LP Katarak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK I. Konsep Dasar Teori A. Pengertian Katarak adalah mengaburnya lensa, dapat menyerang sebagian atau keseluruhan lensa tersebut (Evelyn c. Pearce, 2009, hal 391). Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada ber bagai usia tertentu (Iwan,2009). Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009). B. Etiologi Menurut Ilyas, (2006) katarak dapat di sebabkan sebagai berikut: a) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis. b) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif. c) Penyakit mata seperti uveitis. d) Penyakit sistemis seperti diabetes mellitus. e) Defek congenital.



1



C. Klasifikasi 1. Katarak Kongenital Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia. 2. Katarak Senile Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu : a. Katarak Nuklear Kekeruhan ang terjadi pada inti lensa. b. Katarak Kortikal Kekeruhan terjadi pada korteks lensa. c. Katarak Kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau kortikal. Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi : a) Katarak Insipient Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang berbentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. b) Katarak Imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat begian-bagian yang jernih pada lensa. c) Katarak Matur Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul.



2



d) Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut hingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. D. Manifestasi Klinis Secara umum gejala katarak berupa : 1. Merasa ada kabut yang menghalangi disekitar mata. 2. Mata sangat peka terhadap sinar. 3. Bila menggunakan sebelah mata benda yang dilihat menjadi double. 4. Memerlukan cahaya terang agar dapat membaca. 5. Lensa mata berubah menjadi buram dan tidak bening. 6. Sering berganti kaca mata tetapi tetap sulit melihat dengan jelas. E. Patofisiologi Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti : Diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dan kehilangan penglihatan permanent. Factor yang sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, Diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama. Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenasi dan desintegrasi



3



pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. F. Pathway



Degeneratif



Perubahan Kuman



Perubahan serabut



Kompresi sentral (serat)



Jumlah protein



Keruh



Densitas



Membentuk massa



Trauma G.



Keruh



Pembedahan



Pre Operasi -



Kecemasan meningkat Resiko cidera



Post Operasi H. - Gangguan rasa nyaman (nyeri) - Resiko tinggi terjadinya infeksi - Resiko tinggi terjadinya injuri :  Peningkatan TIO.  Perdarahan intraokuler.



Katarak



Menghambat jalan cahaya



Penglihatan /Buta



-



Gangguan sensori persepsi visual Risiko tinggi cidera fisik



4



G. Komplikasi Katarak 1.



Kerusakan endotel kornea



2.



Sumbatan pupil



3.



Glaucoma



4.



Perdarahan



5.



Penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5



6.



Nistagmus dan strabismus



H. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik. 2. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler (TIO) (Normalnya 12-25 mmHg). 3. Pemeriksaan lapang pandang : untuk mengetahui visus. 4. Pemeriksaan oftalmoskop : mengkaji struktur intraocular, mencatat atrofi lempeng optic, papil edema, perdarahan retina. 5. Pemeriksaan slit-lamp. 6. Biometri 7. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak. I. Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipient, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr. Sidarta Ilyas, dkk, 2002). 5



Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi local daripada anastesi umum. Anestesi local diinfiltrasikan disekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topical. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekstrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui inisisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). II. Konsep Asuhan keperawatan A. Pengkajian 1.



Identitas a.



Identitas klien Pada pasien dengna katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangkakn pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun , pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia > 40 tahun.



b.



Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Penurunan ketajaman pengelihatan dan silau. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur dan silau. Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kaca mata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan



6



masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?. 3) Riwayat Penyakit Dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya yang memicu resiko katarak. 4) Riwayat Penyakit Keluarga Kaji apakah ada riwayat kelainan mata pada keluarga, atau apakah di keluarga ada yang menderita penyakit DM (Diabetes Mellitus)?.



2.



Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual ( Menurut Gordon) a. Persepsi terhadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya. b. Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tidur sering terbangun. c. Pola nutrisi metabolik Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit menngalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan terakhir. d. Pola aktivitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas atau perawatan diri, dengan skor : 0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan dan alat, 4= tergantung pada orang lain/ tidak mampu melakukan aktivitas sendiri. Skor dapat di nilai melalui : 7



Aktivitas



0



1



2



3



4



Mandi Barpakaian/ berdandan Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur Ambulasi Naik tangga Pindah Belanja Memasak Merapikan rumah



e. Pola eliminasi Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, baud an frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau, dan frekuensi. f. Pola kognitif perseptual Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri. g. Pola konsep diri Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimana seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.



8



h. Pola koping Masalah utama pasien selama di rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga saat sakit. i. Pola peran hubungan Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan j. Pola nilai dan kepercayaan Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhan atas sakit yang di derita. k. Pola seksual reproduksi Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah saat menstruasi.



3.



Pemeriksaan Fisik Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).



9



4.



Pemeriksaan Diagnostik Selain uji mata yang bisanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostic, khususnya bila di pertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.



B. Diagnosa Keperawatan 1.



Analisa Data No. 1. DS : -



DO : -



-



2.



DS : -



-



DO : -



Symptom



Etiologi Problem Gangguan Gangguan Biasanya pasien akan penerimaan rasa nyaman: mengeluh nyeri pasca sensori; nyeri operasi. kerusakan sensori ↓ Wajah meringis kesakitan, Prosedur menangis, atau tampak pembedahan menahan rasa sakit mungkin ↓ ditemukan pada pasien Terputusnya pasca operasi. kontinuitas Kaji PQRS jaringan ↓ Gangguan rasa nyaman: nyeri Penurunan tajam pandangan



Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas.



Gangguan penerimaan sensori; kerusakan sensori



Klien tampak sulit beraktivitas



Gangguan persepsi sensori;



10



Gangguan persepsi sensori; penglihatan



3.



DS : -



-



DO : -



4.



DS : DO : -



2.



Kemungkinan klien mengatakan takut tidak berhasil menjalankan operasinya. Kemungkinan klien engatakan gelisah. Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya. Biasanya wajah klien tampak gelisah



Kemungkinan akan terjadi jatuh Biasanya penglihatan klien akan berkabut



penglihatan Katarak ↓ Prosedur pembedahan ↓ Pre operasi ↓ Kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi ↓ Ansietas (cemas)



Kerusakan penglihatan ↓ Penglihatan kabur/ silau ↓ Resiko cedera



Ansietas



Resiko cedera



Rumusan Diagnosa Berdasarkan Prioritas Masalah a.



Pre Operasi a) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. b) Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan pengelihatan.



b.



Post Operasi a) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi. b) Gangguan sensori perseptual: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indra. c) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, port de entri kuman.



11



C.



Intervensi Keperawatan a.



Pre Operasi



No.Dx



Tujuan & Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



1.



Setelah dilakukan tindakan



1. Kaji derajat dan durasi gangguan



1. Informasi dapat menghilangkan ketakutan



keperawatan selama … x 24



visual. Dorong percakapan untuk



yang tidak diketahui. Mekanisme koping



jam diharapkan tidak terjadi



mengetahui keprihatinan pasien,



dapat membantu pasien berkompromi



ansietas dengan kriteria



perasaan, dan tingkat



dengan kegusaran, ketakutan, depresi,



hasil : pasien mengucapkan



pemahaman. Jawab pertanyaan,



tegang, keputusasaan, kemarahan dan



pemahaman mengenai



beri dukungan dan bantu pasien



penolakan.



informasi.



dengan metode koping. 2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.



2. Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan.



3. Jelaskan rutinitas persiapan



3. Pasien yang telah mendapat banyak



operasi dan tindakan operasi yang



informasi akan lebih mudah menerima



akan dilakukan.



pemahaman dan mematuhi instruksi.



4. Jelaskan intervensi sedetildetilnya. Perkenalkan diri anda



12



4. Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain



pada setiap interaksi, terjemahkan



untuk mendapatkan informasi.



setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal. 5. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam



semua tugas sehubungan dengan



perawatan pasien.



penanganan dan perawatan diri.



6. Dorong partisipasi dalam



2.



Setelah dilakukan tindakan



5. Pasien mungkin tak mampu melakukan



6. Isolasi social dan waktu luang yang terlalu



aktivitas dan pengalihan bila



lama dapat menimbulkan perasaan



memungkinkan.



negative.



1. Bantu pasien ketika mampu



1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera



keperawatan selama … x 24



melakukan ambulasi, pre operasi



ketika langkah sempoyongan atau tidak



jam diharapkan cedera



sampai stabil, dan mencapai



mempunyai keterampilan koping utuk



dapat dicegah dengan



penglihatan dan keterampilan



kerusakan penglihatan.



kriteria hasil :



koping yang memadai. Gunakan



-



Pasien menunjukkan perubahan perilaku



teknik bimbingan penglihatan. 2. Bantu pasien menata lingkungan.



pola hidup untuk



Jangan mengubah penataan meja,



menurunkan factor



kursi tanpa orientasi terlebih



13



2. Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.



resiko dan melindungi diri dari



dahulu. 3. Orientasi pasien pada ruangan.



cedera.



3. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan



b. Post Operasi No.Dx



Tujuan & Kriteria Hasil



1.



Setelah dilakukan tindakan



1. Tanyakan pasien tentang nyeri.



keperawatan selama … x 24



Tentukan karakteristik nyeri,



dalam menentukan pilihan/ keefektifsn



jam diharapkan pasien



misalnya terus-menerus, sakit,



intervensi



mengatakan nyerinya



menusuk, terbakar. Buat rentang



berkurang atau hilang



intensitas pada skala 0-10.



dengan kriteria hasil : -



Menyangkal



Intervensi



Rasional



2. Beri penjelasan pada pasien



2. Pemahaman pasien akan mengundang



tentang penyebab nyeri.



partisipasi pasien dalam mengatasi



ketidaknyamanan mata,



1. Memberikan informasi untuk membantu



permasalahan yang ada. 3. Ajarkan teknik pengurangan nyeri 3. Teknik ditraksi merupakan teknik



-



tidak merintih,



dengan teknik ditraksi (napas



pengalihan perhatian sehingga mengurangi



-



ekspresi wajah rileks



dalam)



emosional yang kognitif.



4. Berikan obat analgetik sesuai dengan advis dokter



4. Analgetik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan



14



perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan di perkirakan.



2.



Setelah dilakukan tindakan



1. Tentukan ketajaman penglihatan,



1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi



keperawatan selama … x 24



catat apakah satu atau kedua mata



bervariasi, sebab kehilangan penglihatan



jam diharapkan pasien dapat



terlibat.



terjadi secara lambat dan progresif. Bila



meningkatkan ketajaman



bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada



penglihatan dalam batas



laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya



normal dengan kriteria



satu mata di perbaiki per prosedur.



hasil: -



2. Orientasikan pasien terhadap



2. Memberikan peningkatan kenyamanan dan



Pasien mengenal



lingkungan, staf, orang lai di



kekeluargaan, menurunkan cemas dan



gangguan sensori



sekitarnya.



disorientasi pasca operasi.



dan berkompensasi



3. Observasi tanda dan gejala



3. Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal



terhadap perubahan,



disorientasi. Pertahankan pagar



dan mengalami keterbatasan penglihatan



mengidentifikasi



tempat tidur sampai benar-benar



dapat mengakibatkan bingung pada orang



atau memperbaiki



sembuh.



tua. Meningkatkan resiko jatuh bila



potensial bahaya dalam lingkungan.



bingung/ tidak tahu ukuran tempat tidur. 4. Anjurkan pasien menggunakan



15



4. Perubahan ketajaman dan kedalaman



3.



kacamata katarak yang tujuannya



persepsi dapat menyebabkan bingung



memperbesar kurang lebih 25%,



penglihatan/ meningkatkan resiko cedera



penglihatan perifer hilang, dan



sampai pasien belajar untuk



buta titik mungkin ada.



mengkompensasi.



Setelah dilakukan tindakan



1. Diskusikan pentingnya mencuci



1. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,



keperawatan selama … x 24



tangan sebelum menyentuh /



mencegah kontaminasi area operasi.



jam diharapkan infeksi tidak



mengobati mata.



terjadi dengan kriteria hasil: 2. Gunakan / tunjukkanteknik yang -



-



2. Teknik aseptic menurunkan resiko



Meningkatkan



tepat untuk membersihkan mata



penyebaran bakteri dan kontaminasi



penyembuhan luka



dari dalam dengan kapas basah /



silang.



tepat waktu



bola kapas untuk tiap usapan,



Bebas drainase,



ganti balutan.



eritema dan demam.



3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata



3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan insisi.



yang di operasi. 4. Observasi / diskusikan tanda



4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah



terjadinya infeksi, contoh :



prosedur dan memerlukan upaya



kemerahan, kelopak bengkak,



intervensi.



drainase purulent.



16



5. Berikan obat sesuai indikasi atau



5. Sediaan topical digunakan secara



advis dokter. Antibiotic (topical,



profilaksis, dimana terapi lebih agresif



parenteral, subkonjungtiva) dan



diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid



steroid.



digunakan untuk menurukan inflamasi.



17



D. Implementasi Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klien. (Hidayat,2008) E. EVALUASI Evaluasi respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi diperlukan untuk menentukan sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Hidayat,2008) Pada tahap ini



ada



dua evaluasi



yang dapat



dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Hidayat,2008).



18



DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika. NANDA. (2009-2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Sidarta, Ilyas (2009). Ihtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Tamsuri, Anas. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC



19