FG 1 Dan 2 - Injeksi Ketamin HCL - Makalah PDF [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ratu
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH RANCANGAN DAN PENGEMBANGAN FORMULA KETAMINE®



1. Tinjauan Zat Aktif



INJEKSI KETAMIN HCL



Gambar 1. Struktur kimia Ketamin HCl Nama zat



: Ketamin Hidroklorida Rumus kimia : C13H16ClNO.HCl Sifat fisikokimia: ○ Mudah larut dalam air (1:4)



Disusun oleh:



○ BM: 274,19



Kelompok HG-B (RPF A)



Aldhi Anarta



1506734744



Azizah Nusaibah



1506677521



Christoffel W P U



1506767214



Daniavi Nayunda



1506728794



Dinda Annisa R.



1506677093



Nisrina Nurfitria



1506766943



Nur Azizah



1506677130



Nurrohmaniah



1506726321



Ratu Farah Nabila



1506767196



Razanah Hanifati



1506722121



Shofiyah Fatin Afifah



1506677250



Tiara Afifah A.



1506722052



○ Pemerian : Serbuk hablur; putih; bau agak khas. pH



: 3,5 - 4,1



logP



: 2,9



Stabilitas



: Simpan pada suhu 20-25oC, simpan di tempat terlindung dari cahaya Indikasi : Anesthesi



Dosis



: ○ IV : Dosis awal: 1 mg/kg BB - 4,5 mg/ kg BB. Rata-rata dosis untuk menghasilkan efek 5 - 10 menit 2 mg/kg BB ○ IM : Dosis awal: 6,5-13 mg/kg BB. Dosis 10 mg/kg BB menghasilkan efek 12- 25 menit (Sumber: USP 32 dan Farmakope Indonesia edisi V)



2. Identifikasi masalah zat aktif dan solusi Permasalahan



PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2019



Solusi



Sediaan harus terlindungi dari cahaya karena Menggunakan wadah kaca vial cokelat / dapat menjadi gelap saat terpapar cahaya Amber (Light Resistant Container) ukuran dalam waktu yang lama



10 mL .



3. Sediaan yang akan dibuat



Aqua pro injeksi



Injeksi Kriteria sediaan injeksi yang baik:



Pelarut



-



Sifat fisikokimia zat aktif



Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk



mudah



yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput suspen. Sediaan



larut



injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsi atau mensuspensikan sejumlah pelarut atau



dibuat



dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda



steril



air



dan



sediaan



(Farmakope Indonesia III, 1979). Suatu sediaan injeksi harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga aman untuk digunakan bagi pemakainya. Syarat-syarat sediaan injeksi dalam bentuk larutan:



5. Bahan Pengemas Pengemas



1. Aman, tidak menyebabkan iritasi pada pasien (Farmakope Indonesia III, 1979).



Kemasan primer



2. Jernih dan bebas dari partikel padat (USP 42, 2019). 3. Tidak berwarna (USP 42, 2019).



Bahan pengemas



Alasan pemilihan



Kaca tipe I (kaca



Bersifat inert dan tahan panas,



borosilikat)



cocok untuk sediaan parenteral dan non-parenteral



4. Steril, yaitu bebas mikroba hidup baik yang suspensi maupun yang apatogen, dalam Kemasan sekunder



bentuk suspensi maupun dalam bentuk spora (USP 42, 2019).



Dus karton



Dapat memberikan perlindungan tambahan selama penyimpanan di



5. Bebas pirogen untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 mL atau lebih dan satu



gudang dan distribusi



kali penyuntikkan (Farmakope Indonesia III, 1979). 6. Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara



Kemasan tersier



Karton cokelat



baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu



Mencegah kerusakan dari kemasan sekunder dan primer



atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan (Farmakope Indonesia IV, 1995).



6. Rekomendasi Formula, Metode, dan Kemasan a. Formula



7. pH sediaan Injeksi Ketamin HCl adalah 3,5-5,5 (Farmakope Indonesia V, 2014).



-



Jumlah volume injeksi ketamin HCl (50mg/mL) dalam 1 vial: Menurut FI IV, kelebihan volume yang dianjurkan untuk sediaan ampul/vial dengan



4. Pemilihan Eksipien Eksipien



Fungsi



Sifat



Alasan



fisikokimia



pemilihan &



volume 10 mL adalah 0,5 mL. Volume 1 vial = 10,5 mL Ketamin HCl : 50 mg/mL x 10,5 mL = 525 mg



konsentrasi Benzetonium klorida



Pengawet



Kelarutan: larut



Membantu kerja



dalam air



ketamin HCl sebagai zat anastesi, poten dalam jumlah kecil



Benzethonium Klorida : 0,01 % x 10,5 mL = 0,01 gr/100 mL x 10,5 mL = 0,0015 gr = 1,05 mg Aqua pro injeksi ad 10,5 mL -



Jumlah volume injeksi ketamin HCl (50mg/mL) dalam 1 batch (5000 vial): Volume 1 batch = 10,5 mL x 5000 vial = 52.500 mL = 55.000 mL ~ 55 L Ketamin HCl : 50 mg/mL x 55.000 mL = 2.750.000 mg = 2.750 gr Benzethonium Klorida : 0,01 gr/100 mL x 55.000 mL = 5,5 gr



13. Vial bergerak menuju pharmaceutical sterilization tunnel, kemudian menuju



Aqua pro injeksi ad 55 L. Jumlah



Jumlah



(mg/vial)



(g/batch)



Zat aktif



525



2.750



Preservatif



1,05



5,5



Pelarut



Ad 10,5 mL



Ad 55 L



Nama Bahan



Fungsi



Ketamin HCl Benzetonium klorida Aqua pro injeksi



b. Metode Pembuatan Proses untuk produksi injeksi Ketamin HCl dilakukan ruang kelas C, karena: a. Ruang C merupakan area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih rendah b. Pembutan injeksi ketamin HCl menggunakan sterilisasi akhir, sehingga tidak memerlukan ruang kelas A ataupun B.



Tahap-tahap dalam pembuatan injeksi Ketamin HCl (50mg/mL) dalam skala besar adalah sebagai berikut: 1.



Siapkan alat yang akan digunakan selama produksi.



2.



Sterilkan alat-alat tersebut dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.



3.



Timbang sebanyak 2.750 gr ketamin HCl.



4.



Tambahkan 50 L aqua pro injeksi (90% volume total sediaan).



5.



Masukkan sebanyak 5,5 gr benzethonium klorida.



6.



Ukur pH dari sediaan tersebut dan lakukan penyesuaian pH (jika diperlukan) hingga pH sediaan tercapai, yakni 3,5 - 5,5.



7.



Tambahkan sisa aqua pro injeksi hingga batas dan campurkan hingga homogen.



8.



Saring larutan dengan menggunakan penyaring vakum dengan filter berukuran 0,45 µm.



9.



Tempatkan tutup karet di dalam rubber stopper feeder bowl.



10. Cuci vial menggunakan washing machine, keringkan, dan tempatkan vial dalam S turn table, lalu vial akan bergerak menuju mesin filling. 11. Filling nozzleakan mengisi larutan ke dalam masing-masing vial sebanyak 10,5 mL. 12. Tutup karet kemudian bergerak menuju vial, lalu di rapatkan.



alumunium flip cap sealing machine untuk ditutup dengan alumunium cap. 14. Selanjutnya vial diberi label dan dikemas menggunakan mesin labelingdan packaging. 15. Sterilkan sediaan injeksi yang sudah selesai diproduksi dengan menggunakan autoklaf 115 - 116oC selama 30 menit (FI III, hal 18). c. Kemasan 1. Kemasan primer Kemasan primer menggunakan vial berwarna cokelat / Amber (Light Resistant Container) ukuran 10 ml. Wadah ini tahan cahaya dan tidak meneruskan radiasi panjang gelombang 290-450 nm lebiih dari 10%. Tutup wadah berupa penutup karet dan alumunium cap. Label kemasan primer:



2. Kemasan sekunder Kemasan sekunder menggunakan dus karton untuk 10 vial. Terdapat brosur mengenai keterangan obat di dalam kemasan sekunder.



3. Brosur



4. Kemasan tersier



Pengukuran dilakukan pada suhu larutan uji 25±2℃



Kemasan tersier menggunakan dus karton coklat yang berisi 10 kemasan



Celupkan elektroda ke dalam larutan dapar pertama dan lakukan



sekunder. Karton cokelat digunakan untuk mencegah kerusakan dari kemasan



pengukuran pH



sekunder dan kemasan primer sediaan injeksi Ketamin HCl.



Angkat elektroda dan cuci hingga bersih dengan air murni bebas CO2 Celupkan elektroda ke dalam larutan dapar kedua



7. Dokumen Produksi Induk (terlampir)



Ulangi hingga diperoleh pembacaan pH 3 kali berturut-turut



8. Pengujian Mutu (Fisik)



pH dari larutan dapar ±0,07 unit pH dari harga yang tertera.



a. Organoleptis b. Pengukuran pH Larutan Uji



1. Tujuan Uji organoleptis bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari sediaan yang



Atur suhu larutan menjadi 25 ℃



dihasilkan berdasarkan pengamatan fisik.



Celupkan elektroda ke dalam larutan uji



2. Metode



goyangkan wadah larutan uji perlahan-lahan selama 2 menit sebelum



Uji organoleptis dilakukan secara visual dengan cara mengamati karakteristik



pembacaan. Pembacaan ini adalah pembacaan awal;



fisik sediaan dari segi warna, kejernihan, dan bau. Sediaan diletakkan pada



tambahkan lagi larutan uji ke dalam wadah; dan



wadah tertutup baik, dan diletakkan pada suhu ruang.



goyangkan wadah selama 2 menit kemudian lakukan pembacaan. Pembacaan pH dianggap benar bila memenuhi dua persyaratan berikut :



b. Uji pH (FI IV)



pembacaan angka pH dalam batas ± 0,07 unit pH; dan



1. Tujuan



bila diamati selama 2 menit pembacaan tidak menyimpang lebih besar



Uji pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman sediaan yang



dari 0,02 unit pH.



dihasilkan. pH yang tepat sesuai dengan monografi sediaan yang dibuat dibutuhkan



Angkat elektroda, cuci hingga bersih elektroda dengan air murni bebas



untuk menjaga stabilitas zat aktif dalam sediaan. Selain itu, pH yang tepat juga



CO2



sangat penting untuk sediaan steril khususunya injeksi, agar tidak memberikan rasa



Celupkan elektroda dalam larutan yang sesuai untuk menyimpan elektroda



yang tidak nyaman atau rasa sakit terhadap pasien.



segera sesudah pemakaian pH meter.



2. Syarat Menurut FI V, pH sediaan injeksi Ketamin HCl berada pada rentang pH 3,5 -



c. Uji Isotonisitas Uji Isotonis tidak perlu dilakukan karena larutan injeksi Ketamin HCl



5,5. 3. Metode a. Kalibrasi Angkat elektroda Cuci hingga bersih dengan air murni bebas CO2 Pembakuan pH meter menggunakan 2 larutan dapar masing-masing yaitu Kalium tetraoksalat 0,05 m pH 1,68 Ekimolal fosfat 0,05 m pH 6,86



yang dibuat termasuk kedalam kategori Small Volume Parenteral, dimana parameter isotonisitas tidak harus diperhatikan. Pada rute subkutan dan intramuskular, sediaan SVP dibuat hipertonis untuk memfasilitasi absorpsi obat karena efusi lokal cairan jaringan. Pada rute intravena, isotonisitas menjadi kurang



penting



selama



administrasi



dilakukan



memungkinkan dilusi atau penyesuaian dalam darah.



cukup



lambat



untuk



volume tidak kurang dari 20 ml. 3) Larutan gabungan disonikasi selama lebih kurang 30 detik atau dengan cara mendiamkan larutan sampai bebas gelembung udara. 4) Isi wadah diaduk perlahan-lahan secara manual atau mekanis, jaga jangan sampai gelembung udara atau cemaran masuk. 5) Tiga alikuot diambil, masing-masing tidak kurang dari 5 ml, dituang ke dalam sensor penghitung pengaburan cahaya. Data dan bagian pertama dibuang 6) Data digunakan untuk perhitungan dan hasil perhitungan diinterpretasikan 7) Hasil perhitungan memenuhi syarat bila - Partikel berukuran



10 m tidak lebih dari 6000



- Partikel berukuran



25 m tidak lebih dari 600/wadah



c. Perhitungan Rata- ratakan hasil hitung dari dua atau lebih bagian alikot yang dianalisis. Hitung banyaknya partikel dalam tiap wadah dengan rumus: Ket:



d. Uji Kejernihan (FI V hal. 1494) 1. Tujuan



𝑃𝑉𝑇 𝑉𝐴 𝑛



Larutan injeksi harus bebas dari partikel yang dapat diamati pada



P



: hasil hitung partikel rata-rata yang diperoleh dari bagian yang dianalisis;



Vt



pemeriksaan secara visual. Pengujian ini adalah uji fisika yang bertujuan menghitung



: volume sampel gabungan (ml);



partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu.



VA : volume tiap bagian yang



2. Metode



dianalisis (ml)



Uji Hitung Partikel Secara Penghaburan Cahaya



n



a. Lingkungan Pengujian



:



banyaknya



wadah



yang



digabun



Syarat: - Tidak melepaskan bahan partikulat dalam jumlah yang bermakna.



d. Interpretasi



- Bahan uji, alat gelas, penutup, dan peralatan lain yang diperlukan, dipersiapkan



Injeksi memenuhi persyaratan uji, jika menurut perhitungan banyaknya



dalam lingkungan yang terlindung oleh penyaring udara partikulat berefisiensi



partikel yang ada dalam tiap unit tertentu yang diuji atau tiap sampel gabungan yang



tinggi (HEPA),



diuji tidak melebihi nilai yang sesuai yang tercantum pada Tabel 1.



- Selama penyiapan sampel digunakan pakaian serta sarung tangan yang tidak melepaskan partikel. b. Prosedur Pengujian 1) Bahan uji disiapkan 2) Isi dicampurkan dari 2 unit ke dalam suatu wadah yang bersih untuk memperoleh



Tabel 1. Hasil hitung partikel uji pengaburan cahaya



10 m



25 m



Injeksi volume kecil



6000



600 per wadah



Injeksi volume besar



25



3 per mL



b. Penyedia pelarut yang mampu menyalurkan pelarut yang tersaring dnegan ukuran tertahan 1,2 m atau lebih kecil pada rentang tekanan 10-80 psi c. Penyaring membrane (25 – 47 mm dengan pororitas 1,0 m atau lebih kecil) 2. Lingkungan Pengujian:



Jika banyaknya partikel rata-rata melebihi batas, lanjutkan uji sediaan dengan



Lakukan di dalam lemari laminar yang di lengkapi HEPA Jumlah partikel



Uji Hitung Partikel secara Mikroskopik.



0,5 m tidak lebih dari 100/ft3



Tekanan positif terhadap daerah sekitar Uji Hitung Partikel secara Mikroskopik 3. Prosedur:



1. Peralatan



A. Persiapan alat



A. Mikroskop binokuler majemuk



1) Gunakan sarung tangan bebas serbuk



Spesifikasi: - Perbesaran gabungan lensa objektif dan okuler = perbesaran 100 10 x



2) Bersihkan permukaan kerja dalam lemari laminar bertutup 3) Air suling atau air deionisasi dan isopropanol di saring menggunakan penyaring



a. Lensa Objektif



dengan pororitas



- Perbesaran lensa objektif = 10 x - Jenis lensa objektif: lensa akromat planar dengan aperture numerik minimum 0,25



1,2 m



4) Alat gelas dibilas berturut-turut dengan larutan detergen bebas residu yang hangat, air panas, air suling atau air deionisasi yang telah disaring, dan isopropanol.



b. Lensa Okuler



5) Lemari laminar bertutup yang dilengkapi penyaring HEPA di bilas



- Perbesaran lensa okuler = 10 x - Mikroskop memiliki penggerak mekanis yang mampu memegang dan melintasi



6) Alat gelas dan peralatan penyaring dikeringkan dalam lemari



seluruh luas penyaringan dari penyaring membrane berukuran 25 atau 47 mm B. Penyiapan Mikroskop



B. Lampu Penerang



1) Lampu penerang pembantu diletakkan dekat meja mikroskop



Lampu terdiri dari 2 (dua) yaitu a. Lampu pembantu bagian eksternal yang dapat difokuskan dan diatur untuk o



memberikan cahaya masuk yang miring dengan sudut 10 -20



o



b. Lampu cerah episkopik bagian internal Lampu mempunyai daya (watt) yang cukup untuk memberikan penerangan yang



2) Lampu difokuskan pada daerah tempat membrane penyaring pada meja mikroskop 3) Tinggi lampu diatur hingga sudut masuk cahaya 10o-20o terhadap bidang horizontal 4) Lampu cerah episkopik iternal dibuka sepenuhnya diafragma bidan dan aperture 5) Kawat lampu dipusatkan dan mikroskop difokuskan pada penyaring yang mengandung partikel



cerah dan merata Lampu dilengkapi filter biru untuk mengurangin kelelahan pemakai



6) Intensitas penerangan yang dipantulkan diatur hingga partikel-partikel tampak jelas dan menunjukkan bayangan yang nyata 7) Intensitas lampu episkopik diatur serendah mungkin, kemudian ditingkatkn hingga



C. Mikrometer Mikrometer meja ditandai dengan pembagian 10 m (tersertifikasi NIST)



bayangan partikel-partikel menunjukkan pengurangan kontras terkecil dapat diamati.



D. Peralatan penyaringan Corong penyaring dengan diameter



21 mm



Penyaring yang dilengkapi dengan komponen berikut: a. Sumber vakum



C. Penyiapan Penyaring 1) Corong penyaring, dasar penyaring, dan penyebarnya dicuci dalam larutan detergen cair dan bilas dnegna air panas.



2) Pembilasan kedua dilakukan dengan air suling atau deionisasi yang telah disaring menggunakan pancaran air bertekanan pada seluruh permukaan luar dan dalam



6) Mikroskop difokuskan pada contoh sambal mengamati melalui okuler kanan saja, dan dilakukan selanjutnya pada okuler kiri



peralatan penyaringan. 3) Prosedur pembilasan bertekanan diulangi dengan menggunakan isopropanol.



F. Penetapan blangko



4) Bilas peralatan dengan air suling atau deionisasi yang telah disaring menggunakan



1) Air suling atau air deionisasi yang telah disaring di tuang dalam corong penyaring



alat pembilas bertekanan.



sebanyak 50 mL.



5) Kedua sisi penyaring dicuci dengan aliran air murni tersaring secara menyeluruh mulai dari atas dan menyapu bolak-balik ke bawah 6) Penyaring yang telah dibersihkan alat penyebar dipasangkan diatas dasar penyaring



2) Air divakum dan dialirkan seluruhnya melalui penyaring membran 3) Membran dilepaskan dari dasar corong penyaring dan diletakkan diatas secarik pita perekat bersisi dua dalam cawan petri. 4) Membran dibiarkan kering dan diamati dengan mikroskop



D. Penggunaan Gratikul Diameter Lingkaran



5) Mikroskop digunakan dengan perbesaran 100 x



1) Kesalahan relative gratikul harus diukur dengan mikromter meja bersertifikat NIST



Kriteria: Jika pada daerah permukaan penyaringan terdapat tidak lebih dari 20



2) Skala mikrometer gratikul dan mikrometer meja ditempatkan sejajar.



partikel berukuran



10 m dan 5 partikel berukuran



25 m.



3) Skala dibandingkan menggunakan sebanyak mungkin penanda ukuran pada skala masing-masing



G. Penyiapan Pengujian



4) Perhitungan kesalahan relative diukur dengan rumus berikut: 𝐺𝑆𝐷 − 𝑆𝑀𝐷 100 [ ] 𝑆𝑀𝐷 Syarat: Kesalahan relative



2% dapat diterima



Bahan uji disiapkan dengan urutan sebagai berikut: 1) Penutup luar dan semua etiket kertas yang dapat terlepas dilepaskan. 2) Bagian luar wadah dibilas dengan air sulit atau air deionisasi yang tersaring. 3) Wadah dilindungi dari cemaran disekitarnya hingga analisis selesai dilakukan 4) Unit-unit yang akan diuji dicampur dengan membalikkan 20 kali.



Keterangan: GSD : Banyak pembagian skala gratikul (graticule scale divisions) SMD : Banyak pembagian micrometer meja (stage micrometer divisions)



5) Unit dibuka dengan cara yang menghasilkan sesedikit mungkin partikel 6) Produk dibuka dan digabung isi 10 unit dalam wadah bersih 7) Seluruh volume gabungan larutan atau unit tunggal dipindahkan ke dalam corong penyaring dan vakum.



E. Proses pengukuran 1) Pengukuran dilakukan tanpa membuat partikel berhimpit dengan lingkaran acuan. 2) Partikel-partikel tidak dipindahkan dari tempatnya di dalam bidang pandang gratikul (lingkaran besar) untuk dibandingkan dengan lingkaran acuan. 3) Luas partikel yang akan diukur dibandingkan dengan luas lingkaran hitam atau transparan dengan ketentuan berikut: - Partikel putih atau transparan diukur dengan menggunakan luas lingkaran acuan gratikul yang jernih - Partikel gelap diukur dengan menggunakan luas lingkaran acuan yang hitam 4) Gratikul pada okuler mikroskop sebelah kanan diputar sehingga skala linear terletak dibagian bawah bidang pandang, 5) Cincin diopter okuler kanan di diatur sambal mengamati contoh dilauar fokus untuk memfokuskan gratikul.



8) Larutan ditambahkan secara bertahap sampai seluruh volume tersaring. 9) Setelah penambahan larutan air, dinding corong dibilas dengan cara mengarahkan aliran air suling atau deionisasi yang telah disaring bertekanan rendah dengan gerak melingkari dinding corong. 10) Corong yang dibilas dihentikan sebelum volume turun di bawah seperempat corong. 11) Vakum dipertahankan hingga cairan di corong tidak bersisa. 12) Corong penyaring diangkat dari dasar penyaring sambil mempertahankan vakum. Vakum dihentikan dan membran penyaring diangkat dengan pinset tumpul. 13) Penyaring didalam cawan petri atau wadah sejenis dilekatkan dengan pita perekat bersisi dua dan ditandai dengan identitas sampel. 14) Penyaring dibiarkan mengering di udara dalam lemari laminar bertutup dengan penutup yang sedikit berbeda 15) Setelah kering amati dengan mikroskop dan dilakukan perhitungan total partikel.



f) Berdasarkan acuan syarat total partikel memenuhi syarat yaitu



H. Interpretasi Data Hasil hitung partikel dinyatakan memenuhi syarat uji jika banyak partikel yang ada dalam



- Partikel berukuran



10 m tidak lebih dari 3000



tiap unit tertentu yang diuji atau tiap sampel gabungan yang diuji tidak melebihi nilai



- Partikel berukuran



25 m tidak lebih dari 300/wadah



yang tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil hitung partikel metode mikroskopik



10 m



25 m



Injeksi volume kecil



3000



300 per wadah



Injeksi volume besar



12



2 per mL



e. Uji Sterilitas (FI V, hal 1341) 1. Tujuan Untuk mengetahui tidak adanya kontaminasi mikroba pada sampel uji. 2. Metode Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik.



I. Prosedur Perhitungan Total



a. Buat media pertumbuhan mikroba, seperti:



a) Lingkaran besar gratikul diabaikan dan digunakan benang silang vertical



-



b) Seluruh membrane dari kiri ke kanan ditelusuri pada jalur yang berdampingan dengan jalur sebelumnya. c) Prosedur diulangi dengan gerak dari kiri ke kanan dan kembali ke kiri sampai semua partikel pada membran terhitung d) Partikel berukuran



10 m dan



25 m dicatat banyaknya.



e) Hasil hitung partikel diperoleh dengan rumus



𝑃 𝑛 Ket: P : banyaknya semua partikel terhitung n : banyaknya unit yang digabung (n=10)



Cair Tioglikolat



untuk pertumbuhan bakteri anaerob, termasuk juga Lebih baik



menggunakan metode sama dengan yang untuk mendeteksi bakteri aerob. -



“Soybean-Casein Digest Medium”



untuk pertumbuhan kapang dan bakteri



aerob. -



Alternatif Tioglikolat medium



b. Media Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35° dan untuk Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5º. c. Inkubasi media tersebut selama 14 hari dan tidak boleh ada pertumbuhan mikroba. f. Uji Fertilitas untuk Aerob, Anaerob, dan Kapang (FI V, hal 1343) 1. Tujuan Untuk memastikan bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu 7 hari. 2. Metode : a. Inokulasikan sejumlah Media Cair Tioglikolat dengan mikroba berikut (tidak lebih dari 100 koloni), menggunakan sejumlah media terpisah untuk setiap spesies mikroba: Clostridium sporogenes, Pseudomonas, dan Staphylococcus aureus. b. Inokulasikan sejumlah kecil mikroba “viable” (tidak lebih dari 100 sejumlah Media Tioglikolat Alternatif dengan sejumlah koloni) ke dalam pembilas steril terakhir yang digunakan Clostridium sporogenes (tidak lebih dari 100 koloni). Inokulasikan sejumlah “Soybean Casein Digest Medium” dengan sejumlah mikroba berikut (tidak lebih Inokulasi langsung dari 100 koloni) menggunakan sejumlah media terpisah untuk setiap spesies mikroba: Aspergillus brasiliensis, Bacillus subtilis,dan Candida albicans. c. Lakukan inkubasi tidak lebih dari 3 hari untuk bakteri dan tidak lebih dari 5 untuk



kapang. 3. Syarat : Media dapat digunakan jika terlihat pertumbuhan dan Kapang. Lakukan uji fertilitas sebagai kontrol mikroba dengan jelas.



Ketamin HCl •



Masukkan ke dalam labu tentukur 200 ml dan encerkan dengan air sampai tanda







Pipet 20 ml larutan ke dalam corong pisah 125 ml, tambahkan 3 ml NaCl 0,1 N dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 15 ml kloroform P



g. Uji Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (FI IV, hal 1044)







Kumpulkan ekstrak kloroform dalam corong pisah 125 ml kedua dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 30 ml asam sulfat 0,1 N



1. Tujuan Menetapkan bahwa volume sediaan injeksi yang dibuat telah memenuhi kelebihan







volume yang dianjurkan.Untuk injeksi ketamin HCl 10 mL, kelebihan volume yang dianjurkan



Kumpulkan ekstrak asam dalam labu tentukur 200 ml dan encerkan dengan asam sulfat 0,1 N yang dijenuhkan dengan kloroform P sampai tanda



adalah 0,5 mL.



Prosedur



2. Metode



Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang serapan



a. Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 10 mL atau lebih.



maksimum lebih kurang 269 nm menggunakan asam sulfat 0,1 N yang



b. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran 2,5 cm. c. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik.



Hitung jumlah (dalam mg) ketamin HCl, dalam tiap mL injeksi yang digunakan,



d. Pindahkan isi dalam alat suntik ke dalam gelas ukur kering yang telah dibakukan



menggunakan rumus:



sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera. 3. Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per satu, atau bila wadah volume 1 ml atau 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.



h. Penetapan Kadar (FI IV, hal 636) i. Uji Kebocoran Wadah



1. Tujuan Untuk memastikan kadar ketamin HCl mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% dari yang tertera di etiket. 2. Metode •



Larutan baku •



Timbang saksama sejumlah Ketamin HCl BPFI







Larutkan dalam asam sulfat 0,1 N yang dijenuhkan dengan kloroform P hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL.







Larutan uji •



Ukur saksama sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 500 mg



1. Tujuan Uji kebocoran bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan dan menjaga volume kemasan. 2. Metode Wadah diuji dengan menggunakan alat LT12/LT24. Setiap ampul yang akan digunakan dilewati melalui mesin ini dan diberikan tegangan tinggi (High Voltage Leak Detection) untuk mendeteksi adanya kebocoran. Mesin ini juga menggunakan medan listrik tegangan tinggi dan pengukuran impedansi untuk membuat setiap kontainer diperiksa oleh unit inspeksi dengan elektroda khusus. Mesin ini dapat menginspeksi 200 dan 400 pcs/menit



dengan sistem rotasi sebelum dan selama inspeksi. Kapasitas setiap ampul yang dapat diuji



e. Uji Batas Jendal Gel



adalah 1 – 30 mL. Ketika terjadi kebocoran (terdapat lubang, segel yang tidak rapat, atau



1.



Larutan A,B,C, dan D disiapkan



kerusakan lainnya), mesin akan mendeteksi adanya perbedaan aliran arus (tegangan).



2.



Langkah seperti pada konfirmasi kepekaan



j. Uji Endotoksin (Farmakope Indonesia Edisi 5) a. Persiapan Alat dan Alat Gelas Alat dan alat gelas dilakukan depirogenasi menggunakan oven udara panas selama 30 menit pada suhu 250oC.



f. Penetapan Kadar Endotoksin 1.



Larutan A,B,C, dan D disiapkan



2.



Langkah seperti pada konfirmasi kepekaan Uji diterima apabila: kedua replikasi kontrol negatif adalah negative, dan kedua replikasi dari kontrol positif adalah positif.



b. Persiapan Larutan Induk Baku Pembanding dan Larutan Baku Pembanding Endotoksin 1.



Digunakan BPE (baku pembanding endotoksin), kemudian dilakukan konstitusi dengan vial BPE diisi dengan 5,0 ml air pereaksi LAL (air untuk injeksi yang tidak bereaksi dengan pereaksi LAL)



2.



Dicampur dengan vortex selama 30 menit, dan disimpan selama tidak lebih dari 14 hari



3.



Sebelum digunakan, dikocok dengan vortex selama tidak kurang dari 3 menit (pengenceran dilakukan kurang dari 30 detik sebelum membuat pengenceran selanjutnya)



c. Penyiapan Larutan Uji Pengenceran produk dilakukan dengan air pereaksi LAL, jika perlu pH larutan uji diatur (rentang 6,0 – 8,0).



d. Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL 1.



Uji dilakukan dengan tidak kurang dari 1 vial untuk setiap lot pereaksi LAL



2.



Pengenceran seri kelipatan 2 dibuat dari BPE dalam air pereaksi LAL (4 konsentrasi baku dalam 4 kali pengulangan termasuk kontrol negatif)



3.



Pereaksi LAL dan larutan baku dicampurkan (volume 0,1 ml)



4.



Campuran diinkubasi (37°C selama 60 menit) dan dihindarkan dari getaran



5.



Tabung diambil dari inkubator dan balikkan 180° secara perlahan, dan diamati. Jika terbentuk jel kuat (positif) dan jika terjatuh (negatif)



Apabila dilakukan pengenceran, hitung kadar endotoksin pada sampel awal dengan mengkalikan dengan faktor pengenceran.