Fix LP Katarak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI PENGLIHATAN: KATARAK DI UPT PSTW KASIAN JEMBER (WISMA MAWAR) PERIODE TANGGAL 28 JUNI-5 JULI- 2021



Oleh : NAMA



: SHELVI KURROTUL FAIZE



NIM



:192303101127



PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER PERIODE 2021/2022



LAPORAN PENDAHULUAN I.



KONSEP PENYAKIT



A. DEFINISI Katarak adalah mengaburnya lensa, dapat menyerang sebagian atau keseluruhan lensa tersebut (Evelyn c. Pearce, 2009, hal 391). Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini ter jadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbaga i usia tertentu (Iwan,2009). Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009). B. ETIOLOGI Menurut Ilyas, (2006) katarak dapat di sebabkan sebagai berikut: a) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis. b) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif. c) Penyakit mata seperti uveitis. d) Penyakit sistemis seperti diabetes mellitus. e) Defek congenital.



C. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS, KLASIFIKASI 1. Katarak Kongenital Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.



2. Katarak Senile Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu : a. Katarak Nuklear Kekeruhan ang terjadi pada inti lensa. b. Katarak Kortikal Kekeruhan terjadi pada korteks lensa. c. Katarak Kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau kortikal. Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi : a) Katarak Insipient Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang berbentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. b) Katarak Imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat begian-bagian yang jernih pada lensa. c) Katarak Matur Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul. d) Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut hingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Secara umum gejala katarak berupa : 1. Merasa ada kabut yang menghalangi disekitar mata. 2. Mata sangat peka terhadap sinar. 3. Bila menggunakan sebelah mata benda yang dilihat menjadi double. 4. Memerlukan cahaya terang agar dapat membaca.



5. Lensa mata berubah menjadi buram dan tidak bening. 6. Sering berganti kaca mata tetapi tetap sulit melihat dengan jelas.



E. PENATALAKSANAAN Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipient, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr. Sidarta Ilyas, dkk, 2002). Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi local daripada anastesi umum. Anestesi local diinfiltrasikan disekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topical. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekstrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui inisisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). F. KOMPLIKASI 1.Kerusakan endotel kornea 2.Sumbatan pupil 3.Glaucoma 4.Perdarahan 5.Penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5 6.Nistagmus dan strabismus



G. PATOFISIOLOGI Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti : Diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan permanent. Factor yang sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, Diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama. Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.



PATHWAY



Degeneratif



Perubahan Kuman



Perubahan serabut



Kompresi sentral (serat)



Jumlah protein



Keruh



Densitas



Membentuk massa



Trauma A.



Keruh



Pembedahan



B. Post Operasi Gangguan rasa nyaman (nyeri) Resiko tinggi terjadinya infeksi - Resiko tinggi terjadinya injuri :  Peningkatan TIO.  Perdarahan intraokuler.



Katarak



Pre Operasi - Kecemasan meningkat - Resiko cidera -



Menghambat jalan cahaya



Penglihatan /Buta -



Gangguan sensori persepsi visual Risiko tinggi cidera fisik



II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identitas klien Pada pasien dengna katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangkakn pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun , pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia > 40 tahun. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Penurunan ketajaman pengelihatan dan silau. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur dan silau. Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kaca mata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?. 3) Riwayat Penyakit Dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya yang memicu resiko katarak. 4) Riwayat Penyakit Keluarga Kaji apakah ada riwayat kelainan mata pada keluarga, atau apakah di keluarga ada yang menderita penyakit DM (Diabetes Mellitus)?.



2. Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual ( Menurut Gordon) a. Persepsi terhadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan



merokok,



mengkonsumsi



alcohol,



dan



apakah



pasien



mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya. b. Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tidur sering terbangun. c. Pola nutrisi metabolik Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit menngalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan terakhir. d. Pola aktivitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas atau perawatan diri, dengan skor : 0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan dan alat, 4= tergantung pada orang lain/ tidak mampu melakukan aktivitas sendiri. Skor dapat di nilai melalui : Aktivitas Mandi Barpakaian/ berdandan Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur Ambulasi Naik tangga Pindah Belanja Memasak Merapikan rumah



0



1



2



3



4



e. Pola eliminasi Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, baud an frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau, dan frekuensi. f. Pola kognitif perseptual Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri. g. Pola konsep diri Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimana seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya h. Pola koping Masalah utama pasien selama di rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga saat sakit. i. Pola peran hubungan Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan j. Pola nilai dan kepercayaan Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhan atas sakit yang di derita. k. Pola seksual reproduksi Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah saat menstruasi. 3. Pemeriksaan Fisik Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.



Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005). 4. Pemeriksaan Diagnostik Selain uji mata yang bisanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostic, khususnya bila di pertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Risiko tinggi terhadap cedera akibat kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO yang ditandai dengan : •Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan •Pandangan kabur, C. PLANING/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. tujuan dan kriteria hasil Tujuan: •Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : •perubahan perilaku, pola hidup untuk sayanurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. •Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.



2. Intervensi dan rasional Intervensi: •Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, aktifitas, penampilan, balutan mata. •Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. •Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, minta mata, membongkok . •Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. •Dorong nafas dalam, batu untuk menjaga kebersihan paru



D. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungan secara terapetik Ditandai dengan: •Menurunnya penglihatan •Perubahan respon biasanya terhadap rangsang. E. PLANING/RENCANAN KEPERAWATAN Tujuan : •ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : •Mengalami gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. •tingkatkan/memperbaiki potensi bahaya dalam lingkungan. F. IMPLEMENTASI 1.Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. 2.Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lai di sekitarnya. 3.Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh



4.Anjurkan



pasien



menggunakan



kacamata



katarak



yang



tujuannya



memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada. G. EVALUASI Evaluasi respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi diperlukan untuk menentukan sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Hidayat,2008) Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,



diteruskan



(Hidayat,2008)



dengan



perubahan



intervensi,



atau



dihentikan



H. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika. NANDA. (2009-2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Sidarta, Ilyas (2009). Ihtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Tamsuri, Anas. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatsebuah. Alih bahasa: I Made Kariasa.Jakarta. EGC Panjang, C.Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Alumni Yayasan IkatanPendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta. yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.Jakarta. EGC5.Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI 6.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC