukan supervisi kunjungan kelas. Guru yang akan mengobservasi diberitahu bahwa penulis sudah sempat berkonsultasi dengan kepala sekolah dan beliau akan ikut berpartisipasi, masuk ke ruangan untuk bersama-sama melakukan supervisi. Hal ini diberitahukan pada guru dengan harapan agar guru yang akan mengobservasi bisa lebih siap lagi untuk melakukan supervisi yang lebih berkualitas, ini juga penulis lakukan sebagai tambahan inovasi. d. Bersama guru merancang skenario penerapan pembelajaran dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dengan mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan untuk peningkatan pembelajaran. Untuk hal ini, semua catatan tentang kekurangan yang ada di siklus I yang merupakan hasil refleksi disampaikan



58



pada guru untuk dipelajari. Memberitahu guru apa-apa yang perlu dilaksanakan, apa saja yang siswa mesti kerjakan, cara penerapan metode Kritik Sastra dan Esai yang benar sesuai kebenaran teori yang disampaikan.



2.



Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini disampaikan sebagai berikut: Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan yang sudah dibuat, Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dalam bentuk rancanngan pembelajaran dengan penerapan tehnik Kritik Sastra dan Esai, maka langkahlangkah pembelajaran untuk pemahamam wacana disusun dalam langkahlangkah sesuai dengan metode yang diterapkan dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Langkah pertama, Video pertama dengan topic “Gempa di indonesia” diputarkan kepada siswa dengan memberikan beberapa brainstorming untuk meningkatkan keinginan minat belajar siswa. Setelah video tersebut diputarkan selama 2 kali, kemudian siswa disuruh untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bersifat umum sesuai dengan video yang diputarkan. Kemudian penulis mangjak siswa untuk mebahas setiap jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan. Setelah pembahasan itu selesai, kemudian video kedua dengan topik “penanggualangan sampah”



diputarkan selama 2 kali. Kemudian siswa



disuruh menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji secara lisan namun



59



pertanyaan yang diberikan kali ini lebih mendetail berhubungan dengan video yang diputarkan. Langkah selajutnya, siswa diputarkan video dengan topik “Rambu rambu lalulintas” selama dua kali. Setelah video tersebut selesai diputarkan, kemudian siswa diberikaan



multiple choice test dan siswa diberikan



kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Setelah semua jawaban siswa terkumpulkan, kemudian siswa diberiakan naskah dari video pertama sampai video terakhir, kemudian siswa disuruh untuk menampilkan (perform) setiap video yang diputarkan sebelumnya di depan kelas. Langkah-langkah di atas merupakan intisari dari perlakuan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya dalam mendengarkan bahasa Indonesia . sehingga, hasil belajar siswa dengan menggunakan tehnik Kritik Sastra dan Esai dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa. Pada pertemuan kedua kegiatan belajar dilanjutkan dengan pembahasan topik baru. Dimana pada kegiatan ini siswa diputarkan 3 video yang berjudul “Peningakatan Keterampilan Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana Dari TV dengan Metode Drill Melalui Media Audio Visual Pada Peserta Dididk Kelas XII Administrasi Kantor 1 SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka Tahun Pelajaran 2017/2018”. Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait video yang diputarkan sebagai rangsangan. Semua pertanyaan tersebut dibahas secara klasikal dan oral sehingga siswa terbawa pada situasi pembelajaran yang menyenangkan.



60



Kemudian Guru menyuruh siswa menonton video yang berjudul “Penangulangan Sampah” secara mandiri dengan 10 item pertanyaan yang diberikan yang meliputi aspek menemukan ide umum, menemukan informasi tertentu, menemukan informasi rinci, dan arti kata. Test ini sekaligus sebagai tes untuk menentukan kemajuan siswa pada siklus tindakan pertama ini dan siswa diberikan waktu selama 15 menit. Demikianlah langkah-langkah pembelajaran pada proses tindakan siklus kedua ini dengan menerapkan Tehnik Kritik Sastra dan Esai dalam waktu 4 XII 40 menit (2 XII pertemuan). 3.



Observasi/Penilaian Penilaian terhadap kebenaran pelaksanaan pembelajaran Kritik Sastra dan Esai didahului dengan mencatat hal-hal penting seperti aktivitas belajar yang dilakukan pada saat peneliti melakukan tindakan. Dari catatan-catatan yang cepat tersebut penulis mengetahui bagian mana yang mesti diperbaiki, dibagian mana diperlukan penekanan-penekanan, dibagian mananya perlu diberi saran-saran serta penguatan-penguatan. Di samping itu adanya guru yang mengamati proses pembelajaran akan sangat membantu untuk mengetahui lebih jelas kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama pross pembelajaran. Guru yang mengamati mencatat juga kreativitas siswa, kemauan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, kontribusi diantara para siswa. Semua ini sudah terlaksana dengan baik. Pelaksanaan tes prestasi belajar akhirnya dilanjutkan minggu depannya karena setelah guru melakukan proses pembelajaran, waktu untuk memberikan tes tidak



61



mencukupi sehingga dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Hasil tes prestasi belajar siswa siklus II akan dibahas pada refleksi II. 4.



Refleksi Siklus II A.



Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar Siklus II Hasil tindakan siklus II IR



Siklus II S3



S4



1



5.5



8



8



2



5



7



8



3



4.5



7



8



4



5.5



7



8



5



4



8



9



6



4,5



7



8



7



4.5



7



8



8



5



7



8



9



4.5



8



8



10



4,5



7



8



11



5



7



9



12



5



8



9



13



4,5



7



8



14



4,5



7



8



15



5



8



9



16



4,5



7



8



17



4,5



8



9



18



4



7



8



19



4



8



9



NO



Siswa



62



20



4



7



8



21



4



7



8



22



4,5



7



8



23



4



8



8



24



4



7



8



25



5.5



8



8



26



5



7



8



27



4.5



7



8



28



5.5



7



8



29



4



8



9



30



4,5



7



8



31



4.5



7



8



32



5



7



8



33



4.5



8



8



34



4,5



7



8



35



5



7



9



186



322



Total



131,5



Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel diatas bahwa nilai dari pretest dan nilai post-test yang dikumpulkan oleh siswa Kelas XII Administrasi Kantor 1 SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka pada siklus I dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:



X0 1. Nilai Rata-rata Pre-test



=



131,5 =



N



= 4,53 39



63



286



X3 2. Nilai Rata-rata Sesi 3



=



=



N



=



N



= 7,33



322



X4 3. Nilai Rata-rata Sesi 4



39



=



39



= 8,25



Nilai total Rata-rata pada siklus kedua adalah: X X33 + X X44 2



B.



=



6.7 + 8,25 7.4 7,33 2



14.1 16,15 2



=



= 7.79



Penyajian dalam bentuk grafik/histogram pada siklus II:



Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Siklus I sampai Siklus II



No 1



Tindakan Pre-test



2



Siklus I



3



Siklus II



SO S1 S2 S3 S4



Rata-rata 3,37 5,51 6,87 7.33 8.52



C. Pembahasan 1. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus I



Total rata-rata XII0 = 4.5 XIII = 6.19 XII = 7.9



64



Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan data kualitatif terhadap hasil pengamatan guru sejawat tentang pembelajaran Kritik Sastra dan Esai adalah: kelemahan-kelemahan yang ada, kelebihan-kelebihan, perubahan-perubahan, kemajuan-kemajuan, efketivitas waktu, keaktifan yang dilakukan, konstruksi, kontribusi, diskripsi fakta, pengecekan validitas internal dan validitas eksternal, identifikasi masalah, faktor-faktor yang berpengaruh, cara-cara untuk memecahkan masalah, pertimbanganpertimbangan, perbandingan-perbandingan, komentar-komentar, tanggapantanggapan, tambahan pengalaman, summary, pendapat-pendapat, gambarangambaran, interpretasi/penafsiran-penafsiran, makna di belakang perbuatan, trianggulasi, hubungan antaraspek, klasifikasi, standar-standar penetapan nilai, alasan-alasan penggunan teknik tertentu, alasan penggunaan langkahlangkah



tertentu,



penggabungan,



penggolongan-penggolongan,



tabulasi,



pemakaian,



kriteria-kriteria,



penggabungankatagorisasi,



pengertian-pengertian, hubungan antar kategori. Dari hail pengamatan teman sejawat disampaikan bahwa ada kelebihan-kelebihan yang disampaikan oleh pengamat yaitu bahwa peneliti sudah berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang santun, menuntun siswa dengan baik. Hal ini menimbulkan interpretasi bahwa perjalanan penelitian sudah cukup baik. Kelemahan yang disampaikan perlu diberikan analisis yaitu penggunaan waktu yang belum efektif, konstruksi, kontribusi siswa belum maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan kebenaran data, validasi, internal yang diambil dari informan di pertanggungjawabkan, validitas eksternal berupa acuan hukum digunakan teori-teori yang mendukung dan reliabilitas data penelitian ini dapat penulis yakini karena hal itu merupakan



65



ketepatan peneliti memilih informan, yaitu teman sejawat. Faktor-faktor yang berpengaruh belum maksimalnya pembelajaran Kritik Sastra dan Esai pada siklus I ini adalah karena peneliti baru satu kali mencoba model ini. Cara pemecahan masalahnya adalah penyiapan RPP yang lebih baik, lebih berkualitas. Hal-hal yang lain seperti komentar, tambahan pengalaman, gambaran-gambaran keberhasilan penelitian akan terlihat pada hasil siklus selanjutnya. Demiian sediit hasil kualitatif atau kualitas dari pembelajaran dengan model Kritik Sastra dan Esai. 1.



Pembahasan hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar siklus I Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes lisan dan multiple choice test memforsir siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai rata-rata siswa di siklus I sebesar 5.54 pada sesi pertama dan 6.88 pada sesi kedua menunjukkan bahwa siswa setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam skill mendengarkan Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Kritik Sastra dan Esai. Hal ini sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.



66



Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran Bahasa Indonesia menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat membantu siswa untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih jauh. Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah ini yaitu 7,5 Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya. 2.



Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 7.33 pada sesi 3 dan 8.25 pada sesi 4 Hasil ini menunjukkan bahwa metode Kritik Sastra dan Esai telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan. Kritik Sastra dan Esai merupakan model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki kemampuan berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas, bertukar pikiran, berargumentasi,



67



mengingat penggunaan metode ini adalah untuk memupuk kemampuan intelektual siswa, mendorong siswa untuk mampu menemukan sendiri, menempatkan siswa pada posisi sentral dan mengupayakan agar siswa tidak belajar dengan menghafal. Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menitikberatkan kajiannya pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran, prilaku maupun keter-Visual menempati tempat yang penting karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai 8,5, 13 siswa memperoleh nilai menengah yaitu 8. Dari perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode Kritik Sastra dan Esai. Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 4,5 naik di siklus I menjadi 6,3 dan di siklus II naik menjadi 7,9 Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu



68



pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SMA Negeri 1 Maja Kab. Majalengka.



BAB V PENUTUP A. Simpulan Dengan mengetahui bahwa pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-metode yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada di sekolah. Berdasar pada rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa yang disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar



69



siswa. Seberapa besar peningkatan yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis. Dari hasil penelitian yang disampaikan di Bab IV dan semua data yang telah disampaikan tersebut, tujuan penelitian yang disampaikan sudah dapat dicapai. Untuk menjawab tujuan penelitian yaitu pencapaian kenaikan prestai belajar siswa dapat dilihat bukti-bukti yang sudah disampaikan. a. Dari data awal hampir semua siswa mendapat nilai di bawah, kemudian pada siklus I menurun menjadi 8 siswa dan siklus II nilai semua siswa diatas standar yang ditentukan disekolah tersebut. b. Dari rata-rata awal 4,5 naik menjadi 6,3 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 7,9. c. Dari data awal tidak ada siswa yang tuntas sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 4 siswa dan pada siklus II semua siswa mencapai ketuntasan. Dari



semua



data



pendukung



pembuktian



pencapaian



tujuan



pembelajaran dapat disampaikan bahwa model Kritik Sastra dan Esai dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal, review hal-hal yang belum bagus bersama teman-teman guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian yang maksimal. B. Saran



70



Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi Bahasa Indonesia, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Apabila mau melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia penggunaan model pembelajaran Kritik Sastra dan Esai semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berargumentasi dan lain-lain. 2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model Kritik Sastra dan Esai dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti. 3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian ini.



71



DAFTAR PUSTAKA Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/ Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Badan



Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.



Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti. Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Fernandes, H.J.XII. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development. Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja. Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas. Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.