Essay Generasi Emas Berkarakter  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pendidikan Karakter dengan Kehidupan Sosial Aminah Farhatunnisa Seiring berjalannya waktu, Indonesia tidak ada habisnya berusaha melakukan perbaikan dan perubahan untuk membangun negeri ke arah yang lebih baik. Untuk mewujudkannya, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dengan mutu yang juga baik dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap warga negara pun diharapkan dapat menjadi masyarakat yang berkontribusi dalam pembangunan ini. Salah satu target Indonesia di tahun 2045, tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-100 adalah Indonesia sudah sampai pada puncak Indonesia Emas. Indonesia Emas adalah masa dimana para generasi bangsa diharapkan siap dan mampu bersaing dengan negara-negara maju di dunia, dalam berbagai macam bidang. Untuk mencapai masa keemasan ini, sebuah negara haruslah sadar, bahwa negara maju, adalah negara yang pendidikannya maju. Dilihat dari sudut pandang psikologi, maka banyak upaya yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa demi meningkatkan mutu pendidikannya. Yakni salah satunya dengan mengedukasi para anak bangsa dengan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan isi UU No 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan sistem dan tujuan pendidikan nasional, jelas dikatakan bahwa setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia haruslah diselenggarakan secara sistematis demi mencapai tujuan tersebut. Salah satunya, berkaitan dengan karakter yang harus dimiliki oleh para anak bangsa atau dalam konteks sekolah yakni peserta didik supaya mampu bersaing, beretika, bermoral serta sopan dan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat. Menurut Ali Ibrahim, salah seorang peneliti yang telah melakukan penelitian di Harvard University di Amerika Serikat, kesuksesan seseorang bukanlah semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) yang dia miliki, tetapi lebih kepada kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Dan salah satu indikator majunya pendidikan suatu bangsa adalah karakter yang dimiliki oleh anak bangsanya.



Menurut Rahardjo (2010;16) pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci dijelaskan oleh Prasetyo dan Rivashinta (2010) mendefinisikan bahwa pengertian pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang insan kamil. Dari dua pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses pendidikan yang berisi penanaman karakter yang sesuai dengan nilai dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Dalam pembahasan psikologi, ada empat hal yang menjadi konsentrasi utama yakni emosional, moral, spiritual dan intelektual. Maka pendidikan karakter adalah salah satu proses pendidikan yang mencakup keempat konsentrasi di ranah psikologi. Baiknya karakter anak bangsa adalah sebuah petanda bahwa mutu pendidikan suatu negara semakin membaik. Begitupun ketika mutu pendidikan membaik, maka karakter anak bangsa sudah seharusnya menjadi lebih baik. Lantas, apabila ada pertanyaan bagaimana bisa pendidikan karakter dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, jawaban yang tepat adalah karena pendidikan karakter adalah sebuah pondasi dimana perilaku, sikap, cara pandang serta cara berpikir anak menjadi lebih baik. Karena pendidikan karakter tidaklah cukup hanya menjadi wacana, tetapi harus sampai kepada implementasinya, bukan juga sekedar kata-kata atau slogan yang disuarakan tetapi sebuah pembiasaan perilaku yang cerdas serta santun untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membangun peradaban bangsa sehingga tercapainya konsep Indosesia Emas tahun 2045. Mengacu pada keadaan anak bangsa saat ini, banyak sekali pihak yang mengeluhkan akan karakter anak bangsa. Tak sedikit pula yang mengatakan bahwa saat ini para anak bangsa mengalami dekadensi moral. Hal ini terlihat jelas dari hal-hal yang menyangkut anak bangsa yang diberitakan di media massa. Mulai dari pelanggaran kecil hingga kasus-kasus kriminal diberitakan. Sudah seharusnya bagi semua pihak mengambil peran dalam memperaiki mutu pendidikan di Indonesia demi mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.



Dalam kehidupan sosial atau kehidupan bermasyarakat, karakter anak bangsa dapat dilihat dari bagaimana perilaku kesehariannya. Mulai dari hal kecil, kebiasaan telat, kebiasaan mengeluh, berbohong, mencontek, merusak sarana umum menjadi cerminan keadaan karakter anak bangsa saat ini. Selain anak bangsa, cerminan hasil pendidikan pun dapat dilihat dari bagaimana para orang dewasa berperilaku. Seperti kasus-kasus korupsi yang merajalela, kasus suap, menghalalkan segala cara dalam memperebutkan kekuasaan, dll. Ini adalah hasil dari seluruh perjalanan hidup, serta pendidikan yang didapat selama hidup. Efek yang dihasilkan dari keadaan ini pun bukan hanya menjadi sebuah kerugian terhadap orang yang melakukannya, tetapi kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menular kepada masyarakat di sekitarnya. Ini artinya, untuk memperbaiki keadaan ini, butuhlah pendidikan karakter dalam segala aspek dan dukungan dari seluruh pihak. Seperti yang sudah dijabarkan di atas, pendidikan karakter merupakan suatu pendidikan serta pembiasaan yang diterapkan demi menghasilkan cara pandang, cara bertutur kata, cara bertindak serta cara bermasyarakat yang baik. Demi hasil yang diinginkan, maka peran semua pihak sangatlah penting mulai dari peran orang terdekat atau keluarga, peran lingkungan termasuk sekolah, serta peran dan dukungan pemerintah. Dari data yang dirilis pada tahun 2016, total sekolah di Indonesia mencapai 300 ribu unit sekolah, tetapi baru sekitar 23 ribu sekolah yang berusaha menanamkan pendidikan karakter di dalamnya. Ini artinya perjalanan Indonesia dalam memperbaiki karakter anak bangsa masih sangat panjang. Selain itu, belum ada perubahan signifikan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia karena masih sangat banyaknya masalah serta kasus yang diberitakan media terkait perilaku anak bangsa. Salah satu penyebab mengapa pendidikan karakter belum dapat terealisasi dengan baik adalah kurangnya edukasi karakter yang didapat oleh para praktisi pendidikan. Hakikatnya, bukan hanya murid atau siswa lah yang diajarkan pendidikan karakter, tetapi jauh dari itu para praktisi pendidikanlah yang harus lebih dulu mendapatkan edukasi mengenai penerapan pendidikan karakter. Hal ini dapat terlaksana apabila para stakeholder sekolah serta pemerintah berusaha mensosialisasikan serta mengedukasi para praktisi pendidikan dengan pendidikan karakter dengan memberikan pelatihan, workshop atau pun penyuluhan terkait pendidikan karakter. (bawahnya blm diedit) Adapun beberapa upaya yang sudah direncanakan dan dalam pengembangan mutu pendidikan Indonesia oleh pemerintah yakni dengan mengembangkan grand design pendidikan



karakter di setiap jalur, jenjang dan satuan pendidikan di Indonesia. Grand design adalah rancangan perubahan pendidikan berlandaskan IESQ. IESQ adalah pendekatan yang digunakan dalam mewujudkan pendidikan karakter; kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). IQ berfokus kepada bagaimana anak bangsa atau dalam hal ini peserta didik dapat dengan cepat dan tepat berpikir, menalar serta memcahkan suatu masalah. Dimensi ini juga meliputi numerik, pemahaman verbal, visualisasi ruang dll. Sedangkan SQ adalah potensi anak didik akan kemampuan intrapersonal seperti kemampuan menguasai diri sendiri, memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengelola suasana hati dan interpersonal meliputi memahami perasaan orang lain, perasaan empati, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dll. Yang terakhir adaah SQ, SQ merujuk pada



sifat-sifat baik dan nilai serta norma-norma



kemanusiaan. Tidak hanya hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga hubungan serta ketaatan diri anak didik kepada Tuhannya. Kemudian ada empat dimensi yang menjadi fokus perubahan karakter generasi emas. Keempat dimensi itu terdiri atas pengembangan sikap positif, pola pikir essensial, komitmen normatif dan kompetensi abilitas. Sikap positif adalah sikap yang memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi, berpikir dan bertindak dengan baik. Tidak terbiasa memojokkan seseorang, melecehkan ataupun menyalahkan dan merendahkan orang lain. Kemudian pola pikir esensial yakni pola pikir yang mendorong seseorang untuk dapat menyelesaikan masalah, dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan berpikir praktis yang memang awalnya menyelesaikan masalah dengan cepat tetapi malah menimbulkan masalah baru lainnya. Selanjutnya komitmen normatif adalah kesetiaan serta rasa kesediaan berkorban terhadap tugas, institusi ataupun terhadap bangsa. Dan yang terakhir adalah kompetensi abilitas yakni kemampuan seseorang dalam menjalankan kewajiban, tanggung jawab ataupun tugas secara professional. Dalam prakteknya, pendidikan karakter tidak hanya menjadi peran lembaga pendidikan, guru,ataupun masyarakat sekolah. Tetapi penanaman pendidikan karakter harus dibantu dan didukung oleh semua pihak masyarakat. Seperti yang diterapkan di Indonesia, ada tiga macam pendidikan yang diakui yakni pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Dalam pendidikan formal, maka masyarakat sekolah, guru, pembuat kebijakan serta semua pegawai sekolah haruslah bertanggungjawab akan penanaman pendidikan karakter ini. Sedangkan dalam pendidikan non formal, maka guru, tutor, mentor, instruktur dll haruslah menjadi role model



bagi para peserta didik. Yang terpenting, adalah di dalam pendidikan informal. Yang mana pendidikan informal adalah pendidikan yang prosesnya dirasakan sejak pertama kali seorang anak lahir ke dunia. Yakni pendidikan di dalam rumah serta lingkungan tempat tinggal. Orang tua khususnya beserta anggota keluarga lainnya dan masyarakat luas juga memegang peran dan tanggung jawab penting dalam penanaman pendidikan karakter secara langsung.



Hal ini



disebabkan Karena semua anak memiliki kemampuan meniru segala sesuatu yang dilihat, didengar serta dirasakannya secara langsung. Maka apabila anak dikelilingi oleh orang-orang yang berkarakter buruk, tidak heran kalau output kepribadiannya juga menjadi buruk. Keadaan yang terjadi di masyarakat luas adalah, menyerahkan seluruh proses pendidikan kepada pihak sekolah. Dimana para orang tua merasa cukup dengan segala hal yang diberikan kepada anak selama di sekolah. Sedangkan, menurut penelitian waktu anak berada dan mengenyam pendidikan di sekolah dalam sehari hanyalah sebesar 30%. Selebihnya 70% adalah kegiatan anak di dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Disinilah sebabnya, pembangunan atau penanaman pendidikan karakter membutuhkan konsistensi, menyeluruh dan dalam jangka waktu yang relatif lama dan peran semua pihak dalam mewujudkan generasi emas di umur Indonesia yang ke 100 tahun sangat dibutuhkan. Maka dari itu, perlu adanya kerjasama antara semua pihak untuk mewujudkan mutu pendidikan Indonesia yang meningkat. Walaupun para peserta didik saat ini lah yang akan menjadi ukuran tercapai atau tidaknya generasi Indonesia emas 2045, hal ini harus dipersiapkan sejak hari ini. Bukan hanya peserta didiknyalah yang harus ditanamkan pendidikan karakter, tetapi juga para guru, orang tua serta seluruh masyarakat harus mendapatkan edukasi mengenai pendidikan karakter ini supaya dapat secara maksimal menularkan hal-hal baik kepada generasi-generasi yang akan datang. Dengan generasi yang berkarakter, anak bangsa akan menjadi pribadi yang baik. Yang dapat dengan mudah membatasi dirinya terhadap hal-hal yang buruk, lingkungan yang merusak serta siap bersaing dan menghadapi tantangan yang ada di masa depan.



Daftar Pustaka



Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Indonesia: Alfabeta. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI tahun 2003. No. 78. Sekretarat Negara. Jakarta. Raharjo. 2010. “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Kemendiknas, Vol. 16 No. 3 Mei 2010. Prasetyo, A., dan Rivasintha, E. 2010. Konsep, Urgensi, dan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Online). (http://edukasi. kompasiana.com, diakses 09 April 2018).