13 0 335 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.M DENGAN PENYAKIT KATARAK DI RT 5 RW 2 DESA SINGOTRUNAN KEC.BANYUWANGI
Disusun Oleh : Defi Wulandari
(2017.02.010)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI BANYUWANGI 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.M DENGAN PENYAKIT KATARAK DI RT 5 RW 2 DESA SINGOTRUNAN KEC.BANYUWANGI Tugas Individu Ini Untuk Memenuhi Praktek Laboratorium Keperawatan (PLKK) Keperawatan Komunitas Gerontik Semester VI Prodi S1 Keperawatan Oleh Pembimbing Ns.Anang Satrianto.S.Kep
Disusun Oleh : Defi Wulandari
(2017.02.010)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI BANYUWANGI 2020
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Katarak Di Rt 5 Rw 2 Desa Singotrunan Kec.Banyuwangi
Tanggal : Oleh : Mahasiswa
DEFI WULANDARI 2017.02.010
PEMBIMBING INSTITUSI
Ns.Anang Satrianto.S.Kep
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang. Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata. Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun. Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apa itu lansia?
1.2.2
Bagaimana konsep penyakit Katarak?
1.2.3
Bagaimana konsep askep Katarak?
1.2.4
Bagaimana askep gerontik pada Ny.M dengan Katarak Di Rt 5 Rw 2 Desa Singotrunan Kec.Banyuwangi?
1.3 Tujuan 1.3.1
Untuk mengetahui apa itu lansia
1.3.2
Untuk mengetahui konsep penyakit Katarak
1.3.3
Untuk mengetahui konsep askep Katarak
1.3.4
Untuk mengetahui askep gerontik pada Ny.M dengan Katarak di Di Rt 5 Rw 2 Desa Singotrunan Kec.Banyuwangi
1.4 Manfaat 1.4.1
Mengetahui apa itu lansia
1.4.2
Mengetahui konsep penyakit Katarak
1.4.3
Mengetahui konsep askep Katarak
1.4.4
Mengetahui askep gerontik pada Ny.M dengan Katarak di Di Rt 5 Rw 2 Desa Singotrunan Kec.Banyuwangi
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Teori Lansia 2.1.1
Definisi Lansia Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas (Sunaryo, Wijayanti, Kuhu, & Sumedi, 2016). Masa tua merupakan tahap kehidupan yang akan mengalami penurunan seperti kemunduran fisik, fungsional, sosial dan mental. Proses penuaan seringkali di kaitkan dengan terjadinya perubahan yang bersifat degeneratif pada tulang, saraf, pembuluh darah, paru-paru serta jaringan yang lain yang terdapat di dalam tubuh. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, lansia biasanya akan lebih mudah terserang penyakit, sindroma, dan dibandingkan dengan orang dewasa (Kholifah, 2016). Menurut Undang- Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 “ Manusia usia lanjut (Growing Old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan”.
2.1.2
Batasan Umur Lansia WHO (1999) dalam (Azizah, 2011) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas (Nugroho, 2000). Menurut Prof . Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 25 sampai 29 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas 25 sampai 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 sampai 75 tahun (young old), 75 sampai 80 (old), lebih dari 80 tahun (very old) (Azizah, 2011).
2.1.3
Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari : 1) Pra lansia yaitu seseorang berusia diantara 45-59 tahun 2) Lansi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan 4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa 5) Lansia tidak potensial ialah yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuanm orang lain.
2.1.4
Ciri-ciri Lansia Ciri-ciri masa lanjut usia: 1. Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis. 2. Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman. 3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan. 4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar. 5. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut. 6. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda. 7. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif. 8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.
2.1.5
Karakteristik Lansia Menurut Budi Anna keliat (1999), lansia memiliki Karakteristik sebagai berikut . 1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan). 2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif maupun kondisi maladaptif. 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.6
Tipe Lansia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang prose penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. 2.1.7
Teori Proses Penuaan Teori-teori Proses Menua (Darmodjo 1999): a) Teori Genetik Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesssies tertentu. Tiap spesies didalam inti selnya mempunyai jam genetic yang telah diputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir. b) Mutasi Somatic (Teory Error Catastrope). Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya untuk menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadi mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. c) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan sel tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar peristiwa autoimun. d) Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas atau kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan se-sel tidak bisa regenerasi. e) Teori Menua Akibat Metabolisme Pada tahun 1935 Mc. Kay et.al memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
2.1.8
Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penuaan (Pujiastuti 2003): Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological Aging), di harapkan mereka tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Ada faktor-faktor resiko yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu:
a. Faktor Endogen Faktor endogen yaitu faktor bawaan (faktor keturunan) yang berbeda pada perbedaan efek menua pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya, akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit. b. Faktor Eksogen Faktor eksogen yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh luas dalam menangkal proses penuaan (Puji Astuti, 2003). 2.1.9
Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Konsep lansia tentang kesehatan umumnya tergantung pada persepsi pribadi terhadap kemampuan fungsional. Karena itu lansia yang terlibat dalam aktivitas kehidupan sehari – hari biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka yang aktivitasnya terbatas karena kerusakan fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit. Perubahan fisiologi bervariasi pada setiap orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan (Potter & Perry). a. Perubahan Fisik 1) Sel
Lebih sedikit jumlahnya
Lebih besar ukurannya
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
Jumlah sel otak menurun.
Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 – 10 %
2) Sistem Persarafan
Cepatnya menurun hubungan persarafan
Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnys dalam Stres.
Mengecilnya saraf panca indra.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Kurangnya sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
resbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) dengar pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi, suara yang tidak jelas 50 % terjadi pada usia diatas 65 tahun .
Membran timpani menjadi atropi
Terjadi pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
Pendengaran menurun pada lansia yang menderita penyakit.
4) Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, menyebabkan gangguan.
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat pada keadaan gelap.
Hilangnya daya akomodasi.
Menurunnya lapang pandang.
Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau
5) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun
Katup jantung menjadi menebal
Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Tempratur tubuh menurun secara fisiologik, akibat metabolis yang menurun.
Keterbatasan refleks meninggi dan tidak dapat memproduksi Panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi.
Paru – paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
Menurunnya aktivitas dari silia.
Kemampuan untuk batuk berkurang
8) Sistem Gastrointestinal.
Kehilangan gigi
Indra pengecap menurun, hilangnya sensitifitas dari pengecap terutama rasa asin
Lambung ; sensitifitas lapar menurun Peristaltik menurun dan biasanya timbul konstipasi.
9) Sistem Genitourinari
Ginjal : merupakan alat mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urin darah yang masuk disaring oleh satuan unit terkecil yang disebut Nefron, nefron akan mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1), nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya resistensi urin.
Pembesaran prostat.
Atrofi Vulva.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun
Menurunnya aktivitas tiroid.
Menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormon kelamin; estrogen, progesterone dan testeron.
11) Sistem Kulit
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik.
Menurunnya respon terhadap trauma.
Gangguan pigmentasi kulit.
Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vasikularisasi.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.
Kelenjar keringat berkurang dan fungsinya.
12) Sistem Muskulosletal
Tulang kehilangan densyti ( cairan ) dan makin rapuh.
Kifosis.
Discus invetebralis menipis dan menjadi pendek.
Persendian membesar dan menjadi kaku.
Tondon mengerut dan mengalami skelorosis.
Atrofi serabut otot, sehingga pergerakan menjadi lambat, tremor
b. Perubahan Psikososial 1). Pensiun Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan pengasingan. Dalam kenyataannya, pensiun adalah tahapan kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stres psikososisl 2). Isolasi social Banyak lansia mengalami isolasi sosial yang meningkat sesuai dengan usia. Tipe isolasi yaitu sikap, penampilan, perilaku dan geografi. Beberapa lansia mungkin dipengaruhi oleh keempat tipe tersebut tetapi yang lain hanya dipengaruhi oleh satu tipe (Ebersole dan Hess, 1990). 3). Isolasi Sikap
Isolasi sikap terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia. Suatu bias yang menentang dan menolak lansia. Karena itu isolasi sosial terjadi ketika lansia tidak secara mudah diterima dalam interaksi sosial. Seiring lansia semakin ditolak, harga diri pun berkurang sehingga usaha bersosialisasi berkurang 4). Isolasi penampilan Diakibatkan oleh penampilan yang tidak dapat diterima atau karena faktor lain termasuk dalam penampilan diri sendiri pada orang lain antara lain adalah citra tubuh, higiene tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi ( Ebersole dan Hess,1990 ) 5). Isolasi perilaku Diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada semua kelompok usia terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima menyebabkan seseorang menarik diri. Perilaku yang biasanya dikaitkan dengan pengisolasian pada meliputi konfusi, demensia, inkontinensi. 6). Isolasi Geografis Terjadi karena jauh dari keluarga, umumnya anak hidup sangat jauh dari orang tuanya. 2.2 Konsep Penyakit Katarak 2.2.1 Pengertian Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003) Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008). 2.2.2 Anatomi Fisiologi Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. Didalam mata ada 3 lapisan yaitu : 1. Lapisan luar, yang terdiri dari : Sclera Kornea 2.
Lapisan tengah, yang terdiri dari : Koroid Badan (korpus) siliare Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
Retina Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. 2.2.3 Etiologi Katarak Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti : 1. Fisik 2. Kimia 3. Penyakit predisposisi 4. Genetik dan gangguan perkembangan 5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin 6. Usia (Tamsuri, 2008) 2.2.4 Klasifikasi Katarak Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi : 1.
Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2.
Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3.
Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak traumatika Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing. 2. Katarak toksika Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur. 2. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa. 4. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008). 2.2.5 Manifestasi Klinis Katarak Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001). 2.2.6 Komplikasi Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut : 1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi. 2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003). 2.2.7 Patofisiologi Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
2.2.8 Pathway Trauma
Degeneratif
Perubahan serabut
Kompresi sentral
Penyakit lain
Jumlah protein meningkat
Densitas
Keruh
Lensa mata
Katarak
Menghambat jalan cahaya Penurunan ketajaman penglihatan
Pembedahan
Pre Operasi
MK : Ansietas
Post Operasi
MK :Nyeri
Penglihatan berkurang / buta
MK : Resiko
MK :
jatuh
Gangguan sensoriperseptual penglihatan
2.2.9 Pemeriksaan Diagnostik 1. Uji mata 2. Keratometri 3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis 4. A-scan ultrasound (echography) 5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001). Darah putih: dibawah 10.000 normal 2.2.10 Penatalaksanaan Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengkajian Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit. a. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register. b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau. c. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Tenaga medis harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata?, penyakit apa yang terakhir diderita pasien?. d. Riwayat kesehatan sekarang Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer? e. Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek. f. Pemeriksaan fisik Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005) g. Perubahan pola fungsi Data yang diperoleh dalam kasus katarak, Adapun data-data dari pengkajian Katarak sebagai berikut: a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut) c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur,
tampak
lingkaran
cahaya/pelangi
sekitar
sinar,
kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air mata. d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). 2.3.2 Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri b.d Agen pencedera fisik (mis.absen, ampusi, terbakar, prosedur operasi, trauma)
2.
Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri
3.
Gangguan sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
4.
Risiko jatuh b/d Gangguan penglihatan (mis.Glukoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus)
2.3.3
INTERVENSI KEPERAWATAN
No DX Keperawatan 1. 1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik
(mis.absen,
ampusi,
prosedur operasi, trauma)
SLKI Tujuan : nyeri berurang Kriteria hasil : terbakar, 1. Tingkat nyeri 1. Keluhan 4 5 2. 3. 4.
nyeri
Geliaah Perilaku Pola tidur
4 4 4
Intervensi
O:
5 5 5
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor efek samping penggunaan analgetik
T:
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor efek samping penggunaan analgetik
E:
-Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan memonitor nyri secara mandiri Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
K:
2. 2. Gangguan
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b/d Tujuan : mampu menerima sesnori O : atau stimulus baik dari internal atau - Periksa status mental, status gangguan penerimaan sensori/status eksternal sensori, dan tingkat Kriteria hasil : organ indra, lingkungan secara kenyamanan (mis. nyeri, 1. Persepsi Sensesori kelelahan) terapeutik dibatasi d/d menurunnya 1. Verbalisas 4 5 T: i melihat ketajaman, gangguan penglihatan, - Diskusikan tingkat toleransi bayangan terhadap beban sensori (mis. 4 5 perubahan respons biasanya 2. Respon bising, terlalu terang) sesuai terhadap rangsang. - Batasi stimulus lingkungan stimulus (mis. cahaya, suara, aktivitas) 3. Orientasi 4 5 3. - Jadwalkan aktivitas harian 4. Kekuatan 4 5 4. Nyeri b.d Agen pencedera fisik dan waktu istirahat otot -Kombinasikan (mis.absen, ampusi, terbakar, prosedur/tindakan dalam satu prosedur operasi, trauma) waktu, sesuai kebutuhan E: Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan, membatasi kunjungan) K: persepsi
sensori
- Kolaborasi dalam
meminimalkan prosedur/tindakan -Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus
3. 1. Ansietas
b.d
Ancaman
terhadap Tujuan : mampu menerima sesnori
atau stimulus baik dari internal atau eksternal Kriteria hasil : 1. Persepsi Sensesori 1. Verbalisas 4 5 i melihat bayangan 2. Respon 4 5 sesuai stimulus 3. Orientasi 4 5 4. Kekuatan 4 5 otot 4. 1. Risiko jatuh b/d Gangguan Tujuan : Tidak terjadi resiko jatuh Kriteria hasil : penglihatan (mis.Glukoma, katarak, 1. Tingkat jatuh ablasio retina, neuritis optikus) 1. Jatuh saat 4 5
konsep diri
2. 3.
4.
berdiri Jatuh saat 4 berjalan Jatuh saat 4 dikamar mandi Jatuh saat 4 membungkuk
5 5
5
O: -Identifikasi faktor resiko jat uh
(mis. Usia>65 tahun ,tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati) -Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkatn resiko jatuh n(mis.lantai licin, penerangan kurang) T: -Orientasi ruangan pada pasien
dan keluarga -Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah -Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
E: -Anjurkan menggukan kaos
kaki yang tidak licin -Anjurkan berkonsenstrasi untuk menjaga kesimbangan tubuh
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun, dan 70 tahun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003) Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008). 4.2 Saran 1. Dalam upaya peningkatan keluarga dan masyarakat pemberian informasi melalui penyuluhan sangat diperlukan 2. Dalam upaya melakukan pemeriksaan fisik terdapat anggota keluarga yang bermasalah sebaiknya diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium 3. Untuk memperoleh hasil evaluasi sesuai dengan kriteria dan tujuan yang di tetapkan diperlukan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil dan tujuan yang berkesinambungan 4. Disarankan kepada keluarga agar memelihara dan mempretahankan kebersihan dan kesehatan lingkungan guna menghindari faktor penyebab terjadinya penyakit 5. Kepada perawat dalam mengkaji asuhan keperawatan keluarga harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif untuk memperoleh data yang akurat untuk menegakkan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, lilik ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu. Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta DepKes RI. (2013). Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana Dekon 2013. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik (1st ed.; S. Enny, Ed.). Jakarta Selatan: Kemenkes RI. Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediActionssssss Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan PengurusPusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI (Institute of Health Science) BANYUWANGI Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi Kampus 2 : Jl. Letkol Istiqlah 109 Telp. (0333) 425270 Banyuwangi Website : www.stikesbanyuwangi.ac.id FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK (LANSIA) ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER Nama wisma : Ny.M Tanggal Pengkajian : 17 Agustus 2020 1. IDENTITAS
:
KLIEN Nama
: Ny.M
Umur
: 69 Tahun
Agama
: Islam
Alamat asal
: Singotrunan Rt 05 Rw 2 Banyuwangi
Tanggal datang
: .......................................... Lama Tinggal di Panti ............................
2
DATA
:
.
KELUARGA
3 .
4.
Nama
: Ny. P
Hubungan
: Anak
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Singotrunan Rt 05 Rw 2 Banyuwangi Telp ...............
STATUS KESEHATAN SEKARANG : Keluhan utama: Ny.M mengatakan bahwa penglihatannya mulai terasa buram seperti ada embun dan sering keluar mata. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Ny. M pernah membawa ke rumah sakit untuk di operasi namun saran dokter karena umur sudah tua tidak usah di operasi Obat-obatan : Ny. M mengatakan tidak menghasilkan obat-obatan dan dokter 2 minggu terakhr ini.
AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) : FUNGSI FISIOLOGIS 1.
Kondisi Umum
Ya
Tidak
Kelelahan
:
Perubahan BB
:
nafsu :
Masalah tidur
:
Kemampuan ADL
:
KETERANGAN
: Kemampuan ADL Ny.M dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
Perubahan makan
.
2.
3.
Integumen
Ya
Lesi / luka
:
Pruritus
:
Perubahan pigmen
:
Memar
:
Pola penyembuhan lesi
:
KETERANGAN
: Perubahan pigmen Ny.M mengatakan kulitnya makin keriput dan coklat
Hematopoetic Perdarahan abnormal
Tidak
Ya
:
kel. :
Anemia
:
KETERANGAN
: -
Pembengkakan
Tidak
Limfe
4 .
Kepala Ya
Sakit kepala
:
Pusing
:
kulit :
Gatal
pada
Tidak
kepala KETERANGAN
5 .
: ......................................................................................................................... ...... ......................................................................................................................... ......
Mata Perubahan
:
Ya
Tidak
penglihatan Pakai kacamata
:
Kekeringan
:
Nyeri
:
Gatal
:
Photobobia
:
Diplopia
:
Riwayat infeksi
:
KETERANGA
: Perubahan penglihatan Ny/\.M mengatakan penglihatannya semaki kabur dan berkabut
mata
N 6.
Telinga
Ya
Penurunan pendengaran
:
Discharge
:
Tinitus
:
Vertigo
:
Alat bantu dengar
:
Riwayat infeksi
:
membersihkan :
Kebiasaan
Tidak
telinga
7 .
Dampak pada ADL
:
-
KETERANGAN
:
.................................................................................. ........ .................................................................................. ........
Hidung sinus
Ya
Rhinorrhea
:
Discharge
:
Epistaksis
:
Obstruksi
:
Snoring
:
Alergi
:
Riwayat infeksi
:
Tidak
KETERANGAN
8.
: ............................................................................................................. ...... ............................................................................................................. ...... Mulut, tenggorokan Ya Tidak Nyeri telan : Kesulitan menelan
:
Lesi
:
Perdarahan gusi
:
Caries
:
Perubahan rasa
:
Gigi palsu
:
Riwayat Infeksi
:
Pola sikat gigi
:
KETERANGAN
:
9. Leher
................................................................................................. ....... ................................................................................................. ....... ................................................................................................. ....... Ya
Kekakuan
:
Nyeri tekan
:
Massa
:
Tidak
KETERANGAN : ............................................................................................................ 10 .
Pernafasan Ya
Batuk
:
Nafas pendek
:
Hemoptisis
:
Wheezing
:
Asma
:
Tidak
KETERANGAN : 11. Kardiovaskuler
12 .
Ya
Tidak
Chest pain
:
Palpitasi
:
Dipsnoe
:
Paroximal nocturnal
:
Orthopnea
:
Murmur
:
Edema
:
KETERANGAN
: ................................................................................................
Gastrointestinal Disphagia
:
Ya
/ :
:
Perubahan nafsu :
Nausea
Tidak
vomiting Hemateemesis makan Massa
:
Jaundice
:
pola :
Melena
:
Hemorrhoid
:
Pola BAB
: Ny.M mengatakan bahwa BAB 1 x hari
KETERANGA
: ......................................................................................................... .. ......................................................................................................... ..
Perubahan BAB
N
13 .
Perkemihan Dysuria
:
Ya
Tidak
Frekuensi
: .......................................................................................................
Hesitancy
:
Urgency
:
Hematuria
:
Poliuria
:
Oliguria
:
Nocturia
:
Inkontinensia
:
Nyeri berkemih
:
Pola BAK
: Ny.M mengatakan BAK 8 x dalam sehari
KETERANGA
: ......................................................................................................... .. ......................................................................................................... ..
N
14 .
Reproduksi laki)
(laki-
Lesi
:
Disharge
:
Testiculer pain
:
Testiculer massa
:
Perubahan
Ya
Tidak
gairah :
sex Impotensi
:
Reproduksi (perempuan)
15 .
Lesi
:
Discharge
:
Postcoital bleeding
:
Nyeri pelvis
:
Prolap
:
Riwayat menstruasi
: ..............................................................................................
Aktifitas seksual
:
Pap smear
:
KETERANGAN
: ........................................................................................................... ...........................................................................................................
Muskuloskeletal Ya
Nyeri Sendi
:
Bengkak
:
Kaku sendi
:
Deformitas
:
Spasme
:
Tidak
Kram
:
Kelemahan otot
:
gaya :
Masalah berjalan
16 .
5.
Nyeri punggung
:
Pola latihan
: Ny.M mengatakan ia selelu jalan-jalan setiap hari
Dampak ADL
: ..................................................................................................
KETERANGAN
: ........................................................................................................... ...........................................................................................................
Persyarafan Ya
Tidak
Headache
:
Seizures
:
Syncope
:
Tic/tremor
:
Paralysis
:
Paresis
:
Masalah memori
:
KETERANGAN
: Masalah memori Ny.M mengatakan sering lupa menaruh uangnya
POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL : Psikososial
YA
Tidak
Cemas
:
Depresi
:
Ketakutan
:
Insomnia
:
mengambil :
Kesulitan konsentrasi
:
Mekanisme koping
:
Kesulitan
dalam
keputusan Ny.M selalu berdoa kepada Allah ketika mendapatkan cobaan Persepsi tentang kematian :Ny.M mengatakan kematian akan dialami oleh setiap manusia Dampak pada ADL : Ny.M selalu semangat setiap menjalani seluruh aktivitasnya Spiritual
Aktivitas ibadah : Ny. Selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
Hambatan
KETERANGAN :
6.
LINGKUNGAN :
: Tidak ada hambatan saat ibadah
7.
Kamar : Terdapat dua kamar dirumah Ny.M Kamar mandi : Terdapat 1 kamar mandi di rumah Ny.M Dalam rumah.wisma : Luas rumah : -
NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES 1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel) No
1
Kriteria
Makan
Dengan Bantuan
Mandir i
5
10
Skor Yang Didapat 10
Frekuens i: Jumah : Jenis : nasi dan sayur dan lauk tempe
2
Minum
5
10
10
Frekuens i: Jumlah : 5 gelas Jenis : Air putih
3
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya
5-10
15
15
4
Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)
0
5
5
5
Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5
10
10
Frekuens i:
6
Mandi
0
5
5
Frekuens i:
7
Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan kursi roda )
0
5
5
8
Naik turun tangga
5
10
10
9
Mengenakan pakaian
5
10
10
10
Kontrol bowel (BAB)
5
10
10
Frekuens i: Jenis :
11
Kontrol Bladder (BAK)
5
10
10
Frekuens i:
Warna : 12
Olahraga / Latihan
5
10
10
Frekuens i: Jenis :
13
Rekreasi / Pemanfaatan Waktu Luang
5
10
10
Frekuens i: Jenis :
120 Interpretasihasil : 130 : Mandiri 65 – 125 : Ketergantungan Sebagian 60 : ketergantungan total Kesimpulan : Ny.M mengalami ketergantuangan sebagian 2. Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam) Pemeriksaan No 1
Aspek Kognitif Orientasi
Nilai Nilai Kriteria maksimal Klien 5 5 Menyebutkan dengan benar : Tahun : 2020
Hari Senin
Musim : Hujan Bulan : Agustus Tanggal : 17 Agustus 2020 2
Orientasi
5
5
Dimana sekarang kita berada ? Negara : Indonesia Panti : ………………………… Propinsi : Jawa Timur Wisma : ……………. Kabupaten/kota : Banyuwangi
3
Registrasi
3
3
4
Perhatiandankalkulas i
5
5
5
Mengingat
3
3
6
Bahasa
9
9
Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja, kertas), kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab : 1) Kursi 2). Meja 3). Kertas Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat. Jawaban : 1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65 Mintaklien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin ke- 3 (tiap poin nilai 1) Jawaban : 1).Kursi 2). Meja 3). Kertas Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjukan benda tersebut). 1). Tv 2). Meja 3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut : “ tidak ada, dan, jika, atau tetapi ) Klien menjawab : Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3 langkah. 4). Ambil kertas ditangan anda 5). Lipat dua
6). Taruh dilantai. Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas sesuai perintah nilai satu poin. 7). “Tutup mata anda” 8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan 9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling bertumpuk
Total nilai 30 30 Interpretasihasil : 24 – 30 : tidakadagangguankognitif 18 – 23 : gangguankognitifsedang 0 - 17 : gangguankognitifberat Kesimpulan : Nilai klien 30 jadi klien termasuk tidak ada gangguan kognitif
3. Tes Keseimbangan Time Up Go Test No Tanggal Pemeriksaan 1 17 Agustus2020 2 18 Agustus 2020 3 19 Agustus 2020 Rata-rata Waktu TUG
Hasil TUG (detik) 12 12 12 12
Interpretasi hasil
36
Interpretasi hasil: Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut: >13,5 detik >24 detik
Resiko tinggi jatuh Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan Diperkirakan membutuhkan bantuan >30 detik dalam mobilisasi dan melakukan ADL (Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991) 4. Kecemasan, GDS Pengkajian Depresi No
Pertanyaan
Jawaban Ya
Tdk
Hasil
1.
Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
0
1
0
2.
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan
1
0
1
3.
Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong
1
0
0
4.
Anda sering merasa bosan
1
0
0
5.
Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu
0
1
0
8.
Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda
1
0
1
7.
Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu
0
1
0
8.
Anda sering merasakan butuh bantuan
1
0
0
9.
Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan
1
0
0
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda
1
0
1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa
0
1
0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda
1
0
0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat
0
1
0
14. Anda merasa tidak punya harapan
1
0
0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda
1
0
0
sesuatu hal
Jumlah
3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing, 2006) Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi Pengkajian determinan nutrisi pada lansia: No
Indikators
score
Pemeriksaan
1.
Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2
0
2.
Makan kurang dari 2 kali dalam sehari
3
0
3.
Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu
2
0
4.
Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol setiap harinya
2
0
5.
Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
2
0
6.
Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan
4
0
7.
Lebih sering makan sendirian
1
0
8.
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih setiap harinya
1
0
9.
Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir
2
0
10.
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri
2
0
Total score 0 (American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001) Interpretasi: 0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk 6≥
: High nutritional risk
6. Hasil pemeriksaan Diagnostik No
Jenis pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Pemeriksaan
Hasil
7. Fungsi sosial lansia APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia NO
URAIAN
FUNGSI
SKORE
1.
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (temanteman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya
ADAPTATION
2
2.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
PARTNERSHI P
2
3.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru
GROWTH
2
4.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
AFFECTION Kasih sayang
1
5.
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan waktu bersama-sama
RESOLVE Penyelesaian
2
TOTAL
9
Kategori Skor: Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab: 1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1 3). Hampir tidak pernah : skore 0 Intepretasi: < 3 = Disfungsi berat 4 - 6 = Disfungsi sedang > 6 = Fungsi baik Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
ANALISA DATA Nama Klien : Ny.R MASALAH : Resiko Jatuh B.D Gangguan Penglihatan NO 1.
Problem
KELOMPOK DATA DS :
Risiko
Ny. M mengatakan bahwa penglihatan pada mata sebelah kanannya terganggu seperti ada kabut
penglihatan
DO:
b/d
Gangguan
(mis.Glukoma,
katarak, ablasio retina, neuritis optikus)
Bertambahnya usia
Degeneratif
Kompresi
-Lensa mata sebelah kanannya tampak keruh -Sulit melihat benda yang jarak jauh
Densitas
Lensa mata keruh
- TTV
jatuh
ETIOLOGI
TD : 140/80 mmHg RR : 18x/menit Nadi : 95x/menit Suhu : 36,5C
Katarak
Menghambat jalannya cahaya
Penurunan kesadaran penglihatan
Resiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama Pasien :Ny.M No. Register : TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN Risiko
jatuh
b/d
Gangguan
penglihatan
(mis.Glukoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus)
TANGGAL TERATASI
TANDA TANGAN
RENCANA INTERVENSI
No. 1.
Hari/ Tgl/ Jam
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SLKI
(SDKI) D.0143 Resiko jatuh
SIKI
1.Tingkat Jatuh (L.14138) No 1. 2.
3.
Indikator Jatuh saat berjalan Jatuh saat nsaik tangga Jatuh saat memungku k
Intervensi :
IR 4
ER 5
4
5
3
4
2.
Indikator Ketajaman penglihata n Persepsi posisi tubuh
defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati) Identifikasi faktor lingkungan meningkatkatn resiko jatuh (mis.lantai licin, penerangan kurang)
Terapeutik
Orientasi ruangan pada pasien dan keluarga
Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
2.Fungsi Sensori (L.06048) No 1.
1. Pencegahan jatuh (I.03121) Observasi : Identifikasi faktor resiko jat uh (mis. Usia>65 tahun ,tingkat kesadaran,
IR 4
ER 5
Edukasi Anjurkan menggukan kaos kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsenstrasi untuk menjaga kesimbangan tubuh 4
5
CATATAN KEPERWATAN Nama Pasien : Ny.M No. Register : TANGGAL 19 Agustus 2020
JAM
NO.DX
-
TINDAKAN KEPERAWATAN Membina hubungan saling percaya dengan Ny.M
Monitor tanda tanda vital Identifikasi hal-hal yang membahayakan di lingkungan Menyingkirkan barang berharga dari lingkungan Mengidentifikasi kekurangan baik fisik dari pasien yang meningkatkan potensi jatuh Sediakan pencegehan yang cukup untuk meningkatkan pandangan
CATATAN PERKEMBANGAN Nama Pasien :
TT
No.Register NO DX
: TANGGAL
TANGGAL
TANGGA
S :Ny.M mengatakan bahwa penglihatannya terganggu dan sering jatuh saat berjalan O : Lensa mata sebelah kanananya tampak keruh TD : 140/80 mmHg RR : 18x/menit Nadi : 95x/menit Suhu : 36,5C
S : Ny.M mengatakan bahwa penglihatannya agak buram O : Lensa mata kanannya tampak keruh klien sudah mulai mengikuti anjuran yang diberikan TD : 10/80 mmHg RR : 18x/menit Nadi : 95x/menit Suhu : 36,5C A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
S : Ny.M mengatakan bahwa penglihatannya sedikit buram dan sekarang jarang terjatuh O : lensamatanya tampak keruh Ny.M tampak mengikuti anjuran TD : 140/80 mmHg RR : 18x/menit Nadi : 95x/menit Suhu : 36,5C A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi