Filsafat Positivisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FILSAFAT UMUM FILSAFAT BERBASIS PENGETAHUAN ILMIAH (POSITIVISME) Disusun untuk memenuhi tugas KELOMPOK 10 MUHAMMAD RADHI AULIA



(180102130)



MUHAMMAD RIZAL



(170102046)



FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM, BANDA ACEH 2018/2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang FILSAFAT BERBASIS PENGETAHUAN ILMIAH (POSITIVISME) filsafat umum ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Syafrizalmi Ishak, S.Ud, M.Hum selaku dosen mata kuliah Filsafat Umum yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Makalah ini Alhamdulillah sudah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Filsafat Umum ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.



Banda Aceh,30 juni 2019



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Masalah BAB II PEMBAHASAN A. Awal Perkembangan Filsafat Positivisme B. Pengertian Positivisme C. Macam-macam Positivisme D. Ciri-ciri Positivisme E. Tokoh-tokoh Filsafat Positivisme BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Istilah positivisme paling tidak mengacu pada dua hal berikut : pada teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori (akal budi) manusia. Sebagai teori tentang perkembangan sejarah manusia, istilah posivisme identik dengan tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, yang secara linier bergarak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Perkembangan itu bermula dari tahap mistis atau teologi. Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon (sekitar 1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon (sekitar 1600). Tesis positivism adalah: bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta. Atas kesuksesan teknologi industri abad VXIII positivisme mengembangkan pemikiran tentang ilmu universal bagi kehidupan manusia, sehingga berkembang etika, politik, dan agama yang positivistic. Dalam pengembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner, dan positivisme kritis. 1. Positivisme Sosial. Positivisme sosial merupakan penjabaran lebih jauh dari kebutuhan masyarakat dan sejarah. Auguste Comte dan John Stuart Mill merupakan tokoh-tokoh utama positivisme sosial. 2. Positivisme Evolusioner. Positivisme evolusioner berangkat dari phisika dan biologi. Digunakan doktrin evolusi biologik. 3. Positivisme Kritis.



Dari ketiga positivisme diatas akan dibahas positivisme Auguste Comte dilihat dari analisa epistimologis dan nilai etisnya terhadap sains. Menghadapi filsafat positivisme Auguste Comte, disatu fihak orang mengatakan bahawa filsafat tersebut tidak lebih dari sebuah metode atau pendirian saja. Sedangkan dilain pihak orang mengatakan bahwa filsafat positivisme itu merupakan “sistem afirmai” sebuah konsep tentang dunia dan manusia.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana awal perkembangan Filsafat Positivisme? 2. Apa pengertian Filsafat Positivisme? 3. Apa perbedaan Filsafat Positivisme social, Positivisme evolusioner, dan Positivisme kritis? 4. Bagaimana cirri-ciri Filsafat Positivisme? 5. Siapa saja tokoh-tokoh Filsafat Positivisme?



C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui bagaimana awal perkembangan Filsafat Positivisme, 2. Untuk mengetahui bagaimana yang di maksud dengan Filsafat Positivisme, 3. Untuk mengetahui Bagaimana Ciri-ciri Filsafat Positivisme, 4. Untuk



mengetahui



bagaimana



perbedaan



antara



positivism



social,evolusioner, dan kritis, 5. Serta untuk mengetahui siapa-siapa saja tokoh-tokoh filsafat positivism.



BAB II PEMBAHASAN



A. Awal Perkembangan Filsafat Positivisme Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan Inggris yang bernama Francis Bacon yang hidup di sekitar abad ke-17. Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam. Barulah pada paruh kedua abad ke-19 muncullah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf sosial berkebangsaan Perancis, yang dilahirkan di Montpellier pada tahun 1798 dari keluarga pegawai negeri yang beragama Katolik. Comte menggunakan istilah ini kemudian mematoknya sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat dalam karya utamanya yang berjudul Course de Philosophie Phositive, Kursus tentang Filsafat Positif (1830-1842), yang diterbitkan dalam enam jilid. Melalui tulisan dan pemikirannya ini, Comte bermaksud memberi peringatan kepada para ilmuwan akan perkembangan penting yang terjadi pada perjalanan ilmu ketika pemikiran manusia beralih dari fase teologis, menuju fase metafisis, dan terakhir fase positif. Pada fase teologis (tahapan agama dan ketuhanan) diyakini adanya kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur semua gerak dan fungsi yang mengatur alam ini. Dalam



perkembangannya,



positivisme



mengalami



perombakan



dibeberapa sisi, hingga munculah aliran pemikiran yang bernama Positivisme Logis yang tentunya di pelopori oleh tokoh-tokoh yang berasal dari Lingkaran Wina.



Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pikirannya pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Fungsi analisis ini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan dari pembahasan ini adalah menentukan isi konsep-konsep dan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris. Tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan pada positivisme logis ini adalah untuk mengorganisasikan kembali pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem yang dikenal dengan ”kesatuan ilmu” yang juga akan menghilangkan perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah. Logika dan matematika dianggap sebagai ilmu-ilmu formal. Positivisme berusaha menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan dengan tiga komponen yaitu bahasa teoritis, bahasa observasional dan kaidahkaidah korespondensi yang mengakaitkan keduanya. Tekanan positivistik menggarisbawahi penegasannya bahwa hanya bahasa observasional yang menyatakan informasi faktual, sementara pernyataan-pernyataan dalam bahasa teoritis tidak mempunyai arti faktual sampai pernyataan-pernyataan itu diterjemahkan ke dalam bahasa observasional dengan kaidah-kaidah korespondensi.



B. Pengertian Filsafat Positivisme Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmuilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak spekuliasi dari suatu filosofis atau metafisik. Dapat pula dikatakan positivisme ialah “aliran yang bependirian bahwa filsafat itu hendaknya semata-mata mengenai dan berpangkal pada peristiwa-peristiwa positif” Jadi, dapat dikatakan titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan positif, sehingga metafisika ditolaknya,



karena positif adalah dalam artian segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif bukannya metafisika yang merupakan ilmu pengetahuan yg berhubungan dengan hal-hal yg nonfisik atau tidak kelihatan.Aliran ini menurut Atang Abdul Hakim mirip dengan aliran empirisme, namun tidak menyetujui pendapat John Locke yang masih mengakui pentingnya jiwa dalam mengolah apa yang ditangkap indra. Bagi positivisme hakikat sesuatu adalah benar-benar pengalaman indra, tidak ada campur tangan yang bersifat batiniah. Jadi, Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris. Karena aliran ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan



aliran



rasionalisme.



menyempurnakan



aliran



Aliran empirisme



positivisme dan



ini



rasionalisme,



lahir



berusaha



dengan



cara



memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.



C. Macam-macam Filsafat Positivisme



1. Positivisme Sosial Positivisme sosial berkembang di Perancis melalui karya Saint Simon dan para penulis sosialistis lainnya. Adapun di Inggris berkembang melalui para pemakainya seperti Jereme Bentham dan James Mill yang pada gilirannya menganggap karyanya itu berkaitan erat dengan ekonom termashur yaitu Thomas Maltus dan David Ricardo. Positivisme



sosial



mencari



usaha



pengembangannya



melalui



penggunaan metode dan hasil-hasil ilmu pengetahuan, lebih-lebih organisasi sosial. Menurut Saint Simon, manusia sekarang hidup dalam pada masa kritis karena kemajuan dalam bidang sains, dengan



melenyapkan doktrin-doktrin teologis dan metafisik telah memilah-milah dasar organisasi sosial pada Abad Pertengahan. Satu masa organik baru dalam hal mana filsafat positif akan menjadi dasar suatu sistem baru atas keagamaan, politik, etika dan pendidikan umum diperlukan. Melalui sistem ini, masyarakat akan memperbaharui hal ini secara menyeluruh beserta organisasinya dengan mendasarkan dirinya pada satu kekuatan



sementara



yaitu



industrialisasi. Pada tulisan terakhirnya



mengenai Pembaharuan Kristen (1925) Saint Simon menganggap masa organic baru untuk kembali ke Kristen primitif. 2. Positivisme Evolusioner Positivisme evolusionary membagi kepercayaan terhaadap kemajuan mengenai positivisme sosial tapi membatasinya dalam cara yang berbeda. Positivisme evolusionary didasarkan bukan pada masyarakat atau seiarah tapi pada alam, lingkungan fisik atau biologi. Pelopor pertama yang segera muncul dari kalangan filsafat ini adalah Charles Lyell yang bekerja dalam bidang geologi dengan doktrinnya mengenai evolusi biologis. Lyell dalam bukunya mengenai Principles of Geology mendemonstrasikan bahwa keadaan yang aktual dari bumi adalah bukan hasil dari serangkaian gempa bumi (sebagaimana telah diargumentasikan oleh Curvier) tapi agak pelan, lambat, dan merupakan perbuatan yang tak kelihatan. Doktrin mengenai evolusi pada tahun 1859 memperoleh kemenangan dengan publikasi Darwin mengenai Origin of Species, yang sajian pertamanya memperlihatkan. Bukti-bukti yang serasi mengenai evolusi biologis dan merumuskan doktrin dalam satu cara yang tepat. Doktrin Lyell dan Darwin memungkinkan perumusan ide mengenai alam dan kemajuan yang mendasar dari keseluruhan jagat raya, dimulai dengan kosmik



nebula



dan



melalui



perkembangan



yang



tak



dapat



diinterpretasikan mengenai dunia inorganic dan dunia organik, dilanjutkan kepada perkembangan superorganik yaitu perkembangan mengenai dunia manusia dan sejarah. Hal ini terlalu berlebih-lebihan untuk dicatat bahwa teori ilmiah yang memperlengkapi kesempatan untuk mengangkat ide filsafat positivism evolusionary tidak membentuk unsur-unsur dari bukti yang cukup. 3. Positivisme Kritis Empiriocriticisme. Pada decade terakhir abad ke 19 mulai memperoleh banyak kritik melalui karya Ernst Mach dan Richard Avenarius. Jerman



dan



Austria



positivisme



kritis



ini



dikenal



Di



dengan



empiriocriticisme. Mach dan Avenarius keduanya berpendapat bahwa fakta-fakta merupakan kelompok-kelompok atau kumpulan-kumpulan yang relatif stabil yang satu sama lain berkaitan dan berketergantungan.Sensasi merupakan unsur yang sederhana yang tergambar dalam satu kelembagaan yaitu pada fisik dan persepsi atau kesadaran diri. Unsurunsur ini adalah netral bukan fisik maupun psikis, dan setiap wujud berbeda antara, antara ketidak menampakkannya fisik dan fisis. Dari segi ini, segala sesuatu adalah merupakan seperangkat sensasi dan pemikiran mengenai sesuatu merupakan seperangkat yang sama yang dianggap sebagai penerima atau penggambarannya. Bagi



Avenarius



bagaimanapun



juga



proses



pendalaman



(interiorization) yang ia sebut introjection, dan dalam hal mana sesuatu dipandang sebagai modifikasi dari subjek atau sebagai bagian dari kesadaran, adalah merupakan suatu kepalsuan atas keaslian pengalaman. Bagi Avenarius dan Mach, sains dan pengetahuan pada umumnya hanya merupakan suatu instrumen di mana organisme manusia menggunakannya untuk



menghadapi



ketidakterbatasan



banyaknya



sensasi-sensai dan



untuk berbuat dipandang dari sudut sensasisensasi dalam cara lain sebagai pengawetan dirinya. Fungsi ilmu pengetahuan seperti halnya ekonomi bukanlah untuk merenung atau bekerja secara teoritis. Tapi ini bertugas untuk menyelaraskan prinsip-prinsip yang tak bermakna, dan pada akhirnya adalah keselarasan penyesuaian yang progresif dari organism terhadap lingkungan. Teori-teori mengenai konsep-konsep, hukum-hukum keilmuan dan kausalitas sangat berbeda dari positivisme klasikal merupakan hasil yang utama dari empiriocriticisme. Menurut Match, konsep merupakan hasil dari abstraksi yang selektif dari sejumlah banyak kelompok fakta-fakta dan mempertimbangkan



bahwa



unsur-unsur



dari



fakta-fakta secara



biologis penting, yakni hal ini cocok untuk membangkitkan reaksi yang cocok dalam organisme. Manakala keragaman pentingnva reaksi.-reaksi secara biologis :lebih kecil ketimbang keragaman fakta-fakta, maka tugas utamanya adalah menyederhanakan dan mengklasifikasi fakta-fakta melalui konsep-konsep, yang satu sama lain membentuk sasaran atas reaksi yang sesuai. Dan manakala minat dalam hal mana manusia menghadapi fakta berbeda, hal itu merupakan konsep yang berbeda yang menunjukkan terhadap susunan yang sama mengenai fakta. pekerja laboratorium, dokter, hakim, insinyur, dan saintis kesemuanya memiliki konsep masing-masing dan mendifinisikannya dalam cara-cara yang terbatas yang sesuai untuk merangsang reaksi atau sekelompok reaksi yang masing-masing diminatinya.



D. Ciri-Ciri Filsafat Positivisme



Ciri-ciri positivisme antara lain:



a) Objektif/bebas nilai: dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta yang teramati-terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi). b) Fenomenalisme, tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis yang diandaikan berada di belakang gejalagejala penampakan ditolak (antimetafisika). c) Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata. Contoh: logam dipanaskan memuai, konsep logam dalam pernyataan itu mengatasi semua bentuk particular logam: besi, kuningan, timah dan lain-lain. d) Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati. e) Naturalisme, tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural (adikodrati). Alam semesta memilii strukturnya sendiri dan mengasalkan strukturnya sendiri. f) Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsipprinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistemsistem mekanis). Alam semesta diibaratkan sebagai a giant clock work.



E. Tokoh-Tokoh Filsafat Positivisme 1. Auguste Comte Bernama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte1, lahir di Montepellier, perancis, tahun 1798. Keluarganya beragama katolik yang berdarah bangsawan. Meski demikian, Auguste Comte tidak terlalu 1



Yunia nur ayni, Bapak Sosiologi Auguste Comte diakses dari http://yunianurayni.wordpress.com/2011/01/21/teori-sosiologi-klasik/. diakses tanggal 30-06-2019 Pukul 14.44



peduli dengan kebangsawanannya. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di paris dan lama hidup disana. Dikalangan temantemannya Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak dalam mendukung napoleon dipecat. Auguste Comte memulai karir profesionalnya degan member les dalam



bidang



matematika.



Walaupun



demikian,



perhatian



yang



sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial. Auguste Comte juga memiliki pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan ajaran comte sebagai kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman.



Altruisme



diartikan



sebagai



“menyerahkan



diri



kepada



keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan “salah satu masyarakat”, melainkan I’humanite “suku bangsa manusia” pada umumnya. Jadi, Altruisme bukan sekedar lawan “egoisme”. Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Sehubungan dengan altruisme ini, comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire “Maha Makhluk”. Dalam hal ini comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk If Grand Eire itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta liturgi, dan lain-lain. Ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai “Suatu agama Katholik tanpa agama masehi”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan.2 Perlu diketahui bahwa ketiga tahap atau zaman tersebut diatas menurut Comte tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat



2



Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 317



manusia, tetapi juga berlaku bagi peroranga. Misalnya sebagai kanakkanak seorang teolog, sebagai pemuda menjadi metafisis dan sebagai orang dewasa ia adalah seorang positivis.3 2. John Stuart Mill John Stuart Mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme. Karena psikollogi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya dengan kaum positif, mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan. 3. Hippolyte Taine Adolphe Adalah seorang kritikus Perancis dan sejarawan. Dia adalah pengaruh teoritis kepala naturalisme Perancis, pendukung utama positivisme sosiologis dan salah satu praktisi pertama kritik historis. Lahir: 21 April 1828, Vouziers, Prancis. Meninggal: 5 Maret 1893, Paris, Prancis. Pendidikan: École Normale Supérieure. Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan. 4. Émile Durkheim Sosiolog David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog Perancis, psikolog sosial dan filsuf. Ia secara resmi mendirikan disiplin akademis dan, dengan Karl Marx dan Max Weber, yang sering dikutip sebagai kepala sekolah. Lahir: 15 April 1858, Épinal, Prancis. Meninggal: 15 November 1917, Paris, Prancis. Pendidikan: Lycée Louis-le-Grand, École Normale Supérieure,Universitas Leipzig. Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi. 5. Charles D. Hardie Ia mendasarkan teori positivisme pada dunia pendidikan. Dalam bukunya “Truth and fallacy in education theory” ( kebenaran dan



3



Waris, Filsafat Umum (Ponorogo: Stain Po Press, 2009), 55



kesalahan dalam teori pendidikan ) menyatakan bahwa tidak ada yang bermakna tentang pendidikan jika pernyataannya secara empiris tidak bisa diverifikasi secara benar. Para ahli aliran positivism berpendapat bahwa pernyataan etika hanyalah merupakan ungkapan perasaan seseorang. 6. D.J.O” Connor Menurut teori D.J.O’Connor aliran positivism adalah merupakan aliran yang sadar, bisa dijelaskan dalam sebuah formulasi verifikasi teori makna yang bermutu yang merupakan serangan lanjutan terhadap metafisika, sebuah penolakan terhadap teori kognitivisme.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metafisik, dan ilmiah. Tokoh-tokoh yang menganut paham iositivism : Auguste Comte (1798–1857), John Stuart Mill ( 1806 – 1873 ), H. Taine (1828–1893), Emile Durkheim (1852–1917).



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad, beni saebani, filsafat ilmu, pustaka setia, 2009 Asmoro Achmadi, 2012, Filsafat Umum (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada). http://kuantannet.blogspot.com/2018/04/makalah-filsafat-positivisme.html Praja Juhaya S, 2003, AliranAliran Filsafat dan Etika Prenada (Jakarta: Media).