17 0 986 KB
PERSIAPAN 2.1 Mesin Interlace 2.1.1 Fungsi Mesin Interlace Mesin interlace digunakan untuk membuat benang lebih kuat dengan cara menginterlace atau mengikat benang dengan tekanan angin sehingga terbentuk interlace pada benang. Hasil benang yang di proses di mesin interlace akan terlihat seperti gambar 2.1
Filamen
interlace
Gambar 2.1 Benang Hasil Interlace
2.1.2 Diagram Mesin Interlace Yarn Guide Rolling Convensator
Nozzle
Bahan Baku Gambar 2.2 Diagram Mesin Interlace
Gambar 2.2 menunjukan bagian-bagian mesin interlace dan alur benang dari mulai bahan baku benang yang kemudian melalui yarn guide ke convensator, benang dari konvensator akan melewati nozzle lalu di gulung di rolling menjadi benang berinterlace.
1
2
Gambar 2.3 Mesin Interlace
2.1.3 Proses Pada Mesin Interlace Tabel 2.1 Contoh Data Proses Mesin Interlace
No Mesin
5
Bahan Baku
Indorama INOV 130-60 /A174/1AF
Lot
01
Poles
Violet (x) Hijau (.)
Yarn Speed
400 m / min
Traverse Speed
46 Hz
Group Proses
4031 Gram
Waktu Doffing
11 jam 12 menit
Tekanan Angin
1,8 bar
Tanggal Doffing
12/2/2014
Group
B-C
3
Tabel 1.1 menunjukan data proses interlace benang pada mesin interlace, dan hasil proses di tandai dengan poles dengan warna yang berbeda . settingan pada mesin juga dapat dilihat pada table proses di atas seperti yarn speed dan berat bahan baku yang menentukan lamanya proses atau waktu doffing pada mesin interlace. Tabel 2.2 Bahan Baku Dan Hasil Proses Mesin Interlace
Bahan Baku
Hasil Proses
Indorama INOV 130-60 /A174/1AF
LK BSI 130-60 / 01 / A
Indorama FINE 130-108 /48L
LK BSF 130-108 / 04 / A
Bahan baku yang di tunjukan oleh tabel 1.2 di proses hingga menghasilkan Benang hasil proses dengan jumlah interlace yang diinginkan. Pada proses interlace bahan baku harus harus berupa filamen dengan jumlah interlace sedikit atau masuk pada klasiffikasi low interlace yaitu 10-20 interlace dalam satu meter benang. 2.1.4 Standar Dan Kriteria Hasil Proses Mesin Interlace Adapun kriteria hasil proses pada mesin interlace sebagai berikut: Tabel 2.3 Kriteria Hasil Proses Mesin Interlace
Kualitas
Grade
Interlace
Berat
Visual
Sesuai
Sesuai
Tidak ada
1A
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak ada
1AS
Sesuai
Sesuai
Ada
2A
Sesuai
Tidak Sesuai
Ada
B
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Ada
Reject / Rewind
4
Kriteria kualitas dinilai berdasarkan beberapa factor diantaranya jumlah dan hasil interlace pada benang, berat hasil proses bahan baku pada mesin interlace, dan permasalahan visual pada hasil proses mesin interlace. untuk kualitas interlace dinilai berdasarkan jumlah interlace yang sesuai per meternya dan hasil interlace pada benang tidak pecah, berat hasil proses interlace dinilai berdasarkan kesesuaian berat yang diinginkan, ketidak sesuaian berat biasanya diakibatkan oleh terjadinya benang putus saat proses, sedangkan permasalahaan yang dinilai secara visual seperti hasil proses gulungan pada mesin interlace crossing, berbulu, brightness, looping, kotor, gulungan tidak rata, dan gulungan luber. 2.1.5 Permasalahan dan Solusi pada Mesin Interlace Permasalahan pada mesin interlace dibagi menjadi dua yaitu masalah pada strandar teknis dan masalah pada performa secara visual. Permasalah pada standar teknis diantaranya adalah, Hardness tidak sesuai dengan standar, berat hasil proses mesin interlace tidak seuai dengan standar yang di tetapkan, jumlah interlace setiap meter-nya pada benang hasil proses mesin interlace tidak sesuai dengan yang di tetapkan. Permasalah pada performa adalah kesalahan standard an kriteria yang telah di jelaskan pada point 2.1.4. Perrmasalahan di atas dapat di akibatkan oleh kesalahan pada saat melakukan setting mesin interlace atau dikarenakan berkuranganya performa mesin dan kurangnya perhatian operator terhadap ketidaknormalan mesin.
5
2.1.6 Produksi Mesin Interlace
πππππ’ππ π πππ ππ πππ‘ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ π₯ π½π’ππππ π ππππππ π ππ‘πππ πππ ππ 9.000.000
Contoh kasus produksi pada mesin interlace : Tabel 1.3 Setting Dan Spesifikasi Proses Mesin Interlace
Bahan Baku
Indorama INOV 130-60 /A174/1AF
Yarn Speed
500 meter/menit
Effisiensi
85%
Jumlah spindle setiap mesin
160 spindle
Maka produksi mesin interlace perKG permesin dalam satu hari adalah
πππππ’ππ π =
500 π₯ 130 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 160 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ πππ‘ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 1414,4 πΎπΊ 2.2 Mesin Mach Crimper 2.2.1 Fungsi Mesin Mach Crimper Fungsi dari mesin mach crimper adalah memberikan texture pada benang selain itu mach crimper dapat difungsikan untuk memberikan interlace.
6
2.2.2 Diagram Mesin Mach Crimper Disc Heater 1
Feed Roll 2
Nozel Bahan baku
Heater 2 Feed Roll 1 Feed Roll 3 Winding Roll
Oiling Roll
Gambar 2.4 Diagram Mesin Mach Crimper
Gambar diatas menunjukan proses pemberian texture pada benang dengan cara benang di lewatkan melalui yarn guide menuju ke heater 1, benang di berikan tention yang lebih besar dengan cara memberikan kecepatan lebih kepada feed roll 2 dibandingkan dengan kecepatan feed roll 1, benang dari heater 1 dilewatkan ke disc agar benang menjadi mengembang, setelah itu benang diberikan tekanan angin pada nozel sehingga terjadi ikatan-ikatan pada benang yang biasa kita sebut dengan rottoset, benang yang telah di-rottoset akan melewati heater 2 dimana heater 2 akan membuat benang menjadi lebih bulky dengan perbandingan feed roll 3 lebih kecil daripada feed roll 2, sesudah melewati feed roll 3 benang akan melewati oiling roll yang berfungsi memberikan kekuatan pada benang agar tidak mudah rapuh pada jangka waktu panjang, setelah itu winding roll akan menggulung benang menjadi bentuk bobbin.
7
Gambar 25 Mesin Mach Crimper
2.2.3 Proses Pada Mesin Mach Crimper Tabel 2.4 contoh Data Proses Mesin Mach Crimper
No Mesin
3
Bahan Baku
SKKI 130-72
Lot Bahan Baku
A761
Hasil Proses
LK LSI 130-72
Lot Hasil Proses
03
Poles
BIRU+KUNING+KUNING (β¦)
Yarn Speed
600
Tekanan Nozel
3 Bar
Heater 1
0β C
Heater 2
185β C
Doffing Time
10 jam
Berat hasil
5,25 KG
Tabel 2.4 menunjukan data proses interlace benang pada mesin mach crimper, dan hasil proses di tandai dengan poles dengan warna yang berbeda.
8
settingan pada mesin juga dapat dilihat pada table proses di atas seperti yarn speed dan berat bahan baku yang menentukan lamanya proses atau waktu doffing pada mesin mach crimper.
Tabel 2.5 Bahan Baku Dan Hasil Proses Mesin Mach Crimper
Bahan Baku
Hasil Proses
Indorama INOV 130-60 /A174/1AF
LK LSI 130-60 / 03 / A
Indorama FINE 205-108 /48L
LK LSF 130-108 / 02 / A
RECRON POY 120-72 LOT P 37142
LK DTY 75-72 LOT M 00
Bahan baku yang di tunjukan oleh tabel 2.5 di proses hingga menghasilkan Benang dengan texture yang di inginkan. 2.2.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Mesin Mach Crimper Standar yang digunakan pada proses baik bahan baku ataupun spesifikasi mesin diantaranya adalah: Apabilsa kualitas benang secara visual bagus dan kualitas Mach Crimper sesuai dengan spesifikasi dan berat yang di tentukan maka hasil proses mesin Mach Crimper masuk ke kriteria GRADE 1A Apabila kualitas benang secara visual bagus dan kualitas Mach Crimper sesuai dengan spesifikasi tetapi berat tidak seusai maka hasil proses mesin Mach Crimper masuk ke kriteria GRADE 1AS Apabila kualitas benang secara visual bermasalah seperti crossing, berbulu, brightness, looping, kotor, gulungan tidak rata, dan gulungan luber tetapi kualitas Mach Crimpernya sesuai dengan spesifikasi dan memiliki berat sesuai spesifikasi maka hasil proses mesin Mach Crimper masuk ke kriteria GRADE 2A Apabila kualitas benang secara visual bermasalah seperti crossing, berbulu, brightness, looping, kotor, gulungan tidak rata, dan gulungan luber dan
9
kualitas Mach crimpernya tidak seusai dengan spesifikasi dan memiliki berat tidak sesuai spesifikasi maka hasil proses mesin Mach Crimper masuk ke kriteria GRADE B 2.2.5 Permasalahan dan Solusi pada Mesin Mach Crimper Permasalahan pada mesin mach crimper dibagi menjadi dua yaitu masalah pada strandar teknis dan masalah pada performa secara visual. Permasalah pada standar teknis diantaranya adalah, Hardness tidak sesuai dengan standar, berat hasil proses mesin interlace tidak seuai dengan standar yang di tetapkan, Permasalah pada performa mesin mach crimper adalah kesalah standard dan kriteria yang telah di jelaskan pada point 2.2.4. Perrmasalahan tersebut dapat di akibatkan oleh kesalahan pada saat melakukan setting mesin interlace atau dikarenakan berkuranganya performa mesin dan kurangnya perhatian operator terhadap kinerja mesin. 2.2.6 Produksi Mesin Mach Crimper
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ πΆππππππ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ π₯ π½π’ππππ π ππππππ π ππ‘πππ πππ ππ 9.000.000
Contoh kasus produksi pada mesin interlace : Mesin interlace dengan spesifikasi proses berikut : Tabel 2.6 Contoh Data Proses Mesin Mach Crimper
Bahan Baku
RECRON POY 120-72 LOT P 37142
Yarn Speed
602 meter/menit
Effisiensi
85%
Jumlah spindle setiap mesin
216 spindle
10
Maka produksi mesin mach crimper satu mesin dalam Kg selama satu hari adalah
πππππ’ππ π =
602 π₯ 120 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 216 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ πππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 2122.12 πΎπΊ
2.3 Mesin Pirn Winder 2.3.1 Fungsi Mesin Pirn Winder Fusi mesin pirn winder adalah menggulung benang dari bahan baku menjadi bentuk pirn dengan panjang dan berat yang di butuhkan oleh mesin Two for One
2.3.2 Diagram Mesin Pirn Winder
Konvensator Bandul Yarn Guide
Bahan Baku Pirn Gambar 2.6 Diagram Mesin Pirn Winder
Benang dari bahan baku akan melewati beberapa yarn guide terlebih dahulu sebelum masuk melewati konvensator yang memilik bandul, setelah itu benang akan di gulung kedalam bentuk pirn oleh winding roll dengan adanya bantuan dari travers maka bentuk gulungan akan berupa pirn dan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan mesin two for one.
11
2.3.3 Proses Pada Mesin Pirn Winder Tabel 2.7 Contoh Data Proses Mesin Mach Pirn Winder
No Mesin
5
Bahan Baku
LK LSI
Lot Proses
140216 3701
Hasil Proses
LK BSI 130-72
Lot Hasil Proses
11
Poles
Hijau (.)
Yarn Speed
500
Doffing Time
1 jam 48 menit
Berat hasil
800 gram
Tabel di atas menunjukan proses benang pada mesin Pirn Winder, dan hasil proses di tandai dengan poles dengan warna yang berbeda Tabel 2.8 Contoh Data Bahan Baku Mesin Pirn Winder
FINE 80/48 KG GRADE : 1A
LOT NO : A213
UNIT : 64
NET WT : 416 KG
Berat Satuan : 6,5KG
BSI 130-60 GRADE : 1A
LOT NO : 01
UNIT : 76
NET WT : 304 KG
Berat Satuan : 4KG
12
LK DTY 150-48 GRADE : 1A
LOT NO : M05
UNIT : 64
NET WT : 384 KG
Berat Satuan : 6KG
Bahan baku yang di tunjukan oleh tabel 2.2 di proses hingga menghasilkan Benang dengan texture yang di inginkan.
2.3.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Mesin Pirn Winder a) Tension penggulungan rata-rata : 0.1-0.125 gr/de b) Hardness rata-rata : 70-85(derajat kekerasan) c) Hasil produksi tidak boleh cacat (brondol,benjol,kotor,dll) Pada mesin pirn winder ini hanya ada dua grade yaitu : grade A dan underweight, apabila hasil dari produksi pirn winder memenuhi kriteria diatas maka termasuk grade A.
2.3.5 Permasalahan dan Solusi pada Mesin Pirn Winder Permasalahan pada mesin Pirn Winder dibagi menjadi dua yaitu masalah pada strandar teknis dan masalah pada performa secara visual. Permasalah pada standar teknis diantaranya adalah, Hardness tidak sesuai dengan standar, berat hasil proses mesin pirn winder tidak seuai dengan standar yang di tetapkan. Perrmasalahan di atas dapat di akibatkan oleh kesalahan pada saat melakukan setting mesin pirn winder atau dikarenakan berkuranganya performa mesin Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan mensetting mesin pirn winder sesuai dengan instruksi kerja dan meningkatkan perawatan mesin pirn winder secara berkala dan mengganti bagian mesin pirn winder apabila terdapat kerusakan pada bagian mesin tersebut.
13
2.3.6 Produksi Mesin Pirn Winder
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ π₯ π½π’ππππ π ππππππ π ππ‘πππ πππ ππ 9.000.000
Contoh kasus produksi pada mesin Pirn Winder : Mesin interlace dengan spesifikasi proses berikut :
Tabel 2.9 Contoh Data Proses Mesin Pirn Winder
Bahan Baku
LK DTY 75-72 M 03
Yarn Speed
500 meter/menit
Effisiensi
85%
Jumlah spindle setiap mesin
256 spindle
Maka produksi mesin pirn winder satu mesin dalam Kg selama satu hari adalah
πππππ’ππ π =
500 π₯ 75 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 256 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 1305.6 πΎπΊ
2.4 Mesin Two For One 2.4.1 Fungsi Mesin Two For One Memberikan twist atau puntiran sesuai karakter kain yang akan di buat agar membuat benang menjadi lebih kuat.
14
2.4.2 Diagram Mesin Two For One (TFO)
Take Up Tension
Winding
Rolling Guide
Balloning Tension Ring Tension Bahan Baku Pirn Ball Tension
Gambar 2.7 Diagram Mesin Two For One
Benang dari pirn winder ke dilanjutkan ke proses TFO, pada proses TFO benang melewati washer, kemudian masuk kedalam pirn dan melewati ball tension, di ball tension benang diatur tension guna mengatur sudut pada delay angle, kemudian benang keluar dari mata itik dan akan mengalami proses twist, kemudian melewewati yarn guide, Lalu benang menuju rolling guide antara yarn guide dan rolling guide terdapat ballooning tension yang harus sesuai dengan standar untuk mengatur hardness pada gulungan begitu juga takeup tension yang terdapat diantara penarikan dari rolling guide ke winding roll.
15
Gambar 2.8 Mesin Two For One
2.4.3 Proses Pada Two For One Tabel 2.10 Contoh Data Proses Mesin Two For One
No Mesin
28
Bahan Baku
LSI 130-72
Lot Proses
140316.2402
Hasil Proses
LSI 130-72
Lot Hasil Proses
140316.2402/129
Rpm
10000
Tpm
1500
Yarn Speed
13,33 m/min
Group
A-G
Tabel di atas menunjukan proses benang pada mesin Two For One, dan setting pada mesin untuk m enghasilkan twist pada benang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
16
Tabel 2.11 Contoh Bahan Baku Mesin Two For One
SILKRA 60-36/98213 T/M: 2250 βS/Zβ
LOT NO : A213
B.GUIDE:
NET WT : 416 KG Berat Satuan
BSI 130-60 GRADE : 1A
LOT NO : 01
UNIT : 76
NET WT : 304 KG
Berat Satuan : 4KG
LK DTY 150-48 GRADE : 1A
LOT NO : M05
UNIT : 64
NET WT : 384 KG
Berat Satuan : 6KG
Bahan baku yang di tunjukan oleh tabel 2.2 di proses hingga menghasilkan Benang sesuai spesifikasi TFO. 2.4.4 Standar Kriteria Hasil TFO Standar yang digunakan pada mesin TFO 1. Take Up tension adalah 0,1 gr/d ~ 0,125 gr/d 2. Balloning Tension berkisar 0,3 gr/d ~ 0,4 gr/d 3. Hardness berkisar 65o ~ 75o
17
Kriteria kualitas dari hasil TFO yang berdasarkan yaitu: 1. Hardness harus sesuai standar 2. Secara visual tidak cacat 3. Gulungan penuh sesuai package dari PW 4. Tidak ada putus dalam satu gulungan hasil TFO
2.4.5 Permasalah dan Solusi Adapun permasalahan yang terjadi yaitu pengaturan pada stell ball yang mengatur delay angle dan mengakibatkan pada jumblah twist, apabila terlalu banyak twist, maka benang aka mudah merintil.
Adapun solusi dari permasalahan diatas maka dilakukannya tes pada setiap jenis benang, dan jumlah stell ball yang dipakai, maka akan di dapat delay angle yang pas sesuai dengan standar 2.4.6 Produksi Mesin TFO
πππππ’ππ π πππ ππ ππΉπ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ π₯ π½π’ππππ π ππππππ π ππ‘πππ πππ ππ 9.000.000 ππππ π ππππ ππΉπ =
π
ππ π₯ 2 πππ
Pada Produksi TFO diperhatikan twist contraction (TC) Yang mempengaruhi dan panjanh Untuk berat menjadi
ππ ππΉπ = ππ π₯ (1 + ππΆ) Untuk panjang menjadi
πππππππ ππππππ ππΉπ = πππππππ (1 β ππΆ)
18
Contoh kasus produksi pada mesin TFO : Mesin TFO dengan spesifikasi proses berikut : Tabel 2.9 Contoh Data Proses Mesin TFO
Denir Benang
75
Rpm
10000
Tpm
1500
TC
6,5 %
Jumlah Spindle
256
Effisiensi
85 %
Maka produksi mesin Two For One dalam Kg selama satu hari adalah
ππππ π ππππ ππΉπ =
10000 π₯ 2 1500
ππππ π ππππ ππΉπ = 13,33 ππ ππΉπ = ππ π₯ (1 + 0,065) ππ ππΉπ = 75 π₯ 1,065 ππ ππΉπ = 79,8 πππππ’ππ π =
13,33 π₯ 79,8 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 256 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 37 πΎπΊ
2.5 Mesin Vacuum Heat Setting (VHS) 2.5.1 Fungsi Mesin VHS VHS berfungsi untuk menstabilkan twist yang telah di proses pada TFO, agar twist tidak kembali membuka.
19
2.5.2 Prinsip Kerja VHS Adapun prinsip kerja dari VHS yaitu diawali merubah suhu dalam ruang VHS menjadi suhu khamar, kemudian proses vakum dan pemberian uap panas dengan suhu, tekanan, dan waktu tertentu. Dari grafik dapat di lihat, proses pertama yaitu vacuum, dan kemudiatan suhu di naikan pada titik tertentu, kemudian suhu akan stabil dalam waktu tertentu, dan kemudian proses selesai, suhu akan turun secara stabil.
Gambar 2.9 Mesin VHS
Untuk menghitung produksi VHS dingunakan rumus berikut: πππππ’ππ π πππ ππ ππ»π = πΎππππ ππ‘ππ ππ»π π₯ π½π’ππππ ππππππππ π₯ π΅ππππ‘ ππππππππ
2.6
Mesin SW (Sectional Warper) 2.6.1 Fungsi Sectional Warper Mesin Sectional Warper berfungsi untuk menghasilkan beam tenun dengan cara menggulung benang hasil proses VHS per section sesuai dengan banyak helai pada corak
20
2.6.2 Diagram mesin Sectional Warper Tambur
Silinder Dividing Roll
Guide Board Sisir Hani Counter Roll Beam Lusi
Gambar 2.10 Proses Sectional Warper
Proses pertama yatu memasang silinder pada crell dengan jumlah tertentu, benang akan melewati mata itik atau guide board, kemudian melalui sisir supaya benang pada tambur rata. Benang akan dipisah per section di tambur sesuai dengan kebutuhan helai lusi, apabila telah selesai pembagian section di tambur, maka proses selanjutnya yaitu memindahkan ke beam tenun.
21
2.6.3 Kartu proses
Tabel 2.2 contoh Data Proses Mesin Sectional Warper
Corak
BSI 19918 58
Jenis benang
LK BSI 130-60 / 01
TPM
1500 s/z
Jumlah Lusi
8580
Jumlah band
11
Lusi Creel
780
Panjang
3690
Yarn Speed
160
Effisiensi
50%
Start Time
16:00
Finish Time
17:32
Tabel di atas menunjukan proses benang pada mesin Pirn Winder, dan hasil proses lansung menuju proses selanjutnya Tabel 2.2 Bahan Baku Dan Hasil Proses Mesin Mach Crimper
Bahan Baku
Hasil Proses
LK BSI 130-60 /01
LK BSI 130-60 /01
IVI fine 80-48 t/m 1908 s/z lot 213
IVI fine 80-48 t/m 1908 s/z lot 213
Silkra 60-36 t/m 2250 s/z lot 98563
Silkra 60-36 t/m 2250 s/z lot 98563
Bahan baku yang di tunjukan oleh tabel 2.2 di proses hingga menghasilkan Benang denga texture yang di inginkan.
22
2.6.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Sectional Warper Standar dan kriteria hasil proses sectional warper dapat dipengaruhi oleh tension pada penggulungan creel ke beam pada tambur, yang kemudian akan mempengaruhi hardness pada hasil gulungan lusi di tambur. Aspek lain yang dapat
di perhatikan adalah
hasil
visual
penggulungan
benang
seperi
menumpuknya gulungan lusi pada salah satu section di tambur dari hasil proses sectional warper adapun lusi putus yang lolos tergulung di tambur harus di tandai dengan kertas agar bagian weaving mewaspadai adanya lusi yang lolos. Tetapi semua hal di atas akan tetap masuk kriteria grade A
2.6.5 Permasalah dan solusi
Adapun permasalahan yang terjadi yaitu adanya kesalahan dinir, lusi putus, lusi lolos, lusi berbulu, dan ketidaksesuaian hardness di beam. Untuk kesalahan dinir, lusi lolos dapat diakibatkan oleh kurang perhatian operator terhadap ketidak normalan kinerja mesin Sedangkan untuk lusi putus, lusi berbulu dan hardness pada beam dapat di pengaruhi oleh kesalahan setting ataupun kinerja bagian mesin yang sudah tidak optimal dan mengakibatkan keabnormalan.
2.6.6 Produksi Mesin Sectional Warper
π½π’ππππ ππππ‘πππ =
π½π’ππππ π»ππππ π½π’ππππ πππ₯ πΆππππ
π΅ππππ‘ π΅ππππ π΅πππ’ π₯ 9000 πππππ πππππππ πΏπ’π π πππππππ π΅πππ = π½π’ππππ ππππ‘πππ
πππππππ ππ’π π =
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ‘ππππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ
23
=
πππ‘ππ πππππ π₯ ππ π₯ πππππππ π΅πππ 9.000.000
Contoh kasus produksi pada mesin Pirn Winder : Mesin interlace dengan spesifikasi proses berikut : Bahan Baku
LK BSI 130-60 / 01
Yarn Speed
180 meter/menit
Effisiensi
85%
Bahan Baku
800 gram
Jumlah helai
8580
Maka produksi mesin interlace perKG permesin dalam satu hari adalah
π½π’ππππ ππππ‘πππ =
8580 780
π½π’ππππ ππππ‘πππ = 11 πππππππ ππ’π π =
800 π₯ 9000 130
πππππππ ππ’π π = 55384,6 πππππππ π΅πππ =
55384,6 11
πππππππ π΅πππ = 5034,96 πππππ’ππ π πππ ππ ππππ‘ππππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ =
8580 π₯ 130 π₯ 5034,96 9.000.000 = 623,99 πΎπΊ/πππ ππ
24
2.7 Mesin Beaming 2.7.1 Fungsi Berfugsi untuk menggabungkan atau merangkap beberapa beam direct warper atau beam sizing menjadi satu atau beberapa beam tenun sesuai dengan konstrusi yang diinginkan 2.7.2 Diagram Mesin Beaming Beam Stand
Sisir Zig Zag
Roll
Roll Guide Beam Tenun
Benang dari hasil gulungan dari DW kemudian di letakan ke beam stand sebanyak jumlah helai yang dibutuhkan pada proses weaving, sebelum dilakukan penarikan ke beam tenun terlebih dahulu dilakukan pengecekan berat di beam stand no 3. Dan prebeam yang lainnnya menyesuaikan dengan beam no3 dengan berat acuan 3000gram, dari gulungan di beam stand benang di tarik melewati sisir zig-zag agar tidak terjadi penumpkan, dengan pengaturan sisir sesuai dengan panjang beam tenun, kemudian benang melewati roll guide agar tension tetap sesuai standar dan benang menjadi gulungan beam tenun. 2.7.3 Proses Pada Mesin Beaming Tabel di atas menunjukan proses benang pada mesin Pirn Winder, dan hasil proses di tandai dengan poles dengan warna yang berbeda.
25
Tabel 2.9 Bahan Baku beaming
Corak
BSF 60933 β 58
No Beam
03
Jenis Benang
LK BSF 130-108
No Lot
00
Tpm/Twist
00
Jumlah Benang
1080 Helai
Panjang benang
7130 Yard
Jumlah Pre Beam
7
Tanggal Produksi
22-02-2014
Tabel diatas menunjukan data bahan baku untuk proses beaming yang akan menghasilkan 7560 helai benang dalam bentuk beam tenun 2.7.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Mesin Beaming Standar dan kriteria hasil proses sectional warper dapat dipengaruhi oleh tension pada penggulungan creel ke beam pada tambur, yang kemudian akan mempengaruhi hardness pada hasil gulungan lusi di tambur. Aspek lain yang dapat
di perhatikan adalah
hasil
visual
penggulungan
benang
seperi
menumpuknya gulungan lusi pada salah satu section di tambur dari hasil proses sectional warper adapun lusi putus yang lolos tergulung di tambur harus di tandai dengan kertas agar bagian weaving mewaspadai adanya lusi yang lolos. Tetapi semua hal di atas akan tetap masuk kriteria grade A 2.7.5 Permasalahan dan Solusi pada Mesin Beaming Permasalahan pada mesin beaming pada umumnya terjadi lusi lolos dikarnakan kurangnya kontrol operator saat pengoperasian mesin beaming, Hardness tidak sesuai dengan standar, tidak sesuainya tension dengan standar yang ada dikarnakan perbedaan berat timbangan pada beam stand. Pemberian tanda kertas merah pada gulungan beam tenun apabila terjadi lusi lolos, sedangkan apabila terjadi kesalahan setting pada hardness dan tension yang tidak sesuai dengan standar dilakukan penyetingan ulang.
26
2.7.6 Produksi Mesin Beaming
πππππ’ππ π πππ ππ π΅ππππππ = ππππ π ππππ π₯ 60 π₯ 24 π₯ π½π’ππππ πππ ππππ
2.8
Mesin Jumbo Winder 2.8.1 Fungsi Jumbo Winder
Memindahkan benang pada cylinder menjadi bentuk Jumbo. 2.8.2 Diagram Mesin Jumbo Winder
cylinder Yarn Guide Konvensator
Bandul Traverse Speed Jumbo
Gambar 2.20 Diagram Mesin Jumbo Winder
Benang dari bahan baku yang berbentuk cylinder melewati beberapa yarn guide lalu melewati konvensator yang berfungsi memberikan tention pada benang, pada konvensator terdapat bandul yang menjadi inti pada pemberian tention pada
27
saat benang melewati konvensator, setelah itu benang akan di gulung kedalam bentuk Bobbin Jumbo. Bagaian β bagian dari mesin jumbo winder adalah: 1. Bahan baku berupa benang hasil proses VHS yang masuk kriteria pakan 2. Yarn guide berfungsi sebagai pengatar benang dari bahan baku hingga di gulung pada rolling dan menjaga kestabilan tension pada benang. 3. Konvensator dan bandul berfungsi megatur tension pada benang yang di proses di mesin pirn winder, berat bandul di sesuaikan dengan jenis benang yang sedang di proses 4. Winding roll dan travers berfungsi untuk menggulung benang dari bahan baku menjadi benang hasil proses mesin jumbo winder
Gambar 2.21 Mesin Jumbo Winder
2.8.3 Proses Pada Jumbo Winder Tabel 2.10 Bahan Baku Jumbo Winder
28
Jenis Benang
Fine 80-48
TPM
1908
Poles (Twist S)
Hijau (SF)
Poles (Twist Z)
Coklat (ZF)
2.8.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Mesin Pirn Winder Bentuk gulungan rata dan sesuai dengan standar, hardness pada hasil proses sesuai dengan standar yang ditetapkan, secara visual tidak bermasalah. 2.8.5 Permasalahan dan Solusi pada Mesin Jumbo Winder Benang yang putus di sambung sembarangan tidak dengan sambungan hatamatsubi akan mengakibatkan benang sulit di proses di proses weaving, terjadi kesalahan setting konvensator berpengaruh pada tension benang dan hardness hasil proses penggulungan yang mengakibatkan hasil gulungan bermasalah secara visual. 2.8.6 Produksi Mesin Jumbo Winder
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ π₯ π½π’ππππ π ππππππ π ππ‘πππ πππ ππ 9.000.000
Contoh kasus produksi pada mesin jumbo Winder : Mesin jumbo winder dengan spesifikasi proses berikut :
Tabel 2.11 Contoh Data Proses Mesin Jumbo Winder
Bahan Baku
LK DTY 75-72 M 03
Yarn Speed
500 meter/menit
29
Effisiensi
85%
Jumlah spindle setiap mesin
24 spindle
Maka produksi mesin pirn winder satu mesin dalam Kg selama satu hari adalah
πππππ’ππ π =
500 π₯ 75 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 24 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ ππππ ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 122,4 πΎπΊ
2.9
Mesin Sizing
2.8.1 Fungsi Mesin Sizing
Fungsi mesin sizing adalah untuk menguatkan benang dan menidurkan bulu benang dengan memberikan obat kanji.
Immersion Roll
Sequizing Roll
Split Roll
Sisir
Coller
Chamber 1 Roll Guide
Size Box
Chamber 2
Silinder Dryer
Gambar 2.xxx Diagram Mesin Mesin Sizing
Benang lusi dari beam melewati immersion roll agar benang terkena obat kanji kemudian benang melewati squizing roll agar obat kanji meresap ke dalam serat benang dengan cara menekan benang. Setelah itu benang akan melewati chamber 1 dengan suhu yang lebih tinggi dari chamber 2, agar obat kanji yang telah meresap di benang menjadi kering. Split roll berfungsi untuk memisahkan
30
benang agar tidak lengket satu dengan yang lainya. Slinder dryer untuk mengeringkan benang dengan suhu yang lebih rendah dari chamber 1&2. Coller berfungsi untuk mendinginkan benang agar benang stabil. 2.8.2 Proses Pada Mesin Sizing Tabel 1.1 Contoh Data Proses Mesin Interlace
LK
Kartu Beam Tenun
No Set
02-038
Corak
58-24042
No. Beam
Y 304 C
Jenis Benang
LSF 205-108
No. Lot
02
TPM
S/1001
Jumlah Benang
8050 (helai)
Panjang Benang
2734,03 (yard)
Tanggal Produksi
13/2/2014
Nama Operator
Agus
Group
A
Tabel di atas menunjukan proses benang pada mesin Sizing, dan hasil proses di tandai dengan poles dengan warna yang berbeda . Waktu doffing dan waktu start juga dapat di lihat pada tabel di atas sehingga memudahkan pemasukan data dan pencatatan riwayat proses pada mesin. Proses hingga menghasilkan Benang dengan jumlah yang diinginkan. Pada proses sizing benang hasil dari direct warper yang dimana benang itu non twist. 2.8.3 Standar dan kriteria hasil proses mesin Sizing Standar yang digunakan pada proses baik bahan baku ataupun spesifikasi mesin diantaranya adalah:
31
Apabilsa kualitas benang secara visual bagus dan kualitas interlace sesuai dengan spesifikasi dan berat yang di tentukan maka hasil proses mesin interlace masuk ke kriteria GRADE 1A Apabilakualitas benang secara visual bagus dan kualitas interlace sesuai dengan spesifikasi tetapi berat tidak seusai maka hasil proses mesin interlace masuk ke kriteria GRADE 1AS Apabila kualitas benang secara visual bermasalah seperti crossing, berbulu, brightness, looping, kotor, gulungan tidak rata, dan gulungan luber tetapi kualitas interlacenya sesuai dengan spesifikasi dan memiliki berat sesuai spesifikasi maka hasil proses mesin interlace masuk ke kriteria GRADE 2A Apabila kualitas benang secara visual bermasalah seperti crossing, berbulu, brightness, looping, kotor, gulungan tidak rata, dan gulungan luber dan kualitas interlacenya tidak seusai dengan spesifikasi dan memiliki berat tidak sesuai spesifikasi maka hasil proses mesin interlace masuk ke kriteria GRADE B 2.8.4 Permasalahan dan Solusi pada Mesin sizing Permasalahan pada mesin sizing dibagi menjadi dua yaitu masalah pada strandar teknis dan masalah pada performa secara visual. Permasalah pada standar teknis diantaranya adalah, mesin sering tidak beroperasi. Perrmasalahan di atas dapat di akibatkan oleh kesalahan pada saat melakukan setting mesin interlace atau dikarenakan berkuranganya performa mesin.
2.8.5 Produksi Mesin Sizing
πππππ’ππ π πππ ππ π ππ§πππ /πΎπΊ/πππ ππ =
ππππ π ππππ π₯ π·π π₯ 60 π₯ 24 π₯ πππ 9.000.000
32
Contoh kasus produksi pada mesin interlace : Tabel 1.1 Contoh Data Proses Mesin Interlace
LK
Kartu Beam Tenun
No Set
02-038
Corak
58-24042
No. Beam
Y 304 C
Jenis Benang
LSF 205-108
No. Lot
02
TPM
S/1001
Jumlah Benang
8050 (helai)
Panjang Benang
2734,03 (yard)
Tanggal Produksi
13/2/2014
Nama Operator
Agus
Group
A
Mesin interlace dengan spesifikasi proses berikut :
Maka produksi mesin interlace perKG permesin dalam satu hari adalah
πππππ’ππ π =
500 π₯ 130 π₯ 60 π₯ 24 π₯ 0.85 π₯ 160 9.000.000
πππππ’ππ π πππ ππ πππ‘ππππππ /πΎπΊ/πππ ππ = 1414,4 πΎπΊ PROSES PEMBERIAN OBAT KANJI 1. Proses pembuatan obat sizing πΎ1 π₯ π1 = πΎ2 π₯ π2 K1= konsentrasi kanji yang diharapkan V1= volume kanji yang mau dibuat K2= konsentrasi obat kanji V2= volume obat yang harus disediakan
33
2. Proses pengentalan larutan kanji V1 x K1 + V2 x K2 = K3 (V1 + V2) V1 = volume larutan yang harus ada V2 = volume K1 = kosentrasi K2 = kosentrasi K3 = kosentrasi 3. Rumus pengenceran π3 =
πΎ1. π1 β π1 πΎ2
K1=konsentrasi larutan yang harus ada V1=volume yang harus ada K2= konsentrasi larutan yang diinginkan V3= volume air yang harus ditambahkan Contoh soal 1. Mau dibuat 1000 liter, larutan kanji
dengan kosentrasi 7% apabila
Marzofol 20%, berapa marzofol yang digunakan dan berapa liter air?
=
7 100
x 1000 x
100 20
= 350 liter (bahan kanji) ο· Air = V1-V2 =1000 β 350 = 650 liter
ο· V1 x K1 = V2 x K2
34
350 x 7 = V2 x 20 V2 =
350 π₯ 7 20
= 122,5 Ada sisa 850 liter marzofol dengan kosentrasi 13%, mau dibuat campuran Marzofol dengan kosentrasi 14%,. Bilamana obat marzofol asli solid 22%, berapa liter obat marzofol yang harus ditambahkan?
2.10 Mesin Direct Warper 2.10.1 Fungsi Mesin Direct Warper Mesin Direct Warper berfungsi untuk menyusun atau menjajarkan beberapa benang dari bentuk bobbin atau cylinder TFO ke dalam bentuk beambeam direct warper sedangkan tujuannya adalah sebagai persiapan atau bahan baku proses dimesin beaming. Pada umumnya benang lusi yang diproses di mesin direct warper adalah benang twist dengan arah twist yang sama, hal ini dilakukan karena apabila benang yang diproses twistnya berbeda
Creel frame
Cylinder
Droffer Roll Guide
Sensor
Sisir Zig-zag
Measuring Roll
Oiling Roll Beam Direct
Fungsi dari mesin weaving adalah memproses penyilangan benang lusi dan pakan menjadi kain grey.
35
2.11Mesin Weaving 2.11.1 Fungsi Weaving Fungsi dari mesin weaving adalah memproses penyilangan benang lusi dan pakan menjadi kain grey. 2.11.2 Diagram Mesin Weaving
Sheding
Beating
Let Off
Take UP
Beam Picking
Gambar 2.25 Diagram Mesin Weaving
Pada proses pertama, yaitu proses bukaan mulut lusi, kemudian pakan di tembakan dari nozel di bukaan mult lusi menggunakan perantara, baik itu menggunakan air, udara, ataupun itu rapier, proses selanjutnya yaitu beating, atau proses pemadatan pakan oleh sisir, selanjutnya proses take up dan let off yaitu penarikan dan penguluran benang lusi
Gambar 2.26 Diagram Mesin Weaving
36
2.11.3 Proses Pada Weaving
Tabel 2.15 Contoh Data Proses Mesin Weaving
Corak
Fin 32976-68
Nomor Beam
Lju 056D
Jenis Benang
IVI Fine 50-48
Nomor Lot
04
Tpm/Twist
2500 s/z
Jumlah Benang
8648 Helai
Panjang Benang
3850 Yard
Tanggal Produksi
18-02-2014
2.11.4 Standar dan Kriteria Hasil Proses Mesin Weaving Untuk standar dan kriteria hasil proses mesin weaving di tentukan dengan sistem poin pada bagian inspecting grey dimana kriteria grade ditentukan oleh poin dari qualitas hasil proses weaving. Proses inspecting membagi grade dengan poin sebagai berikut :
Tabel 2.16 Poin Klasifikasi Grade
Grade
Poin
A
0-0,15
B
0,16-0,29
C
0,3-0,6
X
>0,6
Sedangkan poin / yard di dapat berdasarkan kualitas proses weaving adapun beberapa hal yang mempengaruhi pengurangan kualitas adalah sebagai berikut:
37
Tabel 2.17 Contoh Poin Kesalahan
Jenis Permasalahan pada kain
Poin/yard
Pakan Kosong
6
Pakan Double
6
Pakan putus
6
Snarling
6
KPTR
12
Lusi Putus
6
2.11.5 Produksi Mesin Weaving
πππππ’ππ π πππ ππ π€πππ£πππ /πΎπΊ/πππ ππ =
π
ππ π₯ 40 ππππ
Contoh kasus produksi pada mesin weaving : Tabel 1.18 Contoh Data Proses Mesin Weaving
Corak
Fin 32976-68
Nomor Beam
Lju 056D
Jenis Benang
IVI Fine 50-48
Rpm
500
Mesin
Dobby
Pick
85
Mesin weaving dengan spesifikasi proses berikut :
πππππ’ππ π πππ ππ π€πππ£πππ /ππππ/πππ ππ =
=
π
ππ π₯ 40 ππππ
500 π₯ 40 = 235,29 π¦πππ/πππ ππ/ππππ 85