LP AsKep Katarak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK



Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Nama Dosen : Gilny Aileen Rantung



Disusun oleh: Rahel Nuraeni Natalia NIM: 2153005 Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung



PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA BANDUNG 2021/2022



1. Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. (nanda, 2015). Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Bare & Suzanee, 2002) Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak adalah terjadinya opasitas dari lensa kristalina yang seharusnya jernih (Smeltzer , 2001) atau dapat dikatakan katarak adalah proses pengaburan pada lensa. (Pearce,1999) katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada usia lanjut Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. Jilid satu.2001) 2. Penyebab/faktor predisposisi Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebabpenyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut. : a. Sebab-sebab biologik 1. Karena usia tua Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa pun mengalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak. 2. Pengaruh genetic Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang timbul pada lensa. b. Sebab-sebab imunologik Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut.Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan katarak. c. Sebab-sebab fungsional : Akomodasi yang sangat kuat (memforsir mata) mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa.Ini dapat terlihat pada keadaan-keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan aparathyroidisme. d. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa : 1) Gangguan nutrisi pada lensa 2) Gangguan permeabilitas kapsul lensa 3) Efek radiasi dari cahaya matahari



e. Gangguan metabolisme umum : Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat menyebabkan katarak misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus atau hyperparathyroidea. Penyebab katarak lainnya meliputi : a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/degenerasi, yang mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis) b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol, kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena mengandung timbal c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik) d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak Kongenital) e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus (Katarak komplikata) f. Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin, ergotamine, pilokarpin) g. Faktor -faktor lainya yang belum diketahui 3. Tanda dan Gejala Gejala subjektif antara lain : a. Mengeluh penurunan ketajaman penglihatan dan silau sertagangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan. b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Gejala objektif biasanya antara lain : a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakanakan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. c. Dalam jangka waktu tertentu katarak mengakibatkan pupil akan tampak benar- benar putih , sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative Gejala umum gangguan katarak meliputi : a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. b. Gangguan penglihatan bisa berupa : 1) Peka terhadap sinar atau cahaya 2) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia) 3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca 4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu 5) Kesulitan melihat pada malam hari 6) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata 7) Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari) 4. Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.



Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi sejak awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama ( Brunner & Suddarth,2002;1997) 5. Analisa data Pre operasi DS : -



Klien mengatakan penglihatan kabur Klien mengatakan takut untuk dioperasi Klien mengatakan kesulitan dalam membaca Klien melaporkan pandangan ganda Klien melaporkan memiliki riwayat trauma pada mata karena benda tumpul Klien melaporkan memiliki riwayat operasi mata Klien melaporkan merasa silau jika terkena cahaya Klien melaporkan memiliki riwayat penyakit DM



-



Pupil tampak putih Retina tidak tampak Air mata atau krusta berlebih Menurunnya ketajaman/gangguan penglihatan Visus menurun dari normal Klien tampak cemas dan gelisah Ekspresi wajah tegang Klien bertanya tentang penyakitnya Klien tampak berhati-hati saat berjalan Terjadi penurunan fungsi penglihatan



DO :



Post operasi DS : -



Klien mengeluh nyeri pada area yang dioperasi



DO : -



Wajah klien nampak meringis Adanya luka operasi pada daerah mata TTV tidak dalam rentang normal.



6. Penatalaksanaan a. Secara Medis Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan jalan operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan (lensa intraokuler). Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.Kadangkadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap keluar. Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah : 1) Phacoemulsification (Phaco) Teknologi Phacoemulsification adalah sebuah operasi pengangkatan katarak modern yang dijalankan dengan menggunakan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata).Terkini ini hanya dengan melakukan sayatan (3mm) pada kornea. Dengan teknik phaco lensa mata yang keruh dihancurkan (emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya serta ditanam secara permanen. 2) Small Incision Catarac Sustruction (SICS) Teknik operasi katarak dengan menggunakan metode SICS memerlukan dua sayatan kecil di sisi bola mata, lalu melepas lensa mata keruh dan memasangkan lensa intraokular buatan. 3) Ekstra Kapsuler Teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanen.Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan. 4) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE) Mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior. Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler. 5) Intra Capsular Catarak Ekstraktie (ICCE) Lensa diangkat seluruhnya. Keuntungannya prosedur mudah dilakukan. Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya retina)



b. Terapi Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 1) Pengangkatan lensa Ada tiga macam teknik pembedahan ynag biasa digunakan untuk mengangkat lensa: a. Operasi katarak Ekstrakapsular atau Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK/ECCE) EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukomamata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. b. Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intrakapsular(EKIK/ICCE) EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma ,uveitis, endoftalmiti dan perdarahan. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. c. Phacoemulsification : Merupakan modifikasi dari ECCE. Pembukaan kapsul dilakukan dengan teknik Capsular Helix. Keuntungannya: insisi lebih kecil, komplikasi lebih sedikit, dan lebih aman. 2) Penggantian lensa Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa



intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan.Ini dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu tingkat keparahannya.Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino.Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “dicuci” sehingga lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buahbuahan yang banyak mengandung vit.C,vit.Adan vit.E. 7. Pemriksaan penunjang a. Pemeriksaan Pokok Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut : 1) Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik. 2) Lapang penglihatan Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral, gloukoma. 3) Pengukuran Tonografi Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya 12-25 mmHg. 4) Oftalmoskopi Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak 5) Keratometri Pengukuran kelengkungan lensa 6) Pemeriksaan lampu slit 7) A-scan ultrasound (echography). Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan penbedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3 , pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. 8) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak. b. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan darah lengkap, laju sedimentasi (LED) Untuk menunjukan anemia sistemik atau infeksi.



2) Test toleransi glukosa atau GDS Untuk menentukan kontrol diabetes 3) Pemeriksaan biometri Untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi. 8. Pengkajian keperawatan Pengumpulan Data a) Data klien b) Keluhan Utama c/: Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta penglihatan kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya. c) Riwayat Kesehatan  Riwayat kesehatan sekarang: P : jatuh dan benturan batu pada mata klien Q: mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur R: mata S: T:  Riwayat kesehatan masa lalu: - Apakah klien pernah mengalami trauma yang mengenai mata; penyakit lain yang diderita seperti DM, arteriosklerosis, dan myopia tinggi.  Riwayat kesehatan keluarga: - Apakah keluarga pernah mempunyai penyakit glaucoma, DM dan Hipertensi ? d) Pola Kehidupan Sehari-hari  Pola aktivitas Tanyakan pada klien apakah terjadi gangguan pada aktivitasnya seharihari.  Pola nutrisi Tanyakan pada klien tentang riwayat diet, makanan dan nutrisi yang dikonsumsi selama ini.  Pola eliminasi dan keseimbangan cairan Tanyakan pada klien berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari, serta frekuensi dan keluhan BAK/BAB.  Pola tidur dan istirahat Tanyakan mengenai kebiasaan tidur dan istirahat klien. e) Pengkajian Pola Gordon 1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan Kesehatan  mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.  Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya. 2. pola nutrisi metabolic  kaji nafsu makan klien 3. pola eliminasi  kaji frekuensi eliminasi urine klien  kaji karakteristik urine klien 4. pola aktivitas dan latihan  kaji rasa nyeri  kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)  kaji penurunan kekuatan otot



5. pola tidur dan istirahat  kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola tidur/istirahat klien. 6. pola kognitif/perceptual  kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan. 7. pola persepsi diri/konsep diri  kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit.  Kaji dampak sakit terhadap klien  Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan latihan). 8. pola peran/hubungan  kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya  kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya. 9. pola seksualitas/reproduksi  kaji dampak sakit terhadap seksualitas.  Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas. 10. pola koping/toleransi stress  kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress  system pendukung dalam mengatasi stress 11. pola nilai/kepercayaan  klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap ada kesempatan. f) Pemeriksaan fisik 



Keadaan umum Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur



 Inspeksi -



Postur dan gambaran klien : Kesimetrisan mata : Alis : Kelopak mata : Konjungtiva : kemerahan Sklera : Iris : terganggu fungsinya Kornea : keruh (beruap) Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi Lensa mata : -



 Pemeriksaan penglihatan -



Penurunan visus Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer Halo positif



 Palpasi Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya pembengkakan dan kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial untuk menentukan adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau air mata berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis. g ) TTV h) Data Psikososial Mencakup ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, berduka karena kehilangan penglihatan. i) Data penunjang 



Pemeriksaan diagnostic Pengukuran tonometri: mengkaji tekanan intraokuler (TIO), normalnya 10-21 mmHg. Pada kasus, nilai IOP klien 50 mmHg. Pemeriksaan oftalmoskoi  Terapi Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol. 1) Pengumpulan data Pre operasi DS : - Klien mengatakan penglihatan kabur - Klien mengatakan takut untuk dioperasi - Klien mengatakan kesulitan dalam membaca - Klien melaporkan pandangan ganda - Klien melaporkan memiliki riwayat trauma pada mata karena benda tumpul - Klien melaporkan memiliki riwayat operasi mata - Klien melaporkan merasa silau jika terkena cahaya - Klien melaporkan memiliki riwayat penyakit DM DO : -



Pupil tampak putih Retina tidak tampak Air mata atau krusta berlebih Menurunnya ketajaman/gangguan penglihatan Visus menurun dari normal Klien tampak cemas dan gelisah Ekspresi wajah tegang Klien bertanya tentang penyakitnya Klien tampak berhati-hati saat berjalan Terjadi penurunan fungsi penglihatan



Post operasi DS : - Klien mengeluh nyeri pada area yang dioperasi



DO : -



Wajah klien nampak meringis Adanya luka operasi pada daerah mata TTV tidak dalam rentang normal



9. Diagnosa keperawatan Pre Operasi a. Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur karena keruhnya lensa mata yang ditandai dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer b. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensoris penurunan visus dan lapang pandang perifer c. Gangguan Sensori Persepsi : Penglihatan berhubungan dengan perubahan integrasi sensori Post Operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik b. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan pasca prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak) c. Risiko cidera berhubungan dengan pasca tindakan invasif. d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. f. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kemampuan otot, kelemahan otot atau perubahan ketajaman penglihatan 10. Perencanaan keperawatan Pre operasi No 1.



Diagnosa



Tujuan & kriteria hasil Cemas (ansietas) Setelah diberikan berhubungan tindakan dengan keperawatan kerusakan sensori selama...X...... dan kurangnya stress emosional, pemahaman ketakutan dan mengenai depresi menurun, tindakan operasi penerimaan yang akan pembedahan dan dilakukan. pemahaman instruksi. Kriteria hasil : Klien mampu mengucapkan pemahaman



intervensi



Rasional



1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan dan bantu pasien dengan metode koping. 2) Orientasikan



1) Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penolakan 2) Pengenalan terhadap lingkungan



mengenai informasi.



2.



Resiko Cedera berhubungan



Setelah diberikan tindakan



pasien pada lingkungan yang baru. 3) Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan dilakukan 4) Jelaskan intervensi sedetildetilnya. Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal. 5) Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu. Pasan makanan yang bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat melihat dengan baik atau tidak memiliki keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan. 6) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti daiam perawatan pasien. 7) Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan 1) Bantu pasien ketika mampu



membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan. 3) : Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi. 4) Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi. 5) Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat. 6) Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri. 7) Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negative.



1) Menurunkan resiko jatuh atau



dengan kerusakan penglihatan.



3.



keperawatan selama...X...... diharapkan cedera dapat dicegah. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.



melakukan ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Gunakan teknik bimbingan penglihatan. 2) Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa orientasi terlebih dahulu. 3) Orientasikan pasien pada ruangan. 4) Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila diperintahkan. 5) Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata. Gangguan sensori Setelah diberikan 1) Tentukan persepsi: tindakan ketajaman penglihatan keperawatan penglihatan, catat berhubungan selama...X...... apakah satu atau dengan gangguan diharapkan dapat kedua mata penerimaan meningkatkan terlibat. sensori/ ketajaman 2) Orientasikan perubahan status penglihatan dalam pasien terhadap organ indera. batas situasi lingkungan, staf, individu. orang lain Kriteria hasil : disekitarnya. Mengenal 3) Observasi tanda gangguan sensori dan gejala dan berkompensasi disorientasi. terhadap Pertahankan pagar perubahan, tempat tidur mengidentifikasi sampai benar-



cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan. 2) Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa orientasi terlebih dahulu. 3) Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan. 4) Tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cedera. 5) Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.



1) Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada 37 laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. 2) Memberikan peningkatan kenyamanan dan



atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.



benar sembuh. 4) Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. 5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata. 6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.



kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi. 3) Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur. 4) Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung. 5) Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. 6) Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.



Perencanaan keperawatan Post operasi No 1.



Diagnosa Nyeri Akut



Tujuan & Kriteria hasil NOC : a. Pain level b. Pain control



Intervensi NIC : 1. Pain Management 1) . Lakukan



Rasional 1) Memberikan informasi untuk membantu dalam



c. Comfort level Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...X.... diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyer, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. Tanda vital dalam rentang normal f. Tidak mengalami gangguan tidur



2.



Resiko infeksi



pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, furasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. Guakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 2. Analgesic Administration 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. Cek riwayat alergi, Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu, Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat, Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala. 3. Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptik. Ajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik dalam persiapan pulang. Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah. NOC : NIC : a. Immune Status 1) Diskusikan b. Knowledge : pentingnya mencuci Infection control. tangan sebelum



menentukan pilihan/ keefektifan intervensi. 2) Analgesik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan diperkirakan. 3) Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.



1) Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontamenasi area



3.



Gangguan persepsi sensori visual penglihatan



c. Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… diharapkan pasien mengerti dengan resiko infeksi yang bisa terjadi dengan kriteria hasil: 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. 3. Jumlah leukosit dalam batas normal. 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat. 5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal



menyentuh/mengobati mata. 2) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam dengan kapas basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakan. 3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaru k mata yang dioperasi. 4) Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulent. 5) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral, subkonjungtiva) dan steroid.



operasi. 2) Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang. 3) Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi. 4) Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. 5) Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi.



NOC : Fall prevention behaviour Setelah diberikan tindakan keperawatan selama...X...... peningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : 1.



NIC : 1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. 2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya. 3) Observasi tanda dan gejala disorientasi. 4) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan penglihatan bisa digunakan dengan maksimal. 5) Perhatikan tentang



1) Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. 2) Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas



Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. 2. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.



suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata. 6) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ±25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.



dan disorientasi pasca operasi. 3) Berada dalam lingkungan baru dengan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung. 4) Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak terbiasa dengan keadaan di rumah sakit. 5) Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. 6) Perubahan ketajaman dapat menyebabkan gangguan penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.



11.Pendidikan Kesehatan Edukasi dan promosi kesehatan untuk katarak sangat diperlukan bagi pasien-pasien yang terdiagnosis katarak. Perlu disampaikan bahwa prognosis katarak baik apabila dilakukan intervensi pembedahan sehingga diharapkan kualitas hidup pasien juga dapat meningkat. Untuk pencegahan katarak, belum banyak yang dapat dilakukan. Proteksi sinar ultraviolet dan konsumsi antioksidan yang sebelumnya dikatakan dapat membantu memperlambat progresivitas dari katarak, masih belum didukung bukti ilmiah yang signifikan. Kontrol faktor risiko seperti diabetes dan berhenti merokok dapat dilakukan pada pasien. Edukasi pasien operasi katarak Edukasi pasien mengenai operasi katarak dilakukan sebelum pasien dirujuk ke dokter spesialis mata serta sebelum dan setelah operasi dilakukan. Di fasilitas kesehatan tingkat pertama, edukasi pasien dapat meliputi hal-hal berikut:  



Mengenai penyakit katarak, dampak pada penglihatan dan kualitas hidup Prosedur dan durasi operasi katarak



  



Manfaat dan risiko operasi katarak Lama penyembuhan setelah operasi katarak Perkiraan hasil operasi katarak, perbaikan tajam penglihatan, dan kemungkinan tetap memerlukan kacamata untuk melakukan aktivitas tertentu.



Saat melakukan informed consent pada pasien sebelum operasi, edukasi pasien juga perlu memuat hal-hal berikut:  Pilihan lensa intraokular  Pilihan anestesi yang sesuai untuk digunakan  Risiko komplikasi tertentu yang berkaitan dengan kondisi pasien preoperatif  Hal-hal yang mungkin dirasakan saat operasi dan sesaat setelah operasi, termasuk perubahan tajam penglihatan yang akan dialami  Pasien perlu ditemani keluarga atau pengasuh di hari operasi dan selama perawatan pascaoperatif  Pertimbangan untuk melakukan operasi katarak bilateral same day Edukasi yang perlu diberikan pasien berkaitan dengan perawatan setelah operasi katarak adalah sebagai berikut:        



 



Menggunakan obat tetes mata yang telah diresepkan sesuai dengan instruksi dokter. Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum menggunakan obat tetes mata Mengonsumsi obat pengurang rasa nyeri yang telah diresepkan oleh dokter Kenakan pelindung mata (dop mata), termasuk saat tidur. Dop mata dilepaskan saat kontrol dan tidak perlu menggantinya di rumah Menghindari mata dari paparan air, debu, dan angin, terutama pada 1 minggu pertama. Hindari berenang selama 4-6 minggu setelah operasi katarak Hindari penggunaan make up di area sekitar mata selama 1 minggu pertama Hindari mengusap mata atau memberikan penekanan pada mata Hindari mengedan dan posisi kepala menunduk Setelah dop mata dibuka, gunakan kacamata untuk melindungi mata. Pada 1 minggu pertama kacamata dapat digunakan bahkan saat tidur untuk mencegah pasien menggaruk daerah mata atau benturan yang tidak disengaja saat tidur. Kacamata harus dicuci dengan air dan sabun setiap hari Hindari batuk terlalu keras, gerakan menunduk, mengedan, dan mengangkat barang berat >4,5 kg selama minimal 2 minggu Aktivitas seperti membaca dan menonton televisi diperbolehkan. Olahraga atau aktivitas yang berisiko terjadi benturan pada mata sebaiknya dihindari sampai 4-6 minggu setelah operasi katarak.



Pasien mungkin akan merasakan keluhan seperti ada yang mengganjal di mata (apabila ada jahitan), kelopak mata lengket, rasa gatal yang ringan, mata berair, penglihatan mata kabur, penglihatan ganda, dan mata merah setelah operasi katarak. Keluhan-keluhan tersebut



dapat membaik setelah beberapa hari dan akan menghilang dengan sempurna setelah 4-6 minggu. Setelah 6 minggu, pemeriksaan refraksi perlu dilakukan kembali untuk mendapatkan resep kacamata yang sesuai.[45,46] Edukasi pasien untuk segera kembali ke dokter apabila mengalami gejala berikut: 



Penglihatan kabur atau gangguan penglihatan lain seperti penglihatan ganda, floaters, dan flashes yang muncul tiba-tiba  Nyeri pada mata yang tidak berkurang setelah mengonsumsi obat pengurang nyeri yang telah diberikan  Mata merah yang bertambah berat  Bengkak periokular  Mual dan muntah  Perdarahan dari mata  Demam tinggi >39,1oC Tajam penglihatan yang buruk setelah operasi katarak dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:     



Pengukuran kekuatan LIO yang kurang tepat Koreksi refraksi pascaoperatif yang kurang tepat Kelainan mata lain yang mengganggu tajam penglihatan Pasien dengan riwayat bedah refraktif kornea sebelumnya Komplikasi operasi katarak.



Daftar Pustaka Guyton & Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, (Edisi 8), EGC, Jakarta NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC. Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby. Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby Amin & Hardhy, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC edisi kelima. Yogyakarta : Med Action