Fair Value Accounting [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Fair Value Accounting



1. Pemahaman Fair Value Accounting 1.1 Defenisi Nilai Wajar (Fair Value) PSAK 68 memberikan defenisi seragam pada nilai wajar untuk transaksi yang mengharuskan atau diperkenankan menggunakan pengukuran nilai wajar di PSAK lain. Berikut ini adalah perbandingan defenisi nilai wajar anatara PSAK 68 dan PSAK lainnya : PSAK Sebelumnya



PSAK 68 : Nilai Wajar



Jumlah suatu asset dipertukarkan atau Harga yang akan diterima untuk liabilitas atau diselesaikan antara pihak menjual suatu asset atau harga yang yang



berkeinginan



dan



memiliki akan dibayar untuk mengalihkan suatu



pengetahuan dalam suatu transaksi liabilitas dalam transaksi teratur antara yang wajar.



pelaku pada tanggal pengukuran.



Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai pasar yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu, sekelompok asset, satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau lebih asset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah entitas, satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas. 1.2 Aset dan Liabilitas Pengukuran nilai wajar adalah untuk asset atau liabilities. Ketika mengukur nilai wajar, entitas memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar akan memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan lokasi aset; dan pembatasan, jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset. Dampak pengukuran yang timbul dari karakteristik tertentu akan berbeda tergantung pada bagaimana karakteristik tersebut akan diperhitungkan pelaku pasar. Aset atau liablitas yang diukur pada nilai wajar yang berdasarkan PSAK 68 dapat terdiri salah satu sebagai berikut :



a. Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau aset non keuangan) b. Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan liabilitas ( contoh suatu unit penghasil kas atau bisnis) Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut, dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi terbaiknya. Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik untuk. a. Asset dan liabilitas b. Pasar utama c. Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi 1.3 Transaksi Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas dipertukarkan dalam suatu transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi : a. Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut, b. Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan (most advantegous market ) untuk asset atau liabilitas tersebut. Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada untuk mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang paling menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya tersedia. Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana entitas umumnya melakukan transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas tersebut dianggapi sebagai pasar utama, atau jika terdapat pasar utama, pasar yang paling menguntungkan. Jika terdapat pasar utama untuk aset dan liabilitas, maka pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut, bahkan jika harga di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal pengukuran.



1.4 Pelaku Pasar Dalam PSAK 68 mengukur fair value/ nilai wajar, entitas menggunakan asumsi bahwa pelaku pasar yang menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan kepentingan ekonomi terbaiknya memenuhi karakteristik seperti independent (not related parties), knowledgable, able to enter into transaction, and willing to enter. Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum adalah: a. Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok) b. Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar utama tidak ada) c. Pelaku pasar yang melakukan transaksi 1.5 Harga Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini ( yaitu harga keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik penilaian. Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi (transaction cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya transaksi bukan merupakan karakteristik suatu asset dan liabilitas. 1.6 Penerapan pada Aset Nonkeuangan Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan manfaat ekonomik dari penjualan aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan aset tersebut dengan penggunaan terbaik dan tertinggi. Hal ini memperhitungkan: a. penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible); b. secara hukum diizinkan (legally permissible); dan c. Layak secara keuangan (financially feasible).



Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation premise) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan terbaik ini didasarkan pada kondisi: d. penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan bersama dengan aset atau liabilitas lain e. penggunaan aset secara terpisah 1.6.1



Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan atau, liabilitas non keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri (contohnya kepemilikan saham yang diterbitkan sebagai pembayaran dalam suatu kombinasi bisnis) dialihkan kepada pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Penerapan pada liabilitas dan instrumen ekuitas milik entitas sendiri dalam pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa: a) Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada tanggal pengukuran. b) Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak akan dibatalkan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.



1.7 Metode Pengukuran Nilai Wajar ( Fair Value) Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang pengukuran Nilai wajar, teknik penilaian nilai wajar yaitu : a. Pendekatan Pasar ( market approach) Pendekatan pasar ( market approach) menggunakan harga dan informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset, liabilitas, atau kelompok asset dan liabilitas yang identik atau sebanding seperti bisnis. b. Pendekatan Biaya ( Cost appoarch ) Pendekatan biaya ( cost approach) mencerminkan jumlah yang diburuhkan saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat ( service capacity) asset ( sering disebut sebagai biaya pengganti saat ini)



c. Pendekatan penghasilan ( income approach) Pendekatan penghasilan ( income approach) mengkonversi jumlah masa depan ( contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini (yang didiskontokan). Ketka pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan tersebut.



1.8 Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi pertukaran untuk aset atau liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga yang dibayar untuk memperoleh aset atau diterima untuk mengambil alih liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya, nilai wajar aset atau liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar untuk mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual aset pada harga yang dibayar untuk memperoleh aset tersebut. Serupa dengan hal tersebut, entitas tidak perlu mengalihkan liabilitas pada harga yang diterima untuk mengambil alih liabilitas tersebut. Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah sama dengan harga transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik atas transaksi dan aset atau liabilitas tersebut. Paragraf PP04 menjelaskan situasi dimana harga transaksi mungkin tidak merepresentasikan nilai wajar aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal. Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mengukur aset atau liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi berbeda dari nilai wajar, maka entitas mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali dinyatakan lain dalam Pernyataan tersebut.



1.9 Hirarki Nilai Wajar Untuk meningkatkan konsistensi dan keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan yang terkait, Pernyataan ini menetapkan hirarki nilai wajar yang mengkategorikan dalam tiga level (lihat paragraf 76– 90) input untuk teknik penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar.



Hirarki nilai wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (input Level 1) dan prioritas terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi (input Level 3). Jika input yang



dapat



diobservasi



membutuhkan



penyesuaian



menggunakan input yang tidak dapat diobservasi dan penyesuaian tersebut menghasilkan pengukuran nilai wajar yang secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah, pengukuran yang dihasilkan akan dikategorikan dalam Level 3 hirarki nilai wajar. Sebagai contoh, jika pelaku pasar akan memperhitungkan dampak suatu pembatasan pada penjualan aset ketika mengestimasi harga untuk aset tersebut, entitas akan menyesuaikan harga kuotasian untuk mencerminkan dampak



dari



pembatasan



tersebut.



Jika



harga



kuotasian



tersebut



adalah input Level 2 dan penyesuaiannya adalah input yang tidak dapat diobservasi yang signifikan terhadap keseluruhan pengukuran, maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam Level 3 hirarki nilai wajar. PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk tehnik penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input yaitu: a. Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran. b. Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung. c. Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.



2. Kelebihan dan Kekurangan Fair Value Accounting 2.1 Kelebihan Menggunakan Fair Value Sebagaimana diungkapkan Wibisana (2009), dibanding historical cost, fair value memiliki tiga keunggulan, yaitu: Laporan keuangan menjadi lebih relevan untuk dasar pengambilan keputusan; meningkatkan keterbandingan laporan



keuangan; dan informasi lebih dekat dengan apa yang diinginkan oleh pemakai laporan keuangan. Dengan demikian, potensi laba/rugi sebuah perusahaan jauh jauh hari sudah bisa diprediksikan. Selain itu ada beberapa penelitian diantaranya Keliat (2009) yang hasilnya menunjukkan bahwa: Nilai wajar yang dianalisis berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh adalah nilai wajar berdasarkan metode excess earnings dengan tolok ukur laba ekonomi. Temuan ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, diantaranya Miller dan Modigliani (1961) yang menyatakan bahwa sumber yang paling mendasar atas saham adalah laba. Jadi, kesimpulannya ada beberapa yang menjadi kebaikan dalam menggunakan Fair Value yaitu: a. Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi yaitu, kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang harus tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi. b. Reliability. Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan. c. Volatility. Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut akuntansi berdasarkan pasar akan menyebabkan volatility kinerja lembaga (karena semakin mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva berfluktuasi). Walaupun sebenarnya lembaga keuangan yang senantiasa mengelola bahaya yang



mengancam asset dan liability hanya sedikit takut dengan market value accounting. Laporan keuangan lembaga keuangan yang kurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yang selalu ada dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan memiliki informasi yang lebih berguna dan relevan dalam membedakan risiko antar perusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit (jika menggunakan MVA)



2.2 Kekurangan Menggunakan Fair Value a. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasisehingga sangat sensitif terhadap pasar. b. Akuntansi fair



value bekerja



melalui



akuntansi mark-to-



market (MTM), yaitu aset dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Menggunakan akuntansi mark-tomarket akan berakibat perubahan yang terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi di pasar.



DAFTAR PUSTAKA



www. Warsidi. 2016, nilai wajar psak 68 ifrs 13 http://srimulyanil.blogspot.co.id/2015/01/resume-psak-68-pengukuran-nilaiwajar.html http://www.arghajata.com/article/pdf/ajcpub016-1293812727.pdf https://rizalmuhamad349.wordpress.com/2015/01/08/teori-akuntansi/ https://evryanti.blogspot.com/2016/11/makalah-fair-value.html