Filsafat Modern [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MUNCULNYA FILSAFAT MODERN MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum Dosen Pengampu : Luqman Fauzi, M.Ag.



Disusun oleh : Kelompok 3 1.



Yulis Styoningrum



(12403193005)



2.



Ilmi Kholifatun Nisa



(12403193018)



3.



Isna Kharisatun Nisa’



(12403193031)



4.



Fitria Dwi Arianti



(12403193042)



SEMESTER 2 JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 2A FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG MARET 2020 16



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah "Filsafat Umum" dalam bentuk makalah, Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad, SAW. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul "Munculnya Filsafat Modern" ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermamfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Aamiin. Wassalamualaikum Wr.Wb



Tulungagung, 28 Maret 2020



Penyusun



16



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. LATAR BELAKANG..................................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1 C. TUJUAN.......................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2 A. FILSAFAT BARAT (EROPA) PASCA ARISTOTELES...........................2 B. FILSAFAT SCHOLASTIK..........................................................................3 C. FILSAFAT RENAISANCE............................................................................ D. LAHIRNYA FILSAFAT MODERN (RENE DESCARTES)........................ BAB III PENUTUP................................................................................................... A. KESIMPULAN............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16



16



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern.Pada masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti.Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance.Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu.Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik.[2] Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan.[6] Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.[6]



B. Rumusan masalah 1. Bagaimana sejarah munculnya Filsafat Barat Pasca Aristoteles? 2. Bagaimana Filsafat Scholastik? 3. Bagaimana Filsafat Reinance? 4. Bagaimana Lahirnya Filsafat modern Pemikiran Rene Descartes?



C. Tujuan 1. Mendeskripsikan bagaimana sejarah munculnya Filsafat Pasca Aristoteles. 2. Mendeskripsikan Filsafat Scholastik. 3. Mendeskripsikan Filsafat Reinance. 4. Mendeskripsikan bagaimana Lahirnya Filsafat modern Pemikiran Rene Descartes.



16



16



BAB III A. FILSAFAT BARAT (EROPA) PASCA ARISTOTELES Aristoteles (384322 SM) pernah menjadi murid Plato selama 20 tahun hingga Plato meninggal. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah menjadi guru Pangeran Alexander yang kemudian menjadi Raja Alexander Yang Agung. Selanjutnya, perlu Anda pahami bahwa Ia juga mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum. Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis, banyak melakukan penelitian dan mengembangkan pengetahuan pada masa hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. Tulisan-tulisannya dapat dikatakan, meliputi segala ilmu yang dikenal pada masanya, termasuk ilmu kealaman, masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia. Tulisan Aristoteles yang terkenal hingga sekarang ialah mengenai logika yang disebut analitika. Analitika ini bertujuan mengajukan syarat-syarat yang harus dipenuhi pemikiran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini, inti logika Aristoteles disebut silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari dua dalil atau proposisi yang kemudian menghasilkan proposisi ketiga yang ditarik dari dua proposisi semula. Pentingnya logika dalam perkembangan ilmu, akan dapat Anda pelajari dalam bahasan tersendiri. Pandangan trio filsuf besar ini kemudian dikembangkan oleh para ahli filsafat pada abad-abad selanjutnya. Mereka mengembangkan filsafat dengan jalan berpikir terus-menerus secara mendasar atau radikal dengan tujuan menemukan akar permasalahan atau suatu realitas yang pada akhirnya dapat memperjelas realitas itu sendiri. Selain itu, senantiasa mempertanyakan hakikat berbagai realitas sebagai upaya untuk menemukan realitas yang tujuannya adalah untuk mengetahui realitas dengan pasti dan jelas. Upaya-upaya para filsuf yang telah Anda pelajari tersebut bertujuan mengungkap kebenaran. Oleh karena kebenaran yang bersifat mutlak tidak pernah dicapai, para filsuf tidak pernah berhenti berupaya menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Akhirnya, semua harus disertai oleh cara berpikir yang rasional. Ini berarti bahwa para filsuf senantiasa berpikir logis, sistematis dan kritis. Dengan demikian, upaya mereka ini merupakan awal pengembangan cabang-cabang ilmu atau pengetahuan ilmiah. Pasca Aristoteles, kira-kira lima abad kemudian, muncul lagi pemikir-pemikir jenius seperti Plotinus (284-269 S.M). Zaman ini adalah zaman filsafat Hellenisme di bawah pemerintah Alexander Agung. Hanya zaman ini berbeda sekali dengan zaman Aristoteles, dimana perkembangan ilmu tidak mengalami kemajuan yang pesat hingga abad pertengahan. Pada masa ini pemikiran  filsafat yang teoretis menjadi praktis dan hanya menjadi kiat hidup saja. Muncul pula aliran yang bercorak relijius, misalnya: filsafat neoPythagoras, Platonis Tengah, Yahudi dan Platonisme, termasuk aliran yang bersifat etis, Epikuros dan Stoa. Pasca Yunani, bangsa yang berbudaya tinggi adalah Romawi. Dapat dikatakan, bahwa dalam kegiatan keilmuan bangsa Romawi pada umunya hanya berpegang pada karya-karya tokoh Yunani, terutama Aristoteles yang tanpa banyak mengadakan perubahan. Sejak runtuhnya kerajaan Romawi non-Katolik dan mulai berkembangnya agama Katolik Roma, kerajaan-kerajaan di Eropa masuk dalam abad kegelapan, abad kemandekan kegiatan keilmuan yang disebabkan antara lain karena para penguasa kerajaan di Eropa



16



tidak concern terhadap perkembangan keilmuan disamping terlalu kuatnya pengaruh otoritas agama.1 B. FILSAFAT SCHOLASTIK Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap” karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-hasil pemikiran manusia diawasi oleh kaum gereja dan apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman yang berat. Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa Scholastik. Istilah Scholastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes liberales (seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomi, musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat. Jadi, Scholastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Kata Scholastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 sampai 15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama. 4 Perkataan Scholastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat Scholastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Pada dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang membawakan perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli pikir Islam seperti Ibnu Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga memberi sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun setelah pemikiran-pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderatan Barat. Corak Khas Scholastik, Yaitu: a. Filsafat Scholastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Karena Scholastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius. b. Filsafat Scholastik adalah filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik maupun buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah: Scholastik Yahudi, Scholastik Arab dan lain-lainnya. 1



http://repository.ut.ac.id/4144/1/IDIK4006-M1.pdf



16



c. Filsafat Scholastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal. d. Filsafat Scholastik adalah filsafat Nasrani, karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Filsafat Scholastik menemukan puncak kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya. Filsafat Scholastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para filsuf Scholastik tidak memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam ajaran teologi. Tokoh-Tokoh Filsafat Scholastik, diantaranya : 1.  Thomas Aquinas. Aquinas merupakan teolog Scholastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandanganpandangan Alkitab. Ia lah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaranajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII. Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas. 2. Albertus Magnus Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universalis” dan “doctor magnus” kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberales. Ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia. 3. Wiliam Ockham Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran Scholastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diir dan mencari perlindungannya pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalihkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.



16



Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan Scholastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. 4. Peter Abelardus Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan membalik diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter Abelardus memberikan status yang lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman. 5. Nicolas Cusasus Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat Indra. Dengan indra kita, akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. kemudian  Akal. Dengan akal, kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Serta Intuisi. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Filsafat Scholastik : a. Faktor Religius Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan  negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai Dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga.Manusia tidak dapat sampai ke tanah airmya (Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus ditolong.Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia.Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan  jalan  pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya. b. Faktor Ilmu Pengetahuan Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis latin, Arab (Islam), dan Yunani.   Selain itu Masa ini terbagi menjadi tiga periode, yaitu: 1. Scholastik awal



16



Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau.Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabanya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad. Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia dan pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, dimana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya. Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa.Hal ini di tandai dengan Scholastik yang didalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.Pada mulanya Scholastik ini timbul pertama kalinya di Biar Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes liberals, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika( seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Peter Abaelardus ( 1079-1180 ) Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukan kekuatan iman.Iman harus mau didahului akal. yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan  Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu ada di luar iman( di luar kepercayaan). Karena itu sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yatiu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. 2. Scholastik Puncak. Masa ini merupakan masa kejayaan Scholastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga.Masa itu ditandai dengan munculnya Universitasuniversitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini adalah beberapa factor yang mempengaruhi masa Scholastik mencapai puncaknya. a. Adanaya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang lurus.



16



b. Tahun 1200 didirikan  Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. c. Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. a). Albertus Magnus (1203-1280) Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga terkenal sebagai cendikiawan abad pertengahan.Ia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberals, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, Filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo domican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung.Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aritoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia. b). Thomas Aquinas (1225-1274) Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas.Yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seoarang dokter gereja bangsa Italia. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan.Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan ilmu berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau bahwa agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman di ungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikiran. 3. Scholastik Akhir Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi( kemandegan) a. William Ockham(1285-1349) Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang dan kejadiankejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan unmum tentang alam  hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan logika. b. Nicolas causasus ( 1401-1464) Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pergertian yang abstrak berdasar



16



pada sajian atau tangkapan indra. Dengan ituisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Scholastik Arab Istilah ini jarang sekali dipakai dikalangan umat islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islam. Dalam pembahasannya biasanya dipisahkan. Tokoh-tokohnya diantaranya yaitu: Al-farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan mereka sangat besar sekali yaitu sebagai berikut: a. Sampai pertengahan abad ke- 12 orang-orang barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku logika Aristoteles. b. Orang-orang barat mengenal Aristoteles berkat tulisan para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd,sehingga ia dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Scholastik latin. c. Scholastik islamlah yang membawakan perkembangan Scholastik latin. Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi mereka juga memberukan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir islam menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al-Quran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan paling besar.2 C. FILSAFAT RENAINANCE Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal zaman modern. Ada juga yang berpendapat bahwa  penemuan benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 M., menandai awal zaman modern. Para ahli yang lain cenderung menganggap era gerakan reformasi keagamaan yang dimotori oleh Martin Luther pada tahun 1517 M., sebagai akhir zaman pertengahan. Namun mayoritas ahli sejarah mengatakan bahwa akhir abad ke 14 sekaligus menjadi akhir zaman pertengahan yang ditandai oleh suatu gerakan yang disebut renaissance pada abad ke 15 dan 16. Dengan demikian abad ke 17 menjadi bagian awal dari zaman filsafat modern.3 Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, 2



Ahmad Syadali,  Mudzakir, “Filsafat Umum”, Pustaka Setia, 2004. Bandung



3



Anees, Bambang Q- dan Radea Juli A. Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003.



16



kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan. Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali.4 Pada pertengahan abad ke-14, di Italia muncul gerakan pembaruan di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum humanis Italia. Tujuan utama gerakan  ini adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha meyakinkan Gereja bahwa sifat pikiranpikiran klasik itu tidak dapat binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte. Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifatsifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah. Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan dan porsi yang lebih besar, karena ada suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan pemecahannya. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusiamanusia yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan  era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur



4



Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. IX; Yogyakarta: Kanisius, 1993.



16



melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual. Renaisans tidak lahir secara kebetulan, tetapi ada pra kondisi yang mengawali terjadinya kelahiran tersebut. Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu: 1. Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi penerjemahan kitabkitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani. Hasil dari penerjemahan karya-karya Muslim berpengaruh terhadap kurikulum Eropa Barat secara revolusioner. Terutama di bidang matematika, kedokteran, astronomi, filologi, fisika, ilmu kimia, geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat. Transformasi tersebut menumbuhkan universitas-universitas Eropa abad keduabelas dan ketigabelas. Hal itu telah menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktik kedokteran, memodifikasi doktrin-doktrin teologi, memprakarsai dunia baru dalam matematika, menghasilkan kontroversi baru dalam teologi dan filsafat. 2. Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia,dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya. 3. Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan College de France di Paris. Dalam universitas-universitas abad keduabelas dan abad ketigabelas, ilmu pengetahuan telah didasarkan hampir sepenuhnya pad tulisan-tulisan dari para penulis Muslim atau Yunani, sebagaimana diterjemahkan dari sumbersumber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu pengetahuan Muslim Aristotelian tetap merupakan inti dari kurikulum  Universitas Paris hingga abad keenambelas. Tidak sampai pertengahan abad keenambelas dan datangnya Copernicus dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu kedokteran dan Vesalius dalam anatomi, ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah membuka jalan kepada konsep-konsep baru tentang manusia dan dunianya, sehingga menimbulkan keruntuhan periode abad pertengahan. Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu: 1. Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis untuk  menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di lembaga-lembaga pendidikan di Prancis. 2. Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari



16



berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing. Pada zaman renaisans ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokohtokohnya adalah: 1. Nicolaus Copernicus (1473-1543) Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of  Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut. 2. Galileo Galilei (1564-1642) Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masingmasing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter. 3. Francis Bacon (1561-1626) Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive method, tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. Pertama, Arca-arca Suku (Idols of the Tribes). Kita condong menerima bukti-bukti dan kejadian-kejadian yang menguntungkan pihak atau kelompok kita (suku atau bangsa). Kedua, Arca-arca Gua (Idols of Cave). Kita cenderung memandang diri kita sebagai pusat dunia dan menekankan pendapat kita yang terbatas. Ketiga, Arca-arca Pasar (Idols of the Market) yang menjadikan kita terpengaruh oleh kata-kata atau nama-nama yang kita kenal dalam percakapan kita sehari-hari. Kita disesatkan oleh kata-kata yang diucapkan secara emosional. Sebagai contoh, dalam Masyarakat (Amerika) kata-kata komunis, radikal dan teroris. Keempat, Arca-arca Panggung (Idols of Theatre) yang timbul karena sikap kita berpegang pada partai, kepercayaan atau keyakinan. Tingkah laku, cara-cara dan aliran-aliran pikiran adalah seperti panggung, dalam arti bahwa mereka membawa kita ke dunia khayal. Akhirnya arca panggung membawa kita kepada kesimpulan yang salah dasar. Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.



16



Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri. D. LAHIRNYA FILSAFAT MODERN (PEMIKIRAN RENE DESCARTES) Rene Descartes dinggap sebagai Bapak aliran filsafat pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, kerna pndangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan filsafat Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terangbenderang.Cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada). Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang paa kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderangyang disebutnya Ideas Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida inate : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar. Kerasionalan dalam berfikir Descartes membuat saya tertarik untuk mengkaji tokoh ini (Descartes). Begitu juga tentang metode cara menemukan kepastian yag ia kemukakan dalam ungkapan Cogito rgo sum ( saya berfikir, maka saya ada). Selain itu juga tentang pendapat Descares yang mengatakan bahwa roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.



16



Mengenai pendekatan yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut paham rasionalisme yang sangat mengedepankan akal. Dapat dipahami bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya menggunakan metode analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan pendekatan filsafat yang rasional. Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode tersendiri. Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah kemungkinan kekeliruan panca indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya demon jahat penipu. Ia seolah-olah bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan, memang pada saat itu, ajaran skeptisisme, sebagaimana dikenal dalam karya Sextus Empirious, agak menjadi populer. Menurut Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan. Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggarisbawahi pada kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya, --bahkan oleh orang yang mengalami keraguan yang amat sekalipun—adalah “keberadaan dirinya sendiri”. Cogito, Ergo sum ( I think, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya disusun untuk menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan dari dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside); bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang dapat dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi yang kokoh untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan. 5[28] Dia juga menunut bahwa kepercayaan kita sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam sistem berfikir deduktif dalam wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik tertentu, yang secara intuitif bersifat “pasti”, dan dari sana secara perlahan-lahan –lewat pengambilan kesimpulan deduktif-- ke arah kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh. 5



16



16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa Munculnya Filsafat Modern dimulai pada masa pasca Aristoteles .Pada masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak mudah untuk menentukan dimulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti.Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance.Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu.Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Perkembangan filasaf modern memiliki sejarah yang panjang dan menggemparkan, muncul sebagai simbol antitesis, perlawanan, pemberontakan, dan penolakan terhadap apa yang lampau dan tradisional. Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani. Betapa besarnya perkembangan pemikiran manusia pada abad ini dengan munculnya pemikiran-pemikiran yang mengarah pada kemajuan filsafat yang sebelumnya terkandas pada abad pertengahan. Masa ini ditandai dengan munculnya Renaisanse. Pada abad ini ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang pesat sehingga menyebabkan terjadinya revolusi industri di Inggris dengan hasil-hasil temuah oleh para ahli-ahli filsafat modern.Renaisanse merupakan masa kelahiran kembali peradaban klasik Yunani dan Romawi. Konsep sejarah pada masa ini menunjuk kepada periode yang bersifat indivdualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa. Tokoh-tokoh yang mengawali periode renaisans ini ialah Nicholas Copernicus, Francis Bacon, Tycho Brahe.Johannes Keppler. Setelah pemikiran Renaisanse sampai pada penyempurnaannya, yaitu telah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Rasionalisme ialah aliran yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan diperoleh dengan proses rasional, yaitu melalui penalaran, pengetahuan dapat dicapai secara dan absah dan benar. Adapun tokoh-tokoh yang menganut pemikiran ini ialah Rene Decartes, Barunch Spinoza, dan Gottfried Wilhelm von Leibniz.Aliran yang muncul selain Rasionalisme adalah aliran Empirisme yang mempunyai pendapat bertentangan dengan Rasionalisme. Mereka berpandangan bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan dari pengalaman empirik. Tokoh- tokoh yang mempelopori aliran ini ialah Thomas Hobbes dan John Locke. 16



Sumber: https://www.tongkronganislami.net/makalah-perkembangan-filsafatmodern-renaisans-rasionalisme-dan-empirisme/



16