4 0 207 KB
Evaluasi Protein Perhitungan Net Protein Utilization (NPU) Teoritis Dan Rasio Protein-Energi Evaluasi Gizi Dosen Pengampu : Galih Purnasari, S.Gz.,M.Si
Disusun Oleh : Riza Kurnia Damayanti G42182215 Golongan D3
PROGRAM STUDI GIZI KLINIK JURUSAN KESEHATAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2020
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Protein merupakan salah satu zat gizi makronutrien yang mengandung asam amino essensial yang terdiri dari, lisin, metionin, treonin, triptofan, isoleusin, leusin, fenilalanin, tirosin, valin, histidin dan sistein. Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, perkembangan, serta sebagai sumber energi. Mutu protein ditentukan oleh daya cerna (digestibility), dan memiliki daya serap serta komposisi asam amino yang ada di dalamnya. Daya cerna protein ialah suatu pengukuran presentase protein yang di hidrolisis dengan bantuan enzim pencernaan dan dapat diserap sebagai asam amino pada tubuh. Nilai protein pada pangan dipengaruhi dengan adanya proses pengolahan, senyawa malnutrisi dan adanya reaksi antara protein dengan senyawa lain yang terkandung dalam bahan pangan, mutu protein pangan. Untuk menentukan penilaian terhadap mutu pangan protein menggunakan metode dengan berbagai cara. Salah satu penilaian mutu protein ialah menggunakan Net Protein Utilization (NPU) dan Ratio Protein Energi (Rasio P-E). Net Protein Utilization merupakan perbandingan antara jumlah asam-asam amino yang dapat ditahan oleh tubuh dengan jumlah protein yang dikonsumsi. NPU menunjukkan tingkat kemanfaatan protein bersih yang dikonsumsi (Tejasari,2005). Nilai NPU berkisar dari 0-100, pada jumlah 0 dapat dikaitkan dengan tidak adanya nitrogen yang di sediakan lalu dikonversi menjadi protein, sedangkan pada jumlah 100 menunjukkan bahwa 100% pemanfaatan nitrogen makanan. Dan NPU juga sering dimanfaatkan pada industri perternakan yang bertujuan menentukan jenis pakan untuk meningkatkan berat daging, dengan harga yang relatif lebih murah sebagai perbandingan antara jumlah nitrogen yang ditahan didalam tubuh dengan jumlah nitrogen yang dikonsumsi. Sedangkan Rasio PE ialah perbandingan energi dari protein senilai telur (PST) terhadap total energi yang dikonsumsi sehari, perhitungan energi dari PST didapat dari pangan yang dikosumsi menggunakan faktor atwater untuk protein. Protein senilai telur merupakan protein kasar yang dikoreksi menggunakan mutu protein bahan pangan dan nilai cerna, nilai protein-energi persen (PE%) sebagai parameter atau ukuran kecukupan gizi yang sesuai aktifitas dan umur. Tabel 1. Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan bagi Orang Indonesia Kelompok Umur (Tahun) 0.5 – 1 1–3 4–6 7–9 Pria :
Berat Badan (Kg) 8.5 12.0 18.0 23.5
Kecukupan PST (g/org/hari) 13.26 13.80 18.54 23.50
Kecukupan Energi (Kal/org/hari) 800 1 200 1 720 1 860
Rasio PE yang Dianjurkan 6.6 4.5 4.3 5.1
10 – 12 13 – 15 16 – 19 20 – 59 ³³ 60 Wanita : 10 – 12 13 – 15 16 – 19 20 – 59 ³³ 60 Hamil Menyusui
1.2
30 40 53 56 56
29.70 38.00 44.52 42.00 42.00
1 950 2 200 2 300 2400 /2700 /3250 1 960
6.1 6.9 7.7 7.0 /6.2 /5.2 8.6
32 42 46 50 50
31.36 37.80 36.34 37.50 37.50 43.50 43.50
1 750 1 900 1 850 1900 /2100 /2400 1 700 2100 /2345 /2685 2400 /2600 /2900
7.2 7.9 7.9 7.9 /7.1 /6.3 8.8 8.3 /7.4 /6.5 7.3 /6.7 /6.0
Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara mutu gizi pangan yang dikonsumsi dengan sistem metabolisme & penyerapan zat gizi. 2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan untuk menilai / menaksir mutu gizi pangan yang dikonsumsi.
BAB II METODOLOGI 2.1
2.2
Waktu & Tempat Waktu
: Rabu, 06 Mei 2020
Tempat
: Secara daring melalui WAG
Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. 5.
2.3
Kertas HVS Alat Tulis Alat Hitung Lembar Soal Bahan Makanan
Prosedur Kerja 1. Net Protein Utilization (NPU) Hitung NPU teoritis dengan rumus perhitungan pada Dasar Teori. SAA ×C NPU Teoritis= 100 2.
Rasio Protein-Energi (Rasio P-E) Hitung Rasio P-E dengan rumus perhitungan pada DasarTeori. Rasio PE=
Konsumsi PST × 4 ×100 Total Konsumsi Energi
Tot . P rotein Makanan yg di konsumsi × Rasio PE=
Total Konsumsi Energi
SAA C × ×4 100 100
BAB III HASIL Nama Responden
: Riza Kurnia D
Usia
: 20 tahun ( Pada PKAE termasuk dalam kelompok orang dewasa)
Berat Badan
: 47 kg
Tinggi Badan
: 148 cm
Table 1. Perhitungan Protein dan SAA berdasarkan Recall 1 × 24 Jam No
Jenis Pangan yang Dikonsumsi
Berat (g)
Konsumsi Protein
Konsumsi Asam Amino (AA) Lysin Trionin Triptofan Met+Sistin (mg) (mg) (mg) (mg)
1
Nasi (Beras Pecah Kulit)
100
7,5
296,25
294
81
2
Kacang panjang
50
23,05
1.376
822,88
230,5
3
Tauge
50
3,1
105,4
79,36
77,5
4
Kelapa parut
15
0,51
22,79
19,32
4,94
5
Daging ayam
40
7,24
554,58
341
68,78
6
Tempe
50
10,4
448,24
324,48
98,8
7
Minyak
5
-
-
-
-
8
Tepung Terigu
15
1,38
33,53
39,88
16,97
9
Tepung Tapioka
10
0,34
15,19
9,48
1,39
10 11
Buah pisang Nasi
50 100
0,6 7,5
22,02 296,25
15 294
7,02 81
12
Daging ayam
40
7,24
554,58
341
68,78
13
Daun kemangi
50
-
52,0
-
13,0
14
Sawi
100
33,8
1.098,5
1.098,5
635,44
15 16
Minyak Pepaya
5 100
0,4
13 4.945,7 5
17
5
JUMLAH
103,06
3.695,9
1.390,12
135 +102 = 237 142,91 +269,68 = 412,59 22,63 + 12,71 = 35,34 10,68 + 9,28 = 19,96 198,37 + 61,54 = 259,91 157,04 + 76,96 = 234 23,46+27,32 = 50,78 3,50+1,59 =5,09 3,48 +4,02 = 7,5 135 + 102 = 237 198,37 + 61,54 = 259,91 9,6 + 0 = 9,6 212,94 + 253,5 = 466,44 4+3=7 2.242,12
Konsumsi AA per gram protein (mg/g) Pola Kecukupan As.Amino Essensial (PKAE) (mg/g) Tingkat Konsumsi Asam Amino Essensial (TKAE) Urutan
L/P
T/P
R/P
M/P
4.945,75 / 103,06 = 47,98
3.695,9 / 103,06 = 35,86
1.390,12 / 103,06 = 13,48
2.242,12 / 103,06 =21,75
16
9
5
-
47,98 : 16 = 2,99
35,86 : 9 = 3,98
13,48 : 5 = 2,69
-
Lysin 2,99
Triptofan 2,69 ( Nilai SAA Konsumsi Pangan )
Trionin 3,98
Table 2. Perhitungan Protein dan Mutu Cerna Teoritis berdasarkan Recall 1 × 24 Jam. No
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Pangan yang Dikonsumsi
Berat (g)
(2) Nasi Kacang panjang Tauge Kelapa parut Daging ayam Tempe Minyak Tepung Tapioka Tepung Terigu Buah pisang Nasi Daging ayam Daun kemangi Sawi Minyak Pepaya Jumlah
100 50 50 15 40 50 5 15 10 50 100 40 50 100 5 100
Konsumsi Asam Amino (AA) Konsumsi Mutu Cerna (C) Bio- Kons. X Mutu Protein Protein (g) assay Cerna Bio-assay % (3) (4) (3) x (4) 7,5 90 6,75 23,05 67 15,44 3,1 67 2,07 0,51 88 0,448 7,24 97 7,02 10,4 90 9,36 0,34 86 0,29 1,38 96 1,32 0,6 88 0,52 7,5 90 6,75 7,24 97 7,02 67 33,8 67 22,64 0,4 88 0,35 (P) = 103,06 (J) = 79,978 Mutu Cerna Teoritis (C) = J/ P = 0,776033 gram = 77,60333 %
Hasil Perhitungan Diketahui :
SAA C Total Konsumsi Protein Total Konsumsi Energi
Jawab
= 2,69 = 0,776 g = 103,06 g = 925,05 kkal
:
1. Net Protein Utilization (NPU)
NPU Teoritis=
SAA ×C 100
NPU Teoritis=
2,69× 0,776 100
NPU Teoritis=
2,08 100
NPU Teoritis=0,0208
2. Rasio Protein-Energi (Rasio PE) Rumus 1
Rasio PE=
Konsumsi PST × 4 ×100 Total Konsumsi Energi
Rasio PE=
103,06 × 4 × 100 925,05
Rasio PE=
41.224 925,05
Rasio PE=44,56
3. Rasio Protein-Energi (Rasio PE)Rumus 2 Tot . Protein Makanan yg di konsumsi × Rasio PE=
Total Konsumsi Energi 103,06 ×
Rasio PE=
Rasio PE= Rasio PE=
2,69 0,776 × ×4 100 100 925,05
103,06 ×0,0269 × 0,0077× 4 925,05
0,085 925,05
Rasio PE=¿9,18× 10-5
SAA C × ×4 100 100
BAB IV PEMBAHASAN Protein merupakan makronutrien yang mengandung asam amino esensial yang diikat satu sama lain dengan ikatan peptida dan membentuk rantai peptida dengan berbagai panjang dari 2 asam amino (dipeptida), 4-10 peptida (olipeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida). Agar sintesis dalam tubuh berjalan dengan lancar , misalnya untuk menjamin pertumbuhan pada anak-anak atau untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen di dalam tubuh orang dewasa maka asam-asam amino esensial harus terdapat dalam makanan yang dikonsumsi karena tubuh tidak dapat mensintesisnya. Penilaian kualitas protein pada bahan makanan dapat ditentukan berdasarkan skor protein dan deraja cerna. Sedangkan pada nilai protein pangan dapat dipengaruhi dengan proses pengolahan, adanya senyawa malnutrisi dan adanya reaksi antara protein dengan senyawa lain yang terkandung dalam bahan pangan. Dan pada mutu protein pangan ditentukan oleh kandungan asam amino essensial dengan susunan yang lengkap dan komposisi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Salah satu metode untuk menentukan penilaian mutu pangan dapat dilakukan dengan menggunakan Net Protein Utilization (NPU) dan Rasio Protein Energi (Rasio P-E) Pada praktikum kali ini tentang penilain mutu pangan menggunakan metode Net Protein Utilization (NPU) dan Rasio Protein Energi (Rasio P-E) dengan menggunakan data recall yang sama pada praktikum sebelumnya yang memiliki usia 20 tahun, berat badan 47kg, tinggi badan 148 cm, dan IMT 21,45 yaitu berstatus gizi normal. Untuk mengetahui nilai NPU kita terlebih dahulu mencari nilai SAA dan Mutu cerna (C), pada nilai SAA didapat hasil 2,69 dan hasil dari mutu cerna yaitu 0,776. Sehingga hasil yang didapat pada NPU diperoleh hasil 0,0208 yang menjukkan bahwa bagian protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh dibanding dengan protein yang dikonsumsi. NPU sendiri bahan pangan yang tergantung pada kecernaan bahan pangan dan sejauh mana komposisi sembilan jenis asam amino essensial dengan susunan asam amino protein essensial yang dibutuhkan oleh tubuh yang dapat menyebabkan protein yang terkandung dalam makanan tidak semua dimanfaatkan oleh tubuh. Sebelum menghitung rasi protein energi, kita terlebih dahulu harus mengetahui hasil kebutuhan energi yang dikonsumsi. Diketahui hasil total kebutuhan energi yang didapat ialah 925,05 kkal. Pada rasio protein energi dengan menggunakan rumus 1 didapatkan hasil 44,56 sedangkan hasil rasio protein energi menggunakan rumus 2 didapatkan hasil 9,18, dimana jika dibandingkan dengan tabel Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan bagi Orang Indonesia untuk usia 20-59 tahun pada wanita yaitu 7.9/7.1/6.3 dapat kita artikan bahwa angka rasio protein energi melebihi dari batas yang dianjurkan menurut usia responden. Maka, jika protein energi melebihi dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti, menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Dari data food recall menu makanan yang mempunyai kandungan protein tinggi terdapat pada bahan daging ayam, dimana daging ayam termasuk bahan pangan protein hewani merupakan sumber protein yang lebih baik jika dibanding dengan protein nabati, dilihat dari kandungan protein per 100 gram bahan makanan (Sutomo,2008).
BAB V
PENUTUP 5.1
Kesimpulan Pada praktikum penilaian mutu pangan menggunakan metode NPU dan Rasio Energi Protein, didapat hasil pada NPU adalah 0,0208 yang menjukkan bahwa bagian protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh dibanding dengan protein yang dikonsumsi. Sedangkan pada nilai rasio energi protein pada rumus 1 yaitu 44,56 sedangkan pada rumus 2 yaitu 9,18, dimana hasil dari rasio energi protein melebihi tabel Rasio Protein-Energi (Rasio PE) yang Dianjurkan bagi Orang Indonesia untuk usia 20-59 tahun pada wanita yaitu 7.9/7.1/6.3. Jika kita mengalami kelebihan konsumsi pada protein maka akan mengalami gangguan kesehatan yaitu menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam.
5.2
Saran Kita harus mengkonsumsi kebutuhan protein (Ratio Protein Energi) sesusai dengan anjuran pada umur agar tidak lebih atau kurang.
Daftar Pustaka Fachruddin,P.,Hardiansyah. 2013. Analisis, Jenis, Jumlah dan Mutu Gizi Potein Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 89(1) : 39-46 Sholihah,R., dkk. 2017. Formulasi Tepung Ikan Gabus (Channa Striata), Tepung Kecambah Kedelai (Glycine Max Merr) Dan Tepung Kecambah Jagung (Zea Mays) Untuk Sereal Instan Balita Gizi Kurang. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia. 3(02) : 132-144 Almatsir, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/protein-dalam-makanan/