Farmakologi Anestesi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI UJI EFEK HIPNOTIK SEDATIF FENOBARBITAL/DIAZEPAM DAN KLORHIDRAT/DIAZEPAM



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 1. IGNES JOVITA



03422117131



2. IREN ANGELIA



03422117145



3. LAELI MUFLIYA



03422117163



4. NIDA AFIFAH



03422117202



5. NOVIA HARYANI



03422117211



6. NURAINI OCTAVIA



03422117218



7. QONITA ABDILLAH



03422117236



8. REIHAN SHIDQI



03422117250



9. RINI AGUSTRIANI



03422117261



TANGGAL PRAKTIKUM: 19 OKTOBER 2018 DOSEN PEMBIMBING: 1. Dra. SUJATI WORO INDIJAH, M.Si,Apt 2. YUDHA SUKOWATI, S.Si,Apt



AKADEMI FARMASI IKIFA TAHUN AJARAN 2017/2018



BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN PRAKTIKUM TUJUAN UMUM: 1. Dapat bekerja dengan hewan percobaan. 2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi hipnotik dan sedatif yang diperoleh secara teori. 3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap fenomena- fenomena kehidupan . 4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia. 5. Mampu



menerapkan,



mengadaptasi



dan



memodifikasi



metode-metode



farmakologi untuk penilaian efek obat . 6. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen dan memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil eksperimen.



TUJUAN KHUSUS: 1. Membuktikan bahwa Kloralhidrat dan Diazepam mempunyai efek hipnotik dan sedatif. 2. Membandingkan onset hipnotik dan sedatif setiap kelompok. 3. Membandingkan % efek hipnotik dan sedatif setiap kelompok. 4. Menggambar grafik profil hipnotik dan sedatif tiap jam setiap kelompok.



B. MANFAAT PRAKTIKUM 1. Dapat mengetahui mekanisme kerja dan obat hipnotik dan sedatif. 2. Dapat mengetahui onset tidur yang dihasilkan oleh mencit akibat dari efek pemberian obat hipnotik dan sedatif.



3. Dapat mengetahui dampak obat hipnotik dan sedatif dari dosis tertentu yang di berikan kepada mencit.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN HIPNOTIK DAN SEDATIV Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif (Tjay, 2002). Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995). Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-faktor kinetik berikut: -



lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh,



-



pengaruhnya pada kegiatan esok hari,



-



kecepatan mulai bekerjanya,



-



bahaya timbulnya ketergantungan,



-



efek "rebound” insomnia,



-



pengaruhnya terhadap kualitas tidur,



-



interaksi dengan otot-otot lain,



-



toksisitas, terutama pada dosis berlebihan (Tjay, 2002). Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi



tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit



dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995). Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, contohnya: fenobarbital,



tiopental,



butobarbital;



hipnotik



sedatif



lain,



contohnya:



kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon, meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995). Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu: a. depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida; b. tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat; c. sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat; d. "hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan termangu. Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t½-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut shortacting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002). Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepin memiliki daya kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif dan daya relaksasi otot. Keuntungan obat ini dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat ini diduga tidak menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnya semakin berkurang setelah pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang dan memperdalam tidur (Tjay, 2002). Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit



dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar (Ganiswarna dkk, 1995). Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995).



B. PENGGOLONGAN OBAT Secara klinis obat-obatan sedatif – hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia. Obat-obatan sedatiif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni: 1.



Benzodiazepin



2.



Barbiturat



3.



Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin



1. Benzodiazepin Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepin banyak digunakan dalam praktik klinik. Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepine telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturate sebagai pramedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring anestesi. Pada praktikum kali



ini, obat hipnotik – sedatif dari golongan benzodiazepine yang kami gunakan adalah diazepam. Diazepam Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol, sodium benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9. Injeksi secra IV atau IM akan menyebabkan nyeri. Farmakokinetik Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan Vd diazepam lebih besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus. Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis hepatis, akan meningkatkan efek samping dari diazepam. 2. Barbiturat Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturate telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital yang memiliki anti konvulsi yang masih sama



banyak digunakan. Pada praktikum kali ini, obat hipnotik – sedatif dari golongan benzodiazepine yang kami gunakan adalah fenobarbital. Phenobarbital Phenobarbital adalah obat dengan fungsi untuk mengendalikan kejangkejang. Mengendalikan dan mengurangi kejang akan memungkinkan Anda melakukan lebih banyak kegiatan sehari-hari, mengurangi risiko bahaya ketika Anda kehilangan kesadaran, dan mengurangi risiko Anda untuk kondisi yang mungkin mengancam jiwa Anda akibat kejang-kejang yang sering berulang. Efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan phenobarbital adalah: 



Merasa lelah.







Mengantuk.







Pusing.







Sakit kepala.







Sensitif atau mudah marah.







Disartria, yaitu melemahnya otot-otot bicara.







Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi gerakan tubuh, seperti berjalan atau mengambil benda.







Kesemutan.







Vertigo.



3. Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin 1.



Propofol Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara intravena



sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg phosphatide.



2. Ketamin Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative anesthesia yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik. 3. Dekstromethorpan Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang paling sering digunakan sebagai penghambat respon batuk di sentral.



BAB III METODE PERCOBAAN



A. PROSEDUR KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Masing-masing kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah dipuasakan semalam dan di timbang dengan pemilihan bobot antara 20-30 gram. 3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit. 4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa larutan Fenobarbital, larutan Kloralhidrat dan larutan Diazepam. 5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis yang telah di hitung dalam bentuk oral. 6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda. 7. Kemudian mencit di berikan 2 perlakuan berbeda, antara lain: diberikan perlakuan berupa larutan Kloralhidrat secara oral, diberikan larutan kombinasi Kloralhidrat dan Diazepam secara oral. Kemudian di lepaskan dalam tempat berbeda yang telah disiapkan untuk diamati waktu tidur mencit. 8. Catat waktu pemberian larutan dan waktu tidur mencit (onset). 9. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan alat-alat yang telah digunakan.



B. ALAT DAN BAHAN a.



Alat : -



Keranjang



-



Spuit 1 ml



-



Stopwatch



-



Rotarod (batang berputar)



b.



Bahan : -



Kloralhidrat



-



Diazepam



-



fenobarbital



-



Hewan uji : Mencit



C. PERHITUNGAN Dosis : 1. Kloral Hidrat : 2500 mg pada manusia Dosis pada 20 gram mencit :



2500 𝑚𝑔 60 𝑘𝑔



x 12,3 x 0,02 =



10,25 25



x 1 = 0,41 ml



23 𝑔







Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml







Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml







Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,43 ml



23 𝑔 21 𝑔



2. Kloral Hidrat : 2000 mg pada manusia Dosis pada 20 gram mencit :



2000 𝑚𝑔 60 𝑘𝑔



x 12,3 x 0,02 =



8,2 25



x 1 = 0,328 ml~



0,33 ml Diazepam : 50 mg pada manusia Dosis pada 20 gram mencit :



50 𝑚𝑔 60 𝑘𝑔



x 12,3 x 0,02 =



0,205



0,21 ml 22 𝑔







(K 2) Mencit 22 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,36 ml







(D 0,05) Mencit 22 gram : 20 𝑔 x 0,21 = 0,23 ml







(K 2) Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,34 ml



22 𝑔



21 𝑔



25



x 1 = 0,205 ml~



D. PEMBUATAN SEDIAAN 1. Larutkan gom dengan aq dest ad 100 ml 2. Gerus 4 tab diazepam 2mg ad halus homogen, larutkan dengan gom sebanyak 8 ml, masukan ke dalam 2 botol 3. Gerus 4 tab fenobarbital 30 mg ad halus homogen, larutkan dengan gom sebanyak 8 ml



E. CARA ANALISIS VCB : Volume Cairan yang Diberikan Onset : waktu sonde diangkat sampai mecit tidur



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Uji komparasi efek hipnotika-sedativa Kloralhidrat/Diazepam oral Perlakuan



: kombinasi kloralhidrat (K) 2000 mg/Diazepam (D) 50 mg



Tanggal Percobaan



: 19 Oktober 2018



Kelompok 4 Reguler 17 A



Perlakua No



n



waktu



onset



waktu



durasi



(')



bangun



(')



Menci t 4



5



6



16



17



18



Oral F 0,6



10:15



D 0,05



9:42



F 0,6



9:56



D 0,05



9:25



F 0,6



10:09



D 0,05



9:35



F 0,6



9:58



D 0,05



9:28



F 0,6



10:06



D 0,05



9:34



F 0,6



10:07



D 0,05



9:35



tidur 11:09



11:15



87 79 110



13:00



13:00



9:58



D 0,05



9:28



menit 105 menit



tidak tidur



tidak tidur



tidak tidur 165



K2



111



tidak tidur



Aver 10



54



keterangan



10:30



32 62



163,5 11:34



64 menit



11



12



22



23



24



K2



10:08



D 0,05



9:38



K2



10:52



D 0,05



9:22



K2



10:20



D 0,05



9:50



K2



10:20



D 0,05



9:50



K2



10:23



D 0,05



9:53



Aver



10:15



10:56



10:48



7 37 4 34 28 58



11:33



13:00



13:00



78 menit 124 menit 132 menit tidak tidur



tidak tidur 65,5



99,5



Gambar 1.1 180 160



Waktu (menit)



140 120 100



Perlakuan Onset



Durasi



80



Onset



FD



165



164



60



Durasi



KD



66



100



40



Gambar1.2



20 0 FD



KD



Perlakuan



perbandingan waktu tidur kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam Gambar 1.3



Waktu (menit)



Onset 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0



FD



Perlakuan



KD



Onset tidur mencit pelakuan kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam



Waktu (menit)



Durasi 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 FD



KD Perlakuan



Gambar 1.4 Durasi lama waktu tidur mencit kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam



B. PEMBAHASAN a. Pada praktikum ini dilakukan uji coba efek hipnotika sedatifa terhadap mencit jantan menggunakan Fenobarbital, Kloralhidrat, Diazepam tablet. b. Pada 12 mencit yang diuji coba, diberikan 2 perlakuan berbeda antara lain: perlakuan kombinasi suspensi Fenobarbital dengan Diazepam dan pemberian perlakuan larutan Kloralhidrat dan suspensi Diazepam secara oral. Dari 2 perlakuan yang diberikan terhadap mencit didapatkan hasil 6 ekor mencit dapat tidur setelah diberikan cairan. c. 6 mencit yang dapat tidur memiliki onset (waktu tidur mencit pertama kali) yang berbeda-beda. Dari 2 perlakuan berbeda yang diberikan, onset yang paling cepat terjadi pada pemberian kombinasi Kloralhidrat oral dan Diazepam oral .



d. Dari 12 mencit yang berhasil tidur, memiliki durasi tidur yang berbeda-beda. Durasi tidur tercepat ada pada pemberian kombinasi Kloraldirat dengan Diazepam oral yakni selama 64 menit. e. Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan pemberian



larutan



kombinasi



Fenobarbital/Diazepam



Kloralhidrat/Diazepam oral mempengaruhi waktu tidur.



oral



dan



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pada praktikum hipnotik dan sedatif kami mendapatkan hasil bahwa perlakuan pemberian kombinasi Kloralhidrat Diazepam oral lebih banyak menghasilkan mencit tidur dari pada pemberian kombinasi larutan fenobarbital diazepam oral. Dimana pemberian kombinasi larutan fenobarbital diazepam oral menghasilkan 2 mencit tidur dan pemberian kombinasi larutan kloralhidrat diazepam oral menghasilkan 4 mencit yang tidur.



B. SARAN  Berat badan mencit yang digunakan dalam percobaan hendaknya disamaratakan sehingga terdapat keseragaman volume larutan yang diberikan pada mencit.  Sebaiknya asisten pendamping dalam laboratorium ditambah agar membantu dalam proses pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA



1. http://mypharmacis.blogspot.com/2012/12/interaksi-golongan-obat-sedatifhipnotik.html 2. https://hellosehat.com/obat/phenobarbital/ 3. http://tressaamandhademia.blogspot.com/2015/04/laporan-praktikumfarmakologi-percobaan.html