Evaluasi Pembelajaran Di SD [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Arman
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 1



KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN A. KEGIATAN BELAJAR 1 1. Konsep Dasar Evaluasi, Pengukuran dan Penilaian dalam Pembelajaran a. Evaluasi Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation yang artinya penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut Wang dan Brown dalam buku yang berjudul Essentials of Educational Evaluation , dikatakan bahwa “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”, artinya “evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu”. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Menurut Benyamin S. Bloom Evaluasi merupakan “Handbook on formative and summative evaluation of student learning”, yang artinya Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan yang terjadi pada anak didik. Jadi, kita sebagai guru harus yakin bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri siswa. Sedangkan Evaluasi menurut Cross adalah “Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved”, yang artinya Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat dari mana suatu tujuan dicapai. Dari ketiga pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi adalah proses menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu, di mana objeknya adalah hasil belajar siswa dan kriterianya adalah ukuran ( sedang, rendah, tingginya ).



b. Pengukuran



Perlu dijelaskan di sini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran



(



measurement



),



Wand



dan



Brown



mengatakan



bahwa



“Measurement means the act or process of axestaining the extent or quantity of something” yang artinya pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu. Dari definisi antara evaluasi dengan pengukuran, maka dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara penilaian dan pengukuran. Walaupun ada perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan karena antara pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang sangat erat. Sebab untuk dapat mengadakan penilaian yang tepat terhadap sesuatu terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran. Misalnya untuk menilai apakah seseorang dapat membaca dengan lancer atau tidak, maka perlu kita mengukur berapa jumlah kata-kata yang dibacanya dalam satu menit, berapa kesalahan-kesalahan yang dibuatnya, dan sebagainya. Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu, misalnya suhu badan dengan ukuran berupa termometer hasilnya 360 celcius, 380 celcius, 390 dst. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Apa yang membedakan dengan evaluasi. Yang membedakannya adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif. Pengukuran pada dasarnya adalah penentuan angka dari suatu objek yang diukur. Gronlund dan Linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai “Measurement is limited quantitative description of pupil behavior, that is the result of measurement always is expressed in number “. Penentuan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat meghasilkan angka maka diperlukan alat ukur.



Dalam



melakukan



pengukuran



harus



berusaha



agar



kesalahan



pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat meghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel. Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal : alat ukur, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random) atau juga bersifat sistematis. Kesalahan



acak disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur. Sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur, atau yang mengukur. c.



Penilaian



Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi. Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal



diadakan



dalam



suasana



yang



menyenangkan,



sehingga



memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. Penilaian menurut Arikunto, merupakan proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu ukuran baik buruk yang besifat kualitatif. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa penilaian merupakan kelanjutan dari kegiatan pengukuran untuk menafsirkan angka sebagai ukuran nilai. Kegiatan pengukuran dilakukan apabila penilaian memerlukannya, dan pengukuran tidak perlu dilakukan apabila penilaian tidak memerlukannya.Setelah kita memahami



apa yang dimaksudkan dengan penilian dan pengukuran dari uraian diatas barulah kita bias memunculkan definisi evaluasi secara umum.Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur dan memberikan penilaan sehingga dari pengukuran dan penilaian tersebut dapat mengetahui sejauh mana tujuan yang diinginkan dapat tercapai. d. Test Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memeperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan



yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes



menuntut siswa untuk memberi respon atau jawaban. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memepeeroleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar aatu salah. Ground dan Linn (1990) mendefinisikan : Test is an instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior.



2. Kedudukan Tes, Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi. a. Kedudukan Evaluasi Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnua terjadi proses membudayakan dan memberadapkan manusia. Agar terbentuk manusia yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban. Masukan dalam proses pendidikan adalah siswa dengan segala karakteristik dan keunikannya. Untuk memastikan karakteristik dan keunikan siswa yang akan masuk dalam transformasi, diperlukan evaluasi terhadap masukan. Tranformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan dipengaruhi dan atau ditentukan oleh bekerjanya komponen/usur yang ada didalam lembaga pendidikan. Unsur-unsur transformasi dalam proses pendidikan meliputi : a. Pendidikan dan Personal Lainya b. Isi Pendidikan c. Teknik



d. System Evaluasi e. Sarana Pendidikan f. System Administrasi



Untuk



mengetahui efesiensi dan efektivitas transformasi dalam proses



pendidikan perlu dilaksanakan evaluasi terhadap bekerjanya unsure-unsur transformasi. Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswayang semakin berbudaya dan beradap sesuai dengan tujuan yang ditatapkan. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai badan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pendidikan. Untuk mengetahui dan menetapkan siswa apakah sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan lembaga pendidikan atau belum, diperlukan juga kegiatan evaluasi. Sehingga dengan adanya evaluasi tersebut juga akan dihasilkan umpan balik, yang mana maksud dari umpan balik ini adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan petimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Dimana umpan balik ini berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa kedudukan evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting, karena dalam setiap proses pendidikan memerlukan kegiatan evaluasi untuk tujuannya masing-masing. Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil belajar siswa. Dari kumpulan data evaluasi tersebut kita mempunyai kesimpulan tentang perkembangan hasil belajar siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan assesmen. Jadi untuk melakukan assesmen kita memerlukan alat ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan data-data hasil pengukuran.



b. Tujuan Evaluasi Dari uraian sebelumnya, tentunya kita mendapatkan gambaran mengenai tujuan evaluasi dalam pendidikan. Jadi tujuan utama melakukan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencapaian



tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya yang merupakan fungsi dari evaluasi. Selain itu juga ada beberapa tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut : 1. Menilai ketercapaian tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru. 2. Mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Batasan tersebut umumnya dikaitak sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan. 3. Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik memotivasi, tetapi masih sedikit di antara guru-guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi menstimulasi tindakan siswa baik dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk meningkatkan atau mempertahankannya yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu. 4. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional dengan kurikulum saling berkaitan. Beberapa guru seringkali mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar yang menurut mereka penting dan cocok, perubahan itu akan tepat, jika memang didasarkan pada hasil evaluasi secara luas. 5. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.



Yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bias disebabkan oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program pengajaran. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih metode dan alat bantu mengajar.



c.



Fungsi Evaluasi Dengan mengetahui tujuan evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal : 1. Evaluasi berfungsi selektif Dengan mengadakan evaluasi guru dapat mengadakan seleksi pada siswanya dengan tujuan memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas, untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, atau untuk memilih siswa yang sudah berhak lulus. 2. Evaluasi berfungsi diagnostik. Apabila alat yang digunkan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan dapat mengetahui kelemahan siswa, dan sebab-sebab kelemahan siswa. 3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan. Untuk dapat menetukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan maka digunkanlah suatu kegiatan evaluasi.Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4. Evaluasi berfungsi sebgai pengukuran keberhasilan. Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.Keberahasilan program ditentukan oleh bebrapa factor yaitu factor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan system kurikulum.



Evaluasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai berbagai fungsi sebagai berikut:



1.



Alat



untuk



mengetahui



tercapai



atau



tidaknya



tujuan



instruksional.



Dengan adanya evaluasi, kita dapat mengetahui apakah tujuan instruksional kita sudah tercapai atau belum. Kalau belum dicari faktor penghambat tercapainya tujuan tersebut kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasinya. Di mana tujuan instruksional dari evaluasi adalah perubahan-perubahan pada diri siswa. 2.



Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dengan hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll yang biasanya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.



3.



Dasar dalam menyusun laporan hasil belajar siswa kepada para orang tuanya. Isi laporan hasil belajar siswa di dapat dari bahan-bahan evaluasi yang mencakup kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai=nilai prestasi yang dicapainya.



4.



Sebagai alat seleksi. Untuk mendapatkan calon-calon yang paling cocok untuk suatu jabatan atau suatu jenis pendidikan tertentu, maka perlu diadakan seleksi bagi para calon-calonnya. Hasil evaluasi yang dilaksanakan dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mana-mana calon yang paling memenuhi syarat untuk jenis jabatan atau untuk jenis pendidikan tersebut.



5.



Sebagai bahan-bahan informasi apakah anak-anak tersebut harus mengulang pelajaran atau tidak. Apabila berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah bahan pelajaran yang kita berikan pada seorang anak telah memenuhi syarat minimal untuk melanjutkan pelajaran maka anak-anak tersebut dapat melanjutkan ke materi selanjutnya, tetapi jika tidak memenuhi syarat minimal tersebut. Maka anak-anak tersebut harus mengulang pelajaran.



6.



Sebagai bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan yang cocok terhadap anak tersebut. Dengan evaluasi yang kita laksanakan dapat kita ketahui segala potensi yang dimiliki oleh anak. Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang anak dapat diramalkan jurusan apakah yang paling cocok untuk anak-anak tersebut di kemudian hari. Dengan jalan ini, dapatlah dihindari adanya salah pilih dalam penentuan jurusan. Dan dengan demikian dapat pula dihindari pembuangan biaya yang sia-sia karena pilihan yang tidak tepat.



2. Prinsip-prinsip Penilaian



Evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini : a. Prinsip Keseluruhan Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh,



menyeluruh.



Maksud



dari



pernyataan



ini



adalah



bahwa



dalam



pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya.Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi. b. Prinsip Kesinambungan Istilah



lain



dari



prinsip



ini



adalah



kontinuitas.



Penilaian



yang



berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.



c. Prinsip Objektivitas Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan



instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif. Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda. Prinsip-prinsip umum evaluasi diantaranya : 1.



Beroreintasi pada pencapaian kompetensi



2.



Valid (penilaian harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur)



3.



Adil



4.



Objektif



5.



Berkesinambungan



6.



Menyeluruh



7.



Terbuka



8.



Bermakna



Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan prinsip diskriminalitas. 3. Pergeseran Paradigma Penilaian Hasil Belajar Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka kita tidak dapat mengukur keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Karena itu, ahli pendidikan mengusulkan penilaian hasil belajar siswa menggunakan asesmen, dengan begitu kita dapat mengukur tidak hanya dari hasil belajar saja tapi juga dari proses belajar siswa secara menyeluruh.



A. KEGIATAN BELAJAR 2 1.



Jenis Penilaian Dalam Evaluasi Pembelajaran Dibedakan dari fungsinya, ada beberapa macam jenis penilaian, yaitu 1.



Tes seleksi dan fungsinya Tes seleksi dan fungsinya adalah tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program. Fungsi adalah menghasilkan caloncalon teerpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program.



2.



Tes penempatan dan fungsinya



Tes penempatan dan fungsinya yaitu untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya. Fungsi adalah untuk mengelompokkan siswa dalam satu kelompokyang relatif homogen kemampuan atau ketrampilannya. 3.



Pre test – post test dan fungsinya Pre test adalah tes untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran yang akan disampaikan. Sedangkan Post test adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program setelah mereka mengikuti program tersebut. Fungsi dari pre test dan post test adalah untuk menilai efektivitas proses pembelajaran



4.



Tes diagnostik dan fungsinya Tes diagnostik dan fungsinya adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini di laksanakan untuk untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa. Fungsi test diagnostik adalah sebagai langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau menghilangkan penyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.



5.



Tes Formatif Tes formatif dan fungsinya adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri



dengan kata lain untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat



menguasai tujuan pembelajaran yang baru saja diajarkan. Dengan demikian, penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Biasanya di sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau melaksanakan suatu tes formatif maka sebaiknya ditindak lanjuti lagi jika ada bagian-bagian yang memang belum dikuasai atau belum dipahami oleh peserta didik. Dengan begitu tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus memperbaiki dalam suatu proses pembelajaran. 6.



Tes sumatif dan fungsinya adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir semester dan akhir tahun.Tujuannya adalah untuk melihat



hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses 7.



Tes unjuk kerja yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau menghasilkan suatu karya atau hasil belajar.



Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang berikan secara lisan (menurut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.



MODUL 2



PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR A.



Pengertian Tes Hasil Belajar Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam perkembangannya dan seiirng kemujuan zaman tes berarti ujian atau percobaan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu tes, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes. 1) Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian, 2) Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes 3) Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden 4) Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan



membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau kelompok, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu sama lain. Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik. Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s behaviour (Brown,1970:2). Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu Pertama adalah kata systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun, dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi, artinya butir-butir soal (item) suatu tes hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan kawasan dan ruang lingkup tingkah laku yang akan dan harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes itu hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah ditentukan ; dan (c) sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an individual’s is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan. Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus dijawab dan atau dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini sependapat dengan seorang ahli yang menyatakan bahwa The type of ability test that describes what a person has learned to do is called an achievement test (Thordike & Hagen, !975:5). Berdasarkan pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran



tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan.



B.



Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni : 1) Tes Essay (uraian) Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. Subino, (1987:2) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun jawaban. 2) Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ; a.



Tes Betul-Salah (TrueFalse)



b.



Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)



c.



Tes Menjodohkan (Matching)



d.



Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis) Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan



kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis, (2) mempunyai dampak belajar yang mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan (3) jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive domain. Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa tidak dituntut untuk mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan, (2) siswa ada kemungkinan dapat menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap proses berpikir dan bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa …objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come …the most generally useful is the multiple choice items…but other items types also have a place. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa itemitem tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak, sementara itu, tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri. Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual objectians to objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory, and that they do not test the ability of the student to organize his thought. Pendapat di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidah menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan



tinggi



kemampuan



untuk



mengorganisasikan



pemikiran,



mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang



ilmiah merupakan tuntutan yang ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen Dikdasmen, 1982/1983 : 20). Dilihat dari sudut waktu kapan dan untuk apa tes itu dilakukan, maka tes hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tes awal (pretest), tes akhir (posttest), dan entering behaviour test. Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada proses belajar mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan, hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk menetapkan lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir atau ulangan umum. Entering behaviour test adalah suatu tes yang berisikan materi pelajaran atau kemampuan-kemampuan siswa yang harus sudah dikuasai sebelum mereka menempuh suatu proses. Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi : a. Tes Formatif Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah : 



Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran. Merupakan penguatan bagi peserta didik.







Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.







Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.



b. Tes Summatif Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. c. Tes Penempatan



Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar. d. Tes Diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.



C.



Ciri-ciri tes yang baik Menurut arikonto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki: 1. Validitas Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.[6] 2. Reliabilitas Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan. 3. Objektivitas Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. 4. Praktikabilitas Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang mudah



dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. 5. Ekonomis Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.



D.



Langkah – langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu: 1. Pengembangan spesifikasi tes Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah : -



Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.



-



Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.



-



Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.



-



Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut



-



Merencanakan banyak soal



-



Merencanakan jadwal penerbitan soal



2.



Penulisan soal



3.



Penelaahan soal,yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan



pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis. 4.



Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.



5.



Penganalisisan hasil uji coba.



6.



Pengadministrasian soal



E. KEGIATAN BELAJAR 1 1. Keunggulan dan Kelemahan Tes 1) Tes Objektif 1) Keunggulan Tes Objektif a) Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman dan penerapan) b) Semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian c) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakaukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. d) Khususnya pilihann ganda dapat memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. e) Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan hanya dengan mengubah homogennitas alternatif jawaban (pilihan ganda). f)



Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya.



2) Kelemahan Test Objektif a) Pada kenyataannya tes objektif hanya mengukur proses berfikir rendah b) Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat tes uraian c) Kemampuan anak terganggu dengan kemampuan membaca dan menerka



d) Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal.



3) Upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif a) Agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur proses berfikir rendah. Agar test objektif yang ditulis dapat mengukur tujuan pembejalaran yang telah ditetapkan, penulis soal harus berorientasi pada kisi-kisi soal, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diukur. b) Usaha untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal Dengan menganilisis butir soal maka kita akan memperoleh informasi yang banyak tentang butir soal tersebut, dapat mengetahui karakteristik butri soal yang meliputi



tingkat



kesukaran,



daya



beda,



efektifitas



pengecoh,



serta



reliabilitasnya set tes. c) Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menulis butir soal yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan. Sedangkan untuk mengatasi masalah tebakan (guessing) dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah alternatif jawaban menjadi empat atau lima. Dengan bertambahnya jumlah alternatif jawaban maka probabilitas menebak akan semakin kecil. d) Dengan tes objektif anak tidka dapat mengemukakan idenya sendiri tetapi harus mengikuti ide orang lain. Ini memang tes objektif yang tidak bbisa diminimalkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan tes uraian yang memberi kesempatan kepada anak untuk menjawab butir soal sesuai dengan idenya sendiri.



a. Test Uraian 1.



Keunggulan Test Uraian 1) Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi 2) Tepatdigunakan untuk mengukur hasil belajar tidak dapat diukur dengan tesobjektif



yang



kompleks



yang



3) Waktu



yang



digunakan untukmenulis satu



set



tes uraian lebih cepat dari pada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif 4) Menulis tes uraian



yang



baik



relative



lebih mudah dari pada menulis tes objektif.



2.



Kelemahan Test Uraian 1) Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan 2) Sukar memeriksa jawaban siswa Pemberiaan skor yang kurang efektif dan kurang konsisten dapat disebabkan Pemberian skoryang karena beberapa hal yaitu :



3.



-



Adanya hallo effect



-



Adanya efek bawaan ( carry over effect)



-



Efek urutan pemeriksaan ( order effect)



-



Pengaruh penggunaan bahasa



-



Pengaruh tulisan tangan



Upaya untuk meminimalkan kelemahan 1) Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian adalah membuat test uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa (tes uraian terbatas) 2) Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa adalah dengan memeri ksa hasil ujian tanpa nama. 3) Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah :  Gunakan tes uraian terbatas  Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa  Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua  Lakukan uji coba pemeriksaan 4) Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan/ menutup nama peserta tes. 5) Upaya untuk menghindari carri over effect adalah dengan cara memeriksa jawaban soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa soal no 2 juga untuk keseluruhan siswa begitu seterusnya sampai butir soal terahir.



6) Upaya untuk menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.



F. KEGIATAN BELAJAR 2 1. Mengembangkan Tes a. Tes Objektif 1) Tes benar salah / true false item Fungsi : 1) Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya. 2) Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan pendapat atau opini. 3) Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan. Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir sederhana. Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.



2) Tes menjodohkan / matching exercise Tes menjodohkan yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon. Keunggulan : mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi yang telah diajarkan pada siswa. Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang sederhana. 3) Tes pilihan ganda / multiple choice Ragam tes pilihan ganda : a. Melengkapi pilihan ( ragam A) : Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.



b. Hubungan antarhal (ragam B) : Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen dipisahkan dengan kata sebab. c. Analisi kasus (ragam C) d. Ganda kompleks (ragam D) e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E ) : Mengkonstruksi tes objektif yang baik a) Saran dalam mengkonstruksi tes B-S -



Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/ salah. Hindari pernyataan yang membingungkan/ bermakna ganda.



-



Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar yang tdk mengukur kompetensi.



-



Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.



-



Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan negatif ganda.



-



Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.



-



Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal penulisan kalimat.



-



Jumlah jawaban untuk pernyataan benar/ salah harusnya seimbang.



b) Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan -



Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus terdiri dari pernyataan yang homogen.



-



Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom kedua.



-



Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari premis.



-



Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus diurutkan.



-



Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada halaman yang sama.



c) Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda -



Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas.



-



Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban.



-



Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok soal.



-



Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi materi / panjang pendek kalimat dan pengecoh menarik untuk dipilih.



-



Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke jawaban yang benar.



-



Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.



-



Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan soal.



-



Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar / semua jawaban salah.



-



Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka tersebut berurutan.



-



Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah teknis.



-



Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban soal yang lain.



2.



Tes Uraian Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu : 1) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat. 2) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar. 3) Kembangkan butir soal dari suatu kasus. 4) Gunakan tes uraian terbatas. 5) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta. 6) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas. 7) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian. 8) Hindari penggunaan pernyataan pilihan. 9) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan soal dg benar. Pedoman penskoran : 1) Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis. 2) Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut. 3) Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain. 4) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada jawaban tersebut.



5) Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang lain.



G. KEGIATAN BELAJAR 3 1.



Perencanaan Tes Tes hasil belajar (Achievement test) dikatakan baik jika tes tersebut dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajarann yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Idealnya semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan harus diukur ketercapaiannya. Tetapi karena keterbatasan waktu ujian memaksa kita untuk memilih tujuan mana yang harus diukur ketercapaiannya. Pemilihan tersebut harus dilakukan secara representatif. Keadaan seperti ini dapat tercapai jika dalam menyusun tes dilakukan dengan perencanaan yang baik. Beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara lain : 1.



Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel hendaknya mengacu pada tujuan pembelajarann yang ingin dicapai. Pilihlah sampel materi yang secara representatif dapat mewakili semua materi yang telah diajarkan. Dasar pemilihan sampel materi adalah dasar pertimbangan keahlian (expert judgement).



2.



Jenis tes yang digunakan harus berhubungan erat dengan jumlah sampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif, jummlah peserta tes serta jumlah butir soal.



3.



Jenjang kemampuan berfikir yang ingin diuji. Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berfikir siswa. Jika tujuan suatu mata pelajaran lebih menekankan pada proses berfikir analisis, evaluasi dan kreasi maka butir soal yang akan digunakan harus dapat mengukur kemampuan tersebut.



Dalam hubungnan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom dkk kemudian di revisi oleh Kratwoll (2001). Revisi Kartwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), Penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6).



2. Ragam tes



Ada beebrapa ragam tes yang dapat digunakan sebagi alat ukur hasil belajar siswa baik itu berupa tes objektif maupun tes uraian. Untuk tes objektif dapat dipilih B – S, test menjodohkan, atau tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat dipilah menjadi : melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antar hal (ragam B), analisis kasus (ragam C), ganda kompleks (ragam D, atau membaca diagram, tabel, grafik (ragam E). Sedangkan untuk tes uraian dapat dipilih tes uraian terbatas atau uraian terbuka. Misalnya tes B – S dan pilihan ganda ragam A sangat tepat untuk mengukur jenjang proses berfikir ingatan dan pemahaman, sedangkan ragam B, C atau E tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir lebih tinggi dari sekedar ingatan. Jadi pemilihan ragam soal ini erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.



3. Sebaran tingkat kesukaran butir soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bawa butir soal yang dapat memberikan informasi yang besar kepada guru adalah butir soal yang tingkat kesukarannya sedang (harga p disekitar 0,5). Dengan memperhatikan karakteristik butir soal seperti itu maka tes yang baik adalah tes yang kumpulan butir soalnya sebagian besar mempunyai tingkat kesukaran sedang. Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam set soal untuk ujjian harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes yang mana yang akan dipergunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil tes yaitu : a. Pendekatan penilaian acuan kriteria atau patokan (PAK/ PAP) b. Pendekatan acuan norma (PAN).



4. Waktu yang disediakan Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian akan membawa konsekuensi kepada banyaknya butir soal yang harus dibuat.



5. Jumlah butir soal Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung pada beberapa hal antara lain : a. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai



b. Ragam soal yang akan digunakan c. Proses berfikir yang ingin diukur d. Sebaran tingkat kesukaran.



MODUL 3



PENGEMBANGAN ASSESMEN ALTERNATIF A. KEGIATAN BELAJAR I 1.



Konsep Dasar Asesmen Alternatif Dalam Pendidikan dikenal dua pengertian tentang penilaian yaitu penilaian dalam arti asesmen dan penilaian dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupkan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen,yaitu tradisional assesmen,performance



assesment,authentic



assesmen,portofolio



assesmen,



achievement assesment, dan alternatife assesment. a. Tradisional assesment Tradisional asesmen mengacu pada tes tertulis.maksudnya tradisional assessment hanya mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tertulis.padahal kita ketahui bersama tes tertulis mempunyai kelemahan diantaranya hanya mampu mengukur aspek kognitif dan ketrampilan sederhana, sebagian kecil dari hasil belajar siswa, dan tes sering kali menimbulkan kecemasan.



b.



Performance assessment ( asesmen kinerja) Asesmen kinerja merupakan asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik pengetahuan atau ketrampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukan dalam bentuk penyelesaian suatu tugas, bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang sudah tersedia. Asesmen kinerja menilai hasil belajar siswa dan proses belajarnya.



c.



Authentic assessment.



Authentic assessment merupakan assessment yang menuntut siswa mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan nyata diluar sekolah. Tujuan dan otentik assessment adalah untuk mengumpulkan bukti-bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat memberikan kritik terhadap upaya yang telah ia lakukan. Dari Pengertian tersebut tampak bahwa authentic assessment didasarkan performance assessment yang menuntut siswa mampu unjuk kerja. Contoh : disekolah siswa diajari konsep penjumlahan 2 + 3 = 5. Konsep tersebut abstrak.Konsep tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan nyata anak, yang ada adalah 2 bola + 3 bola = 5 bola. Untuk itu dalam mengajarkan konsep penjumlahan ajarlah siswa dengan menggunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan nyata. Untuk mengetahui bagaiman anak harus bersikap sopan kepada orang tua pada situasi yang sebenarnya.Amatilah bagaimana sikap siswa saat berinterkasi dengan orang tua yang ada disekitar sekolah. Misalnya kepada pesuruh sekolah, penjual kue dan minuman disekitar sekolah dan sebagainya.



4.



Portofolio assessment (assessment portofolio) Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukan upaya,proses,hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Mungkin banyak definisi portofolio yang telah anda kenal dan agak berbeda dengan pengertian diatas tetapi pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang menunjukan pencapaian dan perkembangan hasil hasil belajar siswa.



5.



Achievement assessment Achivement assessment merupakan pengertian umumterhadapa semua usaha untuk mengukur,mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang dilakukan dengan tes tertulis,assasemen kinerja,portofolio, dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil dan kemajuan belajar siswa.



6.



Alternative assessment



Alternative assessment merupakan asasement yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis. Pada dasarnya asasemen alternative merupakan alternative dari asasemen



tradisional



assesmen,portofolio



(paper



and



pencil



assessment,authentic



test).



assessment,



Jadi



performance



dan



achievement



assessment merupakan kelompok asesmen alternative.



2.



Landasan Psikologis Asesmen alternative tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat member informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran.Asesment alternative tidak hanya menilai produk belajar saja tetapi juga menilai proses belajar untuk menghasilkan kemampuan produk tersebut. Asesmen alternative dilaksanakan bersdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologi kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanakan asesmen alternative adalah: 1.



Teori fleksibilitas kognitif dan R.spiro (1990) Teori ini beranggapan bahwa hakekat belajar adalah komplek dan tidak terstruktur. Teori ini menjelaskan bahwa belajar akan menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki.



2.



Teori belajar Bruner (1966) Menurut teori ini belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa dengan cara mengkonstruksi sendiri gagasan baru atas dasar konsep pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki yang diarahkan pada belajar penemuan (discovey learning)



3.



Generative learning model dari Osborne dan wittrock (1983) Teori ini beranggapan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan menginterpretasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi tersebut. Dalam belajar siswa harus aktif memaknai apa yang sedang dipelajarinya. Serta siswa harus dapat membuat model atau menjelaskan ntentang apa yang dipelajari kemudian mengorganisasikan informasi yang sudah diseleksi berdasarkan pengalaman yang sesuai, logis dan rill.



4.



Experiential learning theory dari c rogers (1969)



Teori ini beranggapan bahwa siswa dalam pembelajaran harus aktif, memiliki inisiatif dan dapat menilai diri (penilaian diri siswa) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. 5.



Multiple intelligent theory dari Howard gardner (1983) Menurut Gardner intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah atau untuk menunjukan suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya. Menurut Gardner ada 8 kemampuan pada setiap individu yaitu : 1) Linguistic (kemampuan berbahasa) 2) Logical mathematic (kemampuan logika matematika) 3) Visual-spatial (kemampuan konsep tata ruang) 4) Bodily kinenthetic (kemampuan menggunakan bahasa tubuh) 5) Musical (kemampuan menghayati dan memahami musik) 6) Intrapersonal (kemampuan bekerjasama dengan orang lain) 7) Intrpersonal (kemampuan memahami dirinya) 8) Naturalist



(kemampuan



untuk



mengklasifikasi



spesies



yang



ada



dilingkungan).



3.



Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif Seperti halnya alat ukur yang lain, asesmen alternative seperti performance asesmen,authentic assessment, dan portofolio assessment mempunyai keunggulan dan kelemahan. a.



Keunggulan asesmen alternative antara lain: 1) Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional. Contohnya : jika anda ingin menguku rkinerja kerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas dari tugas karangan tersebut. Misalnya kemampuan dalam siswa dalam membuat paragraph yang baik, pemilihan kosa kata yang tepat, kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan, kemampuan merangkai kata dan kalimat,dan kemampuan berimajinasi. 2) Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan asesmen anda akan dapat menilai hasil belajar anak



secara lengkap, tidak hanya hasil belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. 3) Meningkatkan motivasi siswa. 4) Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.Asesmen Alternatif menekankan kepada apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang diketahui siswa. 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfvaluation. 6) Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan. 7) Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar.



b.



Kelemahan Asesmen alternative: 1. Membutuhkan banyak waktu 2. Adanya unsure subjektifitas dalam penskoran 3. Ketetapan penskoran rendah 4. Tidak tepat untuk kelas besar.



B. KEGIATAN BELAJAR 2 1. Bentuk Assesmen Kinerja a. Tugas (Task) Sesuai dengan namanya yaitu assesmen kinerja, assesmen ini meminta anak untuk melakukan sesuatu atau menunjukan kinerjanya sesuai dengan tuugas yang diberikan oleh guru. Informasi tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja dapat diperoleh dari berbagai jenis tagihan misalnya : 1. Computer adaptive testing Merupakan tes berbantuan komputer yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa sesuai dengan kemampuannya. Pada prinsipnya tes tes ini akan menilai hasil belajar siswa dari tugas yang mudah sampai ke tingkat yang sukar. 2. Tes pilihan ganda yang diperluas Tes pilihan ganda yang diperluas adalah tes pilihan ganda dimana dalam pengerjaannya siswa tidak hanya memilih satu jawaban tetapi mereka juga diminta untuk memberikan alasan.



3. Tes uraian terbuka ( open ended question ) Tes uraian terbuka adalah tes yang dapat menilai kinerja atau kemampuan siswa dalam penalaran, logika, serta kemampuan menuangkan ide dalam bentuk tulisan. 4. Tugas individu Tugas individu adalah tuugas yang harus dikerjakan secara mandiri (mengerjakan tugas dan menilai produk dari tugas tersebut). 5. Tugas kelompok Tugas kelompok adalah tugas yang harus dikerjakan secara kelompok 6. Proyek Proyek adalah tugas yang diberikan kepada siswa (individu/ kelompok) untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu. 7. Inteview Tugas yang dapat diberikan kepada siswa untuk melakukan wawancara dengan orang lain setelah itu membuat laporan hasil wawancara. Tugas guru adalah menilai kualitas laporan tersebut. 8. Pengamatan Tugas individu/ kelompok yang diberikan kepada siswa untuk melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan guru. Langkah – langkah menyusun tugas : a)



Pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas . Ada lima pertanyaan pokok yang membantu dalam merumuskan tugas yaitu : 1) Keterampilan atau atribut kognitif apa yang harus dikuasai siswa ? 2) Keterampilan atau atribut afektif apa yang harus dikuasai siswa ? 3) Keterampilan meta kognitif apa yang harus dikembangkan siswa ? 4) Tipe masalah yang seperti apa yang harus dipecahkan oleh siswa ? 5) Konsep atau prinsip apa yang dapat diterapkan oleh siswa ?



b) Merancang tugas yang yangmemungkinkan siswa dapat menunjukan kemampuannya dalam berfikir dan keterampilan. c) Menetapkan criteria keberhasilan Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan pada saat merancang tugas dalam asesmen kinerja :



1) Tugas – tugas yang disusun hendaknya merupakan bagian dari proses pembelajaran. 2) Tugas yang baik dalah tugas yang berhubungan dengan kehidupan nyata. 3) Tugas yang diberikan terhadap siswa harus adail. Dalam hal ini bukan berarti tugas yang diberikan harus sama. Harus dijaga jangan samapai ada unsur subjektifitas dalam memberikan tugas. 4) Jangan memeberikan tugas terlalu mudah karena hal ini tidak akan memebrikan motivasi siswa dan tidak memberikan tantangan kepda siswauntuk melakukannya.



2. Kriteria Penilaian ( Rubric ) Menurut Donna Szpyrka dan Ellyn B Smith seperti dikutip oleh Zainul A (2001) ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menembangkan rubrik : 1. Menentukan konsep, keterampilan dan kinerja yang akan dinilai. 2. Merumuskan atau mendefinisikan serta menentukan urutan konsep dan atau keterampilan yang akan dinilai kedalam rumusan yang akan menggambarkan kinerja siswa. 3. Menetukan tugas yang akan dinilai . 4. Menetukan skala yang akan digunakan. 5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan. 6. Melakukan uji coba. 7. Melakukan revisi hasil uji coba.



Berdasarkan kegunaannya rubric dapat dibedakan menjadi dua yaitu rubric holistic dan rubric analytic . 1.



Holistic Rubric Yang dimaksud dengan holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya dibuat secara umum, Karena itu biasanya holistic rubric digunakan untuk menilai berbagai macam kinerja.



2.



Analytic rubrik Yang dimaksud dengan analytic rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat lebih rinci, demikian pula deskripsi setiap aspek kinerjanya.



Analytic rubrik tepat digunakan untuk menilai kinerja tertentu. Dimensi kinerja yang akan dinilai disesuaikan dengan kinerja yang akan diukur. Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain : a. Kwalitas pengerjaan tugas. b. Kretifitas dalam pengerjaan tugas. c. Produk tugas. d. Setiap aspek yang akan dilihat kinerjanya kemudian ditentukan gradasi mutunya mulai dari yang paling sempurna sampai yang paling jelek.



C. KEGIATAN BELAJAR 3 1. Asesmen Portofolio a. Pengertian dan Tujuan Portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat menunjukkan pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa. Portfolios is a purposeful collection of student work that tells the story of student achievement or growth. Portfolios are not folders of all work a student does. Kumpulan hasil karya siswa dalam folder dapat dikatakan sebagai portofolio jika kumpulan hasil hasil karya tersebut dapat menggambarkan perkembangan hasil belajar siswa dari waktu ke waktu. Definisi portofolio menuerut Paulson “a purposeful collection of student work that exhibits the student’s efforts, progress and achievements in one or more areas. The collection must include student participation in selecting contents, the criteria for selection, the criteria for judging merit and evidence of student selfreflection”. Tiga



prinsip



utama



dalam



asesmen



portofolio: collect,



select,



reflect, sedangkan lebih rinci karakteristik portofolio : 1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerjasama antara murid dengan guru



2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya tetapi yang utama adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar criteria tertentu untuk dimasukan ke dalam karya siswa 3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu yang digunakan siswa untuk refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan dan kelemahan tersebut digunakan sebagai bahan pembelajaran berikutnya 4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi siswa dan diterapkan secara konsisten.



Menurut John Mueller, tujuan utama portofolio adalah untuk salah satu dari tiga tujuan: 1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa 2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung 3. Menilai secara keseluruhan pencapaian hasil belajar siswa



Portofolio memberikan bukti nyata hasil kerja siswa, informasi tambahan untuk standardized test, memberikan catatatn kepada siswa untuk melakukan refleksi diri dan merupakan cara terbaik untuk mengkomunikasikan pencapaian hasil belajar siswa kepada orangtua siswa. Untuk membedakan portofolio sebagai asesmen dan portofolio sebagai hasil karya, Shakelee et.al (1997) mengemukakan sebagai berikut: Portofolio Sebagai Asesmen



Portofolio Sebagai Hasil Karya



(bagaimana saya menggunakan bukti?)



(mengapa saya mengumpulkan bukti?)



1. Sebagai landasan pengembangan level1. Sebagai representasi keterampilan yang berikutnya



telah dimiliki



2. Untuk mempromosikan pengembangan2. Sebagai bukti pengembangan suatu ranah berikutnya 3. Sebagai bukti kemampuan yang telah3. Untuk menunjukan kemampuan yang dicapai



dimiliki



4. Untuk memodifikasi pengajaran yang4. Sebagai bahan yang akan di bahas dalam akan dilakukan 5. Untuk menyesuaikan kurikulum



suatu pertemuan 5. Sebagai bahan pelaporan



Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan portofolio sebagai asesmen: 1.



Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yang jelas, spesifik, dan berorientasi pada research based criteria



2.



Dapat digunakan sebagai sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa



3.



Berbagai cara yang perlu diperhatikan damal pengmpulan bukti yang berkontribusi terhadap portofolio yaitu: bukti-bukti tercetak (printed materials) maupun bukti non-printed (non-printed materials)



4.



Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti karangan, hasil lukisan, skor tes, foto dan sebagainya



5.



Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu



6.



Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda dari yang lain



7.



Portofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap portofolio tersebut.



2. Perencanaan Portofolio Shaklee et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat merencanakan portofolio yakni : 1. Menentukan criteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen portofolio 2. Menerjemahkan criteria atau standar tersebut kedalam rumusan-rumusan hasil belajar yang dapat diamati 3. Menggunakan criteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum



untuk



menentukan



perkiraan



waktu



yang



diperlukan



untuk



mengumpulkan bukti yang diperlukan 4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa 5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan 6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang dikumpulkan 7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan informasi dan keputusan asesmen portofolio



8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat membandingkan



3. Pelaksanaan Portofolio Dalam pelaksanaan asesmen portofolio, tugas guru adalah : 1. Mendorong dan memotivasi siswa 2. Memonitor pelaksanaan tugas 3. Memberikan umpan balik 4. Memamerkan hasil portofolio siswa



4. Pengumpulan Bukti Portofolio Kumpulan karya siswa dapat dikatakan portofolio jika kumpulan karya tersebut merupakan representasi dari kumpulan karya terpilih yang menunjukkan pencapaian dan perkembangan belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap bagian atau pemenggalan dari karya dalam portofolio dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang khusus. Karya siswa harus dapat menunjukkan perkembangan atau bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan tertentu.



5. Tahap Penilaian 1. Penilaian dimulai dengan menentapkan criteria penilaian yang disepakati bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran 2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten 3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya 4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan.



D. KEGIATAN BELAJAR 4 1. Penilaian Ranah Afektif a. Konsep Dasar Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat



ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap yang positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Menurut Krathwohl ( dalam Gronlund and Linn, 1990 ),ranah afektif terdiri atas lima level yaitu : 1.



Receiving Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas,buku atau musik.



2.



Responding Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.



3.



Valuing Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai,keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.



4.



Organization Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten.



5.



Characterization Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya. Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap,



minat, konsep diri dan nilai. 1.



Sikap Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negative terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif



2.



Minat Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang



terorganisir



melalui



pengalaman



yang



mendorong



seseorang



untukmemperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilanuntuk tujuan perhatian dan pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitas untukmemperoleh sesuatu. 3.



Konsep diri Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri ( Smith dalam Mardapi, 2004). Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka siswa akan dapat memilih alternative karir yang tepat bagi dirinya.



4.



Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004). Sekolah perlu membantu siswa untuk menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal-hal yang positif bagi masyarakat.



2. Beberapa Cara Menilai Ranah Afektif Menurut Ericson (dalam Nasoetion dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara: 1.



Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu,benda, orang, gambar atau kejadian. Dari tingkah laku yang muncul kemudian dicari atribut yang mendasari tingkah laku tersebut.



2.



Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan tersebut digunakan sebagai pancingan.



3.



Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pertanyaan atau pilihan bentuk angka.



4.



Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannya.



5.



Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang dimana yang diamati tdak tahu bahwa ia sedang diamati.



3.



Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Afektif 1.



Merumuskan tujuan pengukuran afektif Pengembangan alat ukursikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Alat ukur minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap sesuatu. Hasil pengukuran minat akan bermanfaat bagi sekolah untuk mengidentifikasi dan menyediakan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan minat siswa. Sedangkan bagi siswa akan bermanfaat untuk mempelajari sesuatu objek sesuai dengan minatnya.



2.



Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur Setelah tujuan pengukuran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah merumuskan definisi konseptual dari afektif yang akan diukur.



3.



Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengkuran



4.



definisi konseptual.



Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah konektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrument dalam membuat atau merumuskan indikator.



5.



Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan-pernyataan dalam instrument. Penulisan instrument atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert. Skala Likert merupakan salah satu jenis skala pengukuran ranah afektif yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang diikuti dengan penilaian responden terhadap setiap pernyataan dengan menggunakan lima skala mulai dari yang paling sesuai sampai dengan yang paling tidak sesuai.



6.



Meneliti kembali setiap butir pernyataan Penelitian kembali instrument yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalammengembangkan alat ukur afektif minimal dua orang.Kepada dua orang tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran,definisi konseptual, definisi operasioanl,



indicator dan pernyataan yang dibuat) dan rambu – rambu penulisan pernyataan yang baik seperti yang disarankan oleh Edwards. 7.



Melakukan uji coba Perangkat instrument yang telah ditelaah dan diperbaiki,disusun dan diperbanyak untuk kemudian di uji cobakan dilapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.



8.



Menyempurnakan instrumen Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah. Dengan demikian pada akhir kegiatan ini kita sudah dapat memperoleh perangkat instrumen yang memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik.



9.



Mengadministrasikan instrumen



10. Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data di lapangan. Untuk mengadministrasikan instrumen di lapangan perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: a.



Kesiapan perangkat instrumen Kesiapan perangkat instrumen paling tidak terdiri dari petunjuk cara menjawab dan contoh pengisian instrumen.



b.



Tenaga lapangan



c.



Tenaga lapangan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sebelum terjun ke lapangan, petugas perlu dilatih bagaimana melaksanakan pengumpulan data di lapangan. Pelatihan ini dimaksudkan agar semua petugas lapangan mempunyai persepsi yang sama dalam mengambil data



d.



Kesiapan responden Sebelum pengumpulan data dilakukan kita perlu menghubungi instansi atau unit yang terkait di lapangan agar pada saat pengambilan data dilakukan semua responden sudah siap.



MODUL 4



PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR MODUL 4 KEGIATAN BELAJAR 1 MENGUMPULKAN INFORMASI DAN MENGOLAH INFORMASI HASIL BELAJAR Kegiatan penilaian memiliki tujuan utama untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk itu guru perlu mengetahui dengan benar bagaimana prosedur penilaian yang benar. Kisi-kisi pengukuran diperlukan untuk memudahkan guru dalam melaksanakan penilaian. Kisi-kisi pengukuran tersebut di antaranya berisi: a. b. c. d.



Aspek yang akan diukur: kognitif, afektif, psikomotorik Jenis alat ukur yang digunakan: tes atau non tes Teknik atau cara pengukurannya Cara penskoran dan pengolahannya



Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian, misalnya dari tes tertuls (paper and pencil test) serta dari penilaian unjuk kerja (performance).



A. MEMERIKSA DAN MENGOLAH HASIL TES 1. Memeriksa Hasil Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang paling dilakukan guru pada tes sumatif karena tes objektif ini memiliki keunggulan dapat menanyakan banyak materi dalam satu waktu ujian (sampel materi lebih banyak) dan juga hasil tes dapat diolah dengan cepat dan objektif. Dalam memeriksa hasil tes objektif guru melakukan beberapa cara yang dinilai efektif tergantung dengan jumlah peserta tes. a. Peserta Tes Sedikit Jika jumlah peserta tes sedikit, maka guru dapat memeriksa secara manual. Cara yang umum dilakukan guru yakni membuat satu master kunci jawaban soal tes tersebut pada lembar jawaban yang kosong. Master kunci jawaban itu kemudian dilubangi pada bagian pilihan jawaban yang benar. Namun, guru harus teliti dalam membuat master kunci, sebelumnya pastikan terlebih dahulu lembar jawaban untuk master kunci sama dengan lembar jawaban milik siswa. Akan tetapi



metode ini memiliki kelemahan yakni seringkali kita temukan siswa memilih 2 alternatif jawaban di dalam satu soal, jika kita menggunakan master kunci yang seperti ini dikhawatirkan kita tidak melihat jawaban siswa tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat membuat master kunci dari plastik tranparan, sehingga jika siswa memilih 2 alternatif jawaban dapat terlihat oleh guru. b. Peserta Tes Banyak Jika jumlah peserta tes atau jumlah tesnya sangat banyak cara manual dirasa akan membuat pemeriksa kesulitan. Jika jumlah peserta tes banyak maka akan lebih efisien jika memeriksa menggunakan fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya. Pemeriksaan menggunakan komputer biasanya menggunakan bantuan mesin pembaca (scanner machine) dan lembar jawaban yang digunakan pun khusus, yaitu lembar jawaban komputer (LJK) dan diisi menggunakan pensil 2B. Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan menggunakan fasilitas komputer adalah sebagai berikut: 1. Semua jawaban siswa di-scan 2. Proses editing 3. Proses updating 4. Proses pemeriksaan (dapat dengan cara key-in dan scanning) 5. Scoring Dalam memberikan skor pada tes objektif ini terdapat dua cara, yaitu skor 1 untuk jawaban yang benar skor 0 untuk jawaban yang salah dan yang kedua kita dapat menggunakan formula tebakan (guessing formula). 1. Tes Benar Salah (True False) Dalam pemberian skor di tes benar salah kita dapat menggunakan rumus: Skor = Jumlah jawaban benar Sedangkan untuk menghindari siswa asal menebak kita bisa menggunakan rumus: Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban salah 2. Tes Menjodohkan (Matching) Dalam pemberian skor di tes menjodohkan kita dapat menggunakan rumus: Skor = Jumlah jawaban benar 3. Pilihan Ganda (Multiple Choice) Dalam pemberian skor di tes pilihan ganda kita juga dapat menggunakan rumus: Skor = Jumlah jawaban benar



Dapat pula menggunakan formula tebakan (guessing formula) untuk menghindari siswa asal menebak, dengan menggunakan rumus: 𝑆



Skor = 𝐵 − 𝑛−1 B S n



: Jumlah jawaban benar : Jumlah jawaban salah : Banyaknya alternatif jawaban



Guessing formula digunakan agar siswa lebih berhati-hati dalam menjawab setiap butir soal. Jika guru menggunakan rumus ini, maka setiap jawaban salah yang dijawab oleh siswa akan mengakibatkan penurunan skor. Untuk jawaban yang belum dijawab dianggap jawaban salah tetapi dikategorikan dalam jawaban yang belum diisi. Kesalahan seperti demikian dapat mempengaruhi skor siswa. Ada baiknya guru mencantumkan keterangan di lembar soal apabila ia akan menggunakan formula tebakan (guessing formula) dalam penskoran, sehingga para siswa akan lebih berhati-hati dalam menjawab. Contoh penggunaan guessing formula dalam penskoran: Dalam tes akhir semester IPS diujikan 60 butir soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tita dapat menjawab benar 40 butir soal, 20 butir salah. Tini dapat menjawab 40 butir soal benar, 10 butir soal salah, dan 10 butir soal tidak diisi. Jika penskoran tes tersebut didasarkan pada penggunaan formula tebakan (guessing formula) maka: a. Skor yang diperoleh Tita adalah: 20



Skor Tita = 40 − 4−1 = 40 − 6,66 = 33,33 b. Skor yang diperoleh Tini adalah: Skor Tini = 40 −



10 4−1



= 40 − 3,33 = 36,67



2. Memeriksa Hasil Tes Uraian Menurut Hopkins, et. al (1990) terdapat lima faktor yang menjadi permasalahan pada saat anda memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carry over effect, order effect, dan adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa. Masalah akan lebih besar jika tes uraian adalah tes uraian terbuka, karena jawaban yang diberikan siswa akan semakin beragam. Untuk meminimalkan masalah dalam memeriksa hasil tes uraian, ikutilah cara-cara sebagai berikut:



a. Demi menjaga reliabilitas sebaiknya lembar jawaban siswa diperiksa minimal oleh dua orang b. Adanya kesamaan persepsi antara pemeriksa c. Setalah ada kesepakatan pemeriksa sebaiknya menguji kesepakatan mereka kepada 5 – 10 lembar jawaban siswa jika ternyata pemberian skor relatif sama maka pemeriksa tersebut sudah memiliki kesamaan persepsi. Jika ternyata skor yang diberi berbeda maka pemeriksa harus berdiskusi kembali sampai menemukan kesamaan persepsi.



Ada lima hal yang harus diperhatikan selama memeriksa hasil tes uraian (Hopkins dkk, 1990), yaitu: 1. Ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor Cara mengatasinya: Guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk seluruh siswa. 2. Adanya hallo effect Cara mengatasinya: Tutuplah nama peserta tes 3. Carry over effect Cara mengatasinya: Sama dengan masalah ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk seluruh siswa 4. Order effect Cara mengatasinya: Tundalah untuk memeriksa apabila sudah terasa lelah dan jenuh 5. Efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa Cara mengatasinya: Untuk masalah efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa, guru dapat terus berpegang pada pedomaan penskoran yang telah disepakati bersama. 3. Mengolah Data Hasil Tes Skor mentah yang diperoleh sebaiknya diolah lagi menjadi dalam bentuk presentase. Adapun cara mengubah skor mentah menjadi presentase adalah sebagai berikut: a. Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan): Persentase penguasaan =



𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙



𝑥 100%



b. Untuk tes uraian: Persentase penguasaan =



𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙



𝑥 100%



Contoh: Jika Bardan dapat menjawab benar 40 dari 50 butir soal mata pelajaran IPS maka:



Persentase penguasaan Bardan untuk mata pelajaran: 40



IPS = 60 𝑥 100% = 66,66% Jika pada tes uraian mata pelajaran IPA, Ali memperoleh skor 52 dari skor maksimal 82 maka: Persentase penguasaan Ali untuk mata pelajaran: 52



IPA = 82 𝑥 100% = 63,41%



B. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR DARI UNJUK KERJA SISWA Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari unjuk kerja siswa dikumpulkan dari tugas-tugas yang telah dikerjakan siswa, di antaranya berupa unjuk kerja (performanxe), pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya, pengumpulan portofolio dan lain sebagainya. Dalam penilaian non tes seperti di atas maka guru harus mempersiapkan pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran atau rubrik penilaian. Dalam kesempatan penilaian seperti ini guru juga dapat menilai aspek psikomotor (keterampilan). Contoh untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang berkenaan dengan keterampilan siswa dalam menggunakan mikroskop (dalam kegiatan praktikum IPA) maka anda dapat memberikan tugas sebagai berikut: Lakukan pengamatan sel gabus di bawah mikroskop. Ambillah mikroskop dari tempat penyimpanan dan persiapkan sampai mikroskop tersebut siap digunakan. Selama mempersiapkan mikroskop, perhatikanlah tata cara yang benar dalam menggunakan mikroskop tersebut untuk mengamati preparet sel gabus yang telah disediakan. No Indikator Skor 1. Cara membawa mikroskop 4 3 2 1 2. Cara memutar power mikroskop 4 3 2 1 3. Cara mencari cahaya 4 3 2 1 4. Cara meletakkan kaca objek 4 3 2 1 5. Cara mencari fokus untuk melihat objek 4 3 2 1 6. Cara melihat objek 4 3 2 1 Contoh hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: Nama



: Aufa



Kelas



: VI (Enam)



Sekolah



: SD Keputran V Yogyakarta



No Indikator 1. Cara membawa mikroskop 2. Cara memutar power mikroskop



Skor 4 4



3 3



2 2



1 1



3. 4. 5. 6.



Cara mencari cahaya Cara meletakkan kaca objek Cara mencari fokus untuk melihat objek Cara melihat objek



4 4 4 4



3 3 3 3



2 2 2 2



1 1 1 1



Pengolahan skor: 1. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua indikator 2. Jumlahkan skor yang diperoleh Aufa untuk semua indikator 3. Bandingkan skor total yang diperoleh Aufa dengan standard yang telah ditetapkan, atau 4. Jika ingin menghitung persentase keberhasilan Aufa, dapat juga dengan rumus: 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 Berarti persentase keterampilan Aufa adalah: 20 𝑥 100% = 83,33% 24



KEGIATAN BELAJAR 2 PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN NILAI A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA Data yang diperoleh dari informasi hasil belajar siswa merupakan data mentah (raw score) yang masih harus ditata sedemikian rupa guna memudahkan guru dalam memahami hasil belajar siswa. Untuk memudahkan guru dalam menganalisis sebaiknya data tersebut diurutkan dari mulai nilai tertinggi sampai yang terendah. Apabila data telah diurutkan maka guru akan dengan mudah melihat ranking siswa. Guru juga dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa melalui tabel distribusi frekuensi. Hal ini sangat bermanfaat jika jumlah siswa banyak, guru akan lebih mudah memahami data tersebut dalam jika dalam bentuk tabel frekuensi. Dalam membuat tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan cara: 1. Tentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Contoh: Data terbesar 97 dan data terkecil 45. Maka rentangnya = 97 – 45 = 52 2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Untuk menentukan banyaknya kelas interval dapat digunakan aturan Sturges, yaitu: Banyak kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah banyak data = 1 + 3,3 log 24 = 1 + 3,3 (1,38) = 1 + 4,55 = 5,55 Jadi banyak kelas interval yang dapat dibuat adalah 5 atau 6. 3. Tentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunakan aturan sebagai berikut: 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 52 𝑝= = = 8,67 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 6 Panjang kelas interval dapat diambil 8 atau 9. 4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil. Untuk ini dapat diambil sama dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang ditemukan 5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval. Untuk memudahkan kerja, guru dapat menambah kolom tally dan frekuensi Berdasarkan aturan tersebut di atas maka tabulasi data dapat dibuat sebagai berikut: Tabel Frekuensi Distribusi Hasil Tes Tengah Semester Hasil Tes Tengah Semester Tally Frekuensi



90 – 98 81 – 89 72 – 80 63 – 71 54 – 62 45 – 53 Jumlah



/// ///// / ///// ///// /// // 24



3 6 5 5 3 2 24



B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN Ada dua pendekataan yang sering digunakan untuk pengukuran, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK) 1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah suatu pendekatan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa di mana hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya. Contoh: Pada UAS IPS kelas V SD diujikan 50 butir soal dan hasil penskoran 10 siswa di kelas tersebut adalah sebagai berikut: No Nama Skor 1. Dita 37 2. Andi 33 3. Imam 30 4. Tina 30 5. Amin 27 6. Isti 25 7. Intan 21 8. Dewi 20 9. Rani 17 10. Tika 15 Dari skor mentah di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang skornya paling tinggi adalah Dita dengan skor 37 sedangkan siswa yang skornya paling rendah adalah Tika dengan skor 15. Untuk mengetahui tingkat penguasaan setiap siswa dapat diketahui dengan menghitung skor tersebut dalam bentuk persentase. Contoh: tingkat penguasaan Dita adalah = No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Nama Dita Andi Imam Tina Amin Isti Intan Dewi Rani



Skor 37 33 30 30 27 25 21 20 17



37 50



𝑥 100% = 74% Persentase 74% 66% 60% 60% 54% 50% 42% 40% 34%



10.



Tika



15



30%



Jika guru menggunakan pendekatan PAN maka pemberian skor siswa dapat diberikan berdasarkan pada hasil belajar kelompoknya. Siswa yang meraih skor tertinggi dapat diberikan nilai yang tertinggi. Dalam contoh di atas, Dita adalah siswa dengan skor tertinggi yaitu 37, guru dapat memberi nilai 10 kepada Dita. Untuk menentukan nilai siswa lainnya akan dihitung dengan mengacu pada nilai Dita. Misalnya kita akan menghitung nilai untuk Andi yang meraih skor 33 kita dapat menghitung nilainya dengan cara 33 𝑥 10 = 8,9 37 Nilai 10 yang diperoleh Dita dapat juga diperoleh dari pengubahan persentase penguasaan materi yang diperoleh Dita. Cara menghitungnya adalah: 33 𝑥 10 = 10 37 No Nama Skor Jika skor 37 diberi nilai 10 maka, 1. Dita 37 74% 2. Andi 33 66% 3. Imam 30 60% 4. Tina 30 60% 5. Amin 27 54% 6. Isti 25 50% 7. Intan 21 42% 8. Dewi 20 40% 9. Rani 17 34% 10. Tika 15 30%



Jika jumlah siswa banyak misalnya mencapai ratusan maka penggunaan statistika sederhana yaitu harga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB). a. Harga rata-rata (Mean) Mean merupakan pengukuran gejala pusat yang paling sering digunakan. Rumus menghitung mean: M =



𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎



b. Simpangan Baku (SB) Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran variasi skor. Pada dasarnya simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari mean. Semakin besar simpangan bakunya semakin heterogenlah data tersebut, namun semakin kecil harga simpangan bakunya maka data semakin homogen.



Zainul, A dan Nasoetion, N (1977) memberikan pendekatan penghitungan harga simpangan baku yang sederhana, yaitu diambil dari Jenkins seperti dikutip Edward, C.H, et.al (1977) Rumus pendekannya: 1 1 𝐽𝑚𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐽𝑚𝑙 6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑝. 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑆𝐵 = 1 2 𝑗𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 c. Penggunaan Kurva Normal Jika jumlah siswa banyak maka penerapan Penilaian Acuan Norma (PAN) dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebaran data berdasar kurva normal. Jika dalam suatu tes akhir semester tes IPA guru telah menghitung harga rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh kelompok tersebut maka berdasarkan kurva normal, jumlah siswa yang memperoleh hasil tes di atas dengan beberapa batasan: 1. Rata-rata sampai dengan rata-rata +1 SB adalah 34,13% 2. Rata-rata + 1SB sampai dengan rata-rata +2SB adalah sebanyak 13,59% 3. Rata-rata + 22 SB sampai dengan rata-rata + 3SB adalah sebanyak 2,14% 2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK) Dalam pendekatan Penilaian Acuan Kriteria keberhasilan siswa akan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria atau patokan berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Misalnya siswa dinyatakan berhasil jika siswa telah mampu mencapai tingkat penguasaan lebih besar atau sama dengan 75% (≥75%). Artinya siswa yang penguasaannya kurang dari 75% akan dinyatakan kurang berhasil dan siswa tersebut harus mengikuti program remidiasi sampai mereka mampu mencapai standart tersebut. 3. Penilaian Agar penilaian tepat sasaran maka pada saat guru melakukan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, di antaranya: (1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi (2)Valid, (3) Menyeluruh, (4) Terbuka, (5) Adil & objektif, (6)Berkesinambungan, (7)Menyeluruh, dan (8)Bermakna. 4. Penyajian Hasil Penilaian Dalam penilaian berbasis kompetensi terdapat empat bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa yaitu: a. Penilaian dengan menggunakan angka b. Penilaian dengan menggunakan kategori c. Penilaian dengan uraian atau narasi



d. Penilaian kombinasi 5. Proses Pemberian Nilai Penguasaan kompetensi hasil belajar untuk setiap mata pelajaran tidak sama. Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya lebih menekankan pada ranah kognitif (misalnya matematika), afektif (misalnya agama dan PKN), dan ranah psikomotor (misalnya olah raga). Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi diperlukan tagihantagihan. Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat guru gunakan antara lain: 1. Kuis 2. Pertanyaan lisan di kelas 3. Ulangan Harian 4. Tugas individu dan kelompok 5. Ulangan Semesteran 6. Laporan tugas atau laporan kerja 7. Ujian Praktek Pengambilan keputusan tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan menggabung keseluruhan komponen informasi hasil belajar siswa. Misalnya nilai akhir semester suatu mata pelajaran diambil dari skor keaktifan siswa dalam pembelajaran, skor ulangan harian, skor penyelesaian tugas, skor ulangan tengah semester.



A. KEGIATAN BELAJAR 1 1.



Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan tersebut guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran. Kisi-kisi pengukuran tersebut antara lain berisi : (a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor, (b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes, (c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan (d) cara penskoran serta pengolahannya. Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditentukan dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian,



masalnya dari tes tertulis serta panilaian unjuk kerja. Informasi hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang telah dikerjakan siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah semester, ataupun tes akhir semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes uraian.



2. Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes a. Memeriksa Hasil tes Objektif Cara yang paling umum dilakukan oleh para praktisi pendidikan di lapangan adalah dengan pemeriksaan secara manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah peserta tesnya tidak terlalu banyak. Caranya dengan membuat master kunci jawaban pada lembar jawaban kosong. Master jawaban digunakan untuk memeriksa hasil jawaban siswa. Jika jumlah peserta tes sangat besar, maka pemeriksaan secara manual dirasa tidak efektif lagi. Jika peserta tes dalam jumlah besar maka dapat menggunakan fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya. Pembacaan jawaban siswa dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin pembaca (scanner machine) dan untuk mengolah data selanjutnya dapat digunakan komputer. Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan fasilitas komputer: a. Semua jawaban siswa di-scan. b. Identitas data siswa yang terisi benar dipisahkan dari yang terisi salah melalui proses editing. c. Data yang salah diperbaiki melalui proses up-dating. d. Setelah semua identitas siswa benar, kunci jawaban dimasukkan ke dalam komputer. e. Menghitung jawaban yang benar dari setiap siswa melalui proses scoring.



b. Memeriksa Hasil Tes Uraian Pemberian skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan hasil tes uraian. Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapat lima faktor yang menjadi permasalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carri over effect, order effect, dan adanya efek penggunakan bahasa serta tulisan siswa. Untuk memeriksa hasil tes uraian sebaiknya mengikuti cara-cara berikut:



a. Setiap lembar jawaban siswa sebaiknya diperiksa oleh dua orang pemeriksa b. Prosedur Pemeriksaan: 1) Kedua pemeriksa menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan cara memeriksa jawaban siswa. 2) Pemeriksa mengujicobakan pedoman penskoran yang sudah disepakati dengan memeriksa 5 – 10 lembar jawaban siswa. 3) Pemeriksaan jawaban siswa dilaksanakan setelah uji coba pemeriksaan menunjukkan hasil pemeriksaan yang baik. 4) Pemeriksa menentukan skor yang diperoleh setiap siswa.



c.



Mengolah Data Hasil Tes Skor mentah perlu diolah agar mudah dipahami oleh murid atau orang tua. Cara yang paling mudah dan umum diguynakan untuk mengolah hasil tes adalah dengan mengubah skor tersebut dalam bentuk presentase sebagai berikut: a. Untuk tes objektif Jumlah Jawaban yang Benar Persentase Penguasaan = ------------------------------- x 100% Jumlah Butir Soal b. Untuk tes uraian Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa Persentase Penguasaan = ------------------------------- x 100% Jumlah Skor Maksimal



d. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang berupa unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya, pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut. Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus mempersiapkan pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah yang dikenal dengan rubrik Pengolahan Data dari Pengukuran Unjuk Kerja Siswa (melalui Skala Rating atau Skala Sikap dari Likert), dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:



a.



Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua indikator.



b.



Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa.



c.



Bandingkan skor yang diperoleh dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan atau



d.



Membagi jumlah skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal kali 100%



B. KEGIATAN BELAJAR 2 1.



Pendekatan dalam Pemberian Nilai Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena data belum tertata dengan baik maka guru akan menemui kesulitan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil belajar siswa tersebut. Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya diurutkan dari data terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil tes tersebut maka anda akan dapat melihat dengan mudah rangking siswa. Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya dapat anda lakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas pada mata pelajaran tertentu. Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan data hasil belajar yang anda peroleh akan mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam bentuk tabel frekuensi. Cara membuat daftar distribusi frekuensi : 1. Tentutan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil. 2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. 3. Tentukan panjang kelas interval (p) 4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil. 5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.



2.



Pendekatan dalam pemberian nilai diantaranya: a.



Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) Adalah suatu pendekatan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa dimana hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya. Pemberian skor seorang siswa dapat diberikan berdasarkan pada pencapaian hasil belajar kelompoknya. Dengan demikian guru dapat memberikan nilai tertinggi pada siswa yang memperoleh



skor tertinggi dan sebaliknya siswa yang memperoleh skor terendah diberi nilai terendah. Jika jumlah siswa banyak (mencapai ratusan) maka penggunaan statistika sederhana yaitu haarga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB) akan sangat membantu dalam memberikan nilai untuk seluruh siswa. Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran varriasi skor. Pada dasarnya simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari mean. Semakin besar harga simpangan baku menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean semakin besar. Atau dengan kata lain semakin besar harga simpangan baku, data tersebut semakin heterogen. Sebaliknya semakin kecil harga simpangan baku maka data tersebut semakin homogen.



b. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK) Dalam PAK keberhasilan setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil hang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penerapan PAK dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penerimaan dosen baru di suatu perguruan tinggi di tentukan dengan kriiteria; berijasah S1 dalam program studi yang relevan, Indeks Prestasi Kumulatif minimal 3,00 dan persyaratan yang lainnya.



c. Penilaian Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut utuk mencapai tujuan pendidikan. 1. Penyajian Hasil Penilaian Bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa: a. Penilaian dengan menggunakan angka. b. Penilaian dengan menggunakan kategori. c. Penilaian dengan uraian atau narasi



d. Penilaian kombinasi



2. Proses Pemberian Nilai Pelaksanaan penilaian sesuai prinsipnya harus dilakukan pada semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) sesuai dengan tuntutan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Perlu dipahami bahwa penguasaan kompoetensi hasil belajar untuk setiap mata pelajaran tidak sama. Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya lebih menekankan pada ranah kognitif (misalnya matematika), ranah afektif (misalnya Pendidikan



Agama



dan



Pendidikan



Kewarganegaraan),



atau



ranah



psikomotor (misalnya Olah Raga). Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam proses pemberian nilai antara lain: a.



Kuis



b.



Pertanyaan lisan



c.



Ulangan harian



d.



Tugas individu



e.



Ulangan semesteran



f.



Laporan tugas atau laporan kerja



g.



Ujian praktek



MODUL 5 KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)



A. KEGIATAN BELAJAR 1 1. Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran Pernahkah anda melihat perlombaan memanah? Seorang pemanah akan dinyatakan sebagai pemenang jika hasil bidikannya dapat tepat mengenai sasaran yaitu daerah lingkaran yang paling dalam atau yang paling mendekati lingkaran yang paling dalam. Namun hasil bisikan peserta ada yang dapat tepat mengenai sasaran atau ada pula yang meleset. Begitupun juga ketika kita mengukur hasil



belajar siswa, jika alat ukur yang digunakan tidak disiapkan dengan cermat maka skor yang kita peroleh tidak dapat menggambarkan dengan tepat tingkat kemampuan setiap siswa. Dari penjelasan tersebut terdapat dua masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menyusun alat ukur hasil belajar yang baik yaitu masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran dan ketetapan hasil pengukuran. Masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukurann inilah yang dikenal dengan istilah validitas sedangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan nketetapan hasil pengukurann dikenal dengan istilah reliabilitas.



a.



Validitas Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin kita ukur. Jika ingin mengukur panjang sebuah meja, amaka kita harus dapat memilih alat ukur yang tepat yang dapat mengukur panjang meja tersebut. Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa validitas adalah ketepatan hasil pengukuran. Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukurann atau hasil evaluasi (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum validitas dapat dibegakan tiga jenis, yaitu : 1.



Validitas isi (content validity)



2.



Validitas konstrak (constuct validity)



3.



Validitas yang dikaitkan dengan kriteri tertentu (criterion related validity) Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “sejauh mana item-



item yang ada didalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan. Tinggi rendahnya validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi tes tersebut. Hal ini merupapkan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar. Tinggi rendahnya validitas isi suatu tes dapat kita lihat pada perencanaan atau kisi-kisi tes. Semakin refresentatif materi yang dapat ditanyakan dalam tes tersebut menunjukan semakin tinggi validitas isinya. Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap keseluruhan konstak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut. Yang dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep



hipotesis (hipotetical concept) yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur. Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama dalam pengukuran psikologi seperti pengukurann sikap, minat, tingkah laku dan sebagainya. Campbel l dan Fiske (Djemari Mardapi, 2004) mengembangkan satu pendekatan untuk menetukan validitas konstrak dengan menggunakan teknik multi trait – multi metdod. Ada dua tipe pada validitas konstrak yaitu validitas konvergen (convergent validity) dan validitas pembeda (discriminant validity) Jika suatu tes dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang dimasa yang akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian antara pengetahuan dengan keterampilan yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai creterion related validity yang tinggi. Suatu tes untuk teori komputer dikatakan mempunyai criterion related validity jika dari hasil tes ternyata siswa mempunyai skor tinggi memang mempunyai keterampilan yang tinggi dalam menggunakan komputer daripada siswa yang mendapat skor rendah.



b. Reliabilitas Untuk memperoleh pemahaman tentang reliabilitas jika melakukan pengukuran selama beberapa kali dan hasilnya yang diperoleh sama, dapat dikatakan bahwa alat ukur yang kita gunakan memberikan hasil pengukuran yang reliabel (tetap, konsisten, dan stabil). Hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek fisik biasanya menghasilkan reliabilitas yang sangat tinggi. Hasil pengukurna yang berbeda akan kita temukan jika melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang berhubungan dengan aspek pskologi dan sosial seperti pengukuran intelegensi, sikap, dan konsep diri. Aspek sosial psikologis tidak dapat diukur dengan ketepatan dan konsistensi yang tinggi karena hasil pengukuran yang diperoleh tidak terlepas dari pengaruh hal-hal di luar. Salah satu cara untuk memperoleh reliabilitas atau ketetapan suatu hasil pengukuran, dapat diperoleh dengan melakukan dua kali. Semakin sama skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dan kedua menunjukan semakin tinggi reliabilitas set tes tersebut. Dalam reliabilitas ada dua konsep yaitu : 1.



Reliabilitas dalam arti equivalent tes



Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua set tes yang digunakan pararel atau tidak. Kepararelan dua tes tersebut dapat diperoleh dengan cara mengembangkan dua set tes yang pararel. Jika hasilmkorelasinya tinggi, hal ini menunjukan kedua tes tersebut pararel. Koefisein korelasinya dapat dihitung dengan cara menggunakan formula product moment. 2.



Reliabilitas konsistensi internal Konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui apakah kumpulan butir soal yang ada dalam suatu set tes tersebut dapat mengukur dimensi hasil belajar yang sama atau tidak. Reliabilitas ini dapat diperoleh dengan mengujikan satu set tes pada satu kelas, jawaban seluruh siswa terhadap butir soal genap dan ganjir dikorelasikan. Teknik ini dikenal dengan nama teknik belah tengah (split halp). Untuk menghitung koefisien korelasinya dapat digunakan rumus product moment. Koefesin reliabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan formula Kuder-Richardson versi 20 atau 21 (KR20 atau KR21). Jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan bahwa butir soal dalam set tersebut adalah konsisten satu dengan yang lainnya.



c.



Hubungan antara Validitas dan Reliabilitas Ketetapan hasil pengukuran (reliabilitas) sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (valid). Walaupun demikian alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai validitas yang tinggi. Karena tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah tentang apa yang kita ingin ukur.



d. Bagaimana Meningkatkan Reliabilitas Tes ? Reliabilitas tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir kedalam tes tersebut. Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas jika butir soal yang ditambahkan adalah butir soal yang homogen dengan butir soal yang ada. Yang dimamksud dengna bbutir soal yang homogen adalah butir soal yang mengukur hl yang sama dengan butir soal yang sudah



ada. Reliablitas tes yang baru sebagai akibat adanya penambahan soal yang sederhana dapat dihitung dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut : rᵪᵪ =



Jrᵧᵧ . 1 + (J – 1) rᵧᵧ



Dimana : rᵧᵧ



= reliabilitas sebelum penambahan butir soal rᵪᵪ



= reliabilitas setelah penambahan butir soal



J = rasio jumlah butir soal setelah dan sebelum penambahan



B. KEGIATAN BELAJAR 2 ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN 1. Mengapa Analisis Butir Soal Penting ? Dengan melakukan analisis butir soalnya sebetulnya kita dapat memperoleh banyak informasi yang bermanfaat baik untuk kita sebagai guru, siswa dan proses pembelajaran yang telah kita lakukan. Dengan menganalisis butir soal kita dapat meningkatkan kualitas butir soal tersebut. Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data, dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama imformasi tentang respon siswa terhadap setiap lembar butir soal. Lebih lanjut dikatakan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut :



1.



Untuk mengetahui apakah butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.



2.



Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam mengetahui suatu materi.



3.



Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.



4.



Sebagai acuan untuk merevisi soal.



5.



Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam membuat soal.



2. Kapan analisis Butir Soal Dilakukan ? Validitas set soal dapat diketahui dari kisi-kisi soal sedangkan reliabilitas soal baru dapat diketahui setelah uji coba. Dalam rangka memperoleh reliabilitas set soal inilah analisis butir soal dilakukan. Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua karakteristik yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir soal. 1. Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar. Besarnya tingkat kesukaran butir soal, dapat dihitung dengan memeperhatikan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal. Secara matematis tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus : p = B N Keterangan : p



adalah indeks tingkat kesukaran butir soal



B



adalah jumlah peserta tes yang menjawab bena



N



adalah jumlah seluruh peserta tes



2. Daya Beda Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Peserta tes didukung potensi daya beda yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah (kurang pandai).



Daya beda butir soal dapat dihitung menggunakan rumus : D = Pɑ - Pь Dimana : D



= indeks daya beda butir soal



Pɑ = proporsi kelompok atas yang menjawab benar Pь = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar



Yang dimaksud dengan siswa kelompok siswa atas adalah kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi sedangkan yang dimaksud dengan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan satu set tes suatu mata pelajaran. Secara teoritis indek daya beda soal akan tercapai apabila semua kelompok siswa atas dapat menjawab benar dan kelompok siswa bawah dapat menjawab salah. Butir soal yang kunci jawabannya mempunyaui indeks daya beda negatif adalah butir soal yang kurang baik karena butir soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Butir soal mempunyai daya beda yang baik jika dianalisis kuncinya mempunyai daya beda positif dan pengecohnya mempunyai daya beda negatif. Menurut Fernandes (1984) kategori indks daya beda butir soal adalah sebaagi berikut ;



3.



D ≥ 0,40



= sangat baik



0,30 ≤ D < 0,40



= baik



0,20 ≤ D < 0,30



= sedang



D < 0,20



= tidak baik



Bagaimana Cara melakukan Analisis Secara Sederhana ? Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan : 1.



Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa



2.



Berdasar jumlah jawaban yang benar susunlah skor dari tertinggi ke terendah



3.



Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk ke dalam kelompok atas dan kelompok bawah (bisa menggunakan rambu-rambu Nitko)



4.



Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.



5.



Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan



6.



Hitung jumlah peserta tes (kelompok atas, tengah dan bawah) yang menjawab benar



7.



Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.



4.



Bagaimana Menganalisis Tes Uraian Pada umumnya analisis butir soal memang dilakukan untuk tes pilihan ganda, tetapi sebetulnya guru juga dapat menganalisis tes uraian yang telah kita ujikan dengan cara yang cukup mudah. Cara menganalisis tes uraian diberika oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann, 1984) sebagai berikut : 1.



Tentukan jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok bawah 925%)



2.



Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah



3.



Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus berikut : p = Σᴀ + Σᴃ - (2Nskormin) 2N (skormaks – skor min) D = . Σᴀ - Σᴃ . N (skor maks – skor min) Dimana : Σᴀ



: jumlah skor kelompok atas



Σᴃ



: jumlah skor kelompok bawah



N



: 25 % peserta didik



skormaks



: skor maksimal tiap butir tes



skormin : skor minimal tiap butir tes



5.



Bagaimana Memperbaiki Butir Soal Setelah kita menganalisis setiap butir soal yang telah diujikan maka kita dapat menggunakan informasi hasil analisis tersebut untuk memperbaiki soal. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam memperbaiki butir soal adalah sebagai berikut :



6.



1.



Perhatikan tingkat kesukaran butir soal



2.



Perhatikan daya beda butir soal



Bagaimana Memperbaiki Non-Tes



Prosedur memperbaiki instrumen non tes sama dengan prosedur memperbaiki tes. Yang pertama adalah dengan meminta pakar atau mereview atau menelaah instrumen tersebut. Langkah berikutnya uji coba lapangan, kemudian analisislah uji coba tersbut dengan menggunakan program analisis instrument yang relevan. Dari analisis guru dengan mudah memperoleh informasi yang jelas mengenai kualitas instrumen seperti validitas dan reliabilitas perangkat tes serta kualitas butir per butir dari instrumen tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan butir soal kurang baik antara lain : 1.



Penggunaan bahasa yang kurang komunikatif



2.



Kalimat bersifat ambiguous (dapat ditafsirkan ganda)



3.



Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator



4.



Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur.



MODUL 6 PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN A. KEGIATAN BELAJAR 1 1.



Prinsip-prinsip Pemberian Nilai Untuk dapat melaksanakan sistem pembelajaran berbasis kompetensi guru haruss mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem pembelajaran. Maksud dikembangkannya cuan tersebut adalah agar proses pembelajaran dapat terarah dalam hal pengalaman belajar yang diperoleh siswa dan pencapaian/ penguasaan kompetensi. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki guru sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut : 1. Matriks kompetensi belajar (learning competence matrix) 2. Program penilaian otentik berkelanjutan continus authentic assesment). Sistem penilaian dalam KBK adalah penilaian kelas otentik (authentic assesment)/ penilaian kelas. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak



didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benarbenar dikuasai oleh siswa. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benarbenar dikuasai dan dicapai.



2.



Tujuan Penilaian Kelas Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan yaitu : 1. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. 2. Pengecekan (checking-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mengecek apakah ada kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. 3. Pencarian (finding-out) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dann menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. 4. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.



3. Fungsi Penilaian Kelas Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik. 1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan guru dikelas dapat mendorong motivasi siswa untuk belajar. 2. Fungsi belajar tuntas, yaitu bahwa penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa. 3. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran, berarti bahwa disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil.



4. Fungsi umpan balik, yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru.



4. Prinsip Penilaian Kelas Agar penilaian kelas dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan penilaian guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas sebagai berikut : 1. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran, penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu penilaian mencakup penilaian proses dan penilaian hasil belajar. 2. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata, penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria, untuk mengungkapkan kemampuan yang dicapai siswa diperlukan ukuran, metode, kriteria dan teknik yang sesuai agar penilaian dapat memberikan hasil yang tepat dan terpercaya. 4. Penilaian harus bersifat holistik, sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara utuh diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek tersebut. 5. Penilaian kelas mengacu pada kemampuan (competency referenced), penilaian kelas perlu dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian harus memberikan informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi yang telah ditetapkan. 6. Berkelanjutan (Continuous), penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester atau tahun ajaran. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik baik tes maupun non tes sesuai dengan karakteristik aspek yang diukur. 7. Didaktis, hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal lain adalah dalam penilaian kelas harus dirancang agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.



8. Menggali informasi, penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. 9. Melihat yang benar dan yang salah, dalam penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat halhal positif yang diberikan siswa.



Disamping hal diatas yang perlu diperhatikan dalam penilaian diantaranya : 1. Validitas “Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat yang digunakan sesuai dengan apa yang yang dinilai.” 2. Reliabilitas Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. 3. Terfokus Pada Kompetensi 4. Dalam penerapan KBK, penile ian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kompetensi), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). 5. Objektivitas Penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Oleh karena itu penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, mengunakan bahasa yang dapat dipahami siswa dan menerapkan kriteria yang jelas dalam perbuatan keputusan atau pemberian angka (scor) 6. Mendidik Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapain suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya.



5. Prosedur/ Metode Penilaian Kelas Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif, guru harus menggunkan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dialami siswa. Metodemetode terebut meliputi :



1. Penilaian tertulis (paper pencil test) Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: a. Soal dengan memilih jawaban : pilihan ganda; dua pilihan (benar-salah, yatidak); menjodohkan b. Soal dengan mensuplai-jawaban, isian atau melengkapi; jawaban singkat atau pendek ; soal uraian 2. Tes praktek (performance test) Penilaian unjuk kerja



merupakan penilaian yang dilakukan dengan



mengamati kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian kemampuan siswa. Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, dan sebagainya), pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa memainkan alat musik, kemampuan siswa dalam cabang-cabang olah raga, kemampuan siswa menggunakan peralatan laboratorium, kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat, dan sebagainya. 3. Penilaian produk Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membu-at produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Cara ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga dari proses pembuatannya, contoh: kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan penampilan menarik 4. Penilaian proyek



Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum untuk segala bidang pembelajaran. Di samping itu proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu, mengetahui kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan itu dalam penyelidikan tertentu, dan mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.



5. Peta perkembangan Peta perkembangan hasil belajar adalah laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis kontinuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan atau kompetensi hasil belajar siswa. Hal utama yang harus ada dalam peta perkembangan siswa adalah deskripsi tentang kemampuan atau kompetensi atau keterampilan siswa yang dikembangkan dan diserta dengan contoh-contoh tugas atau hasil kerja siswa yang menggambarkan kemampuan tersebut. 6. Evaluasi diri siswa Penilaian diri (Self Assesment) adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian diri dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk menilai dirinya sendiri dengan jujur. Teknik penilaian diri dapat mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotor 7. Penilaian afektif Penilaian afektif adalah penilaian terhadap reaksi seseorang atau peserta didik tentang suatu objek. 8. Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada



berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa



dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan siswa tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa. Berikut contoh karya-karya yang dapat dimasukkan dalam penilaian portofolio: Puisi; Karangan; Gambar/tulisan; Peta/denah; Desain; Paper; Laporan observasi; Laporan penyelidikan; Laporan penelitian; Laporan eksperimen; Sinopsis; Naskah pidato/kotbah; Naskah drama; Doa; Rumus; Kartu ucapan; Surat; Komposisi musik; Teks lagu; Resep masakan Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmuilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah-masalah matematika.lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa untuk berbagai tujuan dan pembaca. Kumpulan tulisan siswa ini merupakan refleksi perkembangan berfikir mereka.



Tujuan utama dari penilaian berbasis kelas adalah untuk memantau kemajuan dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan matrik kompetensi belajar yang telah ditetapkan.



B. KEGIATAN BELAJAR 2 1.



Penilaian Diberbagai Jenjang Pendidikan Landasan hukun pelaksanaan penilaian dijenjang Pendidikan dasar dan menengah adalah UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan. Sejalan dengan otonomi daerah, Pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang mengatur secara khusus pelasanaan penilaian pendidikan diwilayahnya denga tetap berlandaskan kepada kebijakan umum yang bersifat nasional.



a.



Pedoman Pelaksanaan Penilaian Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka,



berarti



prosedur



penilaian,



kriteria



penilaian,



dan



dasar



pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.



Guru sebagai agen pembelajaran selalu melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya secara berkesinambungan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Sebagian guru belum melaksanakannya ini terlihat dari program semester yang disusun guru pada pertemuan pertama awal semester dimulai dengan proses pembelajaran pada kompetensi dasar pertama. b. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran. Kegiatan pengembangan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai dilaksanakan pada waktu pengembangan silabus, silabus mata pelajaran di dapatkan guru dari internet atau memphotocopy silabus yang disusun sekolah lain, hasil pengembangan silabus pada kegiatan MGMP mata pelajaran, dan hasil pengembangan silabus sendiri . Hal ini menunjukan bahwa kegiatan ini belum dilaksanakan sebagian guru. c. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaiannya tentu dapat kita lihat pada bagian akhir dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2008 tentang Standar Proses.



PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1.



Penilaian hasil belajar oleh pendidik ; bertujuan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil yang dilakukan secara berkesinambungan dalam bentuk ulangan harian, UTS, UAS, UKK, pengamatan perilaku dan sikap, ekspresi psikomotor atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.



2.



Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan ; bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.



3.



Penilaian hasil belajar oleh pemerintah ; bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu (Ujian Nasional) Dari rincian penilaian pendidikan, terdapat beberapa bentuk penilaian yang



digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, diantaranya : 1.



Ulangan harian



2.



Tugas-tugas



3.



UTS



4.



UAS



5.



UKK



6.



Pengamatan terhadap perubahan perilaku/ sikap dan psikomotor



7.



Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai



8.



Ujian sekolah



9.



Ujian nasional Bentuk lain yang digunakan antara lain penilaian diri, kuesioner, penilaian



proyek, dan portofolio. Dalam pedoman KTSP yang panduannya dikembangkan oleh BNSP, antara lain ditetapkan ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan. 1.



Ketuntasan belajar Prinsip



ketuntasan



diterapkannya



KBK.



belajar



merupakan



Pelaksanaannya



suatua



keharusan



diwujudkan



dalam



dengan Standar



Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). SKBM merupakan ukuran standar kemampuan yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu. 2.



Kenaikan Kelas Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap kahir tahun pelajaran, keriteria kenaikan kelas adalah sebagagi berikut ; a. Siswa dinyatakan naik kelas setalah menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti. b. Tidak terdapat nilai di bawah SKBM c. Memiliki nilai minimal baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.



3.



Kriteria kelulusan Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah :



a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir seluruh mata pelajaran c. Lulus ujian sekolah/ madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuann dan teknologi. Pelaksanaan penilaian berbasis kompetensi dapat dijelaskan sebagai berikut 1.



Alat penilaian a. Aspek kognitif, berupa tes objektif, tes uraian dan tes terbuka b. Aspek psikomotor, kombinasi alat penilaian tes dan pengamatan (simulasi, tes contoh kerja/ work sample) c. Aspek afektif, penilaian sikap, penilaian diri.



2.



Penyekoran Penyekoran dilakukan berdasarkan pada ketuntasan belajar siswa. a. Tes objektif, dapat ditentukan dengan : 1.



Tanpa menyertakan faktor koreksi Skor = B x K N Keterangan :



2.



B



= jumlah jawaban benar



N



= jumlah seluruh butir soal



K



= skor maksimum skala penilaian



Dengan menyertakan faktor koreksi. Skor = B – S P N Keterangan :



b.



x



K



B



= jumlah jawaban benar



S



= jumlah jawaban salah



P



= banyaknya pilihan jawaban setiap butir soal



N



= jumlah seluruh butir soal



K



= skor maksimum skala penilaian



Skor Tes uraian, ditentukan berdasarkan pedoman penyekoran. Dalam pedoman penyekoran skor diberikan berdasarkan kecocokan jawaban terhadap kata kunci.



c. Skor aspek afektif, pemberian skor aspek afektif didasarkan pada kriteria penilaian dalam skala tertentu. Selanjutnya skor



dari tiap aspek afektif yang dinilai dijumlahkan menjadi skor total. d. Aspek psikomotorik, ditentukan bedasarkan kriteria penilaian yang



ditetapkan



pada



pedoman



penyekoran.



Pedoman



penyekoran mencakup aspek-aspek yang dinilai dan rentang skor yang dapat diberikan untuk aspek tersebut, serta bobo untuk setiap aspek yang dinilai. Hasil skor dapat ditentukan sebagai berikut ; Skor = P x T x K M xT Keterangan : P



= skor setiap aspek penilaian/ butir soal



M



= skor maksimum setiap aspek penilaain butir soal



T



= bobot setiap aspek penilaian/ butir soal



K



= maksimum rentang skor total



b. Pedoman Pelaksanaan Penilaian di Perguruan Tinggi Pedoman pelaksanaan penilaian diperguruan tinggi dikembangkan oleh lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan. Pengembangan ini berpedoman pada UU Sisdiknas tahun 1989, PP No. 60 tahun 1999, dan SK Mendiknas No. 233/U/2000. Untuk mengetahui kapan dan bagaimana penilaian dilaksanakan dan bagaimana hasil ujian dilaksanakan diatur dalam pasal 12 yaitu : 1.



Terhadap kegiatan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala yang dapat berbetnuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.



2.



Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian desertasi. Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam A, B, C, D dan E yang masing-



masing bernilai 4, 3, 2, 1 dan 0. Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik. 1.



IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program diploma adalah:



2.



IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan



3.



IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan



4.



IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.



5.



Predikat kelulusan untuk program magister: a. IPK 2,75 – 3,40 : memuaskan; b. IPK 3.41 – 3,70 : sangat memuaskan: c. IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi maksimum yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana dan tambah 0,5 tahun untuk program magister. Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Ruang lingkup penilaian serta upaya meningkatkan motivasi mahasiswa dalam



rangka peningkatan kualitas kelulusan diatur dalam pasal 16 yaitu : d.



Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang bersangkutan.



e.



Untuk mendorong pencapaian prestadi akademik yang lebih tinggi dapat dikembangkan sistem penghargaan mahasiswa dan lulusan yang memperoleh prestasi tinggi.



C. KEGIATAN BELAJAR 3 1. Pemanfaatan Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, baik berupa pre test ataupun post tes, tes sumatif maupun tes diagnostik. Berikut akan diuraikan bagaimana memanfaatkan beberapa jenins tes tersebut untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran: a. Memanfaatkan Hasil Pre-Test dan Post-test Pre-test adalah tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Pengembangan butir soal pre-tes didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan efektif atau tidak maka pada akhir proses pembelajaran guru dapat melakukan post-tes. Post tes adalah set tes yang pararel yaitu tes yang disusun dari kisi-kisi tes yang sama. b. Memanfaatkan Hasil Tes Formatif Test formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Hasil test formatif digunakan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk tujuan pembelajaran yang dilakukan. Dengan kata lain tes formatif merupakan alat untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Gronlund dan Linn (1990) “the function of formatif evaluation is to monitor learning progress during intruction. Jika dari hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah kompetensi yang belum dikuasai siswa, maka guru harus mencari tahu penyebabnya. Penyebab tidak dikuasainya kompetensi tersebut dapat berasal dari diri siswa maupun dari pelaksanaan



proses pembelajaran, seperti penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak tetap. Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat ditentukan tindakan perbaikan yang sesuai. Proses perbaikan dilakukan dengan memperbaiki metode pembelajaran misalnya; dengan lebih banyak melibatkan siswa pada hal-hal yang kongkret untuk menuju pada kesimpulan yang lebih abstrak.



c.



Memanfaatkan Hasil Tes Diagnostik Pada saat ini tes diagnostik jarang dilakukan di sekolah, padahal dengan tes diagnostik inilah guru akan mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus berupaya untuk menemukan alternatif atau cara untuk menghilangkan kesulitan belajar sehingga siswa dapat berhasil menyelesaikan semua program pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep akan berbeda satu sama lain. Walaupun tes diagnostik dilakukan secara klasikal tetapi terapi dari kesulitan tersebut harus tetap dilakukan secara individual. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan faktor dari dalam pemebelajaran dan ada pula faktor dari luar pembelajaran. Suatu hal yang tidak kalah penting untuk mendapat perhatian adalah adanya hambatan sosial pada siswa. Untuk itu guru dapat meminta bantuan kepada ahli psikologi dan sosial untuk mendeteksi ada tidaknya hambatan ini pada siswa. Faktor lingkungan diluar sekolah baik itu lingkungann keluarga atau lingkungan masyarakat juga sangat berperan dalam menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.



d. Memanfaatkan Hasil Penilaian Non Tes Teknik penilaian non tes dapat memberikan informasi umpan balik bagi proses pembelajaran. Hasil penilaian sikap, penilaian diri, dan portofolio dapat dianalisis untuk menjadi masukan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Manfaat utama dari teknik non tes adalah sikap untuk memperoleh masukan dan umpan balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran, dan pembinaan sikap siswa. Pembinaan sikap siswa bisa



dilakukan secara pribadi dan kelompok. Misalnya siswa-siswa tertentu yang cenderung bersikap negatif dalam hal-hal tertentu, diberikan pembinaan khusus. Selain itu berdasarkan hasil penilaian sikap guru dapat memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa. Portofolio merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja siswa yang dapat dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio menekankan pada penilaian proses dan hasil. Oleh karena itu penilaian portofolio diharapkan dapat memberikan informasi yang menyeluruh mengenai : 1.



Perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa dalam kurun waktu tentang konsep, topik dan isu.



2.



Hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus



3.



Dokumen kegiatan siswa selaam periode tertentu



4.



Refleksi nilai siswa sebagai invidu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.



Bagi siswa penilaian portofolio berguna sebagai : 1.



Umpan balik penguasaan dan kemampuannya dalam kurun waktu



2.



Pendorong peningkatan pembelajaran pada aspek kemampuan yang masih lemah melalui bahan yang dikumpulkannya.



3.



Pemahaman tentang keterbatasan kemampuan dibidang tertentu.



Bagi guru hasil portofolio berguna untuk mengetahui : 1.



Umpan balik penguasaan siswa selama kurun waktu tertentu



2.



Kemampuan yang belum dikuasai siswa



3.



Gambaran tentang tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar siswa



4.



Strategi pembelajaran dan penilaian siswa



5.



Penempatan siswa dalam jurusan/ program studi



6.



Kecendrungan perilaku belajar siswa



BANK SOAL MODUL 1 KONSEP DASAR PENILIAAN DALAM PEMBELAJARAN KB 1 KonsepDasaraPeniliandamalPembelajaran TES FORMATIF 1 1.



Alat ukur berikut ini yang termasuk dalam kelompok tes adalah... C.



2.



Konsep tes mengacu pada... A.



3.



alat ukur



Ciri-ciri non tes adalah... B.



4.



butir soal uraian terbuka



Tidak menuntut adanya respons yang benar atau salah



Pak Tono memberi angka tujuh kepadsa Amin pada saat ulangan harian mata pelajaran IPA.Apa yang dilakukan Pak Tono termasuk dalam kegiatan... A.



5.



pengukuran.



Berdasarkan data-data yang terkumpul dari hasil belajar Tini pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,Bu Dewi menyatakan bahwa Tini mengalami hambatan pada saat membuat paragraf yang baik.Kegiatan yang dilakukan bu Dewi termasuk dalam rangkaian kegiatan ... A.



6.



asesmen.



Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar pada mata pelajaran IPA Pak Adi menggunakan tes sebagai satu-satunya alat ukur untuk mengukur kompetensi siswa. Berdasarkan prinsip penilaian,penilaian yang dilakukan Pak Adi melanggar prinsip... A.



7.



Menyeluruh



Dalam mengambil keputusan tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ips,Bu Ida hanya menggunakan hasil tes akhir semester..Berdasarkan prinsip penilaiian ,penilaian yang dilakukan Bu Ida melanggar prinsip... A.



8.



berkesinambungan



Penilaian dalam arti evaluasi terjadi pada saat kita melaksanakan ...



A. 9.



Keunggulan asesmen dari paper and pencil test adalah... A.



10.



penilaian terhadap semua komponen program pembelajaran



Dapat mengukur hasil belajar



Jika dibanding dengan asesmen maka kelemahan dari tes adalah... B.



hanya mengukur sebagian kecil darihasilbelajarsiswa



KB 2 JenisdanFungsiPeniliaandalampembelajaran TES FORMATIF 2



1.



Tujuan diadakannya tes seleksi adalah... C.



2.



Perbedaan tes seleksi dan tes penempatan adalah.... B.



3.



tes seleksi untuk memilih peserta,tes penempatan untuk mengelompokan peserta



Tes tambahan khusus yang tepat diberikan untuk seleksi tenaga guru adalah... D.



4.



Memilih peserta program



tes kepribadian



Jika anda mel;aksanakan pre test dan post tst maka alat ukur yang digunakan untuk pre test dan post test adalah... C.



5.



Kesulitan belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan... C.



6.



diagnostic test



Hasil tes formatif dapat dimanfaatkan untuk... B.



7.



paralel



memperbaiki program pelajaran



Perbedaan antara tes formatif dan tes diagnostik adalah... A.



tes formatif untuk memonitor pelaksanaan program, tes diagnostik untuk memonitor kesulitan belajar siswa.



8.



Guru perlu menyampaikan hasil



tes sumatif kepada orang tua siswa sebab hasil



tersebut dapat dimanfaatkan untuk... C. 9.



Bagi guru,hasil tes sumatif akan bermanfaat untuk ... A.



10.



memberi motifasi



menilai keberhasilan siswa



Bagi kepala sekolah ,hasil tes sumatif dapat dimanfaatkan untuk tujuan berikut ini,kecuali... B.



menentukan penyebab kesulitan belajar siswa



MODUL 2 PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR KB 1 KeunggulandanKelemahantes TES FORMATIF 1 1.



Keunggulan tes uraian jika dibandingkan dengan tes obyektif adalah... C.



2.



tepat untuk mengukur ranah kognitif tingkat tinggi



Jika tujuan pembelajaran yang akan diukur adalah : Siswa dapat menganalisis kasus penyebab kebakaran huta di Kalimantan maka tes yang tepat digunakan adalah... D.



3.



uraian



Jika dibandingkan dengan tes uraian maka kelemahan utama tes obyektif adalah... B. siswa tidak dapat mengemukakan idenya



4.



Cara yang tepat digunakan untuk meminimalkan agar siswa tidak asal menebak dalam mengerjakan tes pilihan ganda adalah... C.



5.



memberlakukan formula tebakan



Menulis tes pilihan ganda lebih sulit daripada menulis tes uraian.Bagaimana cara mengatasi tersebut ? C.



6.



Keunggulan tes uraian yang tidak dimiliki oleh tes obyektif adalah... C.



7.



dalam menulis tes selalu berpedoman pada kisi-kisi



peserta tes dapat menyatakan idenya sendiri



Karena pak anang sudah mengenal dengan baik bahwa Anto adalah anak yang pandai pada mata pelajran IPA maka pada saat memeriksa hasil ujian IPS,Pa Anang cenderung memberi skor tinggi pada hasil pekerjaan Anto.Dalam pemeriksaan hasil tes uraian ini dikenal dengan istilah... D.



8.



Carry over effect dalam pemeriksaan hasil tes uraian dapat diatasi dengan cara... A.



9.



hallo effect



memeriksa hasil tes nomor per nomor soal untuk seluruh siswa



Untuk mengurangi unsur subjektivitas dalam pemeriksaan tes uraian dapat dilakukan dengan cara... C.



10.



setiap jawaban diperiksa dua orang



Memeriksa hasil tes uraian dengan menutup nama siswa merupakan upaya untuk meminimalkan... C. hallo effect



KB 2 MengembangkanTes TES FORMATIF 2



1.



Tes obyektif yang mempunyai probbilitas menebak paling kecil adalah... A.



2.



pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban



Perhatikan 4 buah tes B – S berikut ini 1.



B – S Ir.Sukarno adalah proklamator RI



2.



B – S Sultan trenggono merupakan raja Demak yang pertama



3.



B -S Tumbuhan melakukan fotosintesis pada siang hari dan



bernapas pada



malam hari. 4.



B – S Rumus luas empat persegi panjang adalah panjang kali lebar.



Dari keempat butir soal tersebut,rumusan butir soal manakah yang paling baik.. A. 3.



3



Perhatikan rumusan tes menjodohkan berikut Kolom pertama



Kolom kedua



........ Ir. Soekarno



a. Mamalia yang melahirkan



....... Persaingan bebas



b. Proklamator Indonesia



....... Ikan Paus



c. Prioritas pembengunan



........ Pertanian



d. Era globalisasi e. Andalan ekspor Indonesia



Kelemahan rumusan butir soal tersebut adalah... B. 4.



rumusan pernyataan pertama dan kedua tidak homogen



Ragam tes pilihan ganda melengkapi pilihan,tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir.... A.



5.



Kesulitan utama dalam menulis tes pilihan ganda terletak pada cara... A.



6.



Ingatan



Membuat alternatif jawaban yang homogen



Buatlah karangan dengan judul cita-citamu Pertanyaan tersebut termasuk jenus tes... D.



7.



uraian terbuka



Keunggulan tes uraian terbatas jika dibandingkan dengan tes uraian terbuka terletak pada... A.



Obyektivitas hasil penskoran jawaban siswa



8.



Perhatikan TIK berikut : siswa dapat menyebutkan penemu mikroskop TIK tersebut tepat diukur dengan menggunakan tes... A.



9.



Contoh pertanyaan berikut yang termasuk tes uraian terbatas adalah... D.



10.



Objektif



jelaskan dampak krisis ekonomi terhadap kualitas hidup masyarakat



Realibilitas hasil pemeriksaan jawaban siswa,paling rendah dimiliki... A.



uraian terbuka



KB 3 PerencanaanTes TES FORMATIF 3 1.



Faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam penyususnan kisi-kisi adalah... D.



2.



waktu ujian yang disediakan



Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan kisi-kisi tes adalah tersebut dibawah ini kecuali... B.



3.



Validitas tes hasilbelajar dapat dilihat pada perencanaan tes yaitu pada penentuan... A.



4.



penguasaan materi siswa



Jumlah sampel materi yang akan diujikan



Jika dalam interprestasi hasil tes anda akan menggunakan Penilaian Acuan Kriteria maka dalam membuat perencanaan tes anda dapat mengabaikan faktor... D.



5.



Fungsi perencanaan tes dalam pengembangan tes hasil belajar adalah sebagai.. B.



6.



sebaran tingkat kesukaran butir soal.



Pedoman dalam penyusunan alat evaluasi



Jika dalam kisi-kisi tes pilihan ganda dicantumkan bahwa butir soal yang harus dibuat adalah mengukur proses berpikir pemahaman maka butir soal yang cocok dengan permintaan kisi-kisi tersebut adalah... B.



Tindakan Indonesia tidak ikut menjadi anggota Pakta Warsawa dan Neto sesuai dengan prinsip



7.



a.



Dasasila Bandung



b.



Pancasila



c.



Politik luar negeri yang bebas aktif



d.



Piagam PBB



Kisi-kisi mata pelajaran Biologi akan dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya jika dibuat oleh...



B. 8.



peerkumpulan guru biologi



Jika tes akan digunakan untuk seleksi dalam penerimaan siswa baru maka sebaran tingkat kesukaran butir sola yang harus dibuat dalam perencanaan tes adalah... D.



9.



sebagian besar butir soal sedang



Jika waktu ujian yang disediakan untuk mengerjakan tes mata pelajaran IPS adalah 90 menit maka jumlah butir soal tes piliohan ganda yang tepat untuk ditulis dalam perencanaan tes adalah... B.



10.



60 butir



Jika dalam proses pembelajaran .Anda melatihkan sampai dengan proses berpikir analis maka penentuan jenjang proses berpikir dalam perencanaan tes yang harus dibuat adalah... B.



sampai dengan analisis



MODUL 3 PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF KB 1 KonsepDasarAsesmentAlternatif TES FORMATIF 1



1.



Ciri asesmen tradisional yang membedakan dengan asesmen alternatif adalah ... D.



2.



Berikut ini adalah ciri-ciri asesmen alternatif, kecuali ... B.



3.



hanya mengandalkan tes tertulis



asesmen merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran



Ujian Nasional yang diadakan bagi siswa-siswa sekolah mulai SD sampai dengan SMA merupakan contoh penerapan asesmen ... A.



4.



Alat ukur yang menjadi andalan dari asesmen tradisional adalah ... C.



5.



tradisional



tes tertulis



Kemampuan siswa dalam olah raga, olah rasa, dan olah karsa harus dikembangkan bersama-sama dengan olah pikir. Pernyataan tersebut merupakan penerapan dari teori ... A.



6.



Multiple intellegence



Keeton dan Tate menyatakan: learning in which the learners is directly in touch with the reality being studied. Pernyataan tersebut merupakan landasan dari pelaksanaan asesmen ... C.



7.



Keunggulan asesmen alternatif dari asesmen tradisional adalah ... D.



8.



otentik



asesmen terintegrasi dengan proses pembelajaran



Jika jumlah siswa Anda lebih dari 100 maka asesmen yang tepat untuk digunakan adalah ... A.



9.



tradisional



Reliabilitas hasil pengukuran yang tinggi akan dapat Anda peroleh jika Anda melakukan asesmen model ... A.



10.



tradisional



Dalam pelaksanaan asesmen alternatif, guru lebih berperan sebagai ... B.



fasilitator



KB2 BentukAsesmentKinerja TES FORMATIF 2 1.



Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dengan menggunakan tagihan-tagihan berikut ini, kecuali ... A.



2.



Syarat utama dalam penyusunan tugas asesmen kinerja adalah ... C.



3.



tes pilihan ganda



tugas berhubungan dengan kehidupan nyata siswa



Tugas yang sesuai untuk menilai kinerja siswa dalam bekerja sama dengan siswa lain adalah ... B.



4.



Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat tugas adalah ... B.



5.



mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa



Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk menilai ... D.



6.



kerja kelompok



kualitas kinerja siswa



Jika dibandingkan dengan holistic rubric maka penilaian kinerja dengan menggunakan analytic rubric akan memberikan penilaian yang lebih ... A.



7.



Kelemahan penilaian dengan menggunakan holistic rubric adalah ... B.



8.



tepat



tidak reliabel



Alat berikut yang mampu menghasilkan hasil penialian dengan ketetapan paling tinggi untuk menilai kinerja siswa dalam membaca puisi adalah ... B.



9.



analytic rubric



Dimensi kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa dalam menyanyi adalah seperti tersebut di bawah ini, kecuali ... B.



10.



pengetahuan tentang musik



Kapan rubric yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa dibuat? A.



segeradibuatsetelahpembuatan tugas



KB 2 BentukAsesmanKinerja TES FORMATIF 3 1.



Langkah pertama yang harus dilakukan dalam asesmen portofolio adalah ...



C. 2.



Pengertian portofolio mengacu pada ... C.



3.



awalpembelajaran



Penilaian portofolio dilakukan pada saat ... D.



8.



guru dansiswa



Kapan penetapan kriteria penilaian disepakati ? B.



7.



memotivasisiswa



Kriteria penilaian untuk menilai portofolio ditetapkan oleh ... B.



6.



memberitahusiswatentang pelaksanaan portofolio



Selama pelaksanaan portofolio, tugas utama guru adalah ... D.



5.



kumpulan karya siswa yang menunjukkan hasil dan perkembangan belajar siswa



Yang termasuk dalam langkah persiapan asesmen portofolio adalah ... A.



4.



menentukantujuan



selamapembelajaran



Kegiatan asesmen berikut ini memberikan kesmpatan kepadasiswauntukmelakukanself assessment, kecuali ... A.



Asesmentradisional



KB 4 PeniliaanRanahAfektif TES FORMATIF 4 1. Yang menjadibidanggarapan ranah afektif adalah ... D. 2.



Menurut Kratwolh urutan level afektif mulai dari yang paling rendah adalah ... D.



3.



konsepdirisiswa receiving – valuing – responding



Setiap pagi Andi selalu bangun pukul 05.00. Menurut Kratwohl afektif Andi berada pada tingkatan ... A.



4.



characterization



Hasil penilaian sikap terhadap orang yang lebih tua paling baik dilakukan dengan cara ... D.



5.



Langkah yang paling sulit dalam mengembangkan instrumen afektif adalah ... C.



6.



pengamatanterselubung



membuatindikator



Berikut ini merupakan tujuan uji coba instrumen afktif di lapangan, kecuali ... D.



mengambilkesimpulanpenelitian



7.



Penilaian yang paling sulit dilakukan adalah penilaian tentang ... A.



8.



sikap



Teori psikologi yang mendukung pengembangan afektif dalam pembelajaran adalah teori ... B.



Multiple intellegencedari Gardner



MODUL 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAH INFORMASI HASIL BELAJAR KB 1 MengumpulkandanmengolahInformasiHasilBelajar TES FORMATIF 1



1.



Pemeriksaan lembar jawaban siswa secara manual lebih efisien jika untuk ... B.



2.



siswasedikit



Dari 50 butirtes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban, Andidapatmenjawabbenar 40 butir. Berapa persen pengusaan materi Andi terhadap materi tes tersebut jika dalam penskorannya diberlakukan formula tebakan ? C.



3.



75,0 %



Akibat yang terjadi jika dalam penskoran tes pilihan ganda diberlakukan formula tebakan adalah ... C.



4.



butirsoal yang sulit tidak dikerjakan siswa



Berikut ini adalah upaya untuk meningkatkan reiabilitas hasil pemeriksaan tes uraian, kecuali ... B.



5.



satubukujawabansiswa diperiksa oleh satu orang



Dari 15 indikator yang disusun dalam daftar cek, Ida mampu melakukan 12 indikator dengan baik. Berapakah presentase keberhasilan Ida ? D.



6.



80,0 %



Persyaratan yang harus dipenuhi agar lembar jawaban dapat diperiksa dengan bantuan mesin scanner adalah ... C.



(2) lembarjawabandiisi dalam scannable form (3) lembarjawabandiisi dengan pensil 2B



7.



Cara mengurangi unsur subjektivitas dalam pemeriksaan tes uraian adalah ... B.



(1) tesdiberikandalam bentuk uraian terbatas (2) tesdiberikandalam bentuk uraian terbuka



8.



Pengolahan data yang diperoleh dari daftar cek tergantung pada jumlah ... D.



(1) indikator (2) jumlahindikator yang dikuasai siswa (3) jumlahskor yang diperoleh siswa



KB2 PendekatandalamPemberianNilai



TES FORMATIF 2 1.



Contoh penerapan pendekatan Penilaian Acuan Norma adalah ...



2.



Contoh penetapan pendekatan Penilaian Acuan Kriteria adalah ...



3.



Dalam tes akhir semester IPS di empat sekolah diperoleh data sebagai berikut : Nama Sekolah



Rata-rata



SB



SD Keputraan 1



67,43



12,32



SD Keputraan 2



67,69



7,78



SD Keputraan 3



68,23



12,09



SD Keputraan 4



66,54



11,56



Berdasarkan data tersebut, sebaran hasil tes yang paling homogen dicapai SD ... B. 4.



Keputraan 2



Berdasar data padasoal nomor 3, sekolah yang paling berhasildalam proses pembelajaran IPA adalah SD ... B.



5.



Keputraan 2



Pendekatan penilaian Acuan Norma tepat digunakan dalam sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran ... D.



6.



berbasiskelompok



Perhatikan hasil pengukuran sikap Tika terhadap mata pelajaran matematika berikut ini. Ya



Tidak



Indikator



Skor



Saya senang belajar matematika



5



4



3



2



1



Saya senang mengerjakan PR matematika



5



4



3



2



1



Saya sering berdiskusi masalah matematika



5



4



3



2



1



Saya sering bertanya kepada guru tentang 5



4



3



2



1



4



3



2



1



matematika Saya memiliki banyak buku matematika



5



Jika kecenderungan sikap tersebut dikelompokkan menjadi tigayaitusenang, biasasaja, dantidak senang dengan matematika maka kecnderungan sikap Tika termasuk ... B.



cukupmenyenangimatematika



7.



Pada



pembelajaran



berbasis



kompetensi,



bagi



siswa



yang



belummampumencapaiStandarKompetensi, keputusan yang diberikan kepada siswa tersebut adalah ... A. 8.



mengikuti program remedial



Jenis tagihan yang tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau prinsip dalam kehidupan sehari-hari adalah ... D.



9.



tugasindividu



Untuk menilai kompetensi siswa dalam mengahayati puisi maka jenis tagihan yang tepat adalah berupa ... B.



10.



Tugasmembacapuisi



Penyajianpenilaian yang diperlukan untuk menilai hasil belajar siswa secara utuh adalah penyajian penilaian dalam bentuk ... D.



kombinasi



MODUL 5 KUALITAS ALAT UKUR ATAU ISNTRUMENT KB 1 ValidasidanRealibitasHasilPengukuran TES FORMATIF 1



1.



Pengertian validitas mengacu pada . . . . a.



2.



Pengertian reliabilitas mengacu pada . . . . a.



3.



ketepatan hasil pengukuran



Ketepatan hasil pengukuran



Untuk menghitug waktu tempuh dalam lomba renang jarak 100 m alat ukur yang tepat digunakan adalah . . . . b.



4.



Alat ukur yang dituntut mempunyai validitas isi yang tinggi adalah . . . c.



5.



stop watch



Tes hasil belajar



Hasil pengukuran yang paling tinggi validitas dan reliabilitasnya ditunjukan pada hasil pengukuran terhadap . . . . a.



6.



Panjang meja tulis



Agar tes hasil belajar yang dikembangkan mempunyai validitas isi yang tinggi dapat ditempuh dengan cara membuat . . . . a.



7.



Kisi-kisi tes



Reliabilitas suatu tes yang terdiri atas 30 butir soal adalah 0,50 berapakah reliabilitas tes tersebut setelah ditambah 20 butir soal yang homogen . . . . b.



8.



0,63



Jika suatu tes yang digunakan dua kali pada kelompok yang sama ternyata menunjukan skor yang relatif sama, dapat dikatakan bahwa tes tersebut tinggi . . c.



reliabilitasnya



KB 2 AnalisisdanPerbaikanKonsumen TES FORMATIF 2 1. Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, analisis item harus dilaksnakan . . . . d. 2.



Tingkat kesukaran butir soal (p) = 0,00 akan terjadi jika . . . . b.



3.



Setelah uji coba



Semua siswa tidak dapat menjawab dengan benar



Butir soal yang memiliki daya beda (D) = 0 menunjukan bahwa butir soal tersebut . . . . a.



Tidak dapat membedakan peserta yang pandai dan kurang pandai



Gunakan data soalberikut untuk mengerjakan soal nomor 4 – 8 Kelompok



4.



a*



b*



c*



d*



Atas



3



8



0



2



Tengah



5



12



3



4



Bawah



7



5



1



1



0,50



Berapa besar indeks daya beda (D) soal tersebut . . . . a.



0,23



6.



Jika butir soal tersebut akan diperbaiki maka perbaikan lebih ditekankan pada



alternatif jawaban . . . . c. 7.



c



Berdasarkan hasil analisis maka butir soal tersebut . . . . c. perlu revisi kecil pada pokok soal



8.



Jumlah



Berapa tingkat kesukaran butir soal tersebut . . . . b.



5.



Alternatif Jawaban



Kesimpulan apa yang dapat anda tarik terhadap butir soal tersebut . . . . b.



Sedang



MODUL 6 PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILIAAN KB 1 Prinsip- Prinsippemberiannilai TES FORMATIF I



1.



Unsur – unsur penilaian ketrampilan menganyam berikut ini termasuk dalam ranah afektif, kecuali…. C.



Ketepatan waktu penyelesaian tugas menuntut adanya ketrampilan teknis yang memadai.



2.



Unsur kekuatan hasil anyaman pada penilaian ketrampilan menganyam termasuk dalam ranah kemampuan…. B.



untuk membeuat anyaman yang kuat diperlukan ketrampilan teksnis yang memadai pula.



3.



Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Siswa S memperoleh skor hasil ujian 72, sedangkan skor tertinggi di kelasnya adalah 85, dengan batas lulus kompetensi 75. Dengan mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka penilaian yang diberikan kepada siswa S adalah…. C.



4.



skor 72 lebih kecil dari batas lulus 75



Skor – skor nilai berikut ini yang tepat disampaikan kepada siswa dalam bentuk chart sebagai gambaran pencapaian kompetensi adalah…. D.



hasil tes sumatif merupakan indicator pencapaian beberapa kompetensi dasar dalam standar kompetensi.



5.



Berikut ini yang menunjukkan adanya ketidak terpisahan antara penilaian dan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah… D.



penilaianmebncakuppenilaian proses dan hasil belajar. Efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan jika didukung dengan penilaian yang efektif.



6.



Padasaatmelakukan proses pembelajaran guru melakukan pencatatan terhadap isi pembahasan diskusi yang dilakukan siswa. Dari pencatatan itu guru mengetahui ada siswa yang membahas topic diskusi dengan kritis, dan ada pula yang jawabannya hanya bersifat spontan . Dapat disimpulkan bahwa guru telah menerapkan prinsip penilaian… B.



Penilaiantidakhanyamencakup hasil belajar melainkan juga penilaian proses.



7.



Berikut ini adalah perilaku guru dalam penilaian yang sesuai dengan prinsip – prinsip penilaian kelas, kecuali… B.



Penilaiankelastidak



berorientasi



kepda



pelajaranmelainkankepadastandarkompetensiyang



harus



materi



dicapai



olehsiswa



(competency referenced) 8.



Berdasarkankurikulum yang berbasis kompetensi, tidakan guru yang harus dilakukan setelah proses pembelajaran adalah…. D.



9.



PenilaianKelasmengacukepada kemampuan ( Competency referenced )



Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru melihat kembali langkah – langkah penilaian yang telah dilakukan selama proses pembelajaran di kelas



berdasarkan



rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Tindakan guru tersebut sesuai dengan tujuan penilaian kelas dalam hal… A.



salah



satu



tujuan



penilaian



adalah



menelusuri



apakah



proses



pembelajarananakdidiktetapsesuai dengan rencana. 10.



Padaakhir proses pembelajaran guru mengetahui bahwa hanya 15 % dariseluruhsiswa yang mengikuti pembelajaran telah mencapai standar kompetensi minimal yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan adanya fungsi penilaian kelas dalam hal… C.



efektivitas



proses



pembelajaranditunjukkandengantingkatpencapaiansiswaterhadapkemampuan yang telah ditetapkan. KB 2 Peniliaan di berbagijenjangpendidikan TES FORMATIF 2



1.



Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, pada setiap akhir tahun ajaran selalu dilaksanakan EBTA dan EBTANAS. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, maka pengukuran hasil belajar semacam EBTA / EBTANAS …… C.



alatukursemacam EBTA / EBTANAS tetap diperlukan.Hasilpengukuran EBTA /EBTANAS



dapatmenjadipedoman



bagi



sekolah



untuk



menentukan



kedudukannya terhadap sekolah lain atau terhadap kemampuan secara nasional. Tanpa alat ukur semacam EBTA/EBTANAS, sekolah akan berjalan sendiri – sendiri tanpa ada patokan tentang kedudukannya. 2.



Tujuan dilaksanakannya EBTA ? EBTANAS adalah…



A.



untukmemperolehukuran indicator patokan kualitas hasil belajar .Denganadanya EBTA / EBTANAS kita dapat menjadikannya sebagai pedoman untuk menentukan kedudukan sekolah terhadap kemampuan secara nasional.



3.



Menurut



pedoman



pelaksanaan



penilaian



SMA



penulisan



skor



rata



–rata



ulanganhariandantugas – tugas yang diperoleh selama satu semester adalah… C. 4.



tidak lulus



SkorAndidalampelajaran Bahasa Inggris tercatat sebagai berikut. Ulangan harian : 8,75; 6,80; dan 8,25; Ujian akhir semester : 8,35, Menurut Pedoman Pelaksanaan Penilaian SMA, Nilai rapor Andi untuk pelajaran Bahasa Inggris adalah… B.



8,21 : 8,75 + 6,80 + 8,25 = 23,80 = 7,93 3



3



NA = NH + 2 NU = 7,93 + ( 2 x 8,35 ) = 8,21 3



5.



3



Ketentuan pemberian nilai dengan tambahan + ( plus ) atau – ( minus) seperti B+, B-, C+, C- atau A+, dan A- adalah… B.



6.



dapatdilakukan, disertairambu – rambu yang menjelaskan artinya



Indeks prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif yang diperoleh Anto untuk semester 3 jika diketahui SKS, Nilai dan Bobotnya sepertidibawahiniadalah.. Semester



Jumlah SKS



Bobot x SKS



Indeks Prestasi



1



18



50



2.78



2



22



54



2,45



3



16



45



…….



A. 7.



2,81dan 2,66



Mahasiswa MS mempunyai catatan nilai dan ketentuan penghitungan bobot nilai mata kuliah MK sebagai berikut… Ujian Nama Mhs



Keha diran



Tugas – Tugas



Tengah Semest er



10%



Skor



I



II



Jml



Rer



20



skor



Akhi Akhir



r



Semester



Sem



3 Sko



40



ester



Nila i



ata



%



0 r



%



% MS



8,0



60,0 75,0



135,



67,5 13,5



0



85,0



Kriteriapemberiannilai yang berlaku sebagai berikut Skor Akhir Semester



Nilai ( huruf )



85 – 100



A



70 – 84



B



60 – 69



C



50 -59



D



0 – 49



E



B.



8.



B



Penetapan jumlah SKS yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai syarat ketulusan suatu program pendidikan dilakukan oleh… B.



9.



Perguruan tinggi



Pada akhir semester program studi yang ditempuhnya, seorang mahasiswa program Magister memperoleh IPK kumulatif 3,39. Predikat kelulusan yang diberikan kepada mahasiswa tersebut adalah………. A.



10.



Memuaskan



Berikut ini adalah criteria penetapan naik kelas untuk siswa SMA, kecuali………. C.



memperoleh



nilai



minimal



baik



pada



penilaian



untukkelompokmatapelajaran Agama danAkhlak mulia KB 3 PemanfaatanHasilTesUntukMeningkakan Proses Pembelajaran TES FORMATIF 3 1.



Fungsi pre – test ialah.. C.



2.



Mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar yang akandicapai



Pre – test dan post test dapat dimanfaatkan untuk menilai….. B.



keberhasilanpelaksanaan program



akhir



3.



Jika Anda melaksanakan pre – test dan post test maka alat ukur yang digunakan untuk pre – test dan post – test adalah…….. C.



4.



Kesulitan belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan…….. C.



5.



diagnostic tes



Hasil test – formatif dapat dimanfaatkan untuk…….. B.



6.



paralel



memperbaiki program pembelajaran



Jika dari hasil tes formatif terdapat 40 % siswa yang belum dapat menguasai konsep arus listrik maka guru harus mengadakan program remedial. Program remedial yang dilakukan akan efektif jika dilakukan……. B.



7.



secaraklasikal



Jenis tes



berikut ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program



pembelajaran, kecuali…. C.



8.



tessumatif



Perbedaanantaratesformatif dan tes diagnostik adalah.. C.



tes formatif untuk memonitor pelaksanaan program, tes diagnostic untuk



memonitor kesulitan belajar siswa 9.



Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru melihat bahwa setiap proses belajar berlangsung siswa acuh terhadap penyampaian yang dilakukan guru. Namun anehnya hasil pencapaian kompetensi siswa cukup bagus. Guru telah mengubah strategi pembelajaran namun suasana kelas tidak berubah. Untuk mengetahui penyebab terjadinya keadaan tersebut. Teknik penilaian yang sesuai digunakan oleh guru adalah.. D.



10.



penilaian non tes



Pernyataan berikut ini menunjukkan hasil pemanfaatan tehnik non – tes untuk peningkatan proses pembelajaran, kecuali…. D.



Siswa mengumpulkan hasil tugas karya tulis berdasarkankegiatnkaryawisata